Está en la página 1de 11

Djuharto S Susanto

Laporan Kasus

REVIEW of MEDICAL MALPRACTICE IN INDONESIA


(RESPONSIBILITIVE LINKAGES BETWEEN THE LECTURE ON MEDICAL
LAW AND THE MEDICAL PRACTICE)
Djuharto S Susanto

ABSTRACT
Medical Malpractice in Indonesia is not something new. Particularly in
Indonesia this new introspective grows attention among academics in the health law
after the emergence of cases of Dr. Pati Setianingrum in Central Java in 1984. Starting
from that case of law many medical practitioners begin to realize the importance of
legal knowledge in their profession of medical practitioner. These case made
commencement on the impact of teaching the lecture on "Legal Medicine" for the
students of the Faculty of Medicine. Medical Malpractice is frequently happens in
Indonesia, not otherwise in East Java. Two cases that occurred in the East Java can be
analysed for Medical Malpractice cases. Medical Malpractice four elements, namely
the "Duty" or obligations, "Derelict of Duty" or breach of duty, "Damage" or
consequence, and "Direct causation" or a causal connection must be met before
finalizing a decision. More intensive and extensive improvements are required to reduce
the incidence of this medical malpractice. Whether in the form of shifting of medical
paradigm which should have been aware by and also trained to the medical students,
reduce the dominance of capital owners who are often exceed the ethical limits, filters
of medical ethics that often ignored by the technological advances, and the increased
interaction between the health law division that ultimately leads to increased knowledge
in the field of bioethics and the human rights, particularly in Indonesia.

KEYWORDS: Medical Malpractice, Medical negligence, Medical profession, Legal


Medicine, Medical practice.


Dosen hukum kesehatan pada Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Widya Mandala, Fakultas
Keperawatan Universitas Widya Mandala, Prodi Battra Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,
Akademi Akupunktur Surabaya, dan Stikes William Booth Surabaya.

58
Tinjauan Malpraktek Medik Di Indonesia
(Kaitan Responsibilitatif Antara Kuliah Hukum Kedokteran Dan Praktek Kedokteran)

TINJAUAN MALPRAKTEK MEDIK DI INDONESIA


(KAITAN TANGGUNG JAWAB ANTARA TEORI HUKUM KEDOKTERAN
DAN PRAKTEK KEDOKTERAN)
Djuharto S Susanto

ABSTRAK
Malpraktek Medik di Indonesia bukanlah sesuatu yang baru. Khususnya di
Indonesia hal ini baru mendapatkan perhatian secara introspektif dikalangan akademisi
hukum kesehatan setelah munculnya kasus dr Setianingrum di Pati Jawa Tengah pada
tahun 1984.Bertitik tolak dari kasus inilah mulai disadari pentingnya hukum bagi
profesi Kedokteran yang berimbas dimulainya pengajaran mata kuliah “Hukum
Kedokteran” bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran. Malpraktek Medik seringkali
terjadi di Indonesia, termasuk di Jawa Timur. Dua kasus yang terjadi dalam wilayah
JawaTimur dapat dijadikan bahan analisa kasus Malpraktek Medik. Keempat unsur
Malpraktek Medik, yaitu “Duty” atau kewajiban, “Derelict of Duty” atau pelanggaran
kewajiban, “Damage” atau kerusakan, dan “Direct Causation” atau hubungan sebab-
akibat haruslah terpenuhi. Dibutuhkan pembenahan yang lebih intensif dan ekstensif
untuk mengurangi insiden malpraktek medis ini. Baik berupa perubahan paradigma
dikalangan medis sendiri yang seharusnya sudah dilatih sejak mahasiswa kedokteran,
mengurangi dominasi pemilik modal yang seringkali melampaui batas, menyaring
kemajuan teknologi yang seringkali mengabaikan etika medis dan peningkatan interaksi
antar divisi hukum kesehatan yang akhirnya mengarah pada peningkatan pengetahuan di
bidang bioetika dan hak asasi manusia, secara khusus di Indonesia.

KATA KUNCI: Malpraktek Medik, kelalaian Medik, profesi Kedokteran, Hukum


Kedokteran, praktek Kedokteran.

PENDAHULUAN meninggal akibat syok anafilaktik.


Malpraktek Medik di Indonesia Keputusan Pengadilan Pati yang
bukanlah sesuatu yang baru. Khususnya menjatuhkan hukuman bersalah pada
di Indonesia hal ini baru mendapatkan dokter tersebut. Keputusan tersebut
perhatian secara introspektif dikalangan dinyatakan kasasi (pembatalan putusan
akademisi hukum kesehatan setelah pengadilan dibawahnya) oleh
munculnya kasus di Pati Jawa Tengah Mahkamah Agung dengan ketetapan
pada tahun 1984. Dokter Puskesmas di bahwa penerapan saksi ahli dalam
Pati – Jawa Tengah menyuntikkan hukum kesehatan haruslah didasarkan
Streptomisin kepada seorang penderita pada teman sejawatnya yang setara
TBC namun menyebabkan adverse (gemiddled bekwaam arts, reasonable
events (kejadian tidak diinginkan) yaitu

59
Djuharto S Susanto

man) dan dokter Puskesmas tersebut fiduciary duties, evil practce, or illegal
dinyatakan tidak bersalah. or immoral conduct.”2
Yang bila diterjemahkan,
Bertitik tolak dari kasus inilah kurang lebih bermakna sebagai berikut:
mulai disadari pentingnya hukum bagi “Perilaku salah atau kurangnya
profesi Kedokteran yang berimbas keahlian secara tidak bertanggung
dimulainya pengajaran mata kuliah jawab dari seorang profesional. Istilah
“Hukum Kedokteran” bagi mahasiswa ini biasanya dikenakan pada perilaku
Fakultas Kedokteran.1 para dokter, pengacara dan akuntan.
Kegagalan seseorang menerapkan
Definisi “Malpraktek (Medik)”: pelayanan profesionalnya untuk
Definisi “Malpraktek” menurut melaksanakan sesuai keahlian dan
Black’s Law adalah: keilmuannya pada segala kondisi dalam
“Professional misconduct or masyarakat yang biasa dilakukan secara
unreasonable lack of skill. This term is baik oleh seorang anggota profesi yang
ussually applied to such conduct by memiliki keterampilan menengah
doctors, lawyers, and accountants. sehingga menyebabkan ruda paksa
Failure of one rendering professional (perlukaan), kehilangan atau kerusakan
services to excercise that degree of skill terhadap penerima layanan atau mereka
and learning commonly applied under yang terkait. Termasuk ini adalah semua
all the circumstances in the community kesalahan tindakan keahlian, kurangnya
by the average prudent reputable keahlian atau kemampuan secara tidak
member of the profession with the result bertanggung –jawab, praktek jahat,
of injury, loss or damage to the praktek terlarang atau tindakan
recipient of this services or to those melanggar kesusilaan.”
entitled to rely upon them. It is any
professional misconduct, unreasonable Dari definisi diatas jelaslah
lack of skill or fidelity in professional or bahwa istilah “malpraktek” bukan
semata hanya dikenal dikalangan
kedokteran saja, tetapi juga ada pada
dunia pengacara maupun akuntan. Oleh
*1 A. Purwadianto: “Hukum Responsif Paradigma
Hukum Kesehatan” pada Jurnal Hukum Kesehatan
2
Departemen Kesehatan RI vol. 1 no.1; Biro Hukum Black H. C. (1990): Black’s Law Dictionary; West
dan Organisasi Departemen Kesehatan; 2008, hal 1-8. Publishing Co.; 1990, p. 959

60
Tinjauan Malpraktek Medik Di Indonesia
(Kaitan Responsibilitatif Antara Kuliah Hukum Kedokteran Dan Praktek Kedokteran)

karenanya penggunaan istilah Menurut Budi Sampurna,


“malpraktek” di dalam dunia medis Professional misconduct yang
menggunakan istilah “malpraktek merupakan kesengajaan dapat dilakukan
medis”. Kata “Malpraktek” sendiri dalam bentuk pelanggaran ketentuan
berasal dari kata “mal” yang memiliki etik, ketentuan disiplin profesi, hukum
arti “salah” dan “praktek” yang artinya administratif, serta hukum pidana dan
“tindakan”. Dengan demikian, secara perdata, seperti melakukan kesengajaan
harfiah “Malpraktek” berarti “tindakan yang merugikan pasien, “penahanan”
yang salah”. pasien, pelanggaran wajib simpan
rahasia kedokteran, aborsi ilegal,
Disisi lain,penggunaan istilah euthanasia, penyerangan seksual,
“Malpraktek (Medik)” sendiri untuk misrepresentasi atau fraud (keterangan
kalangan hukum di negara Indonesia palsu), menggunakan iptekdok yang
masih menjadi perdebatan. Karena belum teruji / diterima, dokter praktek
istilah tersebut lazim digunakan oleh di luar kompetensinya, dokter praktek
negara-negara Anglo Saxon yang tanpa SIP (Surat Ijin Praktek),dan lain
menganut sistim hukum “Common lain.
Law”. Sedangkan negara-negara Eropa
Kontinental termasuk juga Indonesia Kelalaian medik mungkin terjadi dalam
menganut sistim hukum “Civil Law” 3 bentuk, yaitu:
yang tidak mengenal istilah 1) Malfeasance memiliki arti
“Malpraktek (Medik)” melainkan melakukan tindakan yang
“dolus (Medik)” atau “kesalahan melanggar hukum atau suatu
(Medik)” dan “culpa lata (Medik)” atau tindakan yang tidak tepat/layak
“kelalaian (Medik)”. Dengan demikian (unlawful atau improper)
“Malpraktik (Medik)” dapat terjadi dilakukan, misalnya melakukan
karena tindakan yang disengaja tindakan medis tanpa indikasi
(intentional) seperti pada misconduct yang memadai (pilihan tindakan
tertentu, tindakan kelalaian medis tersebut sudah improper).
(negligence), ataupun suatu kekurang- 2) Misfeasance mempunyai arti
mahiran / ketidak-kompetenan yang melakukan pilihan tindakan
tidak beralasan. medis yang tepat tetapi
dilaksanakan dengan tidak tepat

61
Djuharto S Susanto

(improper performance), yaitu 2) Unsur “Breach Of Duty /


misalnya melakukan tindakan Derelict” (Pelanggaran
medis dengan menyalahi Kewajiban)
prosedur. – The applicable standard of
3) Sedangkan Nonfeasance adalah care and its violation
tidak melakukan tindakan medis (substandard conduct)
yang merupakan kewajiban bagi (Penerapan patokan
profesinya sebagai seorang pelayanan dan
dokter. pelanggarannya, suatu
Dengan demikian kelalaian pelayanan dibawah standar)
medik adalah salah satu bentuk atau 3) Unsur “Damage” (Kerugian
bagian dari malpraktik medis, juga / Kerusakan)
merupakan bentuk malpraktik medis – A compensable injury
3
yang paling sering terjadi. (Timbulnya kerugian yang
dapat dituntut ganti-rugi)
Unsur Malpraktek (4D) 4) Unsur “Direct Causation”
Dalam menentukan terjadinya (Hubungan Sebab-Akibat)
malpraktek medik yang dilakukan oleh – A causal connection
seorang dokter haruslah memenuhi between the violation of the
empat buah unsur yang dikenal dengan standard care and the harm
4D (Kosberg v. Washington Hospital complained of (Hubungan
Center, inc.), yaitu: kausal antarapelanggaran
1) Unsur “Duty” (Kewajiban): terhadap layanan standar
– The existence of the dengan kerugian yang
physician's duty to the diadukan).4
plaintiff, usually based
upon the existence of the Doktrin "A man is the master of
physician-patient his own body" menjadi hal yang harus
relationship (Adanya menjadi perhatian utama berkaitan
kewajiban dokter yang dengan pencegahan suatu malpraktek
tersirat saat terbentuknya medis. Kalimat ini dilontarkan pada
hubungan dokter – pasien). putusan hakim perkara Nateson

3 4
Sampurna B (2008): “Malpraktek Medik” Black H. C. (1990): ibid

62
Tinjauan Malpraktek Medik Di Indonesia
(Kaitan Responsibilitatif Antara Kuliah Hukum Kedokteran Dan Praktek Kedokteran)

melawan Kline yang sangat dikenal caesar di Rumah Sakit x di Surabaya.


dalam penanganan kasus malapraktik Korban mengalami infeksi pada saluran
medik. Doktrin ini mengandung urin dan kemudian menjalar ke otak.
pengertian bahwa dokter tidak dapat Saat dikonfirmasi, pihak Rumah Sakit
melakukan tindakan medis dengan belum memberikan jawaban terkait
sesuka hatinya meskipun berdasarkan dugaan malpraktek ini.
pertimbangan benar dan pasien sangat Orang tua korban dipanggil
membutuhkan kesembuhan darinya. pihak Rumah Sakit terkait laporannya
Sehingga secara nyata diperlukan pada salah satu media tentang kematian
adanya pengesahan dari pihak pasien anaknya, setelah menjalani operasi
sebelum seorang dokter melakukan caesar di Rumah Sakit x tersebut..
suatu tindakan apapun. Dan ini Menurut cerita ibu korban,
dibutuhkan pembuktian berupa surat sebelumnya korban melakukan
pernyataan dari pihak pasien yang persalinan disalah satu praktek bidan di
dikenal dengan nama “informed Surabaya. Karena kondisinya terus
consent (persetujuan tindakan medik)” memburuk, korban lalu dirujuk ke
dan Rumah Sakit x untuk dilakukan operasi
“informed refusal (penolakan tindakan caesar.
medik)”. Operasi berjalan mulus yang
ditangani oleh dokter A, dua minggu
Kasus Malpraktek Medik di Jawa kemudian korban kembali ke Rumah
Timur Sakit x untuk melakukan chek up.
Beberapa laporan dibawah ini Dokter menyarankan korban dioperasi
merupakan kasus-kasus malpraktek karena diduga saluran kencingnya
medis yang terjadi di wilayah Jawa bocor dan korban kembali menjalani
Timur. operasi.
Korban juga disarankan minum
1. Korban meninggal usai operasi jamu asal Cina untuk memulihkan
caesar tenaga. Namun kondisinya malah
Dugaan kasus malpraktek memburuk dan korban sempat buang air
kembali terjadi, korbannya seorang besar bercampur darah. Melihat kondisi
wanita (22 tahun) meninggal dunia korban semakin memburuk, pihak
tidak lama setelah menjalani operas keluarga meminta dirujuk ke Rumah

63
Djuharto S Susanto

Sakit Dr Soetomo Surabaya. Korban Terjadinya kebocoran pada


sempat dua hari dirawat di Rumah Sakit saluran kencing dan dugaan
Dr Soetomo namun dinyatakan kebocoran pada saluran usus
terlambat, karena infeksi sudah setelah operasi kedua.
menjalar ke otak dan korban akhirnya 4) Unsur “Direct
meninggal dunia. Causation” (hubungan
Anak yang dilahirkan korban sebab-akibat)
kini sudah berumur satu bulan dan Perlu dilakukan
terpaksa dirawat oleh ayahnya dan pembuktian guna
kedua mertuanya.5 kepastian lebih lanjut
(melalui autopsi
Analisis Kasus: diagnostik) adanya
kebocoran pada saluran
1) Unsur “Duty” (kewajiban):
kencing sekaligus
Dokter A melakukan
saluran usus yang
operasi caesar sesuai
menjadi penyebab dari
permintaan pihak pasien
kematian korban.
2) Unsur “Breach Of
Duty/Derelict” (pelanggaran
2. Bayi 6 Bulan kehilangan satu
kewajiban):
bola matanya akibat operasi di
Operasi caesar yang
salah satu Rumah Sakit di
dilakukan dokter A ternyata
Sumenep
menimbulkan kebocoran
Anak pertama pasangan suami
pada saluran kencing dan
isteri N harus hidup tanpa satu bola
dugaan kebocoran pada
mata yaitu mata sebelah kanan. Balita
saluran usus setelah operasi
berjenis kelamin laki-laki malang ini
kedua.
kehilangan indera penglihatannya
3) Unsur “Damage”
setelah sebelumnya menjalani operasi
(kerugian/kerusakan)
disalah satu Rumah Sakit di Sumenep.
Karena keluarga merasa putus
asa dengan penanganan rumah sakit,
5
Fokus: Dugaan Malpraktek - Perban Tertinggal di
ayah korban membawa pulang anaknya
Perut (15 September 2011); Indosiar.com,
Surabaya. sejak satu bulan yang lalu. Ayah korban

64
Tinjauan Malpraktek Medik Di Indonesia
(Kaitan Responsibilitatif Antara Kuliah Hukum Kedokteran Dan Praktek Kedokteran)

mengaku lelah memperjuangkan nasib Pada tanggal 22 Oktober, atau


anaknya di Sumenep, namun sampai tepatnya hari ke-9 setelah kelahirannya,
saat ini ia belum mendapatkan keadilan. bayi ditunggui oleh neneknya. Petaka
“Saya hanya bisa menunggu itu pun datang, saat nenek korban harus
hasil dari penanganan kasus ini oleh beli obat ke apotek rumah sakit, bayi
pengacara saya, yang berjanji dijaga oleh tetangganya. “Saat itu tiba-
memberikan bantuan hukum secara tiba datang salah seorang perawat
gratis,” ungkap ayah korban. Masih kata menyodorkan surat pernyataan kepada
ayah korban, melalui pesan singkat dari tetangga saya bahwa mata bayi saya
pengacaranya dijelaskan bahwa kasus harus dioperasi karena terkena penyakit
tersebut sudah dilaporkan kepada yang berbahaya, kalau tidak akan
Dewan Kehormatan Kedokteran. Sebab menjalar ke otak. Tetangga saya pun
hingga saat ini pihak keluarga meyakini membubuhi tanda tangannya dan bayi
jika lepasnya bola mata kiri anaknya saya akhirnya dioperasi,” demikian
saat dirawat di rumah sakit di Sumenep kata ayah korban.
akibat dugaan malpraktek medis. Keesokan harinya, pada tanggal
Ayah korban menjelaskan, 23 Oktober 2009, ayah korban
peristiwa memilukan yang menimpa mendapat surat dari rumah sakit, dia
buah hatinya bermula dari diminta datang. “Tiba-tiba saya diberi
kedatangannya bersama sang istri ke bola mata anak saya dan disuruh
salah satu rumah sakit di Sumenep pada menguburkan karena mengandung
12 Oktober 2009 lalu. Saat itu istrinya penyakit yang berbahaya. Tentu saja
hendak melahirkan. Setelah ditangani saya shock, karena saat lahir mata anak
secara medis, bayi lahir secara normal. saya normal,” masih cerita ayah korban.
Namun, karena berat badan bayi di Apalagi, isteri saya seakan tak
bawah normal, sehingga harus dirawat percaya bahwa bola mata bayinya telah
dalam inkubator. Sedangkan, ibunya dikeluarkan dari kelopaknya. Karena
diperbolehkan pulang. Bayi ditunggui tidak terima, kemudian keluarga
secara bergantian oleh keluarganya, mendatangi rumah sakit, untuk
karena ayah korban berprofesi sebagai menuntut agar mengembalikan bola
buruh angkut maka harus bekerja mata bayinya. Namun, orang tua korban
mencari uang untuk biaya perawatan malah mendapat bentak-bentakan dari
anaknya. petugas medis.

65
Djuharto S Susanto

Tepat pada tanggal 12 selanjutnya menyebabkan


November 2009, keluarga memutuskan berkurangnya kemampuan
untuk lapor ke polisi. Namun, meski melihat bayi (korban) secara
sempat diproses, namun akhirnya kasus binocular.
itu dihentikan oleh pihak kepolisian 4) Unsur “Direct Causation”
karena tidak ditemukan alat bukti baru (Hubungan Sebab-Akibat):
(novum) dugaan malpraktek6. Rumah Sakit telah melakukan
Analisa Kasus: pengangkatan bola mata bayi
(korban) sehingga
1) Unsur “Duty” (Kewajiban):
mengurangi kemampuan
Wakil Rumah Sakit
melihat bayi (korban) secara
berkewajiban memberikan
binocular tanpa pemberian
informasi yang lengkap dan
informasi yang lengkap dan
sejelas-jelasnya pada orang
sejelas-jelasnya pada
tua bayi (korban), bukan pada
orangtua bayi (korban).
tetangganya, perihal perlunya
melakukan pengangkatan
Malpraktek Medik menurut Opini
bola mata bayi tersebut.
Publik.
2) Unsur “Breach Of Duty /
Malpraktek medik sebagai
Derelict” (Pelanggaran
kesalahan profesi dibidang medis akan
Kewajiban):
menimbulkan dampak yang cukup berat
Informasi yang seharusnya
dan mampu merusak nama baik
diberikan pada dan diterima
kelompok profesi medis itu sendiri serta
dengan sejelas-jelasnya oleh
menimbulkan keraguan bagi mereka
kedua orang tua korban tidak
yang menggunakan jasa profesi
dilaksanakan untuk
tersebut. Kecurigaan masyarakat atas
disampaikan pihak Rumah
masih banyaknya malpraktek medik
Sakit.
yang terselubung pada dunia medis
3) Unsur “Damage” (Kerugian /
masih cukup banyak dan belum juga
Kerusakan):
terhapuskan.
Hilangnya salah satu bola
mata bayi (korban) yang
Untuk menghilangkan trauma
6
Nahas menimpa balita berusia enam bulan (28 sosial ini dibutuhkan upaya yang cukup
June 2010), Radar Kediri.

66
Tinjauan Malpraktek Medik Di Indonesia
(Kaitan Responsibilitatif Antara Kuliah Hukum Kedokteran Dan Praktek Kedokteran)

serius dan keterbukaan dari semua dengan menganalisa setiap unsur hukum
kalangan, baik kalangan praktisi hukum pada setiap tindakan medik dan perilaku
maupun dokter itu sendiri, juga medik yang dilakukan oleh para
masyarakat pengguna jasa medis. mahasiswa kepada pasiennya.
Upaya ini perlu dilakukan sejak
mahasiswa kedokteran dengan Dibutuhkan pembenahan yang lebih
membangun moral etis dunia intensif dan ekstensif untuk mengurangi
kedokteran guna membangun opini insiden malpraktek medis ini. Baik
positip didalam kalbu masyarakat. berupa perubahan paradigma
Pembentukan Majelis Kode Etik dikalangan medis sendiri yang
Kedokteran yang disentralisasikan di seharusnya sudah dilatih sejak
ibu kota telah mengarah pada tujuan ini, mahasiswa kedokteran, mengurangi
namun guna mencegah perluasan dominasi pemilik modal yang seringkali
masalah dirasakan perlunya dibentuk melampaui batas, menyaring kemajuan
suatu media pembelajaran, pelatihan teknologi yang seringkali mengabaikan
dan penanggulangan didaerah secara etika medis dan peningkatan interaksi
mandiri, khususnya sejak jenjang antar divisi hukum kesehatan yang
pendidikan kedokteran. akhirnya mengarah pada peningkatan
pengetahuan di bidang bioetika dan hak
Kesimpulan dan saran asasi manusia, secara khusus di
Sesuatu terobosan yang non- Indonesia.***
klasikal, yaitu mata kuliah “Hukum
Kedokteran” saat ini mulai diajarkan
secara terpisah oleh dosen dengan
pendidikan yang berlatar belakang
sarjana kedokteran dan hukum. Selain
itu diharapkan juga metode pengajaran
“Hukum Kedokteran” tidak lagi hanya
bersifat klasikal, di mana dosen hanya
memberikan kuliah dan diikuti diskusi
yang terstruktur dalam satuan kredit
semester saja tetapi juga dengan
“bimbingan praktek” di lapangan

67
Djuharto S Susanto

KEPUSTAKAAN Sampurna B (2008): “Malpraktek


Medik”; Jakarta.
Purwadianto A. (2008): “Hukum
Fokus: Dugaan Malpraktek – “Perban
Responsif Paradigma Hukum
Tertinggal di Perut “(15 September
Kesehatan” pada Jurnal Hukum
2011); Indosiar.com, Surabaya.
Kesehatan Departemen
“Nahas menimpa balita berusia enam
Kesehatan RI vol. 1 no.1; Biro
bulan” (28 June 2010), Radar
Hukum dan Organisasi
Kediri.
Departemen Kesehatan, Jakarta
Komalawati V (1989): “Hukum dan
Selatan; hal 1-8.
Etika dalam Praktek Dokter”;
Black H. C. (1990): “Black’s Law
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta;
Dictionary”; West Publishing
hal 20-21.
Co.,St. Paul, Minnesota; p. 959

68

También podría gustarte