Está en la página 1de 10

PENYAKIT GIARDIASIS

Made Vrety Widyari

Program Studi Pendididkan Dokter Universitas Warmadewa

Tahun Akademik 2010

ABSTRAK

Giardiasis adalah penyakit diare yang disebabkan oleh Giardia lambia yang merupakan protozoa
berflagela empat. Pada awalnya penyakit ini ditemukan di Amerika Serikat. Penyakit ini sering
menyebabkan diare pada anak usia balita dan sekolah. Siklus hidup Gardia lambia terdiri atas
dua bentuk yaitu trofozoit dan kista. Gardia lambia hidup di saluran pencernaan yaitu; pada
duodenum dan jejunum bagian proksimal. Transmisi infeksi giardia pada makanan atau
minuman yang tercemar kista atau terkontaminasi langsung dari orang ke orang. Manifestasi
klinis bervariasi pada infeksi gardiasis misalnya; bisa menjadi diare akut yang bisa disembuhkan
secara spontan dengan cara eradikasi, diare kronik dengan penurunan BB dan infeksi berlanjut.
Pengobatan infeksi giardiasis dapat dilakukan dengan pemberian cairan yang cukup untuk
dehidrasi. Namun beberapa penderita yang terinfeksi dapat sembuh tanpa pengobatan kecuali
penderita yang presisten perlu diberikan antiprotozoa. Pencegahan yang dapat dilakukan pada
infeksi ini seperti cuci tangan dengan sabun setelah menggunakan toilet, menjaga kebersihan
lingkungan dan higeine

1. Pendahuluan

Meningkatnya angka kejadian penyakit infeksi dan menular di Indonesia mengakibatkan


meningkatnya perhatian publik terhadap perkembangan penyakit ini dan terapinya. Minimnya
pengetahuan masyarakat mengenai penyakit menular dan infeksi salah satunya adalah Giardiasis,
yang menyebabkan timbulnya persepsi-persepsi seperti penyakit ini tidak bisa disembuhkan,
penderitanya bisa meninggal, tidak ada cara untuk mencegah dan kejadiannya tidak dapat
diperkirakan. Hal ini harus diluruskan agar masyarakat benar-benar memahami penyakit ini dan
segala aspek yang berhubungan dengan penyakit tersebut..
Berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kususnya di bidang kedokteran
mengakibatkan semakin banyak informasi yang tersedia tentang segala aspek Giardiasis,
sehingga masyarakat semakin mudah untuk memahami penyakit tersebut. Penemuan-penemuan
baru dibelahan dunia juga berperan penting dalam penatalaksanaanya maupun pengobatannya.
Melaui tulisan ini pengetahun masyarakat diharapkan meningkat mengenai penyakit ini
dan meminimalkan persepsi-persepsi keliru yang sudah melekat di masyarakat, sehingga tercipta
lingkungan yang bersih bebas dari kuman-kuman penyebab penyakit infeksi dan menular.
Tulisan ini mengambil judul Penyakit Giardiasis yang akan membahas bagaimana epidemiologi,
etiologi, morfologi, siklus hidup giardia, manifestasi klinis, diagnosis, pengobatan sampai
pencegahanya.

2. Epidemiologi

Pada awal tahun 1970 parasit ini mulai mendapat perhatian terutama di Amerika Serikat karena
sering menyebabkan diare pada wisatawan (traveller’s diarrhea), pada anak yang dirawat di
pusat perawatan anak dan keluarga yang kontak langsung dengan anak yang terinfeksi. Giardia
lebih sering menyerang anak usia balita dan sekolah dibandingkan orang dewasa. Hal ini
dikarenakan pada anak usia seperti ini lebih sering mengkonsumsi makanan ataupun minuman
yang terkontaminasi Giardia lambia1. Walaupun kasus penyakit ini belum banyak dilaporkan di
Indonesia, Giardiasis perlu mendapat perhatian karena komplikasi yang diakibatkannya dapat
mempengaruhi keadaan gizi dan daya tahan tubuh, terutama anak yang sedang tumbuh dan
berkembang. Akhir-akhir ini angka kejadian dilaporkan meningkat pada penderita AIDS.
Dijumpai 4-70% penderita AIDS di Amerika serikat terserang Giardia lambia2. Trasmisi giardia
melalui Fecal-oral route dari kista yang tertelan bersama makanan dan minuman yang
terkontaminasi12.

3. Etiologi

Giardiasis disebabkan oleh Giardia lambia atau Giardia intestinalis, keluarga heksamitiadae,
superkelas mastigofora dan filum protozoa23. Pertama kali ditemukan oleh Anthoni Van
Leeuwenhoek pada tinjanya sendiri yang cair melalui pemeriksaan di bawah mikroskop tahun
16812. Kemudian pada tahun 1859 Vilen Lambl menguraikan lebih lengkap dan
mempertimbangkan bahwa G.lambia merupakan parasit yang patogen pada manusia34. Ada
bermacam-macam jenis Genus giardia yaitu G.bovis, G. kanis, G. kati, dan G.muris. Spesies
terbanyak menimbulkan infeksi pada mamalia adalah Giardia lambia dan Giardia muris.
Organisme yang diisolasikan dari manusia, hewan peliharaan dan hewan liar nampak mirip.
Namun mungkin saja bahwa G.intestinalis benar-benar kompleks pada spesies atupun subspesies
yang berbeda. Manusia menjadi reservoir utama pada infeksi untuk manusia. Transmisi
antarspesies G. intestinalis sudah ditunjukkan dan transmisi zoonotik dianggap terjadi. Namun
pentingnya reservoir hewan pada penyakit manusia masih kontroversi. Spesies giardia yang lain
di temukan pada burung, reptil dan amfibi. Organisme ini tidak diketahui sebagai zoonosis.
Giardia muris ditemukan pada binatang pengerat, burung dan reptil. Giardia agilis ditemukan
pada amfibi.

4. Morfologi dan Siklus Hidup

Siklus hidup G.lambia terdiri dari dua bentuk yaitu trofozoit dan kista 3. Trofozoit
biasanya terdapat pada preparat mucus duodenum atau feses, tampak depan berbentuk seperti
buah pir, sedangkan dari samping seperti sendok. Mempunyai nukleus yang berpasangan dengan
kariosom sentral ditengahnya, sehingga tampak seperti kacamata (spectacled appearance) dan
mempunyai 4 pasang flagel. Pada garis median terdapat tangkai longitudinal yang disebut
axostyle dan parabasal bodies yang letaknya melintang. Pada permukaan ventral yang berbentuk
cekung terdapat alat hisap sehingga memungkinkan melekat pada permukaan usus disertai
gerakan flagel yang berbentuk spiral yang mengakibatkan kekuatan menghisap.
Kista adalah bentuk yang sering didapat dalam tinja, berbentuk oval, lebih kecil daripada
trofozoit. Pada kista terdapat 2 nukleus yang belum matur dan 4 nukleus yang sudah matur yang
biasanya terdapat pada satu tempat. Kista dan trofozoit tidak mempunyai mitokondria, badan
golgi dan reticulum endoplasa yang halus. Namu retikulum endoplasma kasar terdapat pada
trofozoit.
Giardia lambia hidup disaluran cerna yaitu pada duodenum dan jejunum bagian
proksimal. Di luar tubuh G. lambia tahan lebih lama dalam bentuk kista dan dalam lingkungan
yang lembab dapat bertahan sampai 3 bulan. Giardia pada umumnya tidak mampu bertahan
hidup pada air bersuhu 37oC, kista masih dapat bertahan hidup sampai 20 hari pada suhu 21oC
dan pemanasan 50oC dapat membunuh kista234.
Parasit masuk ke dalam tubuh melalui air atau makanan yang terkontaminasi kista. Di
dalam lambung kista memperbanyak diri dan kista yang matur mengalami enkistasi menjadi
trofozoit. Untuk mempertahankan hidupnya, trofozoit lebih suka berada di duodenum. Trofozoit
mampu membelah diri secara longitudinal dan berkolonisasi. Enkista terjadi pada kolon yang
tinjanya mulai padat. Setelah enkistasi fiblir,alat hisap dan flagel tampak ganda kemudian terjadi
enkistasi sehingga terbentuk trofozoit baru2. Pada pemeriksaan mikroskop elektron diperlihatkan
banyaknya trofozoit sehingga permukaan mukosa duodenum seperti karpet2.

5. Patologi dan Patogenesis

Pada giardiasis asimtomatik biasanya didapatkan absorpsi dan gambaran histologik


mukosa normal. Pada kasus ringan kelainan histologik mukosa ringan tanpa pengurangan
panjang vili, sedangkan pada kasus berat sering terjadi ganguan absorpsi lemak, d-xylose,
vitamin B12 dan hipolaktasia23. Terdapat pengurangan panjang vili, perubahan kedalaman kripta
dengan peningkatan gambaran mitosis, peninggian sel plasma dan limfosit di lamina proporia.
Jumlah limfosit inter-epitel bertambah. Trofozoit Giardia dapat dilihat di ruang intervili dan
makrovili sel epitel. Jika ditemukan perubahan histologik berat harus dipikirkan penyakit celiac
sehingga perlu dilakukan biopsy usus serial terutama di ruang intervili dan makrovili sel epitel3.
Patogenesis diare dan malabsorpsi pada giardiasis belum jelas. Namun ada beberapa
faktor yang mempengaruhi yaitu barier fisik terhadap absorpsi nutrient oleh karena sejumlah
parasit pada mukosa usus yang berhubungan dengan jumlah organisme giardia yang tertelan dan
mempunyai galur yang spesifik, kerusakan mukosa usus, dibebaskannya toksin, kerusakan
proses intraluminal yang penting untuk absorpsi lemak dan kompetisi nutrient2.
Selain factor-faktor di atas, faktor imunitas juga berperan pada orang dengan defisiensi
globulin akan meningkatkan kolonisasi parasit dalam usus dan imunitas seluler yang terganggu
berperan dalam kegagalan eradikasi infeksi. Adanya korelasi yang bermakna antara berat
penyakit yang terlihat pada gambaran histologik mukosa dengan defisiensi immunoglobulin.

6. Manifestasi Klinis

Kebanyakan pada bayi dan anak-anak yang terinfeksi Giardia tidak terlihat adanya gejala
penyakit tersebut. Namun variasi manifestasi klinis dapat berkembang menjadi beberapa
kemungkinan yaitu diare akut yang sembuh secara spontan dengan eradikasi, diare berlangsung
secara terus menerus sampai terjadinya penurunan berat badan dan infeksi berlanjut, resolusi
diare dengan eskresi kista kontinyu23. Gejala infeksi akut mulai sesudah masa inkubasi lebih
kurang 2 minggu. Gejala pada diare akut adalah diare, berbau, mual, distensi abdomen,
flatulensi, tidak demam, tidak terdapat darah dalam tinja. Sedangkan pada gejala pada diare
kronik adalah nyeri, distensi abdomen, tinja berlendir dan berbau, penurunan BB.
Giardiasis adalah penyebab kedua steatore pada anak yang menderita sistik fibrosis.
Perjalanan penyakit giardiasis biasanya akan sembuh sendirinya5. Parasit dalam feses hilang
dalam waktu 4-6 minggu walaupun pada beberapa kasus dapat presisten sampai beberapa bulan
atau tahun4. Intoleransi karbohidrat terjadi karena defisiensi laktase, gejalanya berupa feses diare,
perut kembung, flatulensi yang menetap setelah eradikasi infeksi dan hanya merespons terhadap
diet laktosa. Pada giardiasis kronik dapat timbul malabsorpsi lemak, karbohidrat, vitamin B12,
asam folat dan vitamin A. Giardiasis dapat menyebabkan urtikaria kronok, infeksi kandung dan
saluran empedu namun jarang terjadi. Kolangitis dan hepatitis granulomatosa pernah dilaporkan
sekali, selain itu, kasus giardiasis dilaporkan dengan peradangan satu mata, sinovitis,proktitis,
demam yang berkepanjangan, pankreatitis, adenitis, colitis ulserativa dan ganguan tingkah laku
dengan EEG yang abnormal34.

7. Diagnosis

Kemungkinan diagnosis giardiasis perlu dipertimbangkan pada setiap penderita yang


mengalami diare tidak diketahui penyebabnya selama lebih dari 2 minggu. Disamping itu juga,
perlu diperhatikan apakah penderita sebelumnya dapat berpergian ke daerah endemik, kontak
dengan anak yang dirawat di Pusat perawatan anak, dan minum air yang belum diproses.
Walaupun demikian, pemeriksaan feses yang menunjukkan mukosa yang hiperimi dengan
sekresi mukoid, belum dapat menegakkan diagnosis34.
Diagnosis yang pasti biasanya ditegakkan dengan pemeriksaan feses yaitu ditemukannya
trofozoit dalam feses cair. Pemeriksaan feses dilakukan pada sedian basah dengan pewarnaan
lugol-iodin. Dapat juga dilakukan pada pewarnaan permanen, biasananya dengan trikrom atau
secara tidak langsung dengan metode konsentrasi , biasanya dengan formalin etil asetat3.
Eskresi kista yang tidak konstan tidak dapat dipastikan sehingga dalam mengevaluasi
memerlukan pengambilan spesimen berulang kali dalam beberapa hari. Jika masih menunjukkan
hasil negatif, perlu pemerikasaan cairan duodenum4. Cara yang mudah dilakukan yaitu dengan
cara entero test. Uji ini adalah metode pengambilan sampel mukus duodenum yang dapat
menunjukkan hasil yang kuat pada giardiasis. Uji ini memiliki sensitivitas yang lebih kuat
dibandingkan dengan pemeriksaan feses meskipun penatalaksanaannya belum terstandarisasi.
Uji ini tampaknya aman tetapi aberasi superfisial yang linier dari mukosa gaster pernah
didapatkan melalui pemerikasaan varises esophagus atau koagulapati.
Biopsy jejunum dengan cara endoskopi atau kapsul Crosby Kugler merupakan metode
diagnostik yang paling sensitif tetapi juga paling mahal dan jarang tersedia 34. Giardia dapat
dilihat pada irisan yang difiksasi dengan pengecatan Giemsa atau Trikrom. Pergerakan trofozoit
dapat diamati pada sediaan segar tetapi sensitivitas dan spesifisitas belum dievaluasi. Biasanya
dengan pemeriksaan laboratorium yang optimal dari 3 spesimen tersebut, diagnosis giardiasis
dapat ditegakkan 97%.
Diteksi antigen dilakukan 2 hari setelah parasit tidak dapat dideteksi dengan metode
konvensional. Metode yang dipakai untuk menentukan antibody adalah IFA dan ELISA 34. Uji
ELISA memilki spesifisitas dan sensitivitas yang lebih tinggi. Uji ini berguna dalam penelitian
epidemiologi kejadian luar biasa dan imunologi.

8. Pengobatan

Pengobatan Giardiasis yang merupakan penyakit diare harus dikelola dengan penggantian cairan
yang cukup untuk dehidrasi terutama pada anak-anak muda dan ibu hamil yang lebih rentan
terhadap dehidrasi. Beberapa orang yang terinfeksi giardia dapat disembuhkan tanpa pengobatan
tetapi infeksi persisten memerlukan pengobatan5. Ada beberapa obat yang tersedia untuk
mengobati giardiasis yaitu tinidazole, metronidazol, nitazoxanide, furazolidon,kuinakrin45. Dari
obat-obat tersebut di atas, tinidazole adalah obat yang paling efektif terhadap giardiasis dengan
dosis tunggal. Setiap obat mempunyai efektivitas yang berbeda dalam pengobatan dan efek
samping harus dipertimbangkan terutama bagi perempuan hamil.

9. Pencegahan

Untuk mencegah penyakit giardiasis dilakukan beberapa hal seperti berikut Cuci tangan dengan
sabun dan air setelah menggunakan toilet, mengganti popok dan sebelum makan atau
menyiapkan makanan78. Hal ini juga mencegah penyebaran giardiasis kepada orang lain. Orang
dengan giardiasis tidak boleh berenang di rekreasi air minimal selama dua minggu setelah akhir
gejala karena kista Giardia lambia resisten untuk tingkat klorin digunakan di kolam renang.
Pemanasan air minum sampai 50oC dapat membunuh kista678. Larutan iodine 2% dapat
digunakan oleh para wisatawan yang berpergian ke daerah endemik untuk mensterilkan air
minum7. Menghindari sayur-sayuran dan makan yang tidak dimasak atau buah-buahan yang
tidak dikupas juga dapat menghindari giardiasis8. Hindari paparan tinja saat berhubungan seks.
Selain itu juga ditempat perawataan anak harus diajarkan pentingnya cuci tangan pada anak-anak
dan staf.

10. Simpulan

Giardiasis merupakan penyakit diare yang disebabkan oleh Giardia lambia. Penyebaran pertama
kali tahun 1970 ditemukan di Amerika serikat yang menyebabkan diare pada wisatawan, anak-
anak di pusat perawat dan keluaga yang terkontaminasi langsung dari anak yang terinfeksi
giardiasis. Penularan infeksi ini melelui fecal-oral yaitu melalui makanan yang terkontaminasi
dengan kista pada kotoran manusia. Gejala yang paling sering terlihat adalah diare, mual, nyeri
distensi abdomen dan flatulensi. Pengobatannya dengan pemberian cairan yang cukup untuk
dehidrasi dan pemberian obat antiprotozoa dengan mempertibangkan efek samping yang dimiliki
setiap obat. Namun ada beberapa penderita dapat sembuh tanpa pengobatan. Untuk mencegahan
infeksi ini dapat dilakukan dengan menjaga sanitasi lingkungan, higeine diri sendiri dan
membiasakan mencuci tangan dengan sabun setelah BAB dan sebelum makan
DAFTAR PUSTAKA

1. RC. Thompson, PR. Hunter.2005. The Zoonotic Transmission of Giardia and


Cryptosporidium. Available from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16159658.
Accessed on 8th October 2010
2. Turner Aj. 1990. Giardiasis and Infection with dientamoeba flagilis, parasitic infection.
Pediatr Clin North Am.
3. Rockwell,Robert L. Giardia Lambia and Giardiasis with Particular attention to the
Sierra Nevada. 2003. Available from www.ridgenet.net/~rockwell/Giardia.pdf. Accessed
on 8th October 2010
4. Sudoyo, Aru W., Setiyohadi, Bambang, Alwi, Idrus, Simadibrata K, Marcellus, Setiadi,
Siti.2007. Buku Ajar, Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1 Edisi IV. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta
5. B. Timothy, Gardner, Hill R. David. 2001. Treatment of Giardiasis. Available from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC88965. Accessed on 8th October 2010
6. Canadian Laboratory Centre for Disease Control. Material Safety Data Sheet – Giardia
lamblia. Office of Laboratory Security; 2001 May. Available at: http://www.hc-
sc.gc.ca/pphb-dgspsp/msds-ftss/index.html#menu. Accessed 8th October 2010
7. Centers for Disease Control and Prevention [CDC]. Giardiasis[online]. CDC; 2004 Sept.
Available from http://www.cdc.gov/ncidod/dpd/parasites/giardiasis/factsht_giardia.htm.
Accessed 8th October 2010
8. Centers for Disease Control and Prevention [CDC]. Giardiasis[online]. CDC; 2004 Sept.
Available from http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/Giardiasis.htm. Accessed 8th
October 2010
PENYAKIT GIARDIASIS

PEMBIMBING : dr Nyoman Sueta, PA(K)

OLEH : Made Vrety Widyari

NIM : 0970121043

SEMESTER : III

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


UNIVERSITAS WARMADEWA
DENPASAR
2010

También podría gustarte