Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
App Bab 4
App Bab 4
PPh 22 impor menyangkut pemungutan pajak di sektor impor yng berhubungan dengan
penyerahan dan pembayaran barang serta pemasukan barang dari luar ke dalam daerah
pabean.
Tax planner memikirkan mencari tarif terendah sehingga dalam melakukan impor
merekomendasikan impor dengan API. Memfasilitasi peminjaman API dapat dilakukan
oleh unit bisnis dalam grup perusahaan atau konglomerat yang telah saling kenal dan
berada dalam kepemilikan yang sama. Jika kebijakan ini diimplementasikan, tax planner
dapat menekan beban PPh 22 menjadi lebih kecil daripada yang tidak memiliki API.
Perusahaan yang meminjamkan benderanya harus berhati hati karena masalah transaksi
dapat menimbulkan masalah pajak dan hukum dimana transaksi tersebut dimanfaatkan
untuk hal negatif. Pihak yang bertanggung jawab adalah perusahaan yang meminjamkan
benderanya. Sanksi yang diterima dapat berupa pidana karena dianggap sebagai kasus
manipulasi.
Dalam dunia shipping (laut dan udara) terdapat adanya “handling fee” yaitu
jumlah fee yang harus dibayar berdasarkan perjanjian antara impotir yang memiliki API
dengan pemilik barang atas jasa yang diberikan. Cara ini dapat dipakai orang atau
perusahaan yang memiliki API dengan meminjam bendera perusahaan untuk
mengeluarkan barang impornya dengan kompensasi permberian “handling fee”. Bagi
perusahaan yang masih rugi akan bisa menghemat cash flow untuk masa tertentu.
Ketentuan untuk barang yang tidak dikuasai atau barang tidak bertuan adalah
membayar dengan rate yang sama dengan dikenakan pada non API. Bagi tax planner hal
yang dapat dimafaatkan tidak dketahui siapa pengimpornya karena barang tersebut
dokumen impornya tidak lengkap sehingga menumpuk di gudang bea cukai dan pada
akhirnya akan di lelang. Selanjutnya diusahakan meminjam bendera perusahaan yang
memiliki API untuk mengeluarkan barang tersebut dari pelabuhan atau airport daripada
menanggung kerugian.
Tax management atau tax planning mensyaratkan hal seperti tidak melanggar
ketentuan perpajakan, secara bisnis masuk akal, serta didukung oleh bukti pendukung
yang memadai. Solusinya dengan membuat kontrak yang jelas dan secara transparan
mencantumkan hak dan kewajiban perpajakan antar pihak. Perusahaan yang dikenai PPh
22 dapat mengkreditkan yang tidak bersifat final. Sedangkan PPh 22 yang bersifat final
tidak dapat dikreditkan dalam SPT Tahunan PPh.
Pengecualian pajak yang harus diperhatikan tax planner misalnya untuk impor barang
yang bebas bea masuk yang dikecualikan dari PPh Impor, begitu juga barang untuk
keperluan pameran, atau keperluan lain yang bersifat sementara.
WP dalam tahun pajak berjalan dapat menunjukkan tidak akan terutang Pajak
Penghasilan karena mengalami kerugian fiskal
WP berhak melakukan kompensasi kerugian fiskal sepanjang jumlah kerugian
lebih besar dari penghasilan neto tahun pajak bersangkutan
Pajak penghasilan yang dibayar lebih besar dari pajak penghasilan yang terutang
Untuk PPh 22 yang tidak final dapat diajukan permohonan Surat Keterangan Bebas
(SKB) oleh WP yang memenuhi kriteria Dirjen Pajak dan tax planner akan
memanfaatkan momentum kapan permohonan SKB PPh 22 diajukan agar tidak terjadi
lebih bayar.
Nilai Impor = Harga Impor (CIF) + Bea masuk + Bea masuk tambahan (jika ada)
Impor barang untuk kegiatan atau jasa atas imbalannya semata – mata
dikenakan PPh final, tidak dikenakan PPh Pasal 22 impor
WP dapat meminta surat keterangan bebas impor
Jika diketahui impor tidak digunakan untuk kegiatan yang tidak dikenakan
PPh final maka PPh 22 yang terutang akan ditagih beserta sanksi bunga
b. PPh Pasal 22 Bendaharawan dan BUMN / BUMD
Pembayaran atas pembelian atau penyerahan barang yang dibebankan ke APBN /
APBD besarnya tarif 1,5 % dari harga beli.
Yang memungut : Ditjen Anggaran, Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara
(KPKN), atau BUMN / BUMD
c. PPh Pasal 22 atas Kegiatan Usaha Lain
Penjualan hasil produksi tertentu di dalam negeri
Industri semen : 0,25 %
Industri kertas : 0,1 %
Industri Baja dan Obat : 0,3 %
Industri otomotif : 0,45 %
Kewajiban memungut PPh 23 dimana perusahaan pemilik proyek atau penerimaan jasa
mengharuskan adanya pemungutan atau pemotong dari pihak ketiga, sedangkan pihak
pemberi jasa (konstraktor) tidak bersedia dipotong pajaknya karena tidak ada pasal
pemotongannya dalam kontrak perjanjian. Apabila perusahaan pemilik proyek tidak
memiliki pemotong PPh 23 dan transaksi ditemukan fiskus pada saat pemeriksaan pajak
maka akan dikenai kewajiban membayar PPh 23 (withholding tax) yang terutang
ditambah denda 2 % sebulan dari pokok pajak.
Solusinya :
Cara ini tidak daiakui fiskus dan dilakukan sepihak oleh perusahaan pemilik gedung agar
biaya sewa bangunan bisa dibiayakan termasuk pajaknya (deductible). Jadi, kontrak
perjanjian harus direvisi dengan mencantumkan nilai sewa bangunan setelah di gross up.
Deviden yang diterima perseroan dalam negeri (selain bank atau lembaga keuangan
lainnya) tidak termasuk objek pajak PPh Badan dengan syarat :
Syarat memiliki usaha aktif yang menerima inter-corporate dividend dihapus. Jika
kepemilikan saham kurang dari 25 % harus merger untuk mencukupi kekurangan dana
yang diinvestasikan ke operating company.