Está en la página 1de 14

REFERAT

ILMU PENYAKIT DALAM


SEPSIS & SYOK SEPSIS

Pembimbing:

dr. Wiwid Samsulhadi, Sp.PD, FINASIM

Penyusun :

Dwi Puji Lestari 201704200231

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA

2018
LEMBAR PENGESAHAN REFERAT
SEPSIS & SYOK SEPSIS

Referat dengan judul “Sepsis & Syok Sepsis” telah diperiksa dan disetujui
sebagai salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan
klinik Dokter Muda di bagian Ilmu Penyakit Dalam di RSU Haji Surabaya.

Surabaya, 3 Oktober 2018


Pembimbing

dr. Wiwid Samsulhadi, Sp.PD, FINASIM

II
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN REFERAT .......................................................... ii


DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Tujuan ........................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 3
2.1 Sepsis ............................................ Error! Bookmark not defined.
2.1.1 Definisi ................................................................................... 3
2.1.2 Epidemiologi ............................................................................... 3
2.1.3 Etiologi........................................................................................ 3
2.1.4 Patofisiologi ................................................................................ 5
2.1.4.1 Kaskade Inflamasi ................. Error! Bookmark not defined.
2.1.5 Tahapan Perkembangan Sepsis . Error! Bookmark not defined.
2.1.6 Faktor Resiko .............................. Error! Bookmark not defined.
2.1.6.1 Usia ....................................... Error! Bookmark not defined.
2.1.6.2 Jenis Kelamin ........................ Error! Bookmark not defined.
2.1.6.3 Ras ........................................ Error! Bookmark not defined.
2.1.6.4 Penyakit Komorbid ................ Error! Bookmark not defined.
2.1.6.5 Genetik .................................. Error! Bookmark not defined.
2.1.6.6 Terapi Kortikosteroid ............. Error! Bookmark not defined.
2.1.6.7 Kemoterapi ............................ Error! Bookmark not defined.
2.1.6.8 Obesitas ................................ Error! Bookmark not defined.
2.1.7 Gejala Klinik ................................ Error! Bookmark not defined.
2.1.8 Diagnosa Klinik ............................ Error! Bookmark not defined.
2.1.8.1 Anamnesa ............................. Error! Bookmark not defined.
2.1.8.2 Pemeriksaan Laboratorium dan PenunjangError! Bookmark
not defined.
2.1.9 Komplikasi ................................... Error! Bookmark not defined.
2.2 Syok Sepsis ................................... Error! Bookmark not defined.
2.2.1 Definisi .................................... Error! Bookmark not defined.
III
2.2.2 Patofisiologi Syok Sepsis ........ Error! Bookmark not defined.
2.3 Terapi ................................................ Error! Bookmark not defined.
2.3.1 Rekomendasi SSC 2012 Resusitasi AwalError! Bookmark not
defined.
2.3.2 Rekomendasi SSC 2012 Pemberian Antimikroba .......... Error!
Bookmark not defined.
2.3.3 Rekomendasi SSC 2012 tentang nutrisiError! Bookmark not
defined.
2.3.4 Rekomendasi SSC 2012 tentang glukosa darah ............ Error!
Bookmark not defined.
2.3.5 Rekomendasi SSC 2012 tentang terapi cairan .............. Error!
Bookmark not defined.
2.3.6 Rekomendasi SSC 2012 tentang Vasopressor .............. Error!
Bookmark not defined.
2.3.7 Rekomendasi SSC 2012 tentang Kortikosteroid ............ Error!
Bookmark not defined.
2.3.8 Rekomendasi SSC 2012 tentang Terapi Inotropik ......... Error!
Bookmark not defined.
2.3.9 Rekomendasi SSC 2012 tentang produksi darah .......... Error!
Bookmark not defined.
2.4 Prognosis ....................................... Error! Bookmark not defined.
BAB III KESIMPULAN ................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 7

IV
DAFTAR TABEL

Table 1 Evaluasi penggunaan antibiotik empiris ....... Error! Bookmark not


defined.
Table 2 Panduan pemberian antibiotik pada sepsis menurut Cunha 2011
.................................................................... Error! Bookmark not defined.

V
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 kaskade inflamasi ...................... Error! Bookmark not defined.

VI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan
luar (milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang
berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah,
meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Dalam
cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel
untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya. Untuk dapat
menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan di
sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan keadaan
normal disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada kemampuan
tubuh mempertahankan keseimbangan antara subtansi-subtansi yang ada di
milieu interior.

Keseimbangan cairan dan elektrolit mencakup komposisi dan


perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri
dari air dan zat terlarut. Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena (IV), dan didistribusikan ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit menandakan cairan dan elektrolit tubuh
total yang normal, demikian juga dengan distribusinya dalam seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan
yang lainnya; jika salah satu terganggu, maka demikian pula yang lainnya.
Oleh karena itu, cairan dan elektrolit harus dibicarakan secara bersamaan.

Cairan dan elektrolit menciptaka lingkungan intraseluler dan


ekstraseluler bagi semua sel dan jaringan tubuh, sehingga
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dapat terjadi pada semua golongan
penyakit. Gangguan cairan dan elektrolit berkaitan dengan penyakit sistemik
mayor maupun dengan beberapa penyakit sistemik minor.

1
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui dan mempelajari secara lengkap tentang
Hiponatremia, mulai dari definisi, kriteria, etiologi, hingga
penatalaksanaannya. Serta, dalam rangka memenuhi syarat kepaniteraan
klinik di Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSAL dr RAMELAN Surabaya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hiponatremia
2.1.1 Definisi
Hiponatremia adalah sebuah gangguan elektrolit (gangguan pada
garam dalam darah) dimana konsentrasi natrium dalam plasma lebih
rendah dari normal, khususnya di bawah 135 meq/L. Sebagian besar
kasus hiponatremia terjadi pada orang dewasa dari jumlah berlebih atau
efek dari hormone penahan air yang dikenal dengan nama hormon
antidiuretik.

2.1.2 Komponen cairan dalam tubuh


Seluruh cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen
utama: cairan ekstraselular (ECF) dan cairan intraselular (ICF) (gambar
2.1). kemudian cairan ekstraselular dibagi menjadi cairan interstisial dan
plasma darah.

(Gambar2.1)

3
Ada juga kompartemen cairan yang sangat kecil yang disebut
sebagai cairan transelular. Kompartemen ini meliputi cairan dalam rongga
sinovial, peritoneum, perikardial, dan intraokular juga cairan serebrospinal;
biasanya dipertimbangkan sebagai cairan ekstraselular khusus, walaupun
pada beberapa kasus, komposisinya dapat sangat berbeda dengan yang
di plasma atau cairan interstisial. Cairan transelular seluruhnya berjumlah
sekitar 1 sampai 2 liter.

Pada orang normal dengan berat 70 kilogram, total cairan tubuh


rata-ratanya sekitar 60 persen berat badan, atau sekitar 42 liter.
Persentase ini dapat berubah, bergantung pada umur, jenis kelamin, dan
derajat obesitas. Seiring dengan pertumbuhan seseorang, persentase
total cairan terhadap berat badan berangsur-angsur turun. Hal ini
sebagian adalah akibar dari kenyataan bahwa penuaan biasanya
berhubungan dengan peningkatan persentase berat badan yaitu lemak,
yang kemudian menurunkan persentase cairan dalam tubuh. Karena
wanita memiliki lemak tubuh lebih banyak dari pria, maka wanita memiliki
lebih sedikit cairan daripada pria dalam perbandingannya dengan berat
badan. Karenanya, bila kita membahas kompartemen cairan tubuh “rata-
rata”, kita harus menyadari adanya variasi-variasi, bergantung pada umur,
jenis kelamin, dan tingkat obesitas.

2.1.3 Etiologi
Tingkat sodium yang rendah dalam darah mengakibatkan
kelebihan air atau cairan dalam tubuh, mengencerkan jumlah yang
normal dari sodium sehingga konsentrasinya nampak rendah.
Tipe hiponatremia ini dapat menjadi hasil dari kondisi- kondisi
kronis seperti gagal ginjal (ketika kelebihan cairan tidak dapat
diekskresikan secara efisien) dan gagal jantung, dimana
kelebihan cairan terakumulasi dalam tubuh. SIADH (sindrom
of inappropriate anti-diuretik hormon) adalah penyakit dimana tubuh
menghasilkan terlalu banyak hormon anti-diuretik, berakibat pada
penahanan air dalam tubuh. Mengkonsumsi air yang berlebihan,

4
contohnya selama latihan yang berat, tanpa penggantian sodium
yang cukup, dapat juga berakibat pada hiponatremia.
Hiponatremia juga terjadi ketika sodium hilang dari tubuh
atau ketika sodium dan cairan hilang dari tubuh, contohnya selama
berkeringat yang berkepanjangan dan muntah atau diare yang
parah. Kondisi- kondisi medis adakalanya dihubungkan dengan
hiponatremia adalah kekurangan adrenal, hypothyroidism dan
sirosis hati. Sejumlah obat- obatan juga dapat menurunkan
tingkat sodium dalam darah contohnya adalah obat-obatan diuretik,
vasopresin, dan sulfonylurea.

2.1.4 Patofisiologi
Tingkat sodium yang rendah dalam darah mengakibatkan
kelebihan air atau cairan dalam tubuh, mengencerkan jumlah yang
normal dari sodium sehingga konsentrasinya nampak rendah. Tipe
hiponatremia ini dapat menjadi hasil dari kondisi- kondisi kronis seperti
gagal ginjal (ketika kelebihan cairan tidak dapat diekskresikan secara
efisien) dan gagal jantung, dimana kelebihan cairan terakumulasi
dalam tubuh. SIADH (sindrom of inappropriate anti-diuretik hormon)
adalah penyakit dimana tubuh menghasilkan terlalu banyak hormon anti-
diuretik, berakibat pada penahanan air dalam tubuh. Mengkonsumsi air
yang berlebihan, contohnya selama latihan yang berat, tanpa
penggantian sodium yang cukup, dapat juga berakibat pada
hiponatremia.
Hiponatremia juga terjadi ketika sodium hilang dari tubuh atau
ketika sodium dan cairan hilang dari tubuh, contohnya selama berkeringat
yang berkepanjangan dan muntah atau diare yang parah. Kondisi- kondisi
medis adakalanya dihubungkan dengan hiponatremia adalah kekurangan
adrenal, hypothyroidism dan sirosis hati. Sejumlah obat- obatan
juga dapat menurunkan tingkat sodium dalam darah contohnya adalah
obat-obatan diuretik, vasopresin, dan sulfonylurea.

5
6
DAFTAR PUSTAKA

1. Caterino JM, Kahan S. 2012. Master Plan Kedaruratan Medik.


Indonesia: Binarupa Aksara Publisher.
2. Dellinger RP, Levy MM, Rhodes. 2013. Surviving sepsis campaign:
International guidline for management severe sepsis. Crit Care Med 2,
(p580-637)
3. Esper AM, Moss M, Lewish CA, Nisbet R, Mannino DM, Martin GS.
2006. The role of infection and comorbidity: Factors that influence
disparities in sepsis. Crit Care Med, 34 (p2576-82)
4. Henry W, Russell G, Suzanne J, et al. 2012. “Obesity and risk of
sepsis. Society of Critical Care Medicine and Lippincott Williams &
Wilkins”,http://journals.lww.com/ccmjournal/Abstract/2012/12001/735_
__Obesity_and_Risk_of_Sepsis.697.aspx
5. Hermawan AG. Sepsis. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, KMS,
Setiani S. 2010. Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta:
InternaPublishing;. (p2889-2895)
6. Hubacek JA, Strüber F, Fröhlich D, Book M, Wetegrove S, Ritter M,
Rothe G, Schmitz G. 2001. Gene variants of the
bactericidal/permeability increasing protein and lipopolysacchraride
7
binding protein in sepsis patients: gender-specific genetic
predisposition to sepsis. Crit Care Med, 29: (p557-61)
7. Klein NC, Go CH, Cunha BA. 2001. Infections associated with steroid
use. Infect Dis Clin North Am. Jun;15(2): (p423-32)
8. LaRosa SP. 2013. “Cleveland Clinic disease management project:
Sepsis”,http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasema
nagement/infectious-disease/sepsis/
9. M. Vitanata, Arifijanto. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FK
Universitas Airlangga Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press
(UAP).
10. Melamed A, Sorvillo FJ. 2009. The burden of sepsis-associated
mortality in the United States from 1999 to 2005: an analysis of
multiple-cause-of-death data. Crit Care, (p13:R28)
11. Munford RS. 2012. Severe Sepsis and Septic Shock. In: Longo DL,
Fauci AS,Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J
(eds.)Harrison's Principlesof Internal Medicine. 18th ed. United States
of America: The McGraw Hill Companies;. (p2223-2231)
12. National health service United Kingdom. 2013. “Sepsis”,
http://www.nhs.uk/Conditions/blood-poisoning/Pages/introduction.aspx
13. Runge MS, Greganti MA. 2009. Netter’s Internal Medicine. 2nd ed.
Philadelphia USA: Saunders Elsevier;. (p. 644-649)

También podría gustarte