Está en la página 1de 12

JURNAL PRAKTIKUM

APLIKASI PERUBAHAN BIOKIMIA PASCA PANEN

SIFAT SPEKTRAL MOLEKUL


NAMA : MONIVIA CHANDRA
NIM : G031 17 1304
KELOMPOK : IV (EMPAT)
ASISTEN : NANDITA IRSA ULUL NURHISNA

LABORATORIUM KIMIA ANALISA DAN PENGAWASAN MUTU PANGAN


PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
SIFAT SPEKTRAL MOLEKUL

M Chandra1), NIU Nurhisna2)


1)
Mahasiswa Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Hasanuddin
2)
Asisten Mata Kuliah Aplikasi Perubahan Biokimia Pasca Panen, Program Studi Ilmu dan Teknologi
Pangan, Universitas Hasanuddin

ABSTRACT

Chemical has a very important role in everyday life. These chemicals have different
characteristics between one and another, which is usually called spectral characteristic
of molecules. The spectral characteristic of molecules is one of the parameters of a
compound (molecules). This property can be changed/damaged by a given treatment,
such as heat, pH, heavy metals, and so on. Based on these characteristics, the spectral
characteristic of the molecule will be carried out by using BSA (Bovine Serum Albumin)
solution. BSA is a polypeptide derived from cattle. This solution can be changed if given
treatment. Based on this matter, practicum will be carried out with the aim to determine
the effect of adding chemicals, including NaOH, HCl, CuSO4, and FeSO4 and the effect
of changes in pH on the BSA structure and to determine the effect of pH changes on the
BSA structure. This practicum is carried out by making BSA solution, blank solutions,
and testing the spectral properties of molecules. Based on the practicum carried out, the
results obtained indicate that the addition of chemicals will have an effect on the
absorbance value of a sample. Besides that, the pH changes and the addition of heavy
metals will cause a damaged to the spectral characteristic of BSA, so that absorbance
value obtained will also be changed.
Keyword: Absorbanse, BSA, spectral

I. PENDAHULUAN (menunjukkan) keadaan utuh atau


tidaknya suatu molekul. Sifat spektral
a. Latar Belakang
ini berasal dari hasil interaksi antara
Ilmu kimia memegang peranan yang energi radiasi (baik itu penyerapan,
sangat penting karena dapat digunakan pantulan maupun hamburan) dengan
di dalam kehidupan sehari-hari atom-atom atau molekul-molekul
(menggunakan zat-zat kimia). Zat-zat penyusun materi.
kimia tersebut memiliki karakteristik Salah satu jenis molekul yang
yang berbeda antara satu dengan yang menyusun suatu bahan pangan adalah
lain akibat adanya sifat spektral dari protein. Protein merupakan salah satu
molekul. Molekul merupakan bagian makromolekul penting yang memiliki
terkecil dari zat. Adapun sifat spektal peranan sangat besar di dalam tubuh,
molekul merupakan salah satu diantaranya sebagai penyusun sel dan
parameter suatu senyawa (molekul). jaringan. Selain itu, protein juga
Molekul-molekul yang memiliki merupakan dasar dari pembentukan
peranan penting pada bidang biologi otot, organ, dan sistem kekebalan tubuh.
tentu memiliki sifat-sifat spektral yang Protein penyusun setiap bahan pangan
berbeda. Peranan dari sifat spektral memiliki kandungan yang berbeda-
tersebut yaitu untuk mencerminkan beda. Salah satu jenis protein yang
terdapat pada bahan makanan adalah Pangan, Departemen Teknologi
albumin pada telur. Selain itu, protein Pertanian, Fakultas Pertanian,
juga dapat ditemukan pada Bovine Universitas Hasanuddin, Makassar.
Serum Albumin (BSA).
b. Alat dan Bahan
Bovine Serum Albumin (BSA)
merupakan polipeptida yang berasal Alat yang digunakan pada
dari sapi. Karakteristik dari BSA, yaitu praktikum ini berupa spektrofotometer
umumnya akan mengalami perubahan (Sequioia turner), gelas kimia 100 mL
struktur akibat pemanasan, pH, logam (Pyrex), cawan Schott (Pyrex), labu
berat serta penambahan zat-zat kimia ukur 100 mL (Pyrex), pipet volume 10
lain. Sifat dan karakteristik tersebut mL (Pyrex), tabung reaksi (Pyrex), bulb
merupakan sifat spektral molekul BSA (Supertek)c, timbangan analitik
yang dapat diketahui dengan melakukan (Thermo Genesys 20), batang pengaduk
pengukuran absorbansi menggunakan (Pyrex), dan pipet ukur 2 mL (Pyrex).
spektrofotometer. Berdasarkan hal Bahan yang digunakan pada
tersebut, maka akan dilakukan praktikum ini berupa larutan CuSO4,
praktikum sifat spektral molekul dengan larutan Bovine Serum Albumin (BSA),
menggunakan penambahan asam, basa NaOH, HCl, FeSO4, kertas indikator
maupun logam berat. universal, dan akuades.
b. Rumusan Masalah c. Prosedur Praktikum Sifat Spektral
Molekul
Berdasarkan praktikum yang
dilakukan, pemecahan masalah yang 1. Prosedur Pembuatan Larutan
akan diselesaikan adalah mengenai Bovine Serum Albumin (BSA)
pengaruh penambahan zat-zat kimia Padatan Bovine Serum Albumin
serta pengaruh perubahan pH terhadap (BSA) ditimbang sebanyak 0,05 gram
struktur BSA. menggunakan timbangan analitik di
c. Tujuan Praktikum dalam cawan Schott. Padatan BSA
kemudian dilarutkan ke dalam
Tujuan praktikum ini, antara lain 100 mL akuades dan dihomogenkan
sebagai berikut: menggunakan batang pengaduk.
1. Untuk mengetahui pengaruh
penambahan zat-zat kimia, antara 2. Prosedur Pembuatan Larutan
lain NaOH, HCl, CuSO4, dan FeSO4. Blanko
2. Untuk mengetahui pengaruh Sebanyak 5 mL akuades dipipet
perubahan pH terhadap struktur menggunakan pipet volume dan
Bovine Serum Albumin (BSA). dimasukkan ke dalam 9 tabung reaksi.
Masing-masing tabung kemudian diberi
II. METODOLOGI PRAKTIKUM reagen sesuai dengan perlakuan. Sampel
a. Waktu dan Tempat lalu diukur nilai pH-nya dan diinkubasi
selama 30 menit pada suhu 5oC. Sampel
Praktikum Sifat Spektral Molekul
yang telah diinkubasi selanjutnya
dilaksanakan pada hari Kamis, 14 Maret
dimasukkan ke dalam kuvet yang
2019 pukul 09.10-15.00 WITA,
kemudian akan digunakan sebagai
bertempat di Laboratorium Kimia
larutan blanko dengan panjang
Analisa dan Pengawasan Mutu Pangan,
gelombang 195, 197, 200, 205, 210,
Program Studi Ilmu dan Teknologi
240, 250, dan 300.
3. Prosedur Pengujian Sifat Spektral masing-masing ditambahkan sebanyak
Molekul 2,5 dan 0,5 mL larutan CuSO4 serta
pada tabung VIII dan IX masing-masing
Larutan BSA dipipet sebanyak 5 mL
ditambahkan sebanyak 2,5 dan 0,5 mL
menggunakan pipet volume dan
larutan FeSO4. Sampel kemudian
dimasukkan ke dalam 9 tabung reaksi.
dihomogenkan dan diukur pH-nya
Masing-masing tabung diberikan
menggunakan indikator pH. Sampel lalu
perlakuan yang berbeda. Tabung I
diinkubasi pada suhu 5oC selama 30
hanya berisi larutan BSA. Tabung II
menit dan diukur nilai absorbansinya
dan III masing-masing ditambahkan
dengan menggunakan panjang
sebanyak 2,5 dan 0,5 mL larutan NaOH.
gelombang 195, 197 200, 205, 210, 240,
Tabung IV dan V masing-masing
250, dan 300.
ditambahkan sebanyak 2,5 dan 0,5 mL
larutan HCl. Tabung VI dan VII

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Hasil
Tabel hasil praktikum Sifat Spektral
Molekul, antara lain sebagai berikut:
Tabel 07. Hasil Praktikum Sifat Spektral Molekul
Sampel pH Absorbansi pada Panjang Gelombang (nm)
195 197 200 205 210 240 250 300
BSA 6 0,873 3,000 3,000 3,000 3,000 0,546 0,138 3,000
BSA + 2,5 11 -0,100 -0,100 -0,100 -0,100 3,000 1,227 0,913 3,000
mL NaOH
BSA + 0,5 9 -0,100 -0,100 -0,100 -0,100 -0,100 0,981 0,616 0,185
mL NaOH
BSA + 2,5 2 -0,100 3,000 3,000 3,000 3,000 0,251 -0,002 -0,100
mL HCl
BSA + 0,5 3 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 0,454 0,127 1,085
mL HCl
BSA + 2,5 3 -0,100 -0,100 -0,100 -0,100 -0,100 -0,100 -0,100 0,309
mL CuSO4
BSA + 0,5 4 -0,100 -0,100 -0,100 -0,100 -0,100 -0,100 -0,001 -0,100
mL CuSO4
BSA + 2,5 4 -0,100 -0,100 -0,100 -0,100 -0,100 -0,10 -0,100 0,114
mL FeSO4
BSA + 0,5 5 -0,100 -0,100 -0,100 -0,100 -0,100 1,755 0,642 0,024
mL FeSO4
Sumber: Data Primer Hasil Praktikum Aplikasi Perubahan Biokimia Pasca Panen,
2019.
diendapkan menggunakan garam netral
b. Pembahasan
berkonsentrasi tinggi seperti ammonium
BSA merupakan polipeptida yang sulfat. Hal ini dikarenakan kelarutan
berasal dari sapi. Protein globular pada dari protein (BSA) akan berkurang
BSA tersusun dari dua puluh asam sehingga protein akan terpisah sebagai
amino esensial (terdiri dari 583 unit) endapan. Pengendapan ini terjadi akibat
dengan asam amino terbanyak terdapat kemampuan ion garam untuk
pada leusin, yaitu sebesar 60 unit dan menghidrasi, sehingga terjadi kompetisi
lisin sebesar 59 unit. Larutan BSA dapat antara garam anorganik dengan molekul
larut di dalam air serta hanya dapat protein untuk mengikat air. Karena
garam anorganik lebih menarik air, jumlahnya. Jika analit-nya adalah
maka jumlah air yang tersedia pada protein, maka jumlah dari konsentrasi
molekul protein akan berkurang. Selain proteinnya telah diketahui. Hal inilah
itu, albumin yang terdapat pada larutan yang membedakan antara larutan
BSA dapat mengalami koagulasi pada standar dan blanko. Jika larutan blanko
pemanasan diatas 50oC. Proses tidak mengandung analit, maka larutan
koagulasi ini akan membuat albumin standar mengandung analit. Fungsi dari
membentuk agregat hidrofobik yang larutan blanko adalah untuk mengukur
tidak akan kembali ke bentuk perbedaan absorbsi antara sampel
monomernya walaupun telah dengan blanko (sebagai pembanding)
didinginkan. Larutan BSA memiliki serta berfungsi untuk mengoreksi
kisaran titik isoelektrik antara pH intensitas sinar karena pantulan dan
4,7-5,2. Albumin memiliki rongga hamburan. Larutan ini memiliki warna
hidrofobik yang dapat mengikat asam bening serta memiliki sifat yang tidak
lemak, bilirubin, hormon, dan obat. menyerap warna dari spektrum sinar
Larutan ini sering digunakan sebagai tampak. Pembuatan larutan blanko
penstabil untuk protein terlarut. Selain dilakukan dengan cara memipet akuades
itu, BSA juga dapat digunakan sebagai kemudian ditambahkan dengan zat yang
larutan standar untuk mengkalibrasi sesuai dengan perlakuan sampel yang
protein pada suatu bahan pangan. akan diukur absorbansinya. Hal ini
Larutan standar (larutan baku) sesuai dengan pernyataan Torowati dan
merupakan larutan yang konsentrasinya Galuh (2014), yang menyatakan bahwa
telah diketahui. Larutan ini berfungsi larutan blanko merupakan larutan yang
sebagai pembanding dengan sampel tidak mengandung analit.
yang akan dianalisis. Suatu larutan Semua molekul memiliki sifat dan
standar dapat dibuat dengan cara karakteristik yang berbeda antara satu
melarutkan sejumlah bahan tertentu ke dengan lainnya. Hal inilah yang
dalam volume larutan yang telah diukur. menyebabkan sifat spektral pada
Larutan standar terdiri dari dua macam, molekul juga berbeda. Spektral
yaitu larutan standar primer dan larutan merupakan hasil interaksi antara energi
standar sekunder. Larutan standar elektromagentik (EM) dengan suatu
primer merupakan larutan yang objek. adapun sifat spektral molekul
memiliki kemurnian tinggi, sedangkan merupakan sifat dasar yang dimiliki
larutan standar sekunder merupakan oleh suatu molekul. Sifat inilah yang
larutan yang perlu distandarisasi akan menentukan karakteristik dari
terlebih dahulu dengan menggunakan suatu molekul. Akibatnya, terdapat
larutan standar primer. Hal ini sesuai perbedaan antara molekul yang satu
dengan pernyataan Juhairiyah (2015), dengan molekul lain. Karna menjadi
yang menyatakan bahwa BSA karakteristik dari suatu molekul, maka
merupakan suatu protein globular yang sifat spektral berfungsi untuk
tersusun dari dua puluh asam amino mencerminkan (menunjukkan) keadaan
esensial. utuh atau tidaknya suatu molekul akibat
Larutan yang akan digunakan dalam adanya interaksi dengan suatu
penggunaan spektrofotometer adalah bahan/objek. Hal ini sesuai dengan
larutan blanko. Larutan blanko pernyataan Komiyatun (2014), yang
merupakan larutan yang tidak menyatakan bahwa sifat spektral
mengandung analit untuk dianalisis. molekul merupakan sifat dasar yang
Analit adalah sebuah zat yang diukur menentukan karakteristik molekul.
Adanya penambahan asam akan demikian, pada sejumlah kasus
mempengaruhi sifat spektral dari hidrolisis ikatan peptida secara parsial
molekul protein. Protein merupakan (sebagian), memungkinkan terjadinya
senyawa amfoter yang dapat bereaksi pemecahan ikatan hidrogen dan
dengan asam maupun basa. Hal ini hidrofobik yang menyebabkan kelarutan
disebabkan karena molekulnya akan berkurang dan struktur molekulnya
mempunyai muatan positif dan negatif. tidak akan kembali ke bentuk awal.
Nilai pH pada saat asam amino tidak Protein-protein tersebut akan
memiliki muatan disebut dengan titik membentuk agregat dan endapan.
isoelektrik. Saat titik isoelektrik dicapai, Berdasarkan penjelasan tersebut, maka
jumlah muatan positif dan negatifnya dapat diketahui bahwa penambahan
adalah sama. Penambahan asam akan asam maupun basa akan menyebabkan
meningkatkan jumlah H+ sehingga jembatan garam yang terdapat pada
menyebabkan pH dari protein berada di protein menjadi kacau, akibatnya ion
bawah titik isoelektrik (protein positif dan ion negatif dari garam dapat
bermuatan positif). Kondisi ini berganti pasangan dengan ion positif
menyebabkan dispersi menjadi tidak dan negatif dari asam maupun basa
stabil sehingga terjadi koagulasi pada sehingga jembatan garam pada protein
protein. Hal ini sesuai dengan menjadi kacau dan menyebabkan
pernyataan Naga, dkk (2010), yang terjadinya denaturasi protein. Terdapat
menyatakan bahwa ketika protein dua jenis dalam denaturasi protein, yaitu
ditambahkan dengan asam, maka akan pengembangan rantai peptida dan
terjadi koagulasi pada protein. pemecahan protein menjadi unit yang
Adanya penambahan basa akan lebih kecil tanpa disertai pengembangan
mempengaruhi sifat spektral dari molekul. Hal ini sesuai dengan
molekul protein. Ketika pH netral pernyataan Rais (2017), yang
(protein berada pada titik isoelektrik), menyatakan bahwa penambahan basa
kebanyakan protein bermuatan negatif akan menyebabkan struktur dari protein
dan hanya sedikit yang bermuatan menjadi bengkak dan terbuka.
positif. Ketika protein berada pada pH Pernyataan ini juga didukung oleh
ekstrem (protein tidak berada pada titik pernyataan Anggraeni (2008), yang
isoelektrik), gaya tolak elektrostatik menyatakan bahwa pada sejumlah
molekul protein yang disebabkan oleh kasus, pemecahan ikatan hidrogen dan
muatan tinggi akan mengakibatkan hidrofobik akan menyebabkan struktur
struktur protein menjadi bengkak dan molekul protein tidak dapat kembali ke
terbuka. Derajat terbukanya struktur bentuk awal.
protein ini lebih besar pada pH alkali Penambahan asam maupun basa akan
(basa) dibandingkan pada pH asam. Hal memberikan pengaruh yang berbeda
ini dikarenakan pada kondisi alkali, jika dibandingkan dengan penambahan
akan terjadi ionisasi gugus karboksil, logam berat. Penambahan asam maupun
fenolik, dan sulfihidril sehingga basa akan menyebabkan jembatan
menyebabkan struktur protein menjadi garam menjadi kacau (terjadinya
terbuka. Setelah struktur dari protein pemutusan jembatan logam/ikatan
terbuka, maka akan terjadi pengikatan peptida), sedangkan dengan adanya
kembali pada gugus tersebut. Namun, penambahan logam, maka akan
protein tidak lagi terdispersi sebagai mempengaruhi sifat stabilitas dari
satu koloid sehingga mengakibatkan protein. Hal ini dikarenakan garam
terjadinya koagulasi. Meskipun mampu mengikat air secara kuat dan
mengubah sifat hidrasi protein (protein absorbansi yang diperoleh juga akan
yang tersusun/dikelilingi dengan semakin tinggi. Hal ini terlihat dari
molekul air). Protein akan mengalami perolehan nilai absorbansi larutan BSA
presipitasi (pengendapan) bila bereaksi + 0,5 mL HCl dan larutan BSA + 0,5
dengan ion logam, seperti Ag+, Ca2+, mL FeSO4. Nilai absorbansi yang
Zn2+, Hg2+, Fe2+, Cu2+, dan Pb2+. Jumlah diperoleh pada larutan BSA + 0,5 mL
endapan yang dihasilkan dipengaruhi HCl adalah sebesar 0,454 pada panjang
oleh kereaktifan logam berat yang gelombang 197 dan 0,127 pada panjang
ditambahkan. Ketika konsentrasi garam gelombang 200. Adapun nilai
yang ditambahkan rendah, garam akan absorbansi yang diperoleh pada larutan
menstabilkan struktur protein karena BSA + FeSO4 adalah sebesar 0,642
meningkatkan hidratasi protein dan pada panjang gelombang 250. Hasil ini
terikat lemah pada protein. Sebaliknya, dikarenakan larutan FeSO4 yang
garam juga dapat menyebabkan digunakan merupakan larutan pekat
ketidakstabilan struktur protein karena sehingga nilai absorbansi yang
menurunkan hidrasi protein dan diperoleh lebih tinggi dibandingkan
berikatan kuat dengan protein. Pengaruh dengan menggunakan larutan HCl yang
garam untuk stabilisasi atau hanya memiliki konsentrasi 0,1 N (tidak
destabilisasi struktur protein berkaitan pekat). Berdasarkan hasil tersebut,
dengan konsentrasi dan pengaruhnya terdapat beberapa sampel yang nilai
terhadap ikatan dengan air. Peningkatan absorbansinya tidak diperoleh. Hal ini
stabilitas protein pada kadar garam diduga akibat larutan yang digunakan
rendah disebabkan peningkatan ikatan terlalu pekat/terlalu encer. Sampel yang
hidrogen antarmolekul air. Sebaliknya, terlalu encer akan mengakibatkan tidak
pada konsentrasi tinggi, garam diperolehnya nilai absorbansi dari hasil
mendenaturasi protein karena merusak pengukuran. Adapun sampel yang
struktur air sehingga air menjadi pelarut terlalu pekat akan mengakibatkan
yang baik untuk residu nonpolar konsentrasi yang diperoleh sangat
protein. Namun, selain hal tersebut, tinggi, sehingga diperlukan pengenceran
logam berat juga mampu menarik sulfur ataupun penambahan panjang
pada protein sehingga mengganggu gelombang sehingga nilai absorbansi
ikatan disulfida dalam protein, yang dari sampel tersebut dapat terbaca. Hal
akan menyebabkan protein mengalami ini sesuai dengan pernyataan Sitorus
denaturasi. Hal ini sesuai dengan (2016), yang menyatakan bahwa
pernyataan Rais (2017), yang semakin tinggi konsentrasi yang
menyatakan bahwa ketika konsentrasi digunakan, maka nilai absorbansinya
garam yang ditambahkan rendah, maka juga akan semaki tinggi. Hal ini juga
garam akan menstabilkan struktur didukung oleh pernyataan
protein. Sebaliknya, ketika konsentrasi Mustikaningrum (2015), yang
garam yang ditambahkan banyak, maka menyatakan bahwa sampel yang
garam akan mendenaturasi protein memiliki kepekatan yang tinggi akan
akibat rusaknya struktur air. menyebabkan nilai absorbansi yang
Berdasarkan praktikum yang diperoleh semakin besar.
dilakukan, diperoleh hasil yang Nilai absorbansi dari suatu sampel
menunjukkan bahwa semakin tinggi juga dipengaruhi oleh warna
konsentrasi zat terlarut yang digunakan, komplementer. Warna komplementer
maka tingkat kepekatan juga akan merupakan warna yang diserap oleh
semakin tinggi sehingga nilai suatu senyawa atau unsur. Berdasarkan
hasil praktikum tersebut, terdapat menyebabkan perubahan sifat spektral
sampel yang tidak diperoleh nilai dari molekul BSA tersebut, sehingga
absorbansinya akibat panjang menyebabkan daya serap yang
gelombang yang digunakan tidak sesuai dihasilkan rendah. Hal ini sesuai dengan
dengan panjang gelombang dari sampel pernyataan Rais (2017), yang
tersebut. Sampel yang tidak diperoleh menyatakan bahwa nilai absorbansi
nilai absorbansinya terdapat pada diperoleh atas kemampuan suatu
larutan BSA + CuSO4. Hal ini molekul dalam menyerap energi
dikarenakan sampel tersebut memiliki elektromagentik dan pantulan yang
warna biru bening. Warna biru bening dihasilkan.
pada sampel tersebut memiliki warna
komplementer kuning dengan panjang IV. PENUTUP
gelombang 400-480. Hal inilah yang IV.1 Kesimpulan
menyebabkan nilai absorbansi tersebut
tidak terbaca. Hal ini sesuai dengan Berdasarkan praktikum yang
pernyataan Permatasari (2015), yang dilakukan, kesimpulan yang dapat
menyatakan bahwa warna yang diserap diperoleh antara lain:
dari sampel akan menghasilkan warna 1. Penambahan zat-zat kimia akan
komplementer dengan panjang memberikan pengaruh terhadap nilai
gelombang yang sesuai. absorbansi suatu sampel.
Kerusakan spektral pada molekul Penambahan zat-zat tersebut akan
juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsentrasi dari suatu
mempengaruhi nilai dari absorbansi larutan. Semakin tinggi konsentrasi
yang diperoleh. Berdasarkan hasil suatu larutan, maka absorbansi yang
tersebut, terdapat sampel yang tidak diperoleh juga akan semakin tinggi.
diperoleh nilai absorbansinya akibat Selain itu, konsentrasi yang tinggi
reagen yang ditambahkan memiliki juga akan membuat larutan menjadi
tingkat kepekatan yang tinggi dan semakin pekat.
disertai dengan penambahan volume 2. Adanya perubahan pH dan
dalam jumlah banyak sehingga penambahan garam logam berat akan
menyebabkan pantulan yang dihasilkan mengakibatkan terjadinya koagulasi
tinggi. Contoh dari sampel tersebut (pengendapan) pada larutan BSA.
adalah pada larutan BSA + 2,5 mL Akibatnya, cahaya yang dilewatkan
FeSO4. Larutan FeSO4 yang digunakan oleh spektrofotometer akan susah
merupakan larutan pekat (dengan menembus sampel, oleh karena itu
konsentrasinya yang tinggi) sehingga dibutuhkan panjang gelombang yang
perlu diencerkan terlebih dahulu untuk lebih besar.
diperoleh nilai absorbansinya. Nilai IV.2 Saran
absorbansi yang diperoleh didasarkan
pada kemampuan suatu molekul dalam Sebaiknya juga menggunakan
menyerap energi elektromagentik yang larutan yang memiliki sifat basa lemah
tinggi tetapi pantulan yang dihasilkan maupun asam lemah dalam melakukan
rendah. Begitu pula sebaliknya, terdapat pengujian agar sifat dari spektral
molekul yang mempunyai daya serap molekul dapat diketahui secara detail
terhadap elektromagentik rendah dan bila diberikan penambahan asam lemah
pantulannya tinggi. Berdasarkan hal dan kuat maupun basa lemah dan kuat.
tersebut, maka dengan penambahan
reagen dalam jumlah besar dapat
DAFTAR PUSTAKA Rais, A. F. 2017. Analisis Profil Protein
Ikan Nila (Oreochromis
Anggraeni, A. A. 2008. Kimia Pangan.
niloticus) Berbasis SDS-
Universitas Negeri
Page Berdasarkan Variasi
Yogyakarta. Yogyakarta
Lama Marinasi dan
Juhairiyah, F. 2015. Pengaruh Konsentrasi Asam Cuka.
Perbandingan Pereaksi dan Tesis. Universitas
Waktu Reaksi terhadap Muhammadiyah. Semarang
Konjugasi Low Methoxyl
Sitorus, R. A. R. 2016. Penetapan Kadar
Pektin dengan BSA
Campuran Rifampisin dan
Menggunakan Katalis
Isoniazid dalam Sediaan
EDAC. Skripsi. Universitas
Tablet secara
Gadjah Mada. Yogyakarta
Spektrofotometri Ultraviolet
Komiyatun, N. 2014. Sifat Spektral dari dengan Metode Panjang
Masalah Sturm-Liouville Gelombang Berganda.
Fraksional dengan Potensial Skripsi. Universitas
Coulomb. Skripsi. Sumatera Utara. Medan
Universitas Sebelas Maret.
Torowati dan Galuh, B. S. 2014.
Surakarta
Penentuan Nilai Limit
Mustikaningrum, M. 2015. Aplikasi Deteksi dan Kuantisasi Alat
Metode Spektrofotometri Titrasi Potensiometer untuk
Visibel Genesys-20 untuk Analisis Uranium. Jurnal
Mengukur Kadar Teknologi Bahan Bakar
Curcuminoid pada Nuklir 13(7): 9-15
Temulawak (Curcuma
xanthorrhiza). Laporan LAMPIRAN
Tugas Akhir. Universitas Lampiran 9. Diagram Alir Prosedur
Diponegoro. Semarang Praktikum Sifat Spektral
Naga, W. S., Adiguna, B., Molekul
Retnoningtyas, E. S., dan 1. Prosedur Pembuatan Larutan Bovine
Ayucitra, A. 2010. Serum Albumin (BSA)
Koagulasi Protein dari
Ekstrak Bij Kecipir dengan Padatan BSA
Metode Pemanasan. Jurnal
Widya Teknik 9(1): 1-11
Permatasari, R. D. 2015. Pengaruh Jenis
Ditimbang sebanyak
Pelarut pada Analisa Zat
0,05 gram
Anthosianin dari Kulit
Manggis (Gacinia
mangostana L.) dengan
Metode Spektrofotometer Aquades 100 ml Dilarutkan
Visible Genesys 20.
Laporan Tugas Akhir.
Universitas Diponegoro.
Semarang Larutan BSA
2. Prosedur Pembuatan Larutan Blanko Lampiran 10. Gambar Hasil Praktikum
Sifat Spektral Molekul
Aquades
1. Gambar larutan beserta pH
Larutan pH
Dipipet sebanyak 5 ml Larutan BSA

Dimasukkan ke dalam
9 tabung reaksi

Ditambahkan reagen Larutan BSA +


pada masing-masing
tabung sesuai NaOH 2,5 mL
perlakuan

Diukur pH

Diinkubasi pada suhu Larutan BSA +


50C selama 30 menit NaOH 0,5 mL

Diukur absorbansi
pada panjang
gelombang 195, 197,
200, 205, 210, 240,
250 dan 300
Larutan BSA +
HCl 2,5 mL
Absorbansi
larutan blanko

3. Prosedur Pengujian Sifat Spektral


Molekul
Larutan BSA

Larutan BSA +
HCl 0,5 mL
Dipipet sebanyak 5 ml

Reagen sesuai Dimasukkan ke dalam


perlakuan 9 tabung reaksi

Diukur pH

Diinkubasi pada suhu Larutan BSA +


50C selama 30 menit
CuSO4 2,5 mL
Diukur absorbansi
pada panjang
gelombang 195, 197,
200, 205, 210, 240,
250 dan 300

Absorbansi
larutan blanko
Larutan pH
Larutan BSA +
CuSO4 0,5 mL

Perlakuan 3
Larutan BSA +
FeSO4 2,5 mL

Larutan BSA +
FeSO4 0,5 mL Perlakuan 4

Sumber: Data Primer Hasil Praktikum


Aplikasi Perubahan Biokimia
Pasca Panen, 2019.
2. Gambar hasil pengukuran absorbansi Perlakuan 5

Perlakuan 1

Perlakuan 6

Perlakuan 2
Perlakuan 7

Perlakuan 8

Perlakuan 9

También podría gustarte