Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
1. PENDAHULUAN
gram bentonit
K = Konstanta kesetimbangan
b = Kapasitas adsorpsi
R = Konstanta
T = Temperatur
1
sebagian vibrasi ulur dari O-H. Data bilangan adanya vibrasi ulur Si-O-Si (Perelomov,
gelombang senyawa organologamnH2O 2016).
dirangkum pada Tabel 2. Tahapan proses aktivasi yang
dilakukan dalam untuk menghilangkan
Tabel 2. Data bilangan gelombang senyawa pengotor ada 2 tahapan yakni melalui
organologam pemanasan pada temperatur 400oC dan
pengasaman dengan penambahan asam sulfat
Bilangan Gelombang (cm-1) Gugus (H2SO4). Pada bentonit pemanasan temperatur
3410,1 Error: 400oC mengakibatkan terjadinya perubahan
Reference deformasi ikatan H2O, hal ini dikarenakan
source not
found(O-H)
H2O yang ada mengalami penguraian atau
3070,6 Error: pelepasan, oleh karena itu dapat
Reference mengakibatkan puncak bentonit semakin
source not melebar dan meluas sehingga pada akhirnya
found(Ar-H) benar-benar runtuh pada temperatur
1419,6- 1612,4 Error:
400oC.Keberhasilan proses ini ditandai
Reference
source not dengan perubahan gugus fungsional yang
found(C-H), mengalami pergeseran bilangan gelombang
(C-O),(C-C) yang terlihat pada Gambar 9(B). Terlihat pita
709,8 Error: serapan pada gambar 9(B) adanya vibrasi ulur
469 Reference
Al-OH-Al yang bergeser pada gelombang
source not
found(N-O) 3695,6 cm-1 dan mineral kuarsa mengalami
Error: Reference pergeseran pada bilangan gelombang 694,3
source not found (F cm-1. Vibrasi regang dan tekuk H-O-H muncul
e-O) pada bilangan gelombang yang sama pada
bentonit alam, yakni 3448,7 cm-1 dan 1635,6
cm-1. Vibrasi regang dan tekuk Si-O-Si
2.2 Identifikasi Bentonit Alam dan muncul pada bilangan gelombang 1033,8 cm-
Bentonit Hasil Insersi Dengan 1
dan 532 cm-1 serta vibrasi tekuk Al-OH-Al
Spektrofotometer FTIR tetap pada bilangan gelombang 910,4 cm-1.
Sebelum proses insersi bentonit dengan
senyawa organologam
[Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3](NO3)∙nH2O maka
terlebih dahulu bentonit alam dikarakterisasi
menggunakan spektroskopi FT-IR yang
bertujuan untuk mengidentifikasi gugus
fungsional. Spektra FTIR bentonit alam
Gambar 9(A)menunjukan adanya vibrasi ulur
Al-OH-Alpada bilangan gelombang 3626,1
cm-1 dan vibrasitekuk Al-OH-Al pada
bilangan gelombang 910,4 cm-1. Kandungan
air yang berperan sebagai molekul interlayer
pada bentonit muncul sebagai vibrasi ulur H-
O-H teramati pada bilangan gelombang
3448,7 cm-1 sedangkan vibrasi tekuk H-O-H
muncul pada bilangan gelombang 1635,6 cm-
1
. Munculnya serapan kuat pada bilangan
gelombang 1033,8 cm-1 sebagai menunjukan
Gambar 9. Spektra FT-IR senyawa A) (1:3) dan (1:4). Hal ini bertujuan menetapkan
Bentonit Alam. B) Bentonit bentonit terinsersi yang optimal.
hasil pembakaran pada Hasil terinsersi senyawa
400oC. C) Bentonit organologam dengan perbandingan (1:1),
teraktivasi (1:2), (1:3) dan (1:4) dikarakterisasi
menggunakan spektrofotometer FT-IR untuk
Proses aktivasi kedua terhadap melihat gugus fungsional yang terbentuk
bentonit alam yakni pengasaman seperti pada Gambar 10(D)(1:1) terlihatbahwa
menggunakan asam sulfat. Pengasaman vibrasi senyawa organologam Fe-O muncul
menggunakan asam sulfat bertujuan pada bilangan gelombang 462,5 cm-1.
menghilangkan logam-logam yang berukuran Munculnya pita serapan untuk vibrasi regang
kecil sebagai pengotor yang menempel pada Al-OH-Al yang bergeserpada bilangan
bentonit.Hal ini disebakan logam-logam yang gelombang 3618,4 cm-1, vibrasi regang O-H
terdapat pada bentonit terikat pada ion H+ melebar pada bilangan gelombang 3448,7 cm-
yang berasal dari asam dengan demikian 1
. Hal ini menandakan adanya gugus O-H
lapisan yang berperan sebagai masuknya pada benzoat dan juga ligan benzoat berupa
penginsersi akan lebih terbuka. Spektrum vibrasi C-C , vibrasi C=C, vibrasi C=O
FTIR muncul pada bilangan gelombang 1388,7 –
Gambar 9(C) menunjukan pergeseran 1635 cm-1. Vibrasi regang Si-O-Si pada
bilangan gelombang. Terlihat pita serapan bilangan gelombang1018,4 cm-1 serta vibrasi
untuk vibrasi regang Al-OH-Al yang bergeser tekuk Al-OH-Al yang muncul pada bilangan
pada bilangan gelombang 3672,4 cm-1, vibrasi gelombang 910,4 cm-1sedangkan, vibrasi
regang H-O-H bergeser pada bilangan regang dan tekuk Al-O-Si terlihat pada
gelombang 3425,5 cm-1 dan vibrasi regang Si- bilangan gelombang 524,6 cm-1.
O-Si pada bilangan gelombang1041,5 cm-1.
Vibrasi tekuk Al-OH-Al yang muncul pada
bilangan gelombang 910,4 cm-1 dan vibrasi
tekuk H-O-H muncul pada bilangan
gelombang 1635,6 cm-1. Vibrasi regang dan
tekuk Si-O-Si muncul pada bilangan
gelombang 532 cm-1 hal yang sama dengan
bentonit alam dan bentonit pemanasan pada
temperatur 400oC tidak terjadi pergeseran
bilangan gelombang.
Proses insersi bentonit dengan
senyawa organologam dilakukan dengan
penambahan aquades terhadap bentonit yang
dilanjutakan dengan penambahan
ditambahkan natrium oksida (NaOH). Tujuan
perlakuan ini yakni untuk membentuk
suspensi agar mempermudah proses insersi.
Pada proses insersi diusahakan jangan ada
kontak oksigen yang ada padaudara yang
masuk ke dalam sistem dengan cara
mengalirkan gas N2. Proses insersi bentonit Gambar 10. Spektra FT-IR Bentonit
dengan senyawa organologam ini dilakukan terinsersi, D) 1:1, E) 1:2,
dengan memvarisasikan perbandingan berat, F) 1:3, G) 1:4
antara berat bentonit dengan berat senyawa
organologam. Perbandingan yang dilakukan Pada hasil bentonit terinsersi senyawa
dalam proses insersi ini yakni (1:1), (1:2), organologam pada Gambar 10(E) (1:2)
monmoriloit pada bentonit sebesar 5,2o dilakukan proses karakterisasi lainya yakni
dengan basal spasing 16,8 Ǻ. Pergeseran menganalisis komponen oksida logam
sudut difraksi 2θ pada perbandingan berat menggunakan analisis XRF (Fluorescence
bentonit dengan senyawa organologam Sinar-X).
[Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3](NO3)∙nH2O dapat
dilihat pada Gambar 11 (D), (E), (F), dan (G).
3.4 Preparasi Identifikasi Bentonit Alam
dan Bentonit Hasil Insersi Senyawa
Organologam[Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)]
(NO3)∙nH2Omenggunakan
Fluorescence Sinar-X (XRF)
Aktivasi bentonit alam kedua dengan 3.5 Pengaruh Waktu Adsorpsi Zat Warna
menggunakan asam sulfat. Hal Congored Menggunakan Bentonit
inimenyebabkan penurunan persentase oksida Terinsersi Senyawa Organologam
logam. Hal ini disebakan logam-logam yang [Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3](NO3)∙nH2O
terdapat pada bentonit terikat pada ion H+
yang berasal dari asam dengan Bentonit terinsersi senyawa
demikianlapisan yang berperan sebagai organologam [Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3]
masuknya penginsersi akan lebih terbuka. (NO3)∙nH2O dan bentonit teraktivasi (kontrol)
Penurunan persentase oksida logam pada diaplikasikan sebagai adsorben zat warna
bentonit hasil pengasaman ditunjukan pada Congored pada konsentrasi 50 ppm dengan
Tabel 3. Penurunan oksida logam yakni Al2O3 variasi waktu 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80,
menjadi 11%, SiO2 menjadi 28,8%, K2O dan 90 menit dengan berat masing-masing
menjadi 0,19%, TiO2 menjadi 1,73%, adsorben yang digunakan seberat 0,03 gram.
V2O5menjadi 0,06%, Cr2O3menjadi 0,06%, Data perhitungan waktu adsorpsi terhadap
Mn menjadi 0,17%, Fe2O3menjadi 29,2%, jumlah zat warna congo red yang teradsorpsi
NiO menjadi 0,88%, CuO menjadi 0,15%. dapat dilihat pada lampiran 28, sedangkan
Selanjutnya untuk menentukan hasil kurva hasil pengaruh waktu kontak terhadap
insersi bentonit dengan senyawa organologam jumlah congo red teradsoprsi tersaji pada
[Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3](NO3)∙nH2O pada Gambar 12.
perbandingan (1:1),(1:2), (1:3) dan
(1:4)dilakukan dengan mengamati kandungan
oksida khususnya oksida logam Al2O3 dan
SiO2 yang terletak pada lapisan monmorilonit
tempat masuknya penginsersi. Kemudian
[Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3](NO3)∙nH2O
Tabel 5. Nilai parameter termodinamika temperatur 50oC dan 60oC terjadi kenaikan.
kapasitas adsorpsi (b) , Energi (E) Hal ini terjadi karena adsorben mengadsorp
(ΔG°), entalpi (ΔH°) dan entropi adsorbat tidak beraturan ada terjadi pada
(ΔS°) bentonit teraktivasi dan permukaan saja maupun kedalam permukaan,
bentonit terinsersi. terlihat bahwa walapun energi nya besar akan
tetapi kapasitas adsorpsinya tidak begitu besar
dan sebaliknya jika energi kecil akan tetapi
memiliki jumlah kapasitas yang besar.
tidak terlalu kontras. Akan tetapi bila dilihat menandakan gugus fungional congo red,
dari bilangan gelombang terdapat perbedaan yakni pada bilangan gelombang 1635,6 cm-1
dari masing-masing vibrasi ikatan. Pada yang menunjukan pita serapan untuk N=N
bilangan gelombang 1041,5 cm-1 menunjukan sebagai penanda gugus azo.
vibrasi regang Si-O-Si pada bentonit dan S=O
dari zat warna congo red dengan intensitas KESIMPULAN DAN SARAN
yang tinggi dan tajam. Selain itu vibrasi Kesimpulan
ikatan dari bentonit setelah mengadsorpsi
congo red muncul pada bilangan gelombang 1. Bentonit terinsersi senyawa organologam
1635 cm-1 menunjukan vibrasi N=N yang yang dikarakterisasi spektofotometer
khas untuk congo red sebagai tanda bahwa zat FTIR menunjukkan proses insersi optimal
warna congo red ini merupakan gugus azo. pada perbandingan berat (1:2) dan (1:3).
Vibrasi N-H yang terdapat pada gugus Karakterisasi menggunakan XRD
ungsional congo red muncul pada bilangan menunjukan proses yang optimal pada
gelombang 3618,4 cm-1. pergeseran sudut difraksi 5,2° memiliki
basal spasing 16,8 Ǻ dari bentonit
teraktivasi semula sebesar 4,1.
Karakterisasi lanjutan menggunakan XRF
menunjukan proses bentonit terinsersi
senyawa organologam yang optimal pada
perbandingan (1:3) dengan persentase
oksida logam Fe2O3 71,75 %.
2. Adsorben bentonit teraktivasi (kontrol)
memiliki laju adsorpsi sebesar 0,036
menit-1 lebih kecil dibandingkan bentonit
terinsersi senyawa organologam
[Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)](NO3)∙nH2O
yakni sebesar 0,050 menit-1. Kapasitas
adsorpsi bentonit teraktivasi (kontrol)
lebih besar dibandingkan adsorben
bentonit terinsersi seiring meningkatnya
temperatur. Energi adsorpsi terbesar
bentonit teraktivasi (kontrol) pada
temperatur 60°C yakni 11 kJ/mol,
sedangkan bentonit terinsersi pada
Gambar 19. Spektrum FT-IR bentonit temperatur 30°C yakni 6,4 kJ/mol.
terinsersi senyawa Entalpi bentonit teraktivasi (kontrol) dan
organologamsebelum(C) bentonit terinsersi mengalami penurunan
dengan bertambah besarnya konsentrasi
dan sesudah (D) congo red. Entropi terendah pada
mengadsorpsi zat warna adsorpsi congo red 150 mg/L oleh
bentonit teraktivasi (kontrol) sebesar
congo red 0,155 kJ/mol, sedangkan pada entropi
terendah yang dimiliki bentonit terinsersi
Pada Gambar 19 menunjukan sebesar 0,109 pada congo red 10 mg/L.
perubahan spektrum FT-IR bentonit terinsersi Pada pH 3 terjadi peningkatan jumlah
senyawa organologam sebelum dan sesudah congo red teradsorpsi oleh bentonit
mengadsorpsi zat warna congo red yang teraktivasi (kontrol) dan bentonit
terlihat jelas. Pada spektrum bentonit terinsersi yakni 20,45 mg/L dan 19,52
terinsersi yang telah mengadsorpsi zat warna mg/L.
congo red terlihat vibrasi ikatan yang baru
DAFTAR PUSTAKA Fisli, A., Dian, H., Siti, W., dan Ridwan.
(2007). Penaruh Suhu Pembuatan
Abderrazek, K., Najoua, F.S. and Srasra, E., Nano Komposit Oksida Besi
2016. Synthesis and characterization Bentonit. J Sains Mat Indonesia, 2 :
145-149.
of [Zn–Al] LDH: Study of the effect
of calcination on the photocatalytic Gil, A., Assis, F.C.C., Albeniz, S.,and Korili,
activity. Applied Clay Science, 119, S.A., 2011. Removal of dyes from
229–235. wastewaters by adsorption on
pillared clays. Chemical Engineering
Bertella, F. and Pergher, S.B.C., 2015. Journal, 168(3), 1032–1040.
Pillaring of bentonite clay with Al
and Co. Microporous and Gunawan dan Azhari., 2011. Karakteriasi
Mesoporous Materials, 201, 116– Sektrometri IR dan Scanning
123. Electron Microscopy (SEM) Sensor
Gas dari Bahan Polimer Polyethelyn
Bhoi, K, S,. 2010. Adsorption Charecteristics Glycol (PEG). UMK: Medan.
of Congo Red Dye onto Pac and Gac
Based on S/N Ratio: a Taguchi Haerudin, H dan Rinaldy, N.,2002,
Aproach. Skripsi. India: National Karakterisasi Bentonit Termodifikasi
Institute of Technoloy Rourkela. dengan Polikation Aluminium,
Indonesian Journal of Chemistry,
Brindley, W., and Brown, G. (1980). Crystal 2(3). Hal 46-45.
Structure of Clay Minerals and their
X Ray Identification, Mineralogical Hasegawa, T., Fernanda F. M., David J. E, S.,
Society, London.
and Nunes., 2007. A new capped
Cretescu, I., Lupasccu, T., Buciscanu, I., iron(III) trinuclear benzoate cluster.
Mindru, B, T., and Soreanu, G. 2016. Journal of Coordination
Chemistry. 60(2), 185–191.
Low-Cost Sorbents for Removal of
Acid Dyes from Aqueous SSolutions. Harton, A., Nagi.M.K, Glass,M.M.,
Process Aafetyand Eviromenal Junk,P.C., Atwood, J.L., Vincent,
Protection. 778: 1-10. J.B., 1994,
Synthesis and Characterization of