Está en la página 1de 19

Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2017

INSERSI BENTONIT DENGAN SENYAWA ORGANOLOGAM [Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3]


(NO3)∙nH2O DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA CONGO RED
Hasja Paluta Utami
08031381320001
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Sriwijaya
E-mail : Hasjapaluta8@gmail.com
SUMARRY : It has been done insertion organometalic compounds [Fe 3O(OOCC6H5)6(H2O)]
(NO3)∙nH2O on bentonite by ratio weight. The insertion bentonit was characterized using FT-IR
Spectrophotometer, XRD and XRF analysis. FT-IR characterization showed higher intensity of peak
wavenumber at 470,6 cm-1 for Fe3O on the ratio 1:3. While XRD characterization showed the shift
of diffraction angle of 2θ was 5,2° and has basal spacing of 16,8 Ǻ. In the XRF characterization, the
insertion process of organometalic was occurred optimally with percentage of metal oxide reached
71,75 %. The adsoption process of bentonite inserted organometalic compund
[Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)](NO3)∙nH2O showed the adsorption rate (k) is 0,050 min -1, the largest
adsorption capacity (b) at 70oC is 4,48 mol/g, the largest adsorption energy at temperatur 30oC
which is 6,4 kJ/mol Organometalic compounds. The value of the entalphy (ΔH) and entropy (ΔS)
decreased with increasing concentrations of the congo red. Effect of pH on the adsorption on at pH
3 shows the biggest of number congo red absorbed is 19,52 mg/L for insertion of bentonite.

Keywords : Bentonite, [Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)](NO3)∙nH2O, Congo red dye

RINGKASAN : Telah dilakukan insersi senyawa organologam [Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)]


(NO3)∙nH2O pada bentonit dengan perbandingan. nH2O Bentonit hasil insersi dikarakterisasi
menggunakan spektrofotometer FT-IR, analisis XRD dan analisis XRF. Hasil karakterisasi FT-IR
memperlihatkan adanya puncak pada bilangan gelombang 470,6 cm-1 untuk ulur Fe3O lebih tinggi
pada perbandingan berat (1:3). Sementara itu, hasil karakterisasi XRD menunjukan pergeseran
sudut (2θ) sebesar 5,2° dan mempunyai basal spasing 16,8 Ǻ. Pada karakterisasi menggunakan
XRF, terjadi insersi senyawa organologam secara optimal dengan persentase oksida logam sebesar
71,75%. Proses adsorpsi congo red oleh adsorben bentonit terinsersi senyawa organologam
[Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)](NO3)∙nH2O menunjukan besarnya laju adsorpsi (k) sebesar 0,050 menit-1,
kapasitas adsorpsi (b) terbesar pada temperatur 70oC sebesar 4,48 mol/g, energi adsorpsi terbesar
pada temperatur 30oC yakni 6,4 kJ/mol pada bentonit terinsersi senyawa organologam. Nilai entalpi
(ΔH) dan entropi (ΔS) mengalami penurunan dengan meningkatnya konsentrasi zat warna congo
red. Pengaruh pH terhadap adsorpsi congo red oleh adsorben bentonit terinsersi menunjukan pada
pH 3 jumlah congo red teradsorpsi terbesar yakni 19,52 mg/L

Kata kunci :bentonit, [Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)](NO3)∙nH2O, zat warna congo red

1. PENDAHULUAN

Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 1


Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2017

Bentonit merupakan material berlapis kecil untuk menjadi penginsersi pada


atau lempung yang mengandung mineral- bentonit.
mineral anorganik yang banyak ditemukan di Maka dari itu pada penelitian ini
alam (Abderrazek et al, 2016). Bentonit dilakukan proses insersi bentonit
dimanfaatkan sebagai adsorben (Santos et al, menggunakan senyawa organologam sebagai
2016). Bentonit dalam aplikasinya sebagai Penginsersi. Senyawa organologam
adsorben memiliki kekurangan antara lain [Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3]
mengandung mineral pengotor sehingga (NO3)∙nH2Omemiliki kelebihan yang meliputi
penyerapannya tidak optimal. Oleh karena itu sifat kereaktifan yang tinggi dan ukuran
untuk mengoptimalkan penyerapan dari kation yang lebih besar (makrokation) bila
bentonit perlu dilakukan aktivasi. Proses dibandingkan dengan atom logam ataupun
aktivasi bertujuan untuk memisahkan senyawa oksida logam. Diharapkan bentonit
pengotor secara alami pada bentonit. Dalam terinsersi senyawa organologam mampu
proses aktivasi ada 2 cara dilakukan yakni menginsersi dengan optimal dan mampu
dengan cara fisik maupun cara kimia. meningkatkan kapasitas adsorpsinya yang
Pada proses fisik dilakukan tinggi.
pembakaran pada temperatur tinggi Bentonit terinsersi makrokation
menyebabkan pengeluaran molekul-molekul senyawa organologam dikarakterisasi
air dari rangkaian kristal, sehingga dua gugus menggunakan spektrofotometer FT-IR, XRD,
OH yang berdekatan saling melepaskan satu serta XRF untuk melihat komposisi oksida
molekul air (Iwan, 2002), sedangkan pada logam. Selanjutnya, bentonit terinsersi
proses kimia dengan menggunakan asam senyawa organologam akan digunakan
sulfat bertujuan menghilangkan logam-logam sebagai adsorben untuk mengadsorpsi zat
yang berukuran kecil. Hal ini disebakan warna congo red. Dalam penelitian ini
logam-logam yang terdapat pada bentonit adsorbat yang dipilih adalah zat warna congo
terikat pada ion H+ yang berasal dari asam red, karena zat warna ini termasuk limbah
dengan demikian lapisan yang berperan berbahaya jika berada di lingkungan. Proses
sebagai masuknya penginsersi akan lebih adsorpsi congo red yang terjadi dapat
terbuka. Modifikasi bentonit diharapkan dipengaruhi oleh beberapa kondisi yang
menghasilkan bentonit yang memiliki meliputi pengaruh waktu adsorpsi, pengaruh
kemampuan adsorpsinya yang tinggi serta konsentrasi dan temperatur, dan pH larutan.
dapat melakukan proses insersi yang Penentuan konsentrasi kesetimbangan pada
menghasilkan bentonit terinsersi atom, hasil adsorpsi bentonit teraktivasi maupun
molekul maupun senyawa kompleks. pada bentonit terinsersi senyawa organologam
Seperti yang dilakukan Barus (2014) dilakukan analisa menggunakan
proses insersi menggunakan oksida logam spektrofotometer UV-Vis.
Al2O3 menunjukkan sedikit peningkatan jarak
antar lapisan. Hal ini ditunjukkan dari variasi 2. METODOLOGI PENELITIAN
waktu kontak adsorpsi bentonit terinsersi 2.1 Alat
senyawa oksida logam Al2O3 terhadap Alat–alat yang digunakan dalam penelitian
ammonia pada 4, 8, 16, 24 jam dihasilkan ini yaitu labu refluks, peralatan gelas, neraca
bahwa pada waktu ke-24 jam bentonit analitik, furnace, pengaduk magnetik,
terinsersi Al2O3 mampu mengadsorpsi termometer, hot plate, vakum, oven,
ammonia dengan persentase terbesar, desikator, horizontal shaker, kertas saring,
sedangkan dalam sebuah proses adsorpsi, corong pemisah, pipet tetes, spektroskopi X-
waktu 24 jam tersebut sangatlah lama Ray difraktometer (Shimadzu lab X-type
sehingga bentonit terinsersi senyawa oksida 6000), spektrofotometer FT-IR (Shimadzu-
logam Al2O3 dapat dikatakan belum optimal Pretige-21), X-Ray flouresense (PAN
digunakan sebagai adsorben karena ukuran Analytical Type Minipod 4) dan
kation yang dimiliki oleh oksida logam Al2O3

Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 2


Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2017

spektrofotometer Uv-Vis (Thermo Scientific penginsersi disiapkan dengan menambahkan


Geneysis 20). 100 mL NaOH 1 M, lalu dicampurkan dilabu
refluks dan diaduk kuat selama 24 jam pada
2.2 Bahan temperatur ruang selama 1 hari sambil dialiri
Bahan-bahan yang digunakan dalam gas nitrogen. Hasil insersi senyawa
penelitian ini bentonit alam, zat warna congo organologam lalu dicuci dengan aquades dan
red (C32H22N6Na2O6S2), asam sulfat (H2SO4), dikeringkan pada udara terbuka selama 24
aquades (H2O), Senyawa besi (III) nitrat jam. Hasil bentonit terinsersi senyawa
nonahidrat (Fe(NO3)3.9H2O), asam benzoat organologam dikarakterisasi menggunakan
(C6H5COOH), natrium hidroksida (NaOH) 0,1 spektroskopi XRD, FTIR, dan XRF.
M, dan asam klorida (HCl) 0,1 M 2.3.4. Pembuatan Larutan Stok dan
Larutan Standar Zat Warna Congo
2.3 Prosedur Penelitian
2.3.1 Preparasi Bentonit (Ozcan, 2004) Red
Bentonit alam dipreparasi melalui dua Larutan stok zat warna congo red
cara fisika dan kimia. Sebanyak 100 g (1000 g/mL) dibuat dengan mencampurkan 1
bentonit alam dipanaskan menggunakan g congo red yang dilarutkan dengan 1 liter
furnance pada temperature 400oC selama 2 aquades dalam labu takar 1 liter. Larutan
jam lalu didiamkan pada temperatur ruang. diencerkan secara bertahap untuk bentonit
Hasil bentonit pembakaran selanjutnya terktivasi (kontrol) dan bentonit terinsersi.
diasamkan menggunakan asam sulfat. Larutan standar untuk proses adsorpsi
Sebanyak 50 g bentonit hasil pembakaran, menggunakan bentonit teraktivasi dilakukan
dilarutkan dalam 250 mL H2SO4 1 M selama 2 pada konsentrasi 25, 50, 75, 100, dan 150
jam, lalu didiamkan dan disaring. Bentonit mg/L, sedangkan untuk bentonit terinsersi
alam yang telah dipanaskan dan diasamkan dibuat mengunakan larutan standar dengan
lalu dikarakterisasi menggunakan FT-IR, konsentrasi dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40,
XRD, dan XRF. dan 50 ppm. Masing-masing larutan standar
kemudian diukur absorbansinya pada panjang
2.3.2. Sintesis senyawa gelombang serapan maksimum 500 nm.
[Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3](NO3)∙nH2O Setelah itu diukur absorbansinya dan dibuat
(Uchida et al. 2012) kurva kalibrasi.
Sintesis senyawa dilakukan dengan
mencampurkan sebanyak 32 g Fe(NO3)3.9H2O 2.3.5 Aplikasi Bentonit terinsersi
(80 mmol) yang sebelumnya dilarutkan dalam Senyawa Organologam sebagai
100 ml aquades, lalu ditambahkan 24 g Adsorben Zat Warna Congo Red
natrium benzoat dan diaduk dengan pengaduk 2.3.5.1 Pengaruh waktu adsorpsi
magnetik selama 30 menit. Larutan orange Sebanyak 0,03 gram adsorben
kecoklatan kemudian terbentuk dan bentonit terinsersi senyawa organologam dan
selanjutnya disaring, dicuci dengan air dan bentonit teraktivasi (kontrol) ditambahkan ke
didapatkan [Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3] dalam 50 mL congo red dengan konsentrasi
(NO3)∙nH2O setelah itu dikarakterisasi 150 mg/L kemudian diaduk dengan horizontal
menggunakan spektroskopi FTIR. shaker pada selang waktu 30 menit. Variasi
waktu adsorpsi divariasikan mulai dari 10, 20,
2.3.3 Insersi Senyawa Organologam 30, 40, 50, 60, 70, 80, dan 90 menit. Congo
[Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3] red yang telah melalui proses adsoprsi
(NO3)∙nH2O dengan Bentonit didiamkan kemudian diukur konsentrasinya
(Hou,2011) dengan menggunakan spektrofotometer Uv-
Sebanyak 5 g bentonit dilarutkan Vis untuk mengetahui konsentrasi sisa serta
dalam 200 mL aquades. 15 g Senyawa
organologam yang berperan sebagai senyawa

Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 3


Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2017

konsentrasi teradsorpsi zat warna setelah Terinsersisenyawa organologam


proses adsorpsi. [Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3](NO3)∙nH2O
Interaksi antara asorben dengan
2.3.5.2 Pengaruh Konsentrasi dan adsorbat dipelajari secara spektroskopi
Temperatur (Mahmoud et al. dengan melihat perubahan yang terjadi pada
2016). adsorben sebelum dan setelah proses adsorpsi.
Studi termodinamika adsorpsi zat Sebanyak 0,03 g adsorben bentonit terinsersi
warna pada adsorben bentonit terinsersi senyawa organologam dicampurkan dengan
makrokation dilakukan melalui serangkaian 50 mL zat warna dengan konsentrasi 50 mg/L.
percobaan dengan memvariasikan konsentrasi Campuran diaduk dengan menggunakan
zat warna dan temperatur adsorpsi. Sebanyak horizontal shaker selama 1 jam, kemudian
0,03 g adsorben dicampurkan dengan 50 mL campuran dipisahkan melalui proses
larutan zat warna 25, 50, 75, 100 dan 150 penyaringan. Adsorben kemudian dikeringkan
(mg/L) digunakan sebagai kontrol dan untuk o
dengan oven pada temperatur 80 C. Adsorben
bentonit terinsersi senyawa organologam nya
yang telah digunakan untuk proses adsorpsi
menggunakan larutan zat warna 10, 20, 30, 40,
kemudian dianalisis menggunakan FT-IR
dan 50 (mg/L), kemudian diaduk menggunakan
untuk mengetahui perubahan gugus
horizontal shaker selama 1 jam pada
fungsional yang terjadi sebelum dan setelah
temperatur yang bervariasi (30, 40, 50, 60, dan
proses adsorpsi.
70oC). Larutan didiamkan dan diukur
menggunakan spektrofotometer Uv-Vis untuk
3.3.6 Analisis Data
mengetahui konsentrasi sisa serta konsentrasi
Keberhasilan proses insersi bentonit
teradsorpsi zat warna setelah proses adsorpsi.
teraktivasi maupun bentonit terinersi senyawa
3.3.5.3 Pengaruh pH (Ozcan, et al, 2004) organologam diamati dari spektra FT-IR, pola
Pengaruh pH terhadap adsorpsi zat XRD dan komposisi oksida logam
warna pada bentonit terinsersi senyawa menggunakan XRF. Hasil proses insersi
organologam dipelajari dengan berlangsung menggunakan senyawa
memvariasikan pH awal larutan zat warna. organologam membentuk bentonit terinsersi
Adsorben bentonit terinsersi sebanyak 0,03 yang dapat diaplikasikan pada proses zat
gram ditambahkan ke dalam 50 mL larutan warna congo red dengan melihat pengaruh
zat warna dengan konsentrasi 25 mg/L waktu kontak, pengaruh konsentrasi dan
kemudian diaduk dengan horizontal shaker temperatur serta pengaruh pH larutan.
pada temperatur ruang selama satu jam. pH Data kinetika adsorpsi antara bentonit
awal larutan zat warna ditetapkan sebesar 3, insersi dengan zat warna congo red diperoleh
4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, dan 12 utnuk bentonit dari data pengaruh waktu adsorpsi. senyawa
terinsersi sedangkan untuk bentonit organologam yang diperoleh dari pengaruh
teraktivasi (kontrol) pH awal larutan zat waktu adsorpsi. Laju adsorpsi ditentukan
warna ditetapkan sebesar 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, dengan mmengasumsikan bahwa proses
10, 11, dan 12 yang ditambahkan dengan adsorpsi yang terjadi mengikuti model
penambahan NaOH 0,1 M dan HCl 0,1 M. persamaan adsorpsi Langmuir sebagai
larutan didiamkan selama 10 menit dan berikut:
diukur menggunakan spektrofotometer Uv-
Vis untuk mengetahui konsentrasi sisa serta Error: Reference source not found ……….
konsentrasi teradsorpsi zat warna setelah (5)
proses adsorpsi.
Keterangan :
3.3.5.4 Studi Interaksi Congo Red Bentonit Konsentrasi awal congo red
C = Konsentrasi congo red setelah waktu t
Teraktivasi dan Bentonit t = waktu adsorpsi
K = Konstanta kesetimbangan adsorpsi

Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 4


Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2017

Konstanta laju diperoleh dari persamaan


regresi linear. Berdasarkan model persamaan
adsorpsi Langmuir.
Parameter termodinamika proses 2.3 HASIL DAN PEMBAHASAN
adsorpsi bentonit terinsersi diperoleh dari data 3.1Sintesis dan Karakterisasi
pengaruh konsentrasi dan temperatur [Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3](NO3)∙nH2O
adsorpsi. Parameter termodinamika meliputi dengan Spektofotometer FTIR
kapasitas adsorpsi dan energi adsorpsi dapat Pada proses sintesis senyawa
ditentukan menggunakan persamaan organologam[Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3]
Langmuir sebagai berikut : (NO3)∙nH2O dilakukan pada kondisi udara
terbuka tanpa bantuan gas inert tidak seperti
Error: Reference source not found yang dilakukan pada kebanyakan sintesis
........ (6) orgalogam (Szafran et al,1991). Pada akhir
E Error: Reference source not found - dari proses sintesis didapatkan kristal
berwarna coklat muda yang merupakan
RT ln K …….. (7)
senyawa organologam. Senyawa organologam
Keterangan : hasil sintesis kemudian dikarakterisasi
C = Konsentrasi congo red pada setelah menggunakan spektroskopi FT-IR bertujuan
adsorpsi mencapai kesetimbangan untuk mengidentifikasi gugus fungsional yang
m = Mol congo red teradsorpsi pada 0,03 terbentuk sepertipada Gambar 8.

gram bentonit
K = Konstanta kesetimbangan
b = Kapasitas adsorpsi
R = Konstanta
T = Temperatur

persamaan regresi linear ditentukan dari Gambar 8. Spektrum FT-IR senyawa


model persamaan adsorpsi Langmuir. organologam
sedangkan untuk mencari nilai koefisien
distribusi adsorbat digunakan persamaan Pada Gambar 8 terlihat puncak-puncak
sebagai berikut : gugus fungsional senyawa organologam
muncul pada bilangan gelombang 400-4000
Error: Reference source not found .........
cm-1. Puncak-puncak utama dari senyawa
(8) organologam muncul padabilangan
-1
gelombang 469cm untuk vibrasi Fe-
. O(Hasegawa, 2007). Pada bilangan
Keterangan : -1
gelombang 709,8 cm untuk vibrasi N-O yang
Kd = Koefisien distribusi adsorbat (qe/Ce) berperan sebagai counterionligan benzoat,
ΔH = Entalpi yang mempunyai vibrasi C-H, vibrasi C-O,
ΔS = Entropi vibrasi C-H muncul pada bilangan gelombang
R = Konstanta masing-masing 1419,6cm-1, 1612,4cm-1
T = Temperatur (Lesbani, 2008). Bilangan gelombang
3070,6cm-1menunjukan vibrasi tekuk Ar-H.
Ikatan yang terbentuk antara adsorbat Adanya, pita serapan pada 1689,6cm-1
dan adsorben dipelajari melalui spektroskopi menunjukan vibrasi O-H yang
FTIR yang dibandingkan dengan adsorben mengindikasikan kehadiran ligan air dalam
sebelum interaksi yakni bentonit terinsersi senyawa organologam yang diperkuat oleh
senyawa organologam. vibrasi pada bilangan gelombang 3410,1cm-

Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 5


Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2017

1
sebagian vibrasi ulur dari O-H. Data bilangan adanya vibrasi ulur Si-O-Si (Perelomov,
gelombang senyawa organologamnH2O 2016).
dirangkum pada Tabel 2. Tahapan proses aktivasi yang
dilakukan dalam untuk menghilangkan
Tabel 2. Data bilangan gelombang senyawa pengotor ada 2 tahapan yakni melalui
organologam pemanasan pada temperatur 400oC dan
pengasaman dengan penambahan asam sulfat
Bilangan Gelombang (cm-1) Gugus (H2SO4). Pada bentonit pemanasan temperatur
3410,1 Error: 400oC mengakibatkan terjadinya perubahan
Reference deformasi ikatan H2O, hal ini dikarenakan
source not
found(O-H)
H2O yang ada mengalami penguraian atau
3070,6 Error: pelepasan, oleh karena itu dapat
Reference mengakibatkan puncak bentonit semakin
source not melebar dan meluas sehingga pada akhirnya
found(Ar-H) benar-benar runtuh pada temperatur
1419,6- 1612,4 Error:
400oC.Keberhasilan proses ini ditandai
Reference
source not dengan perubahan gugus fungsional yang
found(C-H), mengalami pergeseran bilangan gelombang
(C-O),(C-C) yang terlihat pada Gambar 9(B). Terlihat pita
709,8 Error: serapan pada gambar 9(B) adanya vibrasi ulur
469 Reference
Al-OH-Al yang bergeser pada gelombang
source not
found(N-O) 3695,6 cm-1 dan mineral kuarsa mengalami
Error: Reference pergeseran pada bilangan gelombang 694,3
source not found (F cm-1. Vibrasi regang dan tekuk H-O-H muncul
e-O) pada bilangan gelombang yang sama pada
bentonit alam, yakni 3448,7 cm-1 dan 1635,6
cm-1. Vibrasi regang dan tekuk Si-O-Si
2.2 Identifikasi Bentonit Alam dan muncul pada bilangan gelombang 1033,8 cm-
Bentonit Hasil Insersi Dengan 1
dan 532 cm-1 serta vibrasi tekuk Al-OH-Al
Spektrofotometer FTIR tetap pada bilangan gelombang 910,4 cm-1.
Sebelum proses insersi bentonit dengan
senyawa organologam
[Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3](NO3)∙nH2O maka
terlebih dahulu bentonit alam dikarakterisasi
menggunakan spektroskopi FT-IR yang
bertujuan untuk mengidentifikasi gugus
fungsional. Spektra FTIR bentonit alam
Gambar 9(A)menunjukan adanya vibrasi ulur
Al-OH-Alpada bilangan gelombang 3626,1
cm-1 dan vibrasitekuk Al-OH-Al pada
bilangan gelombang 910,4 cm-1. Kandungan
air yang berperan sebagai molekul interlayer
pada bentonit muncul sebagai vibrasi ulur H-
O-H teramati pada bilangan gelombang
3448,7 cm-1 sedangkan vibrasi tekuk H-O-H
muncul pada bilangan gelombang 1635,6 cm-
1
. Munculnya serapan kuat pada bilangan
gelombang 1033,8 cm-1 sebagai menunjukan

Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 6


Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2017

Gambar 9. Spektra FT-IR senyawa A) (1:3) dan (1:4). Hal ini bertujuan menetapkan
Bentonit Alam. B) Bentonit bentonit terinsersi yang optimal.
hasil pembakaran pada Hasil terinsersi senyawa
400oC. C) Bentonit organologam dengan perbandingan (1:1),
teraktivasi (1:2), (1:3) dan (1:4) dikarakterisasi
menggunakan spektrofotometer FT-IR untuk
Proses aktivasi kedua terhadap melihat gugus fungsional yang terbentuk
bentonit alam yakni pengasaman seperti pada Gambar 10(D)(1:1) terlihatbahwa
menggunakan asam sulfat. Pengasaman vibrasi senyawa organologam Fe-O muncul
menggunakan asam sulfat bertujuan pada bilangan gelombang 462,5 cm-1.
menghilangkan logam-logam yang berukuran Munculnya pita serapan untuk vibrasi regang
kecil sebagai pengotor yang menempel pada Al-OH-Al yang bergeserpada bilangan
bentonit.Hal ini disebakan logam-logam yang gelombang 3618,4 cm-1, vibrasi regang O-H
terdapat pada bentonit terikat pada ion H+ melebar pada bilangan gelombang 3448,7 cm-
yang berasal dari asam dengan demikian 1
. Hal ini menandakan adanya gugus O-H
lapisan yang berperan sebagai masuknya pada benzoat dan juga ligan benzoat berupa
penginsersi akan lebih terbuka. Spektrum vibrasi C-C , vibrasi C=C, vibrasi C=O
FTIR muncul pada bilangan gelombang 1388,7 –
Gambar 9(C) menunjukan pergeseran 1635 cm-1. Vibrasi regang Si-O-Si pada
bilangan gelombang. Terlihat pita serapan bilangan gelombang1018,4 cm-1 serta vibrasi
untuk vibrasi regang Al-OH-Al yang bergeser tekuk Al-OH-Al yang muncul pada bilangan
pada bilangan gelombang 3672,4 cm-1, vibrasi gelombang 910,4 cm-1sedangkan, vibrasi
regang H-O-H bergeser pada bilangan regang dan tekuk Al-O-Si terlihat pada
gelombang 3425,5 cm-1 dan vibrasi regang Si- bilangan gelombang 524,6 cm-1.
O-Si pada bilangan gelombang1041,5 cm-1.
Vibrasi tekuk Al-OH-Al yang muncul pada
bilangan gelombang 910,4 cm-1 dan vibrasi
tekuk H-O-H muncul pada bilangan
gelombang 1635,6 cm-1. Vibrasi regang dan
tekuk Si-O-Si muncul pada bilangan
gelombang 532 cm-1 hal yang sama dengan
bentonit alam dan bentonit pemanasan pada
temperatur 400oC tidak terjadi pergeseran
bilangan gelombang.
Proses insersi bentonit dengan
senyawa organologam dilakukan dengan
penambahan aquades terhadap bentonit yang
dilanjutakan dengan penambahan
ditambahkan natrium oksida (NaOH). Tujuan
perlakuan ini yakni untuk membentuk
suspensi agar mempermudah proses insersi.
Pada proses insersi diusahakan jangan ada
kontak oksigen yang ada padaudara yang
masuk ke dalam sistem dengan cara
mengalirkan gas N2. Proses insersi bentonit Gambar 10. Spektra FT-IR Bentonit
dengan senyawa organologam ini dilakukan terinsersi, D) 1:1, E) 1:2,
dengan memvarisasikan perbandingan berat, F) 1:3, G) 1:4
antara berat bentonit dengan berat senyawa
organologam. Perbandingan yang dilakukan Pada hasil bentonit terinsersi senyawa
dalam proses insersi ini yakni (1:1), (1:2), organologam pada Gambar 10(E) (1:2)

Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 7


Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2017

terlihat bahwa vibrasi senyawa organologam karakterisasi menggunakan FT-IR terhadap


Fe-O muncul pada bilangan gelombang 470,6 bentonit dan hasil bentonit
cm-1. Munculnya pita serapan untuk vibrasi terinsersididugaproses insersi yang lebih
regang Al-OH-Al yang bergeser pada optimal pada perbandinganberat bentonit
bilangan gelombang 3618,4 cm-1, vibrasi O-H terinsersi (1:2) dan (1:3) karena pada
melebar pada bilangan gelombang 3448,7 cm- perbandingan berat (1:2) dan (1:3) terlihat
1
, vibrasi C-C , vibrasi C=C, vibrasi C=O pada spektra bahwa ,munculnya senyawa
muncul pada bilangan gelombang 1388,7 – organologam pada bentonit terdapat pada
1635, cm-1 dan vibrasi regang Si-O-Si pada bilangan gelombang 470,6 cm-1, akan tetapi
bilangan gelombang 1033,8 cm-1. Vibrasi agar lebih memastikan yang lebih optimal
tekuk Al-OH-Al yang muncul pada bilangan akan dianalisis lebih lanjut menggunakan
gelombang 910,4cm-1sedangkan, vibrasi XRD.
regang dan tekuk Al-O-Si terlihat pada
bilangan gelombang 532,3 cm-1. 3.3 Identifikasi Bentonit dan Hasil Insersi
Pada hasil bentonit terinsersi senyawa senyawa organologam menggunakan
organologam Gambar 10(F) (1:3) terlihat Difraksi Sinar X
bahwa munculnya serapan kuat pada bilangan Karakterisasi menggunakan XRD ini
gelombang 470,6 cm-1 adanya vibrasi bertujuan untuk melihat perubahan yang
senyawa organologam Fe-O. Munculnya pita terjadi pada bentonit setelah insersi dengan
serapan untuk vibrasi O-H melebar pada mengamati perubahan sudut difraksi (2θ).
bilangan gelombang 3448,7 cm-1, vibrasi C- (Boudiaf, 2014) menyatakan bahwa bentonit
C , vibrasi C=C, vibrasi C=O muncul pada merupakan golongan material berlapis yang
bilangan gelombang 1388,7 – 1635, cm-1, mengandung mineral, utama monmorilonit.
adanya serapan kuat vibrasi regang Si-O-Si Bentonit menunjukan adanya monmorilonit
pada bilangan gelombang 1033,8 cm-1. Vibrasi yang teramati pada 2θ dari 3-6o. Hal ini
tekuk Al-OH-Al yang muncul pada bilangan terlihat dari sudut difraksi (2θ) bentonit alam,
gelombang 910,4 cm-1, sedangkan, vibrasi bentonit dengan pemanasan pada temperatur
regang dan tekuk Al-O-Si terlihat pada 400oC serta bentonit dengan pengasaman
bilangan gelombang 524,6 cm-1. menggunakan asam sulfat yakni adanya
Spektra FTIR bentonit hasil senyawa pergeseran sudut difraksi monmorilonit pada
organologam pada Gambar 10(G) (1:4) 4,1o, 3,3o dan 4,1o.
menunjukan vibrasi senyawa organologam Fe- Adanya sudut difraksi pada sudut 2θ
O muncul pada bilangan gelombang 462,5 sebesar 20o dan 26o seperti pada gambar
cm-1. Munculnya pita serapan untuk vibrasi 11(A), (B), dan (C) menunjukan adanya
regang Al-OH-Al yang bergeser pada mineral lain yakni kuarsa dan ilit.
bilangan gelombang 3518 cm-1, pita serapan Apabila bentonit terinsersi oleh suatu
untuk vibrasi O-H melebar pada bilangan penginsersi baik itu atom, molekul dan
gelombang 3448,7 cm-1, vibrasi C-C , vibrasi senyawa, maka akan terjadi pola difraksi
C=C, vibrasi C=O muncul pada bilangan XRD yakni pergeseran sudut difraksi (2θ)
gelombang 1396,4 – 1635,6 cm-1dan vibrasi (Bertella, 2015). Pada gambar 11(D) yang
regang Si-O-Si pada bilangan menunjukan perbandingan berat (1:1) terlihat
-1
gelombang1018,4 cm . Vibrasi tekuk Al-OH- adanya pergeseran sudut difraksi 2θ
Al yang muncul pada bilangan gelombang monmoriloit pada bentonit sebesar 5,2o
910,4 cm-1 sedangkan, vibrasi regang dan dengan basal spasing 16,7 Ǻ.
tekuk Al-O-Si terlihat pada bilangan Pada perbandingan (1:2) yang tersaji
gelombang 524,6 cm-1. pada Gambar 8(E) juga terlihat pergeseran
Spektra FTIR pada Gambar 10 sudut difraksi 2θ monmoriloit pada 5,3o
menunjukan bahwa variasi perbandingan dengan basal spasing 16,4 Ǻ. Pada Gambar
berat bentonit terinsersi menghasilkan spektra 11(F) yakni perbandingan (1:3) menunjukan
FTIR tidak berbeda secara signifikan. Hasil pula adanya pergeseran sudut difraksi 2θ

Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 8


Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2017

monmoriloit pada bentonit sebesar 5,2o dilakukan proses karakterisasi lainya yakni
dengan basal spasing 16,8 Ǻ. Pergeseran menganalisis komponen oksida logam
sudut difraksi 2θ pada perbandingan berat menggunakan analisis XRF (Fluorescence
bentonit dengan senyawa organologam Sinar-X).
[Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3](NO3)∙nH2O dapat
dilihat pada Gambar 11 (D), (E), (F), dan (G).
3.4 Preparasi Identifikasi Bentonit Alam
dan Bentonit Hasil Insersi Senyawa
Organologam[Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)]
(NO3)∙nH2Omenggunakan
Fluorescence Sinar-X (XRF)

Karakterisasi menggunakan XRF


bertujuan untuk melihat komposisi oksida
logam yang terdapat di bentonit alam,
bentonit yang telah dipreparasi dan hasil
bentonit terinsersi dengan senyawa
organologam pada perbandingan (1:1), (1:2),
(1:3) dan (1:4). Data hasil analisis
menggunakan XRF dapat dilihat pada Tabel 3.
Pada Tabel 3terlihat bahwa bentonit alam
tersusun atas mineral monmorilonit
mengandung silika dan alumina yang
menghasilkan persentase jumlah oksida logam
Al2O3 dan SiO2 sebanyak 17% dan 43,6%.
Gambar 11.Pola difraksi XRD A)Bentonit Oksida logam lainnya yang terukur yakni
alam, B) Bentonit hasil P2O5 dengan persentase sebanyak 0,71%, K2O
pembakaran, C)Bentonit dengan persentase 0,2%. Komposisi CaO
teraktivasi, D)Bentonit 1:1, dengan persentase sebanyak 0,99%, TiO 2
E)Bentonit 1:2, F)Bentonit dengan persentase 1,87%, V2O5 dengan
1:3,G)Bentonit 1:4. persentase 0,11%, Cr2O3 dengan persentase
Padaperbandingan (1:4) terdapat pada 33,39%, NiO dengan persentase 0,87%, CuO
Gambar 11(G) ternyata tidak mengalami dengan persentase 0,15%, ZnO dengan
pergeseran sudut difraksi 2θ monmoriloit persentase 0,09%, Re2O7 dengan persentase
pada bentonit akan tetapi mempunyai basal 0,11%, dan Eu2O3 dengan persentase 0,2%.
spasing sebesar 24 Ǻ. Hal ini tidak bisa Dengan dilakukannya aktivasi
dikatakan optmial karena tidak ada pergeseran bentonit alam menyebabkan nilai kandungan
sudut difraksi 2θmonmorilonit. Keberhasilan oksida logam menurun. Hal ini sesuai dengan
bentonit terinsersi senyawa organologam tujuan aktivasi yakni menghilangkan pengotor
dapat dilihat dari pergeseran sudut difraksi 2θ pada bentonit berupa logam-logam yang
monmorilonit dari 3-6°. Pada Gambar 11(G) berukuran kecil. Aktivasi bentonit yang
proses masuknya senyawa organologam tidak pertama yakni dengan pemanasan pada
hanya pada 1 lapisan, akan tetapi pada lapisan temperatur 400oC menunjukan bahwa
yang lainya juga. beberapa oksidamengalami penurunan, seperti
Oleh karena itu hasil dari data halnya CaO berkurang persentasenya menjadi
karakterisasi XRD dapat dinyatakan bahwa 0,92%, V2O5 menjadi 0,07%. Sedangkan
pada perbandingan berat bentonit : senyawa oksida logam yang lain memiliki persentase
organologam (1:3) lebih optimal digunakan yang sama dengan bentonit alam walapun
sebagai adsorben. Untuk dapat membuktikan terdapat oksida logam yang mengikat, seperti
kembali hasil insersi yang optimal maka TiO2 menjadi 1,91%, Cr2O3 menjadi 0,11%,

Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 9


Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2017

Mn menjadi 0,19 %, Fe2O3 menjadi 33,57%. kandungan senyawa penginsersi yakni


Berkurangnya kandungan oksida logam ini senyawa organologam menyebabkan oksida
dikarenakan oksida-oksida logam pada logam Fe2O3 mengalami peningkatan. Hasil
bentonit tersebut sudah hilang oksida aktivasi analisa XRF pada Tabel 3terlihat pada
akibat pemanasan. perbandingan berat (1:2) dan (1:3) mengalami
Tabel 3. Data komposisi oksida logam penurunan oksida yang signifikanterutama
menggunakan XRF Al2O3memiliki persentase sebanyak 8,2% ,
SiO2memiliki persentase sebanyak 23,9% dan
peningkatan Fe2O3 menjadi 63,89%.
Akan tetapi,pada perbandingan berat
(1:3) mengalami penurunan oksida logam
Al2O3 menjadi 6,2%, SiO2 memiliki
persentase sebanyak 18,7% dan peningkatan
Fe2O3 yang lebih banyak menjadi 71,75%.
Oleh karena itu hasil bentonit terinsersi
senyawa organologam yang optimal yakni
ditunjukan pada perbandingan (1:3) karena
banyak mengandung komposisi Fe2O3 serta
menurunnya persentase yang baik setiap
perlakuan. Selanjutnya, bentonit terinsersi
senyawa organologam dengan perbandingan
berat (1:3) digunakan pada proses
adsorpsisebagai adsorben zat warna congo
red.

Aktivasi bentonit alam kedua dengan 3.5 Pengaruh Waktu Adsorpsi Zat Warna
menggunakan asam sulfat. Hal Congored Menggunakan Bentonit
inimenyebabkan penurunan persentase oksida Terinsersi Senyawa Organologam
logam. Hal ini disebakan logam-logam yang [Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3](NO3)∙nH2O
terdapat pada bentonit terikat pada ion H+
yang berasal dari asam dengan Bentonit terinsersi senyawa
demikianlapisan yang berperan sebagai organologam [Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3]
masuknya penginsersi akan lebih terbuka. (NO3)∙nH2O dan bentonit teraktivasi (kontrol)
Penurunan persentase oksida logam pada diaplikasikan sebagai adsorben zat warna
bentonit hasil pengasaman ditunjukan pada Congored pada konsentrasi 50 ppm dengan
Tabel 3. Penurunan oksida logam yakni Al2O3 variasi waktu 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80,
menjadi 11%, SiO2 menjadi 28,8%, K2O dan 90 menit dengan berat masing-masing
menjadi 0,19%, TiO2 menjadi 1,73%, adsorben yang digunakan seberat 0,03 gram.
V2O5menjadi 0,06%, Cr2O3menjadi 0,06%, Data perhitungan waktu adsorpsi terhadap
Mn menjadi 0,17%, Fe2O3menjadi 29,2%, jumlah zat warna congo red yang teradsorpsi
NiO menjadi 0,88%, CuO menjadi 0,15%. dapat dilihat pada lampiran 28, sedangkan
Selanjutnya untuk menentukan hasil kurva hasil pengaruh waktu kontak terhadap
insersi bentonit dengan senyawa organologam jumlah congo red teradsoprsi tersaji pada
[Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3](NO3)∙nH2O pada Gambar 12.
perbandingan (1:1),(1:2), (1:3) dan
(1:4)dilakukan dengan mengamati kandungan
oksida khususnya oksida logam Al2O3 dan
SiO2 yang terletak pada lapisan monmorilonit
tempat masuknya penginsersi. Kemudian

Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 10


Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2017

Gambar 13.Parameter kinetik adsorpsi


bentonit terinsersi terhadap zat
Gambar 12.Pengaruh waktu kontak bentonit
warna
teraktivasi (kontrol) dan bentonit
congo red
terinsersi senyawa organologam
[Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3]
(NO3)˙nH2O terhadap jumlah
congo red teradsorpsi

Gambar 12 menunjukkan seiring


bertambahnya waktu adsorpsi maka akan
semakin besar pula konsentrasi zat warna
congo red yang teradsorpsi. Pada bentonit
terinsersiterlihat jumlah zat warna congo red
teradsorpsi meningkat dalam waktu 20 menit
seiring mencapai waktu kesetimbangan. Hal
ini menunjukan bahwa bentonit terinsersi
senyawa organologam telah mencapai
kesetimbangan adsorpsi.
Data waktu adsorpsi dapat digunakan
untuk menentukan parameter kinetika
adsorpsi.Data perhitungan parameter kinetika
tersaji pada lampiran 28 dan kurva parameter Gambar 14.Parameter kinetik adsorpsi
kinetik bentonit teraktivasi (kontrol) dan bentonit teraktivasi (kontrol)
bentonit terinterkalasi senyawa organologam terhadap congo red
[Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3](NO3)∙nH2O tersaji
Berdasarkan persamaan Langmuir-
pada Gambar 13 dan 14.
Hinshelwood maka laju konstanta adsorpsi
dapat dihitung sebagai slopedari plot ln
(Co/C)/C terhadap t/C sebagai persamaan
garis. Nilai masing-masing slopesebagai laju
konstanta adsorpsi (k1) dan koefisien korelasi
(R2) dari plot (Co/C)/C terhadap t/C tersaji
pada Tabel 4. Koefisien korelasi yang
diperoleh menunjukkan adanya persamaan
garis linear. Persamaan garis dengan koefisien

Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 11


Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2017

korelasi (>0,9) menunjukkan bahwa kinetika Pengaruh temperatur adsorpsi zat


adsorpsi congo redmemenuhi persamaan warna congo red oleh adsorben bentonit
kinetika Langmuir-Hinshelwold. teraktivasi dan bentonit terinsersi senyawa
organologam dilakukan dengan
Tabel 4. Nilai Laju adsorpsi untuk Bentonit menvariasikan temperatur dan konsentrasi zat
teraktivasi (kontrol) dan Bentonit warna congo red. Pada adsorben bentonit
terinsersi teraktivasi dan bentonit terinsersi senyawa
organologam variasi temperatur adsorpsi
sama yakni 30, 40, 60, dan 70oC. Variasi
konsentrasi zat warna congoredoleh adsorben
bentonit teraktivasi dilakukan pada 25, 50, 75,
100, dan 150 mg/L.
Pada adsorben bentonit terinsersi
Pada Tabel 4 menunjukan bahwa senyawa organologam dilakukan pada variasi
bentonit teraktivasi dan bentonit terinsersi konsentrasi zat warna congo red 10, 20, 30,
mempunyai kemampuan yang baik sebagai 40, dan 50 mg/L. Proses adsorpsi dilakukan
adsorben. Hal ini didasarkan oleh basal dengan pengadukan selama waktu 30
spasinganatara bentonitteraktivasi dan menit.Data perhitungan temperatur adsorpsi
bentonit terinsersi. Pada bentonit teraktivasi oleh bentonit teraktivasi dan bentonit
pada pergeseran sudut 2θ mempunyai basal terinsersi senyawa organologam
spasing 24 Ǻ sedangkan pada bentonit [Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3](NO3)∙nH2O
terinsersi pada pergeseran sudut 2θ terhadap jumlah zat warna congo red yang
mempunyai basal spasing 16,8 Ǻ. Dari Tabel teradsorpsi dapat dilihat pada lampiran 16 dan
4 diatas menunjukan bahwa antara bentonit 17, sedangkan kurva hasil pengaruh
terinsersi senyawa organologam temperatur adsorpsi terhadap jumlah congo
[Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3](NO3)∙nH2O dan red teradsorpsi teradsorpsi pada Gambar
bentonit teraktivasi tidak terjadi perbedaan 15dan 16.
secara signifikankarena antara bentonit
teraktivasi dan bentonit terinsersi mempunyai
kemampuan yang baik untuk mengadsorpsi
zat warna congo red.
Hal ini terjadi dikarenakan adsorbat
yang masuk kebentonit terinsersi tidak hanya
masuk kesatu lapisan saja , akan tetapi ada
yang masuk ke lapisan lainnya. Diketahui
bahwa pada struktur kristal monmorilonit
terdiri dari tiga lapisan yaitu dua unit lapisan
tetrahedral dan satu lapisan oktahedral (Zhu
and Vansant, 2008). Dengan hal ini, dapat
dikatakan laju adsorpsi dari bentonit terinsersi
[Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3](NO3)∙nH2O sangat Gambar 15. Pengaruh temperatur adsorpsi
efektif sebagai adsorben zat warna dan konsentrasi zat warna congo
congoredwalaupun basal spasingnya lebih red bentonit teraktivasi (kontrol)
besar dari bentonit teraktivasi (kontrol). terhadap jumlah congo red
teradsorpsi
4.6 Pengaruh Konsentrasi Adsorpsi Zat
Warna Congored Menggunakan
Bentonit Terinsersi Senyawa Organologam

[Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3](NO3)∙nH2O

Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 12


Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2017

temperatur. Akan tetapi pada pada bentonit


terinsersi ini berbanding terbalik dengan
kontrol.
Hal ini dapat dilihat dari hasil variasi
temperatur, yakni pada temperatur 30 dan
40oC meningkatnya konsentrasi teradsorpsi.
Apabila dibandingkan dengan adsorben
bentonit teraktivasi maka adsorben bentonit
terinsersi senyawa organologam
[Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3](NO3)∙nH2Oterlihat
Gambar 16. Pengaruh temperatur adsorpsi jelas perbedaan titik (x,y) antara konsentrasi
dan konsentrasi zat warna congo yang sama pada berbagai temperatur. Hal ini
dikarenakan temperatur menyebabkan jumlah
red Bentonit terinsersi senyawa congo red yang teradsorpsi (mg/L) meningkat
organologam terhadap jumlah dengan optimal pada konsentrasi yang
congo red teradsorpsi sama.Reaksi temodinamika dari proses
adsorpsi dapat ditentukan dengan parameter
Pada Gambar 15 dan 16 yang termodinamika seperti perubahan pada energi
menunjukan pengaruh temperatur dan bebas Gibbs (ΔG°), entalpi (ΔH°) dan entropi
konsentrasi congo red oleh adsorben bentonit (ΔS°) dapat dihitng sebagi nilai slope dan
terinsersi senyawa organologam intersept dari 1/T terhadap ln Kd dapat dilihat
[Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3](NO3)∙nH2O pada persamaan 8. Sedangkan nilai dari
menjelaskan bahwa semakin besar temperatur perubahan energi bebas Gibbs (ΔG°) dihitung
(oC) dan konsentrasi (mg/L) maka jumlah dari nilai entalpi (ΔH°) dan entropi (ΔS°)
congo red teradsorpsi juga meningkat. Pada yang terdapat pada persamaan 8.
Gambar 15 menunjukan adsorben bentonit Pada Tabel 5menunjukan bahwa
teraktivasi memperlihatkan bahwa antara secara keseluruhannilai energi bebas Gibbs
konsentrasi congo red (mg/L) sebagai sumbu (ΔG°) dari adsorpsi zat warna congo red pada
x terhadap jumlah congo red teradsorpsi beberapa konsentrasi (mg/L) oleh adsorben
(mg/L) sebagai sumbu y. Pada titik (x,y) bentonit teraktivasi dan bentonit terinsersi
terlihat titik yang berdekatan pada konsentrasi senyawa organologam menunjukan
congo red 25 (mg/L) dan 50 mg/L. Hal ini peningkatan seiring meningkatnya temperatur
dikarenakan dengan seiring meningkatnya (K). Hal ini menunjukan bahwa proses
temperatur (oC) maka menghasilkan adsorpsi dalam kondisi isoterm. Selain itu
perbedaan jumlah congo red teradsorpsi nilai entalpi (ΔH) dari adsorpsi congo red
(mg/L) yang besar terhadap konsentrasi oleh adsorben bentonit teraktivasi dan
congo red tersebut.Dapat dikatakan bahwa bentonit terinsersi senyawa organologam
pada bentonit teraktivasi ini semakin tinggi [Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3](NO3)∙nH2O yang
temperatur maka semakin banyak jumlah terdapat pada Tabel 5 terjadi penurunan
adsorbat teradsorp. dengan meningkatnya konsentrasi congo red
Pada adsorben bentonit terinsersi (mg/L) yang divariasikan. Entropi (ΔS) dari
senyawa organologam yang tersaji pada adsorpsi zat warna congo red oleh bentonit
Gambar 16 terlihat jelas hasil adsorpsi yang teraktivasi dan bentonit terinsersi senyawa
baik pada temperatur 30 dan 40oC, pada suhu organologam menunjukan derajat
50,60 dan 70oC meningkat hanya sedikit tidak ketidakteraturan yang terjadi pada proses
berbeda jauh.Hal ini dapat dikatakan bahwa adsorpsi. Berikut Tabel 5. Parameter
pada bentonit terinsersi ini semakin besar termodinamika adsorpsi bentonit teraktivasi
konsentrasi (mg/L) yang divariasikan maka (kontrol) dan bentonit terinsersi senyawa
akan semakin besar juga jumlah congo red organologam [Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3]
teradsorpsi (mg/L) seiring meningkatnya (NO3)∙nH2O terhadap zat warna congo red.

Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 13


Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2017

Tabel 5. Nilai parameter termodinamika temperatur 50oC dan 60oC terjadi kenaikan.
kapasitas adsorpsi (b) , Energi (E) Hal ini terjadi karena adsorben mengadsorp
(ΔG°), entalpi (ΔH°) dan entropi adsorbat tidak beraturan ada terjadi pada
(ΔS°) bentonit teraktivasi dan permukaan saja maupun kedalam permukaan,
bentonit terinsersi. terlihat bahwa walapun energi nya besar akan
tetapi kapasitas adsorpsinya tidak begitu besar
dan sebaliknya jika energi kecil akan tetapi
memiliki jumlah kapasitas yang besar.

4.7 Pengaruh pH Awal Adsorpsi Zat


Warna Congo Red Pada Bentonit
Teraktivasi dan Bentonit Terinsersi
Senyawa Organologam
[Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3](NO3)∙nH2O

Pengaruh pH adsorpsi zat warna


congo red oleh adsorben bentonit teraktivasi
dan bentonit terinterkalasi senyawa
organologam [Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3]
(NO3)∙nH2O dilakukan dengan konsentrasi
zat warna congo red 25 mg/L. Proses adsorpsi
dilakukan dengan pengadukan (stirer) selama
10 menit dengan penambahan asam klorida
(HCl) untuk membuat pH dalam suasana
asam dan natrium hidroksida untuk membuat
pH dalam suasanan basa. Adapun data
perhitungan pengaruh pH adsorpsi dapat
dilihat pada Lampiran 59 dan 60. Sedangkan
kurva pengaruh pH adsorpsi bentonit
teraktivasi dan bentonit terinterkalasi senyawa
organologam [Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)3]
Proses adsorpsi dengan entropi yang
(NO3)∙nH2O terhadap jumlah zat warna
besar terjadi pada bentonit terinsersi dengan
congo red teradsorpsi tersaji pada Gambar 17.
konsentrasi zat warna congo red 40 mg/L
yakni sebesar 0,336 kJ/mol. Dapat dilihat
pada bentonit teraktivasi pada konsentrasi
congo red 50 mg/L juga menghasilkan nilai
entropi yang besar dari berbagai konsentrasi
congo redyakni sebesar 0,292 kJ/mol. Pada
hasil kapasitas adsorpsi (b) terhadap bentonit
teraktivasi (kontrol) mengalami peningkatan
mulai dari temperatur 30, 40, dan 50 oC, akan
tetapi pada temperatur 60 dan 70oC
mengalami penurunan. Sedangkan pada
bentonit terinsersi kapasitas adsorpsi (b)
mengalami peningkatan yang sangat baik Gambar 17. Pengaruh pH adsorpsi bentonit
seiring naiknya temperatur. teraktivasi (kontrol) dan bentonit
Hal ini menunjukan bahwa pada terinsersi senyawa organologam
bentonit teraktivasi kapasitas adsorpsinya terhadap jumlah congo red
yang telah optimal pada temperatur teradsorpsi
50oC.Untuk energi adsorpsi terlihat pada
Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 14
Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2017

Proses adsorpsi zat warna congo red


oleh bentonit teraktivasi (kontrol) memiliki 4.5 Studi Interaksi Congo Red dengan
pH awal sebesar 4. Setelah ditambahkan asam Bentonit teraktivasi (Kontrol) dan
klorida (HCl) sehingga mencapai pH 3 jumlah Bentonit Terinsersi Senyawa
congo red teradsopsi (mg/L) pun meningkat. Organologam menggunakan
Akan tetapi setelah mencapai pH 2 dan 1 Spektroforometer FT-IR
terjadi penurunan jumlah congo red Studi interaksi zat warna congo red
teradsorpsi (mg/L). Hal ini ditandai dengan dengan adsorben bentonit teraktivasi maupun
berubahnya warna congo red teradsorpsi bentonit terinsersi dilakukan untuk
bentonit teraktivasi menjadi ungu pekat bila mengetahui perubahan yang terjadi sebelum
dibandingkan pH 3. Pada proses penambahan dan sesudah diadsorpsi. Perubahan yang
natrium hidroksida (NaOH) sehingga pH terjadi pada masing-masing adsorben
mencapai 8, 9, 10 terjadi penurunan jumlah dikarakterisasi menggunak spektrofotometer
congo red teradsorpsi ditandai dengan FT-IR. Vibrasi dari gugus-gugus fungsional
perubahan zat warna congo red yang yang terdapat pada zat warna congo red akan
teradsorpsi oleh bentonit teraktivasi menjadi muncul pada spektrum FT-IR dengan bilangan
merah tua. gelombang yang khas. Spektrum FT-IR
Pada proses adsorpsi zat warna congo bentonit teraktivasi sebelum dan sesudah
red oleh adsorben bentonit terinsersi senyawa mengadsorpsi zat warna congo red terdapat
organologam memiliki pH awal sebesar 2,3. pada Gambar 18, sedangkan spektrum FT-IR
Akan tetapi,Pada proses penambahan natrium bentonit terinsersi sebelum dan sesudah
hidroksida (NaOH) sehingga pH mencapai 6 mengadsorpsi zat warna congo red terdapat
terjadi penurunan jumlah congo red pada Gambar 19.
teradsorpsi yang ditandai dengan pemekatan
zat warna congo red yang teradsorpsi oleh
bentonit terinsersi menjadi merah tua. Pada
saat pH 8 konsentrasicongored yang teradsorp
meningkat kembali. Hal ini dikarenakan
semakin banyak penambahan NaOH maka
semakin banyak jumlah asdorbat yang
teradsorp dan larutan ditandai menjadi merah
muda.
Sama halnya dengan bentonit
teraktivasi, proses adsorpsi congo red oleh
adsorben bentonit terinsersi senyawa
organologam juga menunjukkan penurunan
jumlah congo red teradsorpsi pada pH 8, 9, 10
diikuti perubahan warna campuran menjadi
merah tua.Adanya perubahan warna pada
congo red teradsorpsi oleh bentonit teraktivasi
maupun bentonit terinsersi senyawa
organologam baik pada suasana asam atau
basa didasarkan atas pH zat warna congo Gambar 18.Spektrum FT-IR bentonit
redyang secara natural memiliki nilai pH teraktivasi sebelum (A) dan
efektif pada rentang 3-6. Bila suasana larutan sesudah mengadsorpsi zat
asam maka campuran berubah warna menjadi warna congo red (B)
ungu, sebaliknya dalam suasana basa Pada Gambar 18 menunjukan
campuran menjadi berwarna merah. perubahan spektrum FT-IR bentonit
teraktivasi sebelum dan sesudah
mengadsorpsi zat warana congo red yang

Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 15


Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2017

tidak terlalu kontras. Akan tetapi bila dilihat menandakan gugus fungional congo red,
dari bilangan gelombang terdapat perbedaan yakni pada bilangan gelombang 1635,6 cm-1
dari masing-masing vibrasi ikatan. Pada yang menunjukan pita serapan untuk N=N
bilangan gelombang 1041,5 cm-1 menunjukan sebagai penanda gugus azo.
vibrasi regang Si-O-Si pada bentonit dan S=O
dari zat warna congo red dengan intensitas KESIMPULAN DAN SARAN
yang tinggi dan tajam. Selain itu vibrasi Kesimpulan
ikatan dari bentonit setelah mengadsorpsi
congo red muncul pada bilangan gelombang 1. Bentonit terinsersi senyawa organologam
1635 cm-1 menunjukan vibrasi N=N yang yang dikarakterisasi spektofotometer
khas untuk congo red sebagai tanda bahwa zat FTIR menunjukkan proses insersi optimal
warna congo red ini merupakan gugus azo. pada perbandingan berat (1:2) dan (1:3).
Vibrasi N-H yang terdapat pada gugus Karakterisasi menggunakan XRD
ungsional congo red muncul pada bilangan menunjukan proses yang optimal pada
gelombang 3618,4 cm-1. pergeseran sudut difraksi 5,2° memiliki
basal spasing 16,8 Ǻ dari bentonit
teraktivasi semula sebesar 4,1.
Karakterisasi lanjutan menggunakan XRF
menunjukan proses bentonit terinsersi
senyawa organologam yang optimal pada
perbandingan (1:3) dengan persentase
oksida logam Fe2O3 71,75 %.
2. Adsorben bentonit teraktivasi (kontrol)
memiliki laju adsorpsi sebesar 0,036
menit-1 lebih kecil dibandingkan bentonit
terinsersi senyawa organologam
[Fe3O(OOCC6H5)6(H2O)](NO3)∙nH2O
yakni sebesar 0,050 menit-1. Kapasitas
adsorpsi bentonit teraktivasi (kontrol)
lebih besar dibandingkan adsorben
bentonit terinsersi seiring meningkatnya
temperatur. Energi adsorpsi terbesar
bentonit teraktivasi (kontrol) pada
temperatur 60°C yakni 11 kJ/mol,
sedangkan bentonit terinsersi pada
Gambar 19. Spektrum FT-IR bentonit temperatur 30°C yakni 6,4 kJ/mol.
terinsersi senyawa Entalpi bentonit teraktivasi (kontrol) dan
organologamsebelum(C) bentonit terinsersi mengalami penurunan
dengan bertambah besarnya konsentrasi
dan sesudah (D) congo red. Entropi terendah pada
mengadsorpsi zat warna adsorpsi congo red 150 mg/L oleh
bentonit teraktivasi (kontrol) sebesar
congo red 0,155 kJ/mol, sedangkan pada entropi
terendah yang dimiliki bentonit terinsersi
Pada Gambar 19 menunjukan sebesar 0,109 pada congo red 10 mg/L.
perubahan spektrum FT-IR bentonit terinsersi Pada pH 3 terjadi peningkatan jumlah
senyawa organologam sebelum dan sesudah congo red teradsorpsi oleh bentonit
mengadsorpsi zat warna congo red yang teraktivasi (kontrol) dan bentonit
terlihat jelas. Pada spektrum bentonit terinsersi yakni 20,45 mg/L dan 19,52
terinsersi yang telah mengadsorpsi zat warna mg/L.
congo red terlihat vibrasi ikatan yang baru

Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 16


Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2017

Day, R.A, and Underwood A.L, 1986,


Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi
Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta,
Saran Hal 390.
Dari penelitian yang dilakukan
disarankan untuk mengukur luas permukaan Derrick, M, R., Szubik, D, and Landry, J M.,
mengunakan BET pada bentonit terinsersi dan 1999. Infrared Spectroscopy
bentonit teraktivasi. Conservation Science. The Getty
Conservation Institue. Los Angeles.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ding, M., Zuo, S. and Qi, C., 2015.
Penulis mengucapkan terima kasih Preparation and characterization of
kepada Prof. Aldes Lesbani, Ph.D dan Dr. novel composite AlCr-pillared clays
Muhammad Said, M.T yang telah berperan and preliminary investigation for
dalam membantu dan membimbing penulis benzene adsorption. Applied Clay
dalam penelitian ini. Science, 115, 9–16.

DAFTAR PUSTAKA Fisli, A., Dian, H., Siti, W., dan Ridwan.
(2007). Penaruh Suhu Pembuatan
Abderrazek, K., Najoua, F.S. and Srasra, E., Nano Komposit Oksida Besi
2016. Synthesis and characterization Bentonit. J Sains Mat Indonesia, 2 :
145-149.
of [Zn–Al] LDH: Study of the effect
of calcination on the photocatalytic Gil, A., Assis, F.C.C., Albeniz, S.,and Korili,
activity. Applied Clay Science, 119, S.A., 2011. Removal of dyes from
229–235. wastewaters by adsorption on
pillared clays. Chemical Engineering
Bertella, F. and Pergher, S.B.C., 2015. Journal, 168(3), 1032–1040.
Pillaring of bentonite clay with Al
and Co. Microporous and Gunawan dan Azhari., 2011. Karakteriasi
Mesoporous Materials, 201, 116– Sektrometri IR dan Scanning
123. Electron Microscopy (SEM) Sensor
Gas dari Bahan Polimer Polyethelyn
Bhoi, K, S,. 2010. Adsorption Charecteristics Glycol (PEG). UMK: Medan.
of Congo Red Dye onto Pac and Gac
Based on S/N Ratio: a Taguchi Haerudin, H dan Rinaldy, N.,2002,
Aproach. Skripsi. India: National Karakterisasi Bentonit Termodifikasi
Institute of Technoloy Rourkela. dengan Polikation Aluminium,
Indonesian Journal of Chemistry,
Brindley, W., and Brown, G. (1980). Crystal 2(3). Hal 46-45.
Structure of Clay Minerals and their
X Ray Identification, Mineralogical Hasegawa, T., Fernanda F. M., David J. E, S.,
Society, London.
and Nunes., 2007. A new capped
Cretescu, I., Lupasccu, T., Buciscanu, I., iron(III) trinuclear benzoate cluster.
Mindru, B, T., and Soreanu, G. 2016. Journal of Coordination
Chemistry. 60(2), 185–191.
Low-Cost Sorbents for Removal of
Acid Dyes from Aqueous SSolutions. Harton, A., Nagi.M.K, Glass,M.M.,
Process Aafetyand Eviromenal Junk,P.C., Atwood, J.L., Vincent,
Protection. 778: 1-10. J.B., 1994,
Synthesis and Characterization of

Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 17


Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2017

Symmetric and unsymmetric Oxo- TMA). Inorganic chemistry, 47(8),


Bridged Tri-nuclear Chromium 3349–57.
Benzoate Complexes: Crystal and
Molecular Structure of Li, C., Wei, M., Evans, D.G., and Duan, X.,
[Cr3O(O2CPh)6(py)3]ClO4, 2015. Recent advances for layered
Inorganica Chimica double hydroxides (LDHs) materials
Acta, 217, 171-174. as catalysts applied in green aqueous
media.Catalysis Today, 247, 163–
Hegedus, L.L., 1987, Catalyst Design 169.
Progress and Persfective, John Willey
Llewelyn, P., 2011. Supported Heteropoly
and Sons Inc., New York. Acids for Acid Catalysed Reactions
Thesis and Disertation. ProQuest
Ismail, S., 2002, Kinetika Kimia, LCC: United State.
Cetakan kedua, Universitas
Sriwijaya :Indralaya. Mahmoud, M.E., Nabil, G., El-Mallah, N.,
El-Mallah, N., Bassiouny, H., Kumar,
Iwan, A., 2002. Aktivasi Bentonit dengan S., Abdel-Fattah, T., 2016. Kinetics,
Limbah Sulfat. Institut Teknologi isotherm, and thermodynamic studies
Indonesia. Serpong. of the adsorption of reactive red 195 A
Jamalludin, K.., 2010. Sintesis dan dye from water by modified
Karakterisasi Biokompatibilitas Switchgrass Biochar adsorbent.
Si:Ca10(PO4)6(Oh)2. Skripsi, FMIPA Journal of Industrial and Engineering
Universitas Haluoleo. Chemistry.34, 321-330.
Jing, B., Hutin, M., Connor, E., Cronin, L., Musso, T.B., Parolo, M., Pettinari, G., and
and Zhu, Y., 2013. Polyoxometalate Francisca, F.M, 2014. Cu(II) and
macro ion induced phase and Zn(II) adsorption capacity of three
morphology instability of lipid different clay liner materials. Journal
membrane. Chemical Science, 4(10), of Environmental Management, 146,
3818. 50–58.
Katti. K and Katti D. 2001. Effect of Clay- Natalia, P dan Amaria. 2012. Kinetika
Water interacton on Swelling in Adsorpsi Ion Sianida (CN) oleh
montmorillnite Clay. Fargo : Hibrida Amino Silika Gell
Departement of Civil and Engineering Terimpregnasi Fe (III). Unesa Journal
and Contraction North Dakato State Of Chemistry (2) : 3-4
University.
Oscik, J., 1982. Adsorption. Ellis Horwood
Kim H. T. 1982. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Ltd. England.
Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. Ozcan, S, A., and Ozcan, A. 2004. Adsorption
of Acid Dyes from Aqueos Solutions
Lesbani, A., Kawamoto, R., Uchida, S., and onto Acid-Activated Bentonite.
Mizuno, N., 2008. Control of Journal of Colloid and Interface
structures and sorption properties of Science. 276: 39-46.
ionic crystals of
A2[Cr3O(OOCC2H5)6(H2O)3]2[α- Ozcan, A., Omeroglu, C., Erdogan, Y., and
SiW12O40] (A = Na, K, Rb, NH4, Cs, Ozcan, A, S. 2007. Modification of
Bentonite with A Cationic Surfactant;

Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 18


Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2017

An Adsorptio Study of Textile Dye Journal of Chemistry. Vol.2, No.2,


Reactive Blue 19. Journal of hal : 20-25.
Hazardous. 140; 173-179.
Yang, R.T., 1999, Structual Aspects of Metal
Pinnavaia, T.J., 2016. Pillared Clays. In Oxide Pillared Sheet Silicates, J.
Reference Module in Materials Chem. Soc. Faraday Trans.
Science and Materials Engineering.
61, 178-194. Yolani, D., 2012. Modifikasi Bentonit Terpilar
Al Menggunakan Polydiallyl
Santos, S.C.R., Oliveira, Á.F.M. and Dimethyl Ammonium sebagai
Boaventura, R.A.R., 2016. Bentonitic Adsorben Sodium Dodecyl Benzene-
clay as adsorbent for the Sulfonated. Skripsi. Depok: FMIPA
decolourisation of dyehouse effluents. Universitas Indonesia.
Journal of Cleaner Production, 126,
667–676. Zhu, H.,M and Vansant,.E.E., 2008.
Corelation Beetween The Micropore
Scoonheydt, R.A., Pinnavaaia, T.,Lagaly, G., Structure and The Adsorption of
and Ganga, N.1999. Pillared Clays Benzone in Plillared Clays Separtion
and Pillared Layered Solids. Technology. Amsterdam. 466: 153-
Belgium. 158.
Skoog, D.A, D.M., West, F.J., Holler, and
S.R., Crouch, 2004, Fundamentals
of Analytical Chemistry, 8th Edition,
Thomson Learning Inc, United
States of America.
Supeno, M., 2009. Bentonit Terpilar dan
Aplikasinya. Medan : Universias
Sumatra Utara : Uu Press.
Uchida, S., Lesbani, A., Ogasawara, Y., and
Mizuno, N., 2012. Ionic Crystals
[M3O(OOCC6H5 )6 (H2O)3]4[α-
SiW12O40] (M = Cr, Fe) as
Heterogeneous Catalysts for Pinacol
Rearrangement. Inorganic
Chemistry, 51(2), 775–777.
Wang, C., Yang, D., Wang, J., Ma, P., Wang,
J.,and Niu, Ji., 2012. Syntheses and
structure of three 2D
polyoxometalates derived from
macrocation [Cr3O(COOH)6(H2O)3]+
and α-Keggin-type
polyoxomolybdate anions. Journal
of Molecular Structure, 1011, 1–7.
Wijaya, K., Ani S P., Sri S., dan Emi N., 2002.
Studi Stabilitas Termal Dan Asm
Lempung Bentonit. Indonesia

Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 19

También podría gustarte