Está en la página 1de 10

Pengolahan Kakao Bubuk dari ...

(Rosniati)

PENGOLAHAN KAKAO BUBUK DARI BIJI KAKAO FERMENTASI DAN TANPA


FERMENTASI SEBAGAI SEDIAAN BAHAN PANGAN FUNGSIONAL
Processing of Cocoa Powder From Fermented and Unfermented Cocoa Beans
as a Supply of Functional Food

Rosniati dan Kalsum


Balai Besar Industri Hasil Perkebunan
Jl. Prof. Dr. Abdurahman Basalamah No. 28, Makassar 90231
e-mail : rosniatik@yahoo.com

Abstract Study of cocoa powder processing from fermented and unfermented cocoa beans as functional
food ingredients has been carried out. The aim of this study was to know the functional compounds
(polyphenol and amino acid) content from fermented cocoa beans, unfermented cocoa beans and
cocoa powder processed from (fermented-roasted cocoa beans) and from (unfermented-unroasted
cocoa beans). The study consisted of 4 treatments, i.e : A (fermented cocoa beans), B (unfermented
cocoa beans), C (cocoa powder processed from fermented-roasted cocoa beans) and D (cocoa powder
from unfermented-unroasted cocoa beans). The results show that unfermented and fermented cocoa
beans polyphenol content were 15.09% and 13.95%, respectively. Polyphenol content of cocoa powder
from (unfermented-unroasted cocoa beans) and from (fermented - roasted) were 14.03% and 11.60%,
respectively. Unfermented and fermented cocoa beans amino acid content were 8.55% and 9.26%,
respectively. Amino acid content of cocoa powder from (unfermented-unroasted cocoa beans) and from
(fermented-roasted cocoa beans) were 16.81% and 21.99%, respectively. The content of polyphenols
and amino acids in cocoa powder greatly contributes to personal health, that usefull as functional food
ingredients.
Keywords: fermented and unfermented cocoa beans, cocoa powder, polyphenol, and amino acid.

Abstrak Penelitian pengolahan kakao bubuk dari biji kakao fermentasi dan tanpa fermentasi sebagai
sediaan bahan pangan fungsional telah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
kandungan senyawa fungsional (polifenol dan asam amino) dari biji kakao fermentasi, tanpa fermentasi,
kakao bubuk yang diolah dari biji kakao (fermentasi – sangrai) dan dari biji kakao (tanpa fermentasi - tanpa
sangrai). Penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan yaitu : A (biji kakao fermentasi), B (biji kakao tanpa
fermentasi), C (Kakao bubuk dari biji tanpa fermentasi – tanpa sangrai), dan D (Kakao bubuk dari biji
fermentasi – sangrai). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan polifenol dari biji tanpa fermentasi
dan fermentasi masing-masing 15,09 % dan 13,95 %. Sedangkan kakao bubuk dari (biji kakao tanpa
fermentasi – tanpa sangrai) dan dari (biji kakao fermentasi – sangrai) masing-masing 14,03 % dan 11,60
%. Perlakuan biji kakao tanpa fermentasi dan fermentasi mempunyai kandungan asam amino masing-
masing 8,55 % dan 9,26 %. Sedangkan kakao bubuk dari (biji kakao tanpa fermentasi – tanpa sangrai)
dan dari (biji kakao fermentasi – sangrai) masing-masing 16,81 % dan 21,99 %. Kandungan senyawa
polifenol dan asam amino pada kakao bubuk sangat berkontribusi untuk menyehatkan tubuh, sehingga
dapat digunakan sebagai sediaan bahan pangan fungsional.
Kata Kunci: Biji kakao fermentasi dan tanpa fermentasi, kakao bubuk, polifenol, dan asam amino.

PENDAHULUAN kakao Dunia dikarenakan biji kakao asal


Indonesia memiliki kandungan senyawa
Indonesia merupakan salah satu
polifenol yang relatif lebih tinggi dibandingkan
negara produsen kakao terbesar ketiga
biji kakao yang berasal dari Pantai Gading,
Dunia setelah Pantai Gading dan Ghana
Ghana dan Malaysia (Othman et al., 2010).
dengan produksi sebesar 13% dari produksi
Hal tersebut dapat meningkatkan daya
kakao Dunia, sedangkan Pantai Gading dan
saing kakao Indonesia di pasar internasional
Ghana masing-masing adalah 39% dan 19%
menjadi lebih baik.
(ICCO, 2012). Produksi kakao Indonesia
sangat diperhitungkan dalam perdagangan

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 107


Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol. 13 No. 2 Desember 2018: 107-116

Sejumlah hasil riset menunjukkan jantung dan sebagai aprodisiak (Kelishadi,


bahwa proses fermentasi, pengeringan, 2005; Afoakwa, 2008; Nestle Research
dan proses termal lainnya pada pengolahan Centers, 2010; Watson et al., 2012; Ackar
kakao dapat menyebabkan berkurangnya et al., 2013; Latif, 2013). Kakao bubuk
kandungan polifenol dan aktivitas merupakan salah satu produk olahan dari
antioksidan pada biji kakao dan produk biji kakao fermentasi atau tanpa fermentasi
olahannya (De-Brito et al, 2000, dan yang diperoleh melalui proses penyangraian,
Albertini et al, 2015). Hal ini menyebabkan alkalisasi, pengeluaran kulit ari, pemastaan,
berkurangnya jumlah antioksidan hasil pemisahan lemak dan bungkil. Bungkil
produk olahan kakao. Nazaruddin et al., 2006 kakao yang telah dihaluskan dan diayak
melaporkan kandungan senyawa polifenol dengan ayakan ukuran 200 mesh disebut
dalam biji kakao yang tidak difermentasi, kakao bubuk. Selain kandungan senyawa
lebih banyak dibandingkan dengan biji kakao polifenol, senyawa asam amino dalam kakao
fermentasi, karena pada proses fermentasi juga dipengaruhi oleh proses fermentasi,
senyawa polifenol terdegradasi melalui pengeringan dan proses thermal lainnya.
proses oksidasi, polimerisasi, dan pengikatan Tujuan penelitian ini adalah untuk
oleh protein. Oleh karena itu, pengembangan mengetahui kandungan senyawa fungsional
produk pangan fungsional dan makanan dari biji kakao fermentasi, tanpa fermentasi,
kesehatan (health foods) dari kakao, kakao bubuk yang diolah dari biji kakao
hendaknya dilakukan dengan mereduksi (fermentasi – sangrai) serta dari biji kakao
tahapan proses atau meminimalkan efek (tanpa fermentasi - tanpa sangrai)
proses yang secara signifikan berpotensi
menurunkan kandungan polifenol pada METODOLOGI
biji dan produk olahan kakao. Tahapan-
Bahan dan Alat
tahapan proses itu termasuk fermentasi,
Bahan baku yang digunakan pada
penyangraian, dan alkalisasi biji kakao
penelitian ini adalah buah kakao dari
(Yunus et al., 2013).
Kabupaten Bantaeng. Alat proses yang
Kandungan senyawa polifenol yang
digunakan adalah alat pemecah buah, alat
terdapat pada biji kakao segar dan belum
pemeras lendir kakao (depulper), kotak
dilakukan proses fermentasi adalah 12-
fermentasi, para-para penjemuran, alat
18% (Othman et al., 2007; Cooper et al.,
penyangrai (Roaster), alat pengepress lemak
2007; Afoakwa et al., 2012; Ackar et al.,
kakao, alat pembubuk, dan alat pengayak.
2013). Kandungan senyawa polifenol
pada biji kakao meliputi katekin 33 - 42 %,
Metode Penelitian
leukosianidin 23 - 25 %, dan antosianin 5 %.
Penelitian ini terdiri atas 2 (dua) tahap.
Sedangkan pada kakao bubuk bebas lemak
Tahap pertama adalah persiapan biji kakao
mengandung 5-18 % senyawa polifenol
fermentasi dan tanpa fermentasi dan tahap
(Kusuma et al., 2013). Senyawa polifenol
ke dua adalah persiapan kakao bubuk
merupakan senyawa kimia yang mempunyai
sebagai sediaan bahan pangan fungsional.
sifat antioksidan, yang sangat penting dalam
peranannya menyehatkan tubuh manusia
Penelitian Tahap Pertama
(Crozier et al., 2011).
Kandungan senyawa polifenol pada Penyiapan biji kakao fermentasi dan
kakao maupun produk turunannya seperti tanpa fermentasi
kakao bubuk sangat berkontribusi untuk Penyiapan biji kakao fermentasi dari
menyehatkan tubuh, karena mempunyai biji basah menggunakan prosedur standar
peran sebagai antioksidan, anti kanker, (Mulato et al., 2005), kecuali biji kakao
anti diabetes, anti hipertensi, anti inflamasi, yang digunakan adalah biji kakao tanpa
menghilangkan stres, mencegah karies fermentasi. Pengeringan biji kakao dilakukan
gigi, kemampuan kognitif, meningkatkan dengan penjemuran terlindung untuk
resistensi terhadap hemolisis, menyehatkan menjaga biji kakao yang sedang dikeringkan

108 Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan


Pengolahan Kakao Bubuk dari ... (Rosniati)

tidak terkena matahari langsung, khususnya Analisis data


pada saat terik, sampai diperoleh kadar air Data hasil uji laboratorium diolah
biji 6-7 %. secara deskripsi.

Penyiapan kakao bubuk sebagai sediaan HASIL DAN PEMBAHASAN


bahan pangan fungsional
Polifenol Biji Kakao dan Kakao bubuk
Biji kakao kering hasil fermentasi
Hasil analisis total polifenol biji
disangrai terlebih dahulu pada suhu 100o
kakao tanpa fermentasi, fermentasi, kakao
C selama 40 menit, sedangkan biji kakao
bubuk dari biji kakao (tanpa fermentasi –
kering tanpa fermentasi tidak disangrai. Hal
tanpa sangrai) dan kakao bubuk dari biji
ini dilakukan untuk meminimalkan terjadinya
kakao (fermentasi – sangrai) dapat dilihat
penurunan kandungan polifenol dalam biji
pada Gambar 1. Pada Gambar 1, terlihat
kakao. Selanjutnya ke dua jenis biji kakao
bahwa kadar total polifenol biji kakao tanpa
dilakukan pengeluaran kulit ari menggunakan
fermentasi yaitu 15,09 % (A) dan biji kakao
desheller kemudian masing-masing digiling
fermentasi 13,95 % (B), sedangkan total
dengan menggunakan universal counching
polifenol kakao bubuk dari biji kakao (tanpa
machine, sehingga diperoleh pasta
fermentasi – tanpa sangrai) 14,03 % (C) dan
kakao. Selanjutnya pasta kakao dipress
kakao bubuk dari biji kakao (fermentasi –
menggunakan alat press lemak kakao type
sangrai) 11,60 % (D).
CBP - 30 dengan pompa piston tekanan
Rendahnya kadar total polifenol pada
tinggi (high pressure piston pump) 60 atm,
biji kakao fermentasi disebabkan karena
suhu 55 oC untuk memisahkan lemak kakao
selama fermentasi terjadi penguraian
dan bungkil kakao. Bungkil kakao yang
senyawa polifenol menjadi calon citarasa dan
diperoleh digiling dengan menggunakan
membentuk warna coklat mengakibatkan
mesin pembubuk, kemudian diayak
senyawa polifenol terdifusi keluar dari keeping
menggunakan ayakan ukuran 200 mesh,
biji. Menurut Misnawi et al., (2004) dan
sehingga dihasilkan kakao bubuk fermentasi
Redovnikovic et al., (2009) bahwa senyawa
dan tanpa fermentasi. Kakao bubuk yang
polifenol yang terkandung dalam biji kakao
dihasilkan dianalisis kadar air dan kadar
sangat berkontribusi dalam memberikan
lemaknya. Kadar air kakao bubuk dari biji
rasa sepat dan pahit pada kakao. Adanya
fermentasi-sangrai dan kakao bubuk dari biji
pengurangan rasa pahit dan sepat pada
tanpa fermentasi – tanpa sangrai masing-
proses fermentasi, disebabkan karena
masing 5,0%, sedangkan kadar lemak kakao
terjadinya penurunan kandungan polifenol
bubuk dari biji fermentasi-sangrai rata-rata
pada biji kakao. Hal ini merupakan peristiwa
18,37% dan kadar lemak kakao bubuk dari
yang harus terjadi untuk membentuk citarasa
biji tanpa fermentasi – tanpa sangrai rata-
dan aroma cokelat yang baik (Wollgast dan
rata 12,03%.
Anklam, 2000; Misnawi, 2003). Namun
Perlakuan penelitian ada 4 yaitu :
disisi lain polifenol sangat dibutuhkan untuk
A : Biji kakao Tanpa Fermentasi
kesehatan.
B : Biji Kakao Fermentasi
C :Kakao bubuk dari Biji Kakao (Tanpa
Fermentasi – Tanpa Sangrai)
D: Kakao bubuk dari Biji Kakao
(Fermentasi – Sangrai)

Metode Analisis
Analisis biji kakao dan kakao bubuk
dilakukan terhadap total polifenol dengan
metode HPLC dan asam amino dengan
metode asam amino analyser.

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 109


Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol. 13 No. 2 Desember 2018: 107-116

sehingga polifenol teroksidasi menyebabkan


terjadinya pengurangan senyawa polifenol
dari biji kakao. Sedangkan kakao bubuk dari
biji tanpa fermentasi tidak dilakukan proses
penyangraian. Pengolahan biji kakao (tanpa
fermentasi - tanpa sangrai) sampai menjadi
kakao bubuk, penuruanan kandungan
polifenol sebesar 1,06 %, sedangkan
pengolahan biji kakao (fermentasi –
sangrai) sampai menjadi kakao bubuk
terjadi penurunan polifenol sebesar 2,35 %.
Tingginya persentase penurunan polifenol
Gambar 1. Histogram kadar total polifenol pada pengolahan kakao bubuk dari biji kakao
biji kakao fermentasi, tanpa fermentasi, (fermentasi – sangrai) disebabkan karena
kakao bubuk dari biji kakao (tanpa proses fermentasi dan proses penyangraian
fermentasi – tanpa sangrai) dan kakao biji kakao.
bubuk dari biji kakao (fermentasi – sangrai). Janeiro dan Brett (2004) menyatakan
bahwa senyawa polifenol terutama catechin
Ket :
akan rusak karena proses oksidasi. Adanya
A : Biji kakao tanpa fermentasi
proses oksidasi yang intensif selama
B : Biji kakao fermentasi
penyangraian menyebabkan terjadinya
C : Kakao bubuk dari biji kakao (tanpa
pengurangan senyawa polifenol dari biji
fermentasi-tanpa sangrai)
kakao. Selama proses penyangraian, biji
D : Kakao bubuk dari biji kakao (fermentasi-
kakao akan mengalami perubahan sifat
sangrai)
fisika dan kimia, dimana senyawa pembawa

citarasa dan aroma khas cokelat seperti
Menurut De-Brito, et al., (2000),
pirazin, karbonil, ester dan sebagainya
Misnawi dan Jinap (2003) serta Afoakwa et
meningkat secara nyata selama proses
al., (2012), penurunan kandungan senyawa
penyangraian (Noor-Soffalina et al., 2009).
polifenol selama fermentasi disebabkan
Oleh karena itu, untuk meminimalisir
adanya peristiwa oksidasi polifenol oleh
kehilangan senyawa polifenol pada saat
enzim polifenol oksidase, difusi polifenol
penyangraian, maka pada penelitian ini
dari kotiledon menuju lapisan kulit,
dilakukan penyangraian biji kakao pada suhu
terjadinya polimerisasi senyawa polifenol
rendah (100oC) selama 40 menit lebih rendah
terutama epicatechin dan proanthocyanidin
dari pada penyangraian biji kakao yang
membentuk senyawa tannin, dan terjadinya
pada umumnya dilakukan untuk pembuatan
pembentukan kompleks dengan protein
kakao bubuk konvensional, sehingga proses
dan polisakarida. Selanjutnya DiMattia
oksidasi senyawa polifenol tidak banyak
et al., (2013) dan Afoakwa et al., (2013)
mengalami perubahan.
menyatakan terjadinya reaksi polimerisasi
Penyangraian biji kakao umumnya
polifenol dan pembentukan kompleks
dilakukan pada suhu 110–2200 C selama
dengan senyawa lain, menambah kelarutan
30 - 35 menit sesuai tipe biji. Biji kakao
polifenol yang hilang terbawa cairan pulpa.
Ghana memerlukan perlakuan suhu
Pada Gambar 1, juga terlihat bahwa
yang relatif tinggi, yaitu antara 148 – 184
kadar total polifenol kakao bubuk yang 0
C, sedangkan biji kakao Caracas dan
diolah dari biji kakao (fermentasi – sangrai)
Maracaibos memerlukan suhu sangrai yang
lebih rendah dibanding dengan yang
lebih rendah, yaitu 131–146 0C (Meursing,
diolah dari biji kakao (tanpa fermentasi –
1983). Menurut Minifie, 1982, penyangraian
tanpa sangrai). Hal ini disebabkan karena
biji kakao dilakukan pada suhu 140 º C
pada pengolahan kakao bubuk dari biji
selama 35-40 menit untuk pengolahan kakao
fermentasi melalui proses penyangraian,
bubuk. Suhu penyangraian diatas 100

110 Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan


Pengolahan Kakao Bubuk dari ... (Rosniati)

ºC menyebabkan kehilangan flavanol 10 – tanpa sangrai), dan kakao bubuk dari biji
%. Semakin tinggi suhu dan dan semakin kakao (fermentasi – sangrai) dapat dilihat
lama waktu penyangraian menyebabkan pada Tabel 1. Pada Tabel 1, terlihat bahwa
kehilangan polifenol yang lebih besar (Cruz kadar total asam amino biji kakao tanpa
et al., 2013). fermentasi yaitu 8,55 % (A) dan biji kakao
fermentasi 9,26 % (B), sedangkan total asam
Asam Amino Biji Kakao dan Kakao bubuk amino kakao bubuk dari biji kakao (tanpa
Hasil analisis asam amino biji kakao fermentasi – tanpa sangrai) 16,81 % (C) dan
tanpa fermentasi, biji kakao fermentasi, kakao bubuk dari biji kakao (fermentasi –
kakao bubuk dari biji kakao (tanpa fermentasi sangrai) 21,99 % (D).

Tabel 1. Kadar total asam amino biji kakao fermentasi, tanpa fermentasi, kakao bubuk
dari biji kakao (tanpa fermentasi – tanpa sangrai) dan kakao bubuk dari biji kakao
(fermentasi – sangrai)
Biji Kakao Biji Kakao Kakao bubuk Kakao bubuk
Tanpa Fermentasi dari Biji Tanpa dari Biji
Asam Amino Fermentasi (%) Fermentasi-Tanpa Fermentasi –
(%) Sangrai Sangrai (%)
(%)
Metionin 0.1 0.04 0.21 0.26
Fenilalanin 0.52 0.61 1.07 1.36
Leusin 0.64 0.71 1.25 1.63
Treonin 0.46 0.48 0.9 1.05
Lisin 0.46 0.41 0.96 1.5
Arginin 0.71 0.81 1.44 1.89
Iso Leusin 0.41 0.47 0.74 1.02
Histidin 0.22 0.19 0.36 0.47
Valin 0.58 0.65 1.07 1.47
Asam Aspartat 1.03 1.18 2.03 2.54
Asam Glutamat 1.67 1.83 3.28 4.29
Serin 0.46 0.54 1.01 1.18
Glisin 0.43 0.35 0.75 1.08
Alanin 0.43 0.49 0.86 1.09
Tirosin 0.43 0.5 0.88 1.16
Total 8.55 9.26 16,81 21,99

Dari Tabel 1, terlihat bahwa total asam amino adanya enzim protease sehingga terjadi
biji kakao fermentasi lebih tinggi dari pada kenaikan kandungan nitrogen terlarut dalam
biji kakao tanpa fermentasi, demikian pula biji dan sebagian dari hasil degradasi protein
kakao bubuk dari biji kakao (fermentasi - hilang karena terdifusi melalui kulit biji.
sangrai) lebih tinggi dari pada kakao bubuk Meningkatnya kadar nitrogen terlarut selama
dari biji kakao (tanpa fermentasi - tanpa fermentasi menyebabkan meningkatnya
sangrai). Hal ini disebabkan karena selama kandungan asam amino bebas. Menurut
fermentasi terjadi proteolitis, dimana kadar Haryadi dan Supriyanto (2012), selama
protein dalam kotiledon biji kakao akan fermentasi terjadi peningkatan kadar total
terurai menjadi asam-asam amino dengan asam amino bebas sampai fermentasi 5 hari

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 111


Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol. 13 No. 2 Desember 2018: 107-116

dan terjadi penurunan setelah hari ke enam. Asam Amino Esensial dan Non Esensial
Selama proses penyangraian, biji kakao dari Biji Kakao dan Kakao bubuk
akan mengalami perubahan sifat fisika dan Hasil analisis asam amino esensial
kimia, dimana senyawa pembawa citarasa dan non esensial biji kakao tanpa fermentasi,
dan aroma khas cokelat seperti pirazin, biji kakao fermentasi, kakao bubuk dari biji
karbonil, ester dan sebagainya meningkat kakao (tanpa fermentasi – tanpa sangrai),
secara nyata selama proses penyangraian dan kakao bubuk dari biji kakao (fermentasi –
(Noor-Soffalina et al., 2009). sangrai) dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3.

Gambar 2. Histogram asam amino esensial biji kakao tanpa fermentasi, biji kakao
fermentasi, kakao bubuk dari biji kakao (tanpa fermentasi – tanpa sangrai), dan kakao bubuk
dari biji kakao (fermentasi – sangrai).
Pada Gambar 2, terlihat bahwa pada tetapi tubuh tidak bisa memproduksinya
umumnya kadar asam amino esensial biji sehingga perlu dari asupan atau sumber
kakao fermentasi lebih tinggi dari pada dari luar tubuh. Asam amino esensial sering
biji kakao tanpa fermentasi. Jenis asam juga disebut asam amino indispensable.
amino esensial biji kakao yang terdeteksi Manfaat asam amino terhadap kesehatan
pada penelitian ini antara lain: Metionin, adalah : menghambat pertumbuhan tumor
fenilalanin, leusin, treonin, lisin, arginine, iso dan kanker, meningkatkan detoksifikasi
leusin, histidin, dan valin. Jenis asam amino amonia, merangsang produksi hormon
esensial yang mengalami peningkatan pertumbuhan, memperkuat tulang serta
setelah fermentasi yaitu fenil alanin, Leusin, kolagen, menjaga kesehatan jantung,
treonin, arginin, iso leusin, dan valin. membantu menghindari depresi, dan
Menurut Zak dan Keeney (1976), bahwa biji meningkatkan daya ingat (Anonim, 2013).
kakao yang telah melalui proses fermentasi Dari Gambar 2, juga terlihat bahwa
akan mengalami peningkatan kadar asam kakao bubuk baik yang diolah (dari biji kakao
amino bebas khususnya leusin, fenil- alanin, fermentasi – sangrai) maupun (dari biji kakao
alanin, valin, dan asam glutamate. Menurut tanpa fermentasi – tanpa sangrai) mengalami
Adeyeye, et al.,(2010), perlakuan proses peningkatan kadar asam amino esensial
fermentasi dapat meningkatkan kadar asam yang sangat tinggi dibanding kadar asam
amino nib kakao khususnya Lisin, histidin, amino esensial yang terkandung dalam biji
arginin, serin, glutamin, glisin, alanin, valin, kakao itu sendiri. Hal ini disebabkan karena
iso leusin, tirosin, dan fenil alanin. Hal ini pada biji kakao mengandung kadar lemak
berarti bahwa proses fermentasi dapat kurang lebih 50 %, dan setelah dilakukan
meningkatkan kadar asam amino, baik pengepressan, kandungan lemak pada kakao
asam amino esensial maupun asam amino bubuk berkurang sehingga konsentrasi
non esensial. Asam amino esensial adalah senyawa-senyawa fungsional (khususnya
asam amino yang sangat penting bagi tubuh polifenol dan asam amino) dalam kakao

112 Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan


Pengolahan Kakao Bubuk dari ... (Rosniati)

bubuk meningkat. Dari Gambar 2, terlihat dari protein. Manfaat karnitin diantaranya
bahwa jenis asam amino esensial dari ke adalah mendorong pertumbuhan dan
empat jenis produk yang kadarnya rata- pengembangan tubuh dengan meningkatkan
rata paling tinggi adalah arginine, kemudian pembentukan kolagen, mendukung produksi
leusin, valin, fenil alanine, treonin, isoleusin, protein lain seperti enzim, antibodi dan
lisin, histidin, dan yang paling rendah adalah hormon, meningkatkan kesehatan tulang
metionin. dengan meningkatkan penyerapan kalsium
Menurut Mulyadi, (2015) fungsi asam serta mencegah osteoporosis (Anonim,
amino arginine, atau L-arginin, adalah 2015). Fungsi utama Metionin: membantu
untuk aktivitas sistem kekebalan tubuh, dalam pemecahan lemak, prekursor dari
penyembuhan luka, membantu meregenerasi asam amino sistein dan taurin, membantu
hati yang rusak, diperlukan untuk produksi mengurangi kadar kolesterol darah,
dan pelepasan hormon pertumbuhan, membantu dalam menetralkan racun dalam
meningkatkan pelepasan insulin dan hati, membantu mencegah gangguan dari
glucagon, membantu dalam penyembuhan rambut, kulit, kuku, aktivitas antioksidan, dan
melalui sintesis kolagen, mengurangi prekursor untuk karnitin (Mulyadi, 2015).
ukuran tumor, dan diperlukan untuk Dari Gambar 3, terlihat bahwa
spermatogenesis. Sedangkan Leusin dalam kandungan asam amino non esensial pada
menjalankan fungsinya bersinerji dengan biji kakao fermentasi lebih tinggi dibanding
isoleusin. Leusin berfungsi membangun dan biji kakao tanpa fermentasi, demikian pula
memperbaiki otot, mengatur metabolisme kakao bubuk dari biji kakao (fermentasi –
gula dan lemak, meningtkan produksi sangrai) mempunyai kandungan asam amino
hormon, dan membantu penyembuhan non esensial lebih tinggi pada kakao bubuk
tulang. Valin berfungsi dalam sistem saraf dari biji kakao (tanpa fermentasi – tanpa
dan pencernaan, membantu gangguan sangrai). Jenis asam amino non esensial
saraf otot, mental, emosional, insomnia, yang terdeteksi pada penelitian ini antara
keadaan gugup, memacu koordinasi otot, lain: asam aspartat, asam glutamat, serin,
membantu perbaikkan jaringan yang rusak, glisin, alanin, dan tirosin. Asam amino non
menjaga keseimbangan nitrogen dalam esensial adalah asam amino yang penting
tubuh. Sedangkan Treonin bermanfaat bagi tubuh tetapi tubuh bisa membuatnya
untuk mencegah dan mengobati penyakit sendiri sehingga tidak perlu secara langsung
gangguan mental. Sebenarnya asam amino dari asupan atau sumber dari luar. Asam
ini bekerja pada sistem pencernaan, dan amino non esensial disebut juga asam amino
melindungi hati. Defisiensi treonin pada dispensable. Dari Gambar 3 juga terlihat
anak-anak dapat berakibat gangguan mental bahwa jenis asam amino non esensial yang
berupa mudah tersinggung (Anonim, 2017). paling menonjol pada kakao bubuk baik dari
Isoleusin diperlukan dalam biji kakao (fermentasi – sangrai) maupun dari
produksi dan penyimpanan protein oleh biji kakao (tanpa fermentasi – tanpa sangrai)
tubuh, pembentukan hemoglobin. Juga adalah asam glutamat dan asam aspartat,
berperan dalam metabolisme dan fungsi sedangkan jenis asam amino non esensial
kelenjar timus dan kelenjar pituitary lainnya (serin, glisin, alanine, dan tirosin)
diperlukan untuk pertumbuhan yang mempunyai nilai yang hampir sama. Hal ini
optimal, mempertahankan keseimbangan sesuai hasil penelitian Adeyeye et al., (2010),
nitrogen dalam tubuh, diperlukan dalam nib kakao fermentasi mempunyai kandungan
pembentukkan asam amino non-esensial asam glutamat dan aspartat yang lebih besar
lainnya, penting untuk pembentukkan dari pada nib kakao tanpa fermentasi, dimana
hemoglobin dan menstabilkan kadar gula asam glutamat berada pada posisi pertama
dalam darah sedangkan lisin merupakan dan asam aspartat pada posisi ke dua.
komponen penting dan tak terpisahkan
Gambar 3. Histogram asam amino non

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 113


Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol. 13 No. 2 Desember 2018: 107-116

esensial biji kakao tanpa fermentasi, biji kakao fermentasi, kakao bubuk dari biji kakao (tanpa
fermentasi – tanpa sangrai), dan kakao bubuk dari biji kakao (fermentasi – sangrai)

Asam glutamat memiliki peran penting SIMPULAN


dalam metabolisme gula dan lemak,
Dari hasil dan pembahasan dapat
membantu dalam transportasi kalium ke
disimpulkan bahwa kandungan senyawa
dalam cairan tulang belakang, membantu
fungsional polifenol lebih tinggi pada biji
memperbaiki gangguan kepribadian.
kakao tanpa fermentasi dibanding biji kakao
Asam glutamat digunakan sebagai bahan
fermentasi, sebaliknya kandungan senyawa
pengobatan dalam mengatasi penyakit
fungsional asam amino lebih rendah pada
epilepsy, retardasi mental, distrofi otot, dan
biji kakao tanpa fermentasi dibanding biji
bisul. Sedangkan Asam aspartat memiliki
kakao fermentasi. Demikian pula senyawa
manfaat dalam membantu menjaga
fungsional polifenol lebih tinggi pada kakao
metabolisme, mengatasi kelelahan dan
bubuk yang diolah dari (biji kakao tanpa
depresi. Selain itu mendorong molekul
fermentasi – tanpa sangrai) dibanding yang
dinukleotida koenzim nikotinamida
diolah dari (biji kakao fermentasi - sangrai),
adenin (NADH) dari tubuh utama menuju
sebaliknya kandungan senyawa fungsional
mitokondria dalam sel, dimana asam
asam amino lebih rendah pada kakao bubuk
aspartat digunakan untuk menghasilkan
yang diolah dari (biji kakao tanpa fermentasi
adenosine triphosphate (ATP), memberikan
– tanpa sangrai) dibanding kakao bubuk
energi untuk kekuatan semua aktivitas
yang diolah dari (biji fermentasi – sangrai).
seluler. Asam Aspartat membantu
mentransportsikan mineral yang dibutuhkan
DAFTAR PUSTAKA
untuk membentuk RNA dan DNA yang sehat
dalam sel, memperkuat sistem kekebalan Ackar, D., K.V. Landic, M. Valek, D. Subaric,
tubuh dengan membantu meningkatkan B. Milicevic, J. Babic and H. Nedic.
produksi imunoglobulin dan antibodi. Asam 2013. Cocoa polyphenols: can we
aspartat dapat mempertajam otak dengan consider cocoa and chocolate as
cara meningkat konsentrasi NADH di otak, potential functional food. Journal of
yang diduga untuk meningkatkan produksi Chemistry 13: 289-296.
neurotransmitter dan bahan kimia yang Adeyeye, E.I., Akinyeye, R.o., Ogunlade, I.,
diperlukan untuk fungsi mental normal Olaofe, O., Boluwade, J.O 2010. Effect
(Anonim, 2017). of farm and industrial bprocessing on
the amino acid of cocoa beans. Food
Chemical, 118 : 357 – 363.

114 Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan


Pengolahan Kakao Bubuk dari ... (Rosniati)

Afoakwa, E.O. 2008. Cocoa and chocolate Crozier, S.J., A.G. Preston, J.W. Hurst,
consumption: Are there aphrodisiac M.J. Payne, J. Mann, L. Hainly and
and other benefits for human health? D.L. Miller. 2011. Cocoa seeds are a
South African Journal of Clinical “Super Fruit”: A comparative analysis
Nutrition 21 (3): 107-113. of various fruit powders and products.
Afoakwa, E.O., J. Quao., F.S. Takrama., A.S. Chemistry Central Journal 5: 1-6.
Budu and F.K. Saalia. 2012. Changes Cruz, J.F.M., Leite, P.B., Soares, S.E. dan
in total polyphenols, o-diphenols and Bispo, E.S. (2013). Assessment of the
anthocyanin concentration during fermentative process from different
fermentation of pulp pre-conditional cocoa cultivars produced in Southern
cocoa (Theobroma cocoa L.). Bahia, Brazil. African Journal of
International Food Research Journal Biotechnology 12(33): 5218-5225.
19 (3): 1071-1077. De-Brito, E.S., N.H.P. Garcia., M.I. Gallao.,
Afoakwa, E.O., J.E. Kongor., J.F. Takrama., A.L. Cortelazzo., P.S. Fevereiro and
A.S. Budu and H. Mensah-Brown. M.R. Braga, 2000. Structural and
2013. Effects of pulp preconditioning chemical changes in cocoa (Theobroma
on total polyphenols, O-diphenols and cocoa L) during fermentation, drying
anthocyanin concentrations during and roasting. Journal of Science of
fermentation and drying of cocoa Food and Agriculture 81: 281-288.
(Theobroma cocoa L.) beans. Journal Di-Mattia, C., M. Martuscelli, G. Sacchetti,
of Food Science and Engineering 3 I. Scheirlinck, B. Beheydt, D.
(20): 235-245. Mastrocola and P. Pittia. 2013.
Albertini, B., A. Schobbrn, Guanaccia, F. Effect of fermentation and drying on
Inrlli, M.D. Vechia, M. Ricci, G.C. Di procyanidins, antiradical activity and
Renzo, dan P. Blasi. 2015. Effect of reducing properties of cocoa beans.
Fermentation and Drying on Cocoa Food Bioprocess Technology 6:
Polyphenols. J. Agric. Food Chem. 34203432. Haryadi dan Supriyanto.
63(45): p 9948- 9953. (2012). Teknologi Cokelat. Gadjah
Anonim, 2013. Apa Manfaat Asam Amino? Mada University Press, Yogyakarta.
Makanan Yang Mengandung Asam ICCO. 2012. International Cocoa Organization
Amino. http://amazine.co/18021/apa- Quarterly Bulletin of Cocoa Statistics,
manfaat-asam amino-mkanan-yang- Vol. XXXVIII, No. 4, Cocoa year 2011/2012.
mengandung-asam-amino/ http://www.icco.org/ (7 Januari 2013).
Anonim, 2015. www.referensisehat.com › Janeiro, P. and A.M.O. Brett. 2004. Catechin
Asam Amino › Nutrisi. Diakses tgl 24 electrochemical oxidation mechanism.
Agt 2015. Analytica Chimica Acta 518: 109-115.
Anonim, 2017. Asam Amino Esensial dan Non Kelishadi, R.M.D. 2005. Cocoa to cocoa to
Esensial https://www.artikelbelajar. chocolate: healthy food? ARYA Journal
com/asam-amino-esensial-dan-non- 1: 28-34.
esensial-pengertian-jenis. Diakses tgl Kusuma, Y.T.C., S, Suwasono.S, Yuwanti.
31 Maret 2017. 2013. Pemanfaatan biji kakao inferior
Cooper, K.A., E. Campos-Gimenez, D.J. campuran sebagai sumber antioksidan
Alvarez, K. Nagy, J.L. Donovan dan antibakteri. Berkala Ilmiah
and G. Williamson. 2007. Rapid Pertanian 1(2): 33-37.
reversed phase ultra-performance Latif, R. 2013. Chocolate/cocoa and human
liquid chromatography analysis of the health: a review. The Journal of
major cocoa polyphenols and inter- Medicine 71(2): 63-68.
relationships of their concentrations in Mattia, CD., M. Martusselli, G. Sachchetti,
chocolate. Journal of Agricultural and I. Schrirlinck, B. Behheydt, D.
Food Chemistry 55: 2841-2847. Mastrocola, dan P. Pittla. 2013.
Effect of Fermentation and Drying on

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 115


Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol. 13 No. 2 Desember 2018: 107-116

Procyanidins, Antiradical Activity and Noor-Soffalina, S.S., S. Jinap, S. Nazamid


Reducing Properties. Food Bioprocess and S.H.A. Nazimah. 2009. Effect of
Technol. 6: 3420-3432. polyphenol and pH on cocoa Mailard
Meursing, E.H. (1983). Cocoa Powder for In- related flavour procursors in a lipidic
dustrial Processing 3 Edition. Cacao model system. International Journal
fabriek DeZaan B.V. of Food Science and Technology 44:
Minifie, B.W. (1982). Chocolate, Cocoa and 168180.
Confectionery. AVI Publ. Co. Inc., Othman, A., A. Ismail, N.A. Ghani and I.
Wesport, Conecticut. Adenan. 2007. Antioxidant capacity
Misnawi. 2003. Influences of Cocoa and phenolic content of cocoa beans.
Polyphenols and Enzyme Reaction Food Chemistry 100: 1523-1530.
on The Flavor Development of Othman, A., A.M.M. Jalil, K.K. Wang, A.
Unfermented and Under-Fermented Ismail, N.A. Ghani and I. Adenan. 2010.
Cocoa Beans. Thesis of Doctor of Epicatechin content and antioxidant
Philosophy Universiti Putra, Malaysia. capacity of cocoa beans from four
329p. different countries. African Journal of
Misnawi and S. Jinap. 2003. Effect of Biotechnology 9 (7): 10521059.
cocoa bean polyphenols on sensory Redovnikovic, I.R., K. Delonga, S. Mazor,
properties and their changes during V. Dragovic-Uzelac, M. Caric and J.
fermentation. Pelita Perkebunan 19 Vorkapic-Furac. 2009. Polyphenolic
(2): 90-103. content and composition and
Misnawi, B. Jamilah and S. Nazamid. 2004. antioxidative activity of different
Effect of polyphenol concentration on cocoa liquors. Czech Journal of Food
pyrazine formation during coco liquor Sciences 27 (5): 330-337.
roasting. Food Chemistry 85 (1): 73- Watson, R.R., V.R. Preedy and S. Zibadi.
80. 2012. Chocolate in Health and Nutrition.
Mulato, S. ,Widyotomo., Misnawi dan Humana Press brand of Springer, New
E. Suharyanto. 2005. Pengolahan York Heidelberg Dordrecht London.
Primer dan Sekunder. Jember: Pusat 541p.
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Wollgast, J and E. Anklam, 2000.
Mulyadi, T. 2015. Dua Puluh Macam Asam “Polyphenols in chocolate: is there a
Amino dan Fungsinya. budisma. contribution to human health?” Food
net/2015/10/20-macam-asam-amino- Research International, vol. 33, no. 6,
dan-fungsinya.html. Diakses tgl 20 pp. 449–459, 2000.
oktober 2015. Yunus, M.R., A. Assa, dan R. Pasae. 2013.
Nazaruddin, R., Seng L, Hassan, O., dan Said Pengembangan Pohon Industri
M, 2006. Effect of pulp pre-conditioning Kakao dengan Metode Conceptual
on the content of polyphenols in cocoa Entity Relationship, J. Industri Hasil
beans (Theobroma cacao) during Perkebunan, 8(1).
fermentation industrial crops and Zak, D.L and G. Keeney, (1976). Implication
products, 24: 87 – 94. of bacillus subtilis in the sythesis
Nestle Research Centers. 2010. Focos of tetramethyl phyrazine during
on: Polyphenols in chocolate. Nestle fermentation of cocoa beans. J. Sci.
Research Centers. 3p. Food Agric. 10 (12).

116 Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan

También podría gustarte