Está en la página 1de 1

KAIN TENUN GRINGSING

Kain gringsing adalah satu-satunya kain tenun tradisional Indonesia yang


dibuat menggunakan teknik dobel ikat dan memerlukan waktu 2-5 tahun. Kain
ini berasal dari Desa Tenganan, Bali. Kata gringsing berasal dari gring yang
berarti 'sakit' dan sing yang berarti 'tidak', sehingga bila digabungkan menjadi
'tidak sakit'. Maksud yang terkandung di dalam kata tersebut adalah seperti
penolak bala. Kain ini juga disebut-sebut merupakan alat yang mampu
menyembuhkan penyakit dan menangkal pengaruh buruk.

Berdasarkan mitos, adanya kain tenun gringsing berawal dari Dewa Indra,
pelindung dan guru kehidupan bagi masyarakat Tenganan. Dewa Indra kagum
dengan keindahan langit di malam hari dan dia memaparkan keindahan tersebut
melalui motif tenunan kepada rakyat pilihannya, yaitu rakyat Tenganan. Proses
pembuatan kain gringsing dari awal hingga akhir dikerjakan dengan tangan.
Benang yang digunakan merupakan hasil pintalan tangan dengan alat pintal
tradisional, bukan mesin. Benang tersebut diperoleh dari kapuk berbiji satu yang
didatangkan dari Nusa Penida karena hanya di tempat tersebut bisa
didapatkan kapuk berbiji satu. Setelah selesai dipintal, benang akan mengalami
proses perendaman dalam minyak kemiri sebelum dilanjutkan ke proses ikat dan
pewarnaan. Perendaman tersebut bisa berlangsung lebih dari 40 hari hingga
maksimum satu tahun dengan penggantian air rendaman setiap 25-49 hari.
Benang akan dipintal menjadi sehelai kain yang memiliki panjang (sisi pakan)
dan lebar (sisi lungsi) tertentu. Untuk merapatkan hasil tenunan, benang akan
didorong menggunakan tulang kelelawar.

Semoga kain ini bisa bermanfaat sesuai dengan pesan dan harapan yang
tertenun disetiap pintalan benangnya.

También podría gustarte