Está en la página 1de 9

Syok Septik

Definisi

Demam atau hipotermi, leukositosis atau leukopeni, takipneu, dan takikardi yang disebabkan TNF-α
adalah tanda utama atau respon sistemik, yang dinamakan systemic inflammatory response
syndrome (SIRS).
Jika penyebabnya adalah infeksi atau ditemukan adanya suatu infeksi bakteri, maka pasien
menderita penyakit yang dinamakan sepsis.

Sepsis adalah, respon sistemik tubuh terhadap infeksi yang menyebabkan sepsis berat (disfungsi
organ akut sekunder untuk dicurigai adanya infeksi) dan syok septik.

Syok merupakan keadaan dimana terjadi gangguan sirkulasi yang menyebabkan perfusi jaringan
menjadi tidak adekuat sehingga mengganggu metabolisme sel/jaringan.

Syok sepsis adalah keadaan dimana terjadi penurunan tekanan darah (TD sistolik kurang dari 90
mm Hg atau penurunan TD sistolik lebih dari 40 mmHg) disertai tanda kegagalan sirkulasi, meskipun
telah dilakukan resusitasi cairan secara adekuat atau memerlukan vasopressor untuk
mempertahankan tekanan darah dan perfusi organ.

Merupakan keadaan gawat darurat yang memerlukan penanganan segera oleh karena semakin
cepat syok teratasi, akan meningkat keberhasilan pengobatan dan menurukan risiko kegagalan
organ dan kematian.

SIRS mencakup 2 atau lebih keadaan berikut :

• Suhu >38°C atau <36°C

• Frekuensi jantung >90 kali/menit

• Frekuensi napas >20x/menit atau PaCO2 <32 mmHg

• Leukosit darah >12.000/mm3, <4000/mm3 atau batang >10%

Sepsis (keadaan klinis yang berkaitan dengan infeksi dgn manifestasi SIRS)

• Sepsis berat

Sepsis yang disertai dengan disfungsi organ. Hipoperfusi atau hipotensi termasuk asidosis laktat,
oligouria dan penurunan kesadaran.

• Sepsis dengan hipotensi

Sepsis dengan tekanan darah sistolik <90mmHg atau penurunan tekanan darah sistolik >40 mmHg
dan tidak ditemukan penyebab hipotensi lainnya.

Etiologi

Mikroba, infeksi virus atau jamur


• Escherichia coli

• Staphylococcus aureus

• Streptococcus pneumonia,

• Enterococcus, Klebsiella,

• Pseudomonas

Jenis infeksi yang sering dihubungkan dengan sepsis yaitu:

• Infeksi paru-paru (pneumonia)

• Flu (influenza)

• Appendiksitis

• Infeksi lapisan saluran pencernaan (peritonitis)

• Infeksi kandung kemih, uretra atau ginjal (infeksi traktus urinarius)

• Infeksi kulit, seperti selulitis, sering disebabkan ketika infus atau kateter

• Infeksi pasca operasi

• Infeksi sistem saraf, seperti meningitis atau encephalitis

Epidemiologi

Menempati urutan ke 10 penyebab utama kematian di AS dan penyebab utama kematian pada
pasien kritis

Faktor risiko

• Usia – usia muda memberikan respon inflamasi yang lebih baik disbanding usia tua

• Jenis kelamin – laki-laki 27% lebih mungkin mengalami kematian terkait sepsis.

• Ras – tingkat mortalitas terkait sepsis pada orang kulit hitam tertinggi dan terendah di
antara orang asia.

• Penyakit komorbid – kondisi komorbid yang mengubah fungsi kekebalan tubuh (gagal ginjal
kronis, diabetes mellitus, HIV, penyalahgunaan alcohol) lebih umum pada pasien sepsis non
kulit putih, komorbiditas kumulatif dikaitkan dengan disfungsi organ akut yang lebih berat.

• Genetic
• Terapi kortikosteroid – pasien yang menerima steroid kronis memiliki peningkatan
kerentanan terhadap berbagai jenis infeksi.

• Kemoterapi – obat-obatan kemoterapi tidak dapat membedakan antara sel-sel kanker dan
jenis sel lain yang tumbuh cepat seperti sel darah dan sel kulit. Orang yang menerima
kemoterapi berisiko untuk terkena infeksi ketika jumlah sel darah putih mereka rendah.

• Obesitas

Gejala klinis

• Berupa suhu tubuh yang abnormal (>38°C atau <36°C)

• Takikardi

• Asidosis metabolic, biasanya disertai dengan alkalosis respiratorik terkompensasi dan


takipneu serta peningkatan atau penurunan jumlah sel darah putih.

• Disfungsi organ, hipotensi atau hipoperfusi.

• TD arteri <90 mmHg atau 40 mmHg di bawah TD normal pasien selama sekurang-kurangnya
1 jam meski telah dilakukan resusitasi cairan atau dibutuhkan vasopressor untuk
mempertahankan tekanan darah sistolik tetap ≥ 90 mmHg atau tekanan arteri rata-rata ≥ 70
mmHg.

Gejala klinis yang tidak spesifik

• Fever

• Confusion

• Gelisah

• Kesulitan bernapas

• Fatigue, malaise

• Mual muntah

Pemeriksaan penunjang

• Temukan mikroorganisme penyebab sepsis

Petunjuk untuk etiologi septik

• Infeksi kepala dan leher – sakit kepala berat, kekakuan pada leher, gangguan mental, sakit
telinga, sakit tenggorokan, sinus pain, limfadenopati cervical/submandibular.

• Infeksi dada dan paru-paru – batuk, dyspnea, bunyi napas bronkial


• Infeksi jantung – murmur, terutama pada pasien dengan riwayat penggunaan obat injeksi
dan intravena

• Infeksi perut dan gastrointestinal – diare, nyeri perut, distensi abdomen, nyeri tekan rektal
dan bengkak

• Infeksi pelvis dan genitourinaria – nyeri panggul, dysuria

• Infeksi tulang dan jaringan lunak – nyeri local anggota tubuh, eritema, edema,
pembengkakan sendi, krepitasi pada infeksi nekrosis, efusi sendi

• Infeksi kulit – ptekie, purpura, eritema, ulserasi, bula

CBC, PT APTT, Kadar fibrinogen dan D-dimer, analisis gas darah, profil ginjal dan hati, kalsium ion.

Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan :

• Asidosis metabolic

• Trombositopenia

• Pemanjangan waktu prothrombin dan tromboplastin parsial

• Penurunan kadar fibrinogen serum dan peningkatan produk fibrin split

• Anemia

• Perubahan morfologi dan jumlah neutrophil

Inflamasi

1. Leukositosis (Hitung sel darah putih > 12.000 μL –1 )

2. Leukopeni (Hitung sel darah putih < 4000 μL –1 )

3. Hitung sel darah putih normal dengan lebih dari 10% ditemukan bentuk imatur

4. C-reactive protein plasma lebih dari dua standar deviasi diatas nilai normal

5. Prokalsitonin plasma lebih dari dua standar deviasi diatas nilai normal

Hemodinamik

Hipotensi arteri

(tekanan darah sistolik < 90mmHg, MAP < 70 mmHg, atau tekanan darah sistolik turun > 40mmHg
pada dewasa atau lebih rendah dua standar deviasi dibawah nilai normal umur)

Disfungsi organ

1. Hipoksemia arterial (PaO2/FiO2 < 300)


2. Oliguria akut (jumlah urin < 0,5 mL/Kg/jam selama minimal 2 jam meskipun resusitasi cairan
adekuat

3. Peningkatan kreatinin > 0,5 mg/dL atau 44,2 μmol/L

4. Koagulasi abnormal (INR > 1,5 atau aPTT > 60 s)

5. Ileus (tidak terdengar suara usus)

6. Trombositopeni (hitung trombosit < 100.000 μL –1 )

7. Hiperbilirubinemia (bilirubin plasma total > 4mg/dL atau 70 μmol/L)

Perfusi jaringan

1. Hiperlaktatemia (> 1 mmol/L)

2. Penurunan kapiler refil

Kriteria Sepsis berat

1. Sepsis-induced hipotensi

2. Laktat diatas batas atas nilai normal laboratorium

3. Jumlah urin < 0,5 mL/kg/jam selama lebih dari 2 jam walaupun resusitasi cairan adekuat

4. Acute Lung Injury dengan PaO2/FiO2 < 250 dengan tidak adanya pneumonia sebagai sumber
infeksi

5. Acute Lung Injury dengan PaO2/FiO2 < 200 dengan adanya pneumonia sebagai sumber
infeksi

6. Kreatinin > 2,0 mg/dL (176,8 μmol/L)

7. Bilirubin > 2 mg/dL (34,2 μmol/L)

8. Hitung platelet < 100.000 μL

9. Koagulopati (international normalized ratio > 1,5)


Tatalaksana

terapi mencakup penyesuaian beban jantung preload, afterload dan kontraktilitas dengan oxygen
delivery dan demand. Protokol tersebut mencakup pemberian cairan kristaloid dan koloid lobus 500
ml tiap 30 menit untuk mencapai tekanan vena central (CVP) 8-12 mmHg. Bila tekanan arteri rata-
rata (MAP) kurang dari 65 mmHg, diberikan vasopressor hingga >65 mmHg dan bila MAP >90 mmHg
diberikan vasodilator. Dilakukan evaluasi saturasi oksigen vena sentral (ScvO2). Bila ScvO2 <70%
dilakukan koreksi hematocrit hingga diatas 30%. Setelah CVP, MAP dan hematocrit optimal namun
ScvO2 <70%, dimulai pemberian inotropic. Inotropic diturunkan bila MAP <65 mmHg atau frekuensi
jantung >120 kali/menit.

a. Oksigenasi

b. Terapi cairan – kristaloid (NaCl 0,9% atau ringer laktat)

c. Vasopressor dan Inotropik

d. Nutrisi

Prognosis

Mortalitas pasien sepsis bervariasi sesuai tingkat keparahan kekurangan oksigen.

Referensi

Repository usu

Undip.ac.id

Journal unair

medscape

patofisiologi

También podría gustarte