Está en la página 1de 22

BAB III

HASIL KUNJUNGAN RUMAH

III.1 Identitas Pasien dan Keluarga

a. Identitas Pasien dan Keluarga

 Nama : Tn. N

 Jenis Kelamin : Laki-laki

 Umur : 32 tahun

 Alamat : Kedok 02/09, Ngadiharjo, Borobudur, Kab. Magelang

 Agama : Islam

 Suku Bangsa : Jawa

 Pendidikan : SMP

 Pekerjaan : Petani

b. Identitas Istri

 Nama : Ny. N

 Jenis Kelamin : Perempuan

 Umur : 26 tahun

 Alamat : Kedok 02/09, Ngadiharjo, Borobudur, Kab. Magelang

 Agama : Islam

 Suku Bangsa : Jawa

 Pendidikan : SD

 Pekerjaan : Buruh cuci

44
III.2 Karakteristik Kedatangan Pasien Ke Puskesmas Borobudur

Pasien datang ke Puskesmas Borobudur pada tanggal 27 November 2018,

Pasien datang dengan keluhan luka di kedua kaki sejak 1 bulan yang lalu. luka di

kaki disertai dengan rasa panas dan perih namun terasa baal di ujung jari

kelingking. Keluhan ini menganggu aktivitas sehari- hari dan pekerjaan pasien.

III.3 Resume Penyakit dan Penatalaksanaan yang Sudah Dilakukan

III.3.1 Anamnesis

Anamnesis dengan Tn. N dilakukan pada 1 Desember 2018 pukul 08.30

WIB di rumah pasien.

a. Keluhan Utama

Tn. N : luka di kedua kaki pasien sejak 1 bulan yang lalu

b. Keluhan Tambahan

Tn. N : terasa baal pada jari kelingking

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Tn. N mengeluhkan luka dikedua kaki sejak 1 bulan yang lalu, luka yang

cukup parah pada kedua kaki dimulai dari punggung kaki sampai lutut.

Luka berwarna kehitaman dan kemerahan, terkadang keluar nanah dari luka

tersebut awalnya pasien mengalami bercak putih di kedua punggung kaki

dan terasa baal selain bercak putih pasien juga mengalami timbul bercak

kehitaman dan kemerahan dikedua kakinya, pasien sekarang merasa panas

dan perih di kedua kaki serta baal diujung kelingking. keluhan tersebut

sudah dialami pasien kurang lebih 2 tahun namun pasien tidak berobat.

Keluhan demam sempat dialami oleh pasien sekitar 1 bulan yang lalu,

45
keluhan batuk disangkal. Pasien hanya merasa badannya menjadi lebih

lemas dari biasanya.

Menurut pasien, ia merasa bentuk telinga mulai berubah menjadi

lebih tebal sejak 3 tahun yang lalu, lalu bentuk wajah nya juga semakin

mengalami perubahan menjadi lebih terlihat kaku. Alis pasien juga mulai

menghilang sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu. gangguan pada

pengelihatan disangkal oleh pasien.

Selama ini pasien hanya menggunakan salep SA yang dibelinya di

apotek, pasien belum pernah berobat sama sekali sebelum akhirnya ke

puskesmas

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya

riwayat batuk lebih dari 3 minggu disangkal, Hipertensi disangkal, DM

disangkal, penyakit jantung disangkal,asma disangkal, riwayat alergi

disangkal

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu pasien memiliki keluhan yang serupa dengan pasien yaitu terdapat

luka namun di tangan dan ibu pasien didiagnosis kusta.

f. Riwayat Pengobatan

Selama pasien sakit pasien tidak pernah berobat dan pasien hanya

memakan salep SA yang dibelinya di apotek.

g. Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi

Pasien menyangkal konsumsi rokok dan meminum alkohol maupun obat-

obatan terlarang. Pasien juga jarang berolah raga.

46
III.3.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 1 Desember 2018 pukul 09.00 di

rumah Tn N.

Tabel 9. Pemeriksaan Fisik Pasien


Pemeriksaan Hasil Kesan
Keadaan umum Tampak Sakit Sedang Tidak emergency
Kesadaran E4M6V5, GCS 15 Compos mentis
Tanda Vital Normal
 Suhu Tubuh 36,8oC
 Tekanan Darah 120/80 mmHg
 Pernapasan 20x/menit
 Denyut Nadi 91 x/menit
 Sp O2 98%
Status Generalis
 Kepala  Normocephal Normal
 Wajah  Lion Face (+) Madarosis (+)
Normal
 Leher  Pembesaran KGB (-)
 Thoraks  I : simetris, retraksi (-), ekspansi gerak baik
P : Taktil fremitus simetris
P : Sonor di kedua lapang paru
A : vesikuler melemah di kedua lapang
Abnormal
paru, ronkhi (-/-), wheezing (+/+)
 I : Datar, hernia umbilikalis (-)
A: Bising Usus ± 7 kali per menit Normal
 Abdomen P : Massa (-), nyeri tekan (-), nyeri lepas (-),
hepatosplenomegali (-)
P : Timpani seluruh abdomen
 Dalam batas normal
 Teraba hangat, lembab, tremor (-), CRT < 2
detik, kekuatan:
4444 4444
4444 4444
 Genitalia Normal
 Ekstremitas Akral hangat, capilary refill time < 2 detik
Superior Normal
 Ektremitas Akral hangat, capilary refill time < 2 detik
Inferior
Hiperpigmentasi (+) eritomatous (+)
ulserasi (+)

III.3.3 Diagnosis Kerja

Kusta ( Morbus Hansen) Multibasiler

47
III.3.4 Rencana Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan kusta adalah meningkatkan dan

mempertahankan kualitas hidup agar penderita kusta dapat hidup normal tanpa

hambatan dalam melakukan aktivitas sehari – hari.

Tujuan penatalaksanaan kusta:

 Untuk memutuskan mata rantai penularan

 Mencegah terjadinya cacat atau mencegah bertambahnya cacat yang

sudah ada sebelum pengobatan

 Mencegah resistensi obat

 Mencegah komplikasi yang disebabkan oleh kusta

 Mencegah kematian akibat kusta

a. Medikamentosa

 Tatalaksana pasien kusta menggunakan MDT (Multi Drug Therapy ).

MDT adalah kombinasi dua atau lebih obat antikusta, salah satunya

rimpaficin sebagai anti kusta yang bersifat bakterisidal kuat sedangkan

obat anti kusta lain bersifat bakteriostastik. Penanganan pasien kusta

multibasiler (MB) dan pausibasiler (PB) sedikit berbeda. Pasien ini di

diagnosis sebagai kusta MB. Regimen pengobatan MDT untuk MB di

Indonesia sesuai dengan yang direkomendasikan oleh WHO. Regimen

tersebut adalah sebagai berikut :

Untuk pasien dewasa multibasiler (MB) :

Pengobatan bulanan : hari pertama (obat diminum didepan petugas)

o 2 kapsul rimpafisin 300 mg (600mg)

48
o 3 tablet lampren 100mg (300mg)

o 1 tablet dapson/DDS 100mg

Pengobatan harian : hari ke 2 – 28

o 1 tablet lampren 50 mg

o 1 tablet dapson/DDS 100 mg

Satu blister untuk satu bulan, dan dibutuhkan 12 blister yang diminum 12-18

bulan.

 Pemberian kortikosteroid dimulai dengan dosis tinggi atau sedang.

Digunakan prednison atau prednisolon. Gunakan sebagai dosis tunggal

pada pagi hari lebih baik walaupun dapat juga diberikan dosis berbagi.

Dosis diturunkan perlahan-lahan (tapering off) setelah terjadi respon

maksimal, Untuk dua minggu pertama prednison diberikan 40 mg/hari (1 x

8 tab) diberikan pada pagi hari sesudah makan

Tabel 10. Dosis MDT untuk MB

49
Gambar 2. Gambar kemasan (Blister)

b. Non medikamentosa

1. Perbaiki status gizi dan hygiene pasien

2. Berikan vitamin B1, B6 dan B12

3. Motivasi pasien untuk ikut terapi hingga selesai

4. Edukasi tentang efek samping obat

5. Bawa anggota keluarga dengan tanda dan gejala yang sama untuk berobat

ke fasilitas pelayanan kesehatan

III.4 Hasil Penatalaksanaan Medis

Saat ini (10 desember 2018) kondisi Tn. N mulai terjadi perubahan pada

luka di kedua kakinya walaupun belum signifikan. Luka tampak lebih kering tidak

ada nanah. Kemerahan pada kedua kaki pasien sudah mulai berkurang. Kondisi

pasien membaik.

50
Kesan yang didapat, pada saat kunjungan pertama saat pasien baru

mendapat terapi MDT selama 5 hari. Pasien masih merasakan panas dan perih

yang cukup menganggu aktivitas sehari-hari. Luka pasien terkadang masih keluar

nanah.

Pada kunjungan kedua, setelah pasien mendapat pengobatan MDT selama

15 hari dan mendapat edukasi tentang cara pengobatan dan perilaku hidup bersih,

luka mulai menjadi kering dan tidak keluar nanah lagi, rasa panas dan perih

dikedua kaki pasien juga sudah berkurang. Saat ini pasien sering ke puskesmas

untuk perawatan luka di kaki pasien.

a. Faktor pendukung

Timbulnya kesadaran dari pasien dan anggota keluarga pasien untuk

melakukan pengobatan secara rutin dan teratur. Pasien dan keluarga pasien

mulai meningkatkan dan menjaga kebersihan dan hygiene diri masing-

masing.

b. Faktor penghambat

Lingkungan dan rumah pasien kurang terjaga kebersihannya. Rumah masih

beralaskan tanah dan ventilasi serta penerangan kurang.

III.5 Tabel Permasalahan pada Pasien

Tabel 12. Masalah Kesehatan dan Rencana Pembinaan


Risiko dan
No Rencana pembinaan Sasaran
masalah kesehatan
1 Pasien kusta  Edukasi pasien agar rutin dan teratur Pasien dan keluarga
meminum obat (MDT) untuk mencegah
timbulnya kecacatan akibat kusta.
 Edukasi pasien mengenai penularan
kusta agar pasien dapat mengurangi
rantai penularan
2 Istri pasien  Edukasi mengenai cara penularan kusta Istri pasien dan
agar dapat menajaga diri dan menjaga keluarga
kebersihan sehari-hari.

51
 Edukasi mengenai gejala gejala dini
kusta agar dapat mendeteksi lebih awal
penyakit kusta

III.6 Identifikasi Lingkungan Rumah

III.6.1. Gambaran Lingkungan Rumah

Rumah pasien terletak di Ngadiharjo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten

Magelang. Dengan ukuran rumah 16 x 9 m2, bentuk bangunan 1 lantai. Saat ini,

rumah tersebut ditempati oleh 3 orang. Secara umum gambaran rumah terdiri dari

1 kamar tidur, 1 ruang tamu sekaligus ruang keluarga, dan 1 dekat dengan uang

keluarga. Atap rumah belum memiliki langit-langit, dinding rumah terbuat

anyaman tidak permanen. Lantai rumah masih beralaskan tanah, Kebersihan di

dalam rumah masih kurang. Pencahayaan dan sirkulasi di dalam rumah kurang

baik, pasien tidak memiliki jendela di kamar tidur.

Sumber air minum berasal dari mata air yang terlindungi yang kemudian

dimasak. Rumah memiliki kamar mandi namun tidak mempunyai jamban sendiri .

Pasien dan keluarga mandi menggunakan kamar mandi sendiri. Namun untuk

buang air besar harus ke sungai. Sampah dibuang ke kebun lalu dibakar karena

tidak tersedianya tempat pembuangan sampah di luar rumah.

52
T
• B
a U S
g
i B

w
i
s
a
t
a
w
a
Gambar 3. Denah
n Rumah Keluarga Tn.N

Tabel 13. dIndikator Rumah Sehat


No a Skor rumah pasien
Indikator Variabel Skor
n (tanda  )
1 Lokasi a. Tidak rawan banjir 3 
b. Rawan fbanjir 1
2 Kepadatan rumah a. Tidak padat 2
o (>8m / orang) 3 
2
b. Padat (<8m
t / orang) 1
3 Lantai a. Semen, ubin, keramik, kayu 3
o
b. Tanah 1 
g
4 Pencahayaan a. Cukup 3 
r
b. Tidak cukup 1 
5 Ventilasi a. Ada
a 3
f
b. Tidak ada 1 
6 Air bersih e
a. Air kemasan 3
b. Ledeng/r PAM 3
, terlindung
c. Mata air 2 
d. Sumur pompa tangan 2
e. Sumur wterlindung 2
f. Sumur tidak terlindung 1
a
g. Mata air tidak terlindung 1
k
h. Lain-lain 1
7 Pembuangan
t
a. Leher angsa 3
kotoran kakus u
b. Plengsengan 2
c. Cemplung/ cubuk 2
d. Kolam tikan/ sungai/ kebun 1
e
e. Tidak ada 1 
r
b
53
a
i
k
8 Septic tank a. Jarak > 10 meter 3
b. Lainnya 1 
9 Kepemilikan WC a. Sendiri 3
b. Bersama 2
c. Tidak ada 1 
10 SPAL a. Saluran tertutup 3
b. Saluran terbuka 2
c. Tanpa saluran 1 
11 Saluran got a. Mengalir lancar 3
b. Mengalir lambat 2
c. Tergenang 1
d. Tidak ada got 1 
12 Pengelolaan a. Diangkut petugas 3
sampah b. Ditimbun 2
c. Dibuat kompos 3
d. Dibakar 2 
e. Dibuang ke kali 1
f. Dibuang sembaragan 1
g. Lainnya 1
13 Polusi udara a. Tidak ada 3 
b. Ada gangguan 1
14 Bahan bakar a. Listrik, gas 3
masak b. Minyak tanah 2
c. Kayu bakar 1 
d. Arang/ batu bara 1
Total skor 22

Penetapan skor kategori rumah sehat:

a. Baik : Skor 35-42 (>83%)

b. Sedang : Skor 29-34 (69-83%)

c. Kurang : Skor <29 (<69%)

Pada rumah pasien termasuk ke dalam kategori rumah dalam kondisi Kurang baik

III. 7 Karakteristik Demografis Keluarga

Alamat pasien di Kedok 2/9 Ngadiharjo, Borobudur, Kabupaten

Magelang. Daerah tempat tinggal pasien merupakan daerah perdesaan yang cukup

teratur dan bersih namun dengan lingkungan rumah yang tidak tertata dan kurang

pencahayaan dan ventilasi . Pasien tinggal istri dan satu orang anak laki – laki.

54
Tabel 14. Kartu Keluarga
Kedudukan dalam Umur
No Nama JK Pendidikan Pekerjaan Ket
Keluarga (th)
1 Nuryadin Kepala Keluarga L 32 SD Petani Sakit

2 Nurohmah Istri P 26 SD Buruh cuci Sehat


Belum lulus
3 Aziz Syarif Anak Pertama L 6 Pelajar Sehat
SD

III.8 Genogram Keluarga

Ny HK Tn. S Ny. R Tn B Ny. Y


62 th 65 th 60 th 60 th 59 th

Tn K Tn S Tn N Tn O Tn F Ny N Tn KI
Tn J Tn PL Ny. L
41 th 35 th 32 th 33 th 32 th 26 th 70 th
46 th 44 th 40 th

An. AS
6 th

Keterangan:

: Laki – laki : pasien

: Perempuan : tinggal serumah

: cerai hidup

Bagan 4. Genogram Keluarga Tn. N

55
III.9 Family Gap
Tn. N Ny. N
32 th 26 th

An. As
6 th
Bagan 5. Family Gap Keluarga Tn.N

Keterangan:
: Fungsional (Hubungan dekat)
: Disfungsional
: Acuh tak acuh
III.10 Bentuk dan Siklus Keluarga

Bentuk keluarga ini ialah nuclear family, yaitu dalam satu rumah terdiri

dari keluarga inti (ayah, ibu, anak).

Tabel 15. Skoring APGAR

Skor
Komponen Indikator
0 1 2
Adaptation Saya puas dengan keluarga saya karena suami sudah

menjalankan kewajiban sesuai dengan seharusnya
Partnership Saya puas dengan suami saya karena dapat membantu

memberikan solusi terhadap permasalahan yang saya hadapi
Growth Saya puas dengan kebebasan yang diberikan suami saya untuk

mengembangkan kemampuan yang saya miliki
Affection Saya puas dengan kasih sayang yang diberikan suami saya 
Resolve Saya puas dengan waktu yang disediakan suami saya untuk

menjalin kebersamaan
Total 9

Klasifikasi :

a. Skor 8-10 : Fungsi keluarga sehat

b. Skor 4-7 : Fungsi keluarga kurang sehat

c. Skor 0-3 : Fungsi keluarga tidak sehat

56
Kesimpulan: fungsi keluarga sehat

III.11 Sumber Daya Keluarga

Tabel 16. Family Screem Tn. N


Sumber Patologis
Social Pasien, istri dan anak pasien memiliki Tidak ada
waktu untuk berkumpul bersama
Cultural Pasien melakukan kegiatan di lingkungan Tidak ada
tempat tinggalnya sesuai dengan
kebudayaan Jawa yang berlaku
Religious Pasien dan istri Islam dan selalu Tidak ada
menjalankan ibadah dengan taat dan
ikhlas

Economic Suami pasien sebelum sakit bekerja Pasien tidak bekerja sudah 2 tahun
sebagai petani selama sakit.
Istri pasien bekerja sebagai buruh cuci
Education Pasien hanya mengikuti pendidikan SD Pasien tidak melanjutkan pendidikan
karena masalah biaya.
Medical Jarak dari tempat tinggal ke Puskesmas Pasien belum mendaftar BPJS/JKN
tidak terlalu jauh.

III.12 Perjalanan Hidup Keluarga (Family Life Line)

Tabel 17. Family Life Line Tn.N


Tahun Usia Pasien Peristiwa Severity of Illness
2011 25 tahun Menikah dengan Ny.N -
2012 26 tahun Anak pertama lahir -
2016 30 tahun Wajah pasien mulai mengalami Wajah pasien mengalami perubahan
perubahan perlahan-lahan, telinga dan hidung
pasien juga mulai berubah.
2017 31 tahun Pasien mulai tidak bekerja Pasien mulai mengalami timbul luka
sebagai petani kemerahan dan bercak putih pada
kedua kakinya. alis pasien mulai
rontok dan menghilang. Pasien sering
mengalami demam dan merasa lemas
keluhan – keluhan yang dialami
pasien mengganggu pekerjaan pasien.
2018 32 tahun Pertama kali didiagnoisis kusta Pasien mengalami luka di kedua kaki
yang cukup luas. Sakitnya
mengganggu aktivitas sehari hari

57
III.13 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Tabel 18. Indikator PHBS


No. Indikator PHBS Ya Tidak
1. Persalinan di keluarga anda di tolong oleh tenaga kesehatan terampil
yang dilakukan di fasilitas kesehatan (bukan di rumah sendiri) 
2. Pemeriksaan kehamilan minimal selama 4 kali selama hamil 
3. Pemberian ASI eksklusif saja pada bayi sampai usia 6 bulan 
4. Balita ditimbang secara rutin (minimal 8 kali setahun) 
5. Keluarga biasa makan dengan gizi seimbang 
6. Menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari 
7. Keluarga biasa BAB di jamban sehat 
8. Membuang sampah pada tempatnya sehari-hari 
9. Menggunakan lantai rumah kedap air (bukan tanah) 
10. Apakah keluarga anda biasa melakukan aktifitas fisik minimal 30
menit perhari? 
11. Tidak merokok 
12. Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan sesudah BAB 
13. Menggosok gigi minimal 2 kali sehari 
14. Membeli/menyimpan/menjual minum-minuman keras (bir, alkohol,
arak, anggur)/narkoba? 
15. Anggota JPK/Dana Sehat/Asuransi Kesehatan/JAMKESMAS (peserta
JKN/BPJS)? 
16. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) seminggu sekali? 

Interpretasi

 Skor 0-5 : Sehat Pratama

 Skor 6-10 : Sehat Madya

 Skor 11-15 : Sehat Utama

 Skor 16 : Sehat Paripurna

Pada keluarga ini mendapat skor 7

Kesimpulan : Perilaku Rumah Tangga Madya

III.14 Diagnostik Holistik

Aspek I : Keluhan : luka di kedua kaki

Kekhawatiran : kecacatan

Harapan : luka berkurang, tidak timbul kecacatan

58
Aspek II : Kusta (morbus hansen) multibasiler

Aspek III : keluarga pasien (ibu) mengidap kusta

Aspek IV : pasien sering berkontak dengan ibu pasien yang juga mengidap

kusta

Aspek V : derajat fungsional 3 ( mampu melakukan perawatan diri tapi

tidak mampu melakukan pekerjaan ringan)

III.15 Pengelolaan Komprehensif

a. Promotif

Upaya promotif dilakukan dengan memberikan edukasi kepada pasien

meliputi penyebab, cara pencegahan dan cara mengobati.

b. Preventif

Pencegahan dilakukan dengan cara edukasi kepada pasien agar menjaga

kebersihan diri untuk memutus penularan kusta. Menjaga kebersihan luka

agar tidak terjadi komplikasi atau kecacatan lebih lanjut.

Edukasi mengenai keteraturan meminum obat MDT agar tidak putus obat

serta mencegah resistensi

c. Kuratif

Pelayanan pengobatan yang dilakukan pasien ke puskesmas merupakan

upaya pasien untuk mengobati Kusta pada pasien.

59
III.16 Identifikasi Fungsi Keluarga

a. Fungsi Biologis

Dari wawancara dengan pasien diperoleh keterangan bahwa Tn. N

mengalami keluhan sudah sejak 3 tahun yang lalu mulai dari bentuk

wajahnya mulai berubah, kemudian alis pasien mulai rontok dan

menghilang, kemudian baru timbul bercak kemerahan dan bercak putih di

kedua kaki pasien, kemudian mulai timbul luka. Pasien baru mulai berobat

ke puskesmas ketika luka sudah cukupa parah dan menyebar.

b. Fungsi Psikologis

Pasien tinggal bersama istri dan satu orang anak. Sebelum sakit pasien

bekerja sebagai petani. Istri passien bekerja sebagai buruh cuci. Pasien

mempunyai kepribadian yang cukup terbuka, tidak cepat marah, dan

ramah terhadap orang lain. Bila ada masalah dalam rumah tangga,

dibicarakan dan dirundingkan berdua denganistri tanpa campur tangan

pihak lain.

c. Fungsi Ekonomi

Semenjak sakit pasien tidak bekerja, biaya kebutuhan sehari – hari pasien

hanya mengandalkan pendapatannya dari istri pasien yang seorang buruh

cuci,Pendapatan istri pasien hanya 25.000per hari yang dipakai untuk

makan, listrik dan kebutuhan sehari-hari lainnya.

d. Fungsi Pendidikan

Pasien dan istri bersekolah sampai SD. saat ini Anak pasien masih duduk

di kelas 1 SD.

60
e. Fungsi Religius

Pasien sejak kecil menganut agama Islam, istri juga menganut agama yang

sama dan taat beribadah.

f. Fungsi Sosial dan Budaya

Sebelum sakit komunikasi pasien dengan tetangga baik dan aktif dalam

kegiatan di lingkungan dengan tetangga sekitar. Setelah sakit pasien lebih

sering menghabiskan waktu dirumah dan jarang berkomunikasi dengan

tetangga.

III.17 Pola Makan Keluarga

Frekuensi makan rata-rata 3x sehari, biasanya makan di rumah. Jenis

makanan dalam keluarga ini kurang bervariasi. Variasi makanan sebagai berikut:

nasi, lauk (tahu/ tempe/ikan,/telur), sayur hijau, dll. Air minum biasanya air putih

atau teh. Pasien jarang mengkonsumsi ayam dan daging. Pasien dan keluarga

mengaku jarang mengkonsumsi susu.

III.18 Perilaku Kesehatan Keluarga

Sebelum sakit pasien bekerja sebagai petani . Bila ada anggota keluarga

yang sakit, yang pertama dilakukan adalah mengobati sendiri dengan obat

warung, apabila tidak sembuh maka baru diperiksakan ke bidan desa atau

Puskesmas. Apabila ada waktu luang, keluarga hanya menghabiskan waktu

bersama berkumpul di rumah, ataupun ke rumah saudara yang tinggal di desa

tersebut. Pasien dan keluarga tidak memiliki hobi khusus.

61
III.19 Identifikasi Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan

a. Faktor Perilaku

Pasien sudah mengetahui pentingnya meminum obat teratur (MDT) dan

sudah mengetahui tentang penularan kusta. Apabila ada anggota keluarga

yang sakit dilarikan ke puskesmas.

b. Faktor Non Perilaku

Sarana pelayanan kesehatan di sekitar rumah cukup dekat. Jarak yang

ditempuh untuk ke Puskesmas Borobudur ialah ±1,5 km

62
III.20 Diagram Realita yang Ada pada Keluarga

Ibu pasien mengidap penyakit kusta

Genetik

Dinding tidak
permanaen,
lantai beralaskan
Sarana tanah, ventilasi
Derajat kamar kurang,
pelayanan
kesehatan
Yankes Kesehatan Lingkungan memiliki kamar
terjangkau Tn.N mandi namun
tidak memiliki
jamban keluarga,
kebersihan dapur
kurang baik, tidak
memiliki langit-
langit atap
Perilaku

Pekerjaan sebagai petani

Gambar 4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga

III.21 Pembinaan dan Hasil Kegiatan

Tabel 19. Pembinaan dan Hasil Kegiatan


Keluarga
Tanggal Kegiatan yang Dilakukan Hasil Kegiatan
yang Terlibat
Melakukan anamnesis dan Mendapatkan diagnosis
1 Desember
pemeriksaan fisik kepada Pasien kerja pasien dan
2018
pasien di rumah pasien penyebab
 Pasien dan keluarga
mengetahui dan
memahami tentang
Kusta
Mengedukasi pasien mengenai
Pasien dan  Pasien dan keluarga
10 Desember keteraturan minum obat.
keluarga melakukan prosedur
2018 Menjaga kontak pasien dengan
pengobatan dengan
keluarga.
baik dan menunjukkan
perbaikan kondisi
pasien

63
Menyarankan pasien terus Kondisi pasien
15 Desember melanjutkan pengobatan dengan membaik, keluhan
Pasien
2018 baik dan mengenai perawatan berkurang
luka.

III.22 Kesimpulan Pembinaan Keluarga

a. Tingkat pemahaman

Pemahaman terhadap pembinaan yang dilakukan cukup baik. Pasien dan

keluarga sudah memahami hal-hal yang harus dilakukan dalam

menanggulangi penyakit Kusta, serta keteraturan minum obat dan

menjaga kontak dengan pasien.

b. Hasil pemeriksaan

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Keluhan : luka dikedua kaki berwarna kemerahan dan

kehitaman

TTV : Dalam Batas Normal

c. Faktor pendukung :

1) Pasien dan keluarga dapat memahami dan menangkap penjelasan yang

diberikan

2) Kesadaran keluarga pasien untuk hidup bersih, membuat sangat kooperatif

untuk mengubah perilaku yang tidak baik bagi kesehatan sehingga dapat

mencegah penularan penyakit kusta

d. Faktor penyulit :

kurangnya kebersihan lingkungan rumah pasien..

64
e. Indikator keberhasilan :

1) Pengetahuan meningkat mengenai penyakit

2) Kesadaran pasien untuk meminum obat teratur dan menjaga kebersihan

diri

3) Kesadaran pasien untuk berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan

65

También podría gustarte