Está en la página 1de 12

Dampak pertambangan batubara terhadap...

(Restu J, Rinaldy D, M Suparmoko & Setyo S M)

DAMPAK PERTAMBANGAN BATUBARA TERHADAP KESEHATAN


MASYARAKAT SEKITAR PERTAMBANGAN BATUBARA
(KAJIAN JASA LINGKUNGAN SEBAGAI PENYERAP KARBON)

Public Health Impact of Coal Mining Among Community Living in Coal Mining Area
(Review on Environmental Benefits to Absorb Carbon)

Restu Juniah1, Rinaldy Dalimi2, M. Suparmoko3, Setyo S Moersidik4


1
Promovendeus Program S3 Ilmu Lingkungan UI, Dosen Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya.
2
Promotor, Pengajar dan Guru Besar FT Elektro Universitas Indonesia
3
Ko promotor, Pengajar Program Studi Ilmu Lingkungan UI, dan Guru Besar FE Universitas Budi Luhur
4
Ko promotor, Pengajar Program Studi Ilmu Lingkungan dan Teknik Lingkungan FT UI

Email: restu_juniah@yahoo.co.id

Diterima: 30 April 2013; Disetujui: 30 Mei 2012

ABSTRACT
Ecosystems have the value of benefits through its functions. Environmental Services is a product of the
ecosystem. Forest conversion activities such as coal mining caused the lost of forest vegetation and the
release of carbon into the air and can cause loss of forest functions, and the impact of the loss of ecosystem
services and environmental benefits for the community. The continued impact that arises is the health
problems and external community cost, especially those living around coal mining. The effects are negative
externalities of mining activities on the community. This research conducted at PTBA Tanjung Enim in
2011 the survey aims to identify the type of health problems and the efforts made to address the health
problems experienced by the community as well as costs incurred to cope with the disorder. The study
found the presence of various types of public health problems, and Upper Respiratory Track Infection
(URTI) is a kind of health problems experienced by most people. External costs of community health on
average per respondent and who live around TAL PTBA coal mining is Rp 20,794,-. The results indicate
disturbances and community health costs incurred as a negative externality of coal mining activity on the
communities living around the TAL PTBA become a renewal of the novelty of this study, it can be used by
governments, stakeholders, and mining investors to determine the type of disturbance of community health
and the cost of community arise as negative externalities of open coal mining activities.

Keywords: The impact of coal mining activity, Environmental services, community health disturbance,
External costs of community health

ABSTRAK
Ekosistemmemiliki nilai manfaat melalui fungsi-fungsi yang dimilikinya. Jasa lingkungan merupakan
sebuah produk dari ekosistem. Kegiatan alih fungsi kawasan hutan seperti pertambangan batubara yang
menyebabkan hutan tidak bervegetasi dan terlepasnya karbon ke udara dapat menyebabkan hilangnya
fungsi tersebut. Dampak terhadap hilangnya nilai jasa lingkungan dan manfaat lingkungan bagi
masyarakat. Dampak lanjutan yang timbul adalah terhadap gangguan kesehatan dan biaya eksternal
masyarakat khususnya yang bermukim sekitar pertambangan batubara. Dampak yang timbul merupakan
ekternalitas negatif kegiatan pertambangan terhadap masyarakat. Penelitian yang dilakukan di PTBA
Tanjung Enim tahun 2011 secara survey bertujuan untuk mengidentifikasi jenis gangguan dan upaya yang
dilakukan untuk mengatasi gangguan kesehatan yang dialami masyarakat serta biaya yang dikeluarkan
untuk mengatasi gangguan tersebut. Hasil penelitian ditemukan adanya berbagai jenis gangguan kesehatan
masyarakat , dan ISPA merupakan jenis gangguan kesehatan yang paling banyak dialami masyarakat.
Biaya eksternal kesehatan masyarakat rata-rata per responden yang bermukim sekitar pertambangan
batubara TAL PTBA sebesar Rp 20.794.- Hasil penelitian gangguan dan biaya kesehatan masyarakat yang
timbul sebagai eksternalitas negatif kegiatan pertambangan batubara terhadap masyarakat yang bermukim
sekitar TAL PTBA menjadi keterbaruan novelty dari study ini, dapat digunakan oleh pemerintah,
stakeholders, dan investor tambang untuk menentukan jenis gangguan kesehatan masyarakat dan biaya
kesehatan masyarakat yang timbul sebagai eksternalitas negatif kegiatan pertambangan batubara secara
terbuka..
Kata kunci: Dampak penambangan batubara, jasa lingkungan, gangguan kesehatan masyarakat, biaya
kesehata
Dampak pertambangan batubara terhadap...(Restu J, Rinaldy D, M Suparmoko & Setyo S M)

PENDAHULUAN tahun terakhir mengalami peningkatan


dalam ilmu lingkungan ekonomi dan
Permasalahan lingkungan hidup
pembuatan kebijakan (Fisher, 2008; Daily
adalah hubungan makhluk hidup, khususnya
et.al, 2009).
manusia dengan lingkungan hidup.
Permasalahan lingkungan hidup adalah Menurut Yusgiantoro (2000)
permasalahan ekologi (Soemarwoto, 2004). kegiatan pertambangan batubara
Istilah ekologi pertama kali digunakan oleh menyebabkan pencemaran atau polusi udara
Haeckel (Haeckel, 1869 dalam Odum, dan merupakan eksternalitas negatif yang
1983). Ekosistem terbentuk oleh komponen berdampak terhadap gangguan kesehatan
biotik dan abiotik. Masing-masing masyarakat. Merujuk pada apa yang telah
komponen itu mempunyai fungsi. Oleh dikemukakan oleh Yusgiantoro, maka riset
karenanya nilai-nilai ekologi memberikan ini dilakukan untuk mengetahui gangguan
manfaat karena adanya fungsi dari kesehatan apa saja yang di alami oleh
komponen ekosistem tersebut. masyarakat yang bermukim di sekitar
pertambangan batubara. Tambang Air Laya
Jasa lingkungan sebagai sebuah
PT Bukit Asam Tanjung Enim Sumatera
produk dari sistem ekologi (ekosistem)
Selatan.
mempunyai peranan penting dalam
menyediakan lingkungan hidup yang Kesehatan yang baik tidak mungkin
berkelanjutan untuk mendukung kehidupan terdapat di masyarakat apabila lingkungan
manusia (Curties, 2004). Ekosistem dimana masyarakat berada tidak sehat atau
menyediakan barang dan jasa yang tercemar. Kegiatan atau aktivitas apapun
memenuhi kebutuhan manusia baik yang dilakukan termasuk kegiatan
langsung maupun tidak langsung (Groot, pertambangan batubara akan menimbulkan
2002). Alam memiliki nilai yang terkait dampak bagi lingkungan dan kesehatan
dengan keberadaannya, baik nilai intrinsik masyarakat. Hal ini ditunjukkan dari hasil
maupun nilai ekstrinsik. Kedua nilai ini penelitian sebelumnya yang dilakukan
melekat pada alam yang dikenal dengan Castleden (1993) terhadap dampak kegiatan
istilah jasa lingkungan (enviromental pertambangan batubara Osmington Western
services). Secara intrinsik jasa lingkungan Australia terhadap lingkungan dan
lebih bersifat atroposentris artinya sesuatu kesehatan masyarakat. Menurut Casteleden
yang disediakan oleh ekosistem atau terdapat keterkaitan yang erat antara
lingkungan yang bermanfaat bagi manusia kegiatan pertambangan batubara,
(Constanza et.al, 1997; Turner et.al, 2003; lingkungan, dan kesehatan masyarakat.
Daily, 2009). Namun masyarakat tidak pernah menyadari
hal ini, dan arti dari sebuah kesehatan
Nilai jasa lingkungan daripada alam
ataupun hidup sehat dan lingkungan yang
selain sebagai penyedia sumberdaya bahan
sehat, dan cenderung baru sadar dan
mentah seperti kayu, bahan galian tambang,
menyadari setelah manusia tersebut
air baku, penahan erosi, pengatur tata air
mengalami satu penyakit atau gangguan
juga sebagai penyerap karbon. Oleh
kesehatan. Utamanya apabila penyakit atau
karenanya jasa lingkungan juga
gangguan kesehatan yang di alami tersebut
mempengaruhi kesejahteraan manusia
sudah lama (untuk kurun waktu yang lama).
dengan demikian bernilai bagi masyarakat
(Slootweg et.al, 2006). Namun disisi lain Data yang diperoleh dari Dinas
terancamannya kelestarian lingkungan Kesehatan Kabupaten Muara Enim tahun
akibat kegiatan manusia yang merugikan 2010 ISPA dan Diare adalah penyakit yang
dapat mengakibatkan fungsi lingkungan paling banyak di alami oleh masyarakat
berkurang/hilang (Moersidik, 2009). Kabupaten Muara Enim. Jumlah penderita
Eksploitasi sumber daya alam seperti penyakit ISPA di Kabupaten Muara Enim
logging, penambangan, penangkapan ikan tahun 2010 yang terbanyak adalah pada
merupakan salah satu penyebab langsung rentang Juli-Oktober (jumlah penderita
terjadinya kerusakan fungsi ekosistem 1119-1450). Demikian pula halnya dengan
(Haeruman, 2005 dalam Moersidik, 2009). kejadian diare jumlah penderita 889-1148
Konsep jasa lingkungan dalam beberapa Rentang ini merupakan periode terjadinya
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 12 No 1,Maret 2013 : 252 – 258

musim kemarau karena pada musim BAHAN DAN CARA


kemarau frekuensi turun hujan sangat kecil
Lokasi Penelitian
dan cenderung tidak hujan sama sekali.
Udara yang panas di musim kemarau PTBA berdiri tahun 1981, dan
mengakibatkan jalanan menjadi berdebu, sekarang sebagai perusahaan tambang
dan debu tersebar kemana-mana, sehingga batubara ke 6 terbesar di Indonesia. PTBA
dapat dengan mudah terhirup oleh pada 23 Desember 2002 mencatatkan diri
masyarakat atau penduduk. sebagai perusahaan publik di Bursa Efek
Indonesia dengan kode PTBA. Wilayah KP
Hasil penelitian ini dapat
PT. Bukit Asam (Persero), Tbk terletak pada
memberikan masukan pada semua pihak
posisi 103 45’ BT- 103 50’ BT dan 3 42’
khususnya perusahaan pertambangan
batubara mengenai dampak negatif 30’’ LS- 4 47’ 30’’ LS atau garis bujur
gangguan kesehatan masyarakat dan biaya 9.583.200- 9.593.200 dan lintang 360.600 -
eksternal yang ditimbulkannya dengan 367.000 dalam sistem koordinat
adanya kegiatan pertambangan batubara. internasional
Diharapkan perusahaan pertambangan Penelitian ini dilakukan di
batubara lebih meningkatkan upaya- Pertambangan batubara PT. Bukit Asam
upayanya dalam rangka memperkecil polusi (Persero) yang terdiri atas 3 blok
udara antara lain dengan mensegerakan penambangan yaitu Tambang Air Laya
untuk melakukan penghijauan kembali pada (TAL), Tambang Bangko Barat (TBB), dan
lahan-lahan kosong bekas tambang batubara. Tambang Muara Tiga Besar (MTB).
Penelitian ini difokuskan pada Blok TAL
yang terletak di Kecamatan Lawang Kidul,
Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera
Selatan (Gambar 1).

103o34’53,7”BT 103o44’37,8”BT

3o47’49,8”LS
3o48’21,7”LS

LEGENDA

Daerah Penelitian

Jalan Raya

Sungai

Batas Pulau

■ Ibikota Propinsi

Gambar 1 Lokasi Penelitian


Sumber: Satuan kerja perencanaan lingkungan PTBA, 2010

Sumberdaya batubara PTBA sekitar reserved (cadangan tertambang) sebesar


7,29 milyar ton dan dengan minable 1,99 milyar ton (PTBA, 2008).
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 12 No 1,Maret 2013 : 252 – 258

Pemanfaataan sumberdaya alam batubara di Menurut Sukandarrumidi, (2002), pada cara


TAL PTBA menggunakan metode tambang ini, siapa yang akan diambil sebagai anggota
terbuka secara continus mining dengan alat sampel diserahkan pada pertimbangan
Bucket Wheel Excavator (BWE), sedangkan pengumpul data yang berdasarkan atas
sarana pengangkutan batubara menggunakan pertimbangannya sesuai dengan maksud dan
sistem perkereta apian. Dua hal ini tujuan penelitian.
menjadikan TAL PTBA sebagai satu-
Penetapan sample secara purposive
satunya pertambangan batubara di Indonesia
sampling berdasarkan pertimbangan: (1)
yang menggunakan sistem tersebut dan
Pada berapa lama blok tambang di
menjadi keunikan dari PTBA.
pertambangan batubara PTBA sudah
ditambang dan sudah direklamasi; dicari
blok yang sudah paling lama ditambang dan
Teknik Pengumpulan Data
yang sudah paling lama direklamasi,
Penelitian di bidang lingkungan di sehingga dapat diketahui pengaruh sebaran
lokasi TAL PTBA tahun 2011 secara survey dampak yang timbul dari kegiatan tersebut
langsung ke lapangan pertambangan terhadap lingkungan; (2) Masyarakat yang
batubara TAL PTBA Tbk dilakukan untuk bermukim di bagian hilir yang terkena
memverifikasi data sekunder yang pengaruh sebaran dampak langsung dari
dikumpulkan secara studi institusional. kegiatan TAL PTBBA.
Survey institusional dilakukan dengan
Metode penelitian secara kuantitatif
mendatangi institusi–institusi terkait dengan
dengan menghitung biaya kesehatan
studi ini baik di Pusat (Kementerian)
masyarakat yang timbul sebagai
maupun di Daerah (Dinas) .
eksternalitas negatif kegiatan pertambangan
Pengumpulan data primer dengan batubara terhadap masyarakat yang
melakukan pengamatan langsung terhadap bermukim sekitar pertambangan batubara.
dampak yang timbul sebagai eksternalitas Metode analisis menggunakan analisis
kegiatan pertambangan batubara terhadap deskriptif terhadap eksternalitas yang timbul
lingkungan hidup dan masyarakat, akibat adanya kegiatan pertambangan
melakukan penyebaran kuesioner dan batubara terhadap ganguan dan biaya
wawancara terhadap 198 masyarakat yang kesehatan masyarakat yang bermukim
bermukim sekitar pertambangan batubara sekitar pertambangan batubara.
TAL PTBA atas 6 jenis pekerjaan
responden.
HASIL
Populasi dan sample penelitian
terdiri atas: (1) 3 blok tambang yang ada di Dampak Kegiatan Pertambangan
lokasi pertambangan batubara PTBA yaitu Batubara terhadap Gangguan Kesehatan
Tambang Air Laya (TAL), Tambang Masyarakat yang Bermukim Sekitar
Bangko Barat ((TBB), dan Tambang Muara TAL PTBA
Tiga Besar (MTB) sebagai populasi
Gangguan kesehatan yang di alami
penelitian dan blok TAL sebagai sampel
oleh masyarakat yang bermukim di sekitar
penelitian; (2) Masyarakat yang bermukim
pertambangan batubara TAL PTBA berupa
sekitar pertambangan batubara TAL PTBA
Gatal-gatal, diare/mencret, mual, pusing,
sebagai populasi penelitian, dan masyarakat
pilek, batuk-batuk, dan susah bernafas/sesak
yang terkena dampak langsung dan
nafas (ASMA) disajikan Tabel 1.
bermukim di bagian hilir PTBA sebagai
sampel penelitian. Sampel penelitian
ditetapkan secara purposive sampling.
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 12 No 1,Maret 2013 : 252 – 258

Tabel 1. Gangguan Kesehatan Masyarakat Berdasarkan Jenis Pekerjaan Responden


Jenis pekerjaan responden
Jenis Karyawan Non
Pekebun Karyawan PTBA Wiraswasta PNS ABRI
Gangguan PTBA
Kesehatan Fr Fr Fr Fr Fr
Per Fr
Masyara e Persen ek ek ek Persen Persen ek
sen ek Persen
kat ku (%) u Persen (%) u u (%) (%) u
(%) ue (%)
en en en en en
nsi
si si si si si
Gatal-gatal

2 1,1 2 0,7 1 0,3 1 0,7 1 1,2 0 0,0


Diare

4 2,2 2 0,7 4 0,9 2 1,4 3 3,5 1 0,3


Mual 4 2,2 1 0,3 5 1,1 5 3,5 1 1,1 6 2,1
Pusing
11 6,0 8 2,9 25 5,8 6 4,3 7 8,3 15 5,4
Batuk –
batuk
ISPA) 16 8,7 22 8,0 43 10 14 10 5 5,9 27 9,6
Pilek
19 10 25 9,1 0 0,0 9 6,4 8 9,5 24 8,5
sesak nafas
(ASMA)

0,
0,0 0,0 2 0,0 2
0,0 0 0,0 0,0 1,4 0,0 0,7
Jumlah 56 30 60 21 0 0,2 9 27 25 29 75 26
Sumber: Hasil penelitian disertasi, 2011

Distribusi jenis gangguan kesehatan Tambang Air Laya PTBA, salah satu
masyarakat sebagaimana disajikan pada penyebab gangguan kesehatan yang dialami
Tabel 1 di atas memperlihatkan, jika responden berasal dari debu yang timbul
gangguan kesehatan masyarakat yang paling pada saat operasi penggalian dan
banyak dialami responden yang utama pengangkutan batubara, dimana debu-debu
adalah batuk-batuk (ISPA), kemudian tersebut terkonsentrasi di udara, utamanya di
diikuti pilek. Responden terbanyak yang saat musim kemarau. Hasil wawawancara
mengalami jenis gangguan kesehatan berupa ini sejalan dengan hasil obsservasi di
batuk-batuk berasal dari kelompok lapangan.
wiraswasta (10%), kemudian dikuti
Polusi udara sebagai dampak
responden karyawan non PTBA (9,6%), dan
lingkungan akibat kegiatan pertambangan
responden karyawan PTBA (8%).
batubara yang menimbulkan eksternalitas
Berdasarkan wawancara terhadap negatif terhadap masyarakat yang bermukim
masyarakat yang bermukim pada radius 200 sekitar pertambangan batubara tampak pada
meter dari kegiatan operasi penambangan Gambar 3.1.

Polusi Udara

(a) (b) (c)


Polusi udara
Sumber: a. Dokumentasi Disertasi, 2011; b. Claire, 2011; c. Suparmoko dkk dalam RM UI, 2011

Gambar 3. 1. Polusi Udara Sebagai Dampak Lingkungan Pertambangan Batubara Akibat


Hilangnya Fungsi Serapan Karbon Kawasan Hutan
Dampak pertambangan batubara terhadap...(Restu J, Rinaldy D, M Suparmoko & Setyo S M)

Upaya yang Dilakukan Responden yaitu membeli obat di warung, berobat ke


Mengatasi Gangguan Kesehatan yang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas),
Dialami berobat ke dokter, dan membiarkan saja
ganggauan kesehatan yang dialaminya.
Untuk mengatasi gangguan
kesehatan yang dialaminya, responden dari Berobat ke Puskesmas adalah upaya
berbagai jenis pekerjaan melakukan upaya yang paling banyak dilakukan responden
sebagaimana yang tampak pada Tabel 2. (34,3%), dan upaya ini dengan responden
Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa untuk terbanyak yang melakukannya adalah
mengatasi gangguan kesehatan yang responden yang berasal dari kelompok
dialaminya, responden melakukan upaya pekebun (18,2%).

Tabel 2. Upaya yang Dilakukan Responden untuk Mengatasi Gangguan Kesehatan


Kar Total
Peke PNS ABRI
Karyawan Yaw res Persen
Upaya mengatasi bun Wiraswasta
PTBA anon pon
gangguan kesehatan
PTB den (%)
A
Membeli obat warung 12 0 3 3 0 12 30 15,2
Berobat ke puskes
8 7 14 13 11 15 68 34,3
mas
Berobat ke dokter 0 16 28 3 1 1 49 24,7
Membiar
16 5 9 7 4 10 51 25,8
kan saja
Total 36 28 54 26 16 38
198 100
Persen (%) 18,2 14,1 27,3 13,1 8,1 19,2
Sumber: Hasil penelitian disertasi, 2011

Berdasarkan wawancara yang telah Biaya Eksternal Kesehatan Masyarakat


dilakukan baik terhadap masyarakat, dan Harapan Masyarakat Terhadap
maupun petugas Puskesmas Kecamatan PTBA untuk Mengurangi Gangguan
Lawang Kidul, dan Muara Enim untuk Kesehatan Masyarakat
sekali berobat ke Puskesmas hanya
Hasil penelitian ini menemukan
memerlukan biaya sebesar Rp 3,000,- (tiga
biaya kesehatan masyarakat rata-rata per
ribu rupiah), yaitu dengan membeli karcis
responden yang bermukim sekitar
atau tiket pendaftaran untuk berobat. Biaya
pertambangan batubara TAL PTBA adalah
sebesar ini menunjukkan jika biaya yang
sebesar Rp 20.794.-
dikeluarkan masyarakat sangat murah yang
dapat dijangkau oleh masyarakat. Sedangkan sebaran jumlah
responden berdasarkan upaya mengatasi
gangguan kesehatan dapat dilihat pada Tabel
3.
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 12 No 1,Maret 2013 : 252 – 258

Tabel 3. Biaya Gangguan Kesehatan Responden Masyarakat yang Bermukim Sekitar TAL
PTBA Tahun 2011
Kar
Peke yaw PNS ABRI Kar
Wirasw Total
Upaya mengatasi gangguan Biaya bun an Yawa
asta responden
kesehatan (Rp) PTB non
A PTBA

Membeli obat warung 3000 12 0 3 3 0 12 30


Berobat ke puskes 3.001 –
Mas 10.000.- 8 7 14 13 11 15 68
Berobat ke dokter 50.001-
100.000 0 16 28 3 1 1 49
Sub total
147
Membiar -
kan saja 16 5 9 7 4 10 51
Sub total
Total 36 28 54 26 16 38 198
Sumber: Olahan data primer disertasi. 2011

Harapan masyarakat yang penghijauan di lahan yang kosong (PTBA,


bermukim sekitar pertambangan batubara 2011).
terhadap PTBA untuk mengatasi dampak Penyerapan Karbon Tanaman Hutan
gangguan kesehatan di masyarakat. Tropis (Wasrin, 2005). Penelitian Dephut (2007)
Distribusi sebesar 52, 53 % dari 198 menunjukkan kemampuan hutan merosot karbon
responden masyarakat berpendapat perlu sebesar 27 ton C/ha. Tipe vegetasi, serapan
bagi PTBA untuk mensegerakan karbon, serapan karbondioksida disajikan
Tabel 4.

Tabel 4. Tipe Vegetasi, Serapan Karbon, Serapan Karbondioksida


disajikan
Serapan
Tipe Vegetasi
C (ton/ha) CO2 (ton/ha)
Hutan 15,9 58, 2756
Perkebunan 14,3 52,3952
Semak 0,9 3,2976
Rumput 0,9 3,2976
Sumber: Imperson et, al, 1993 dalam Riswandi, 2007

PEMBAHASAN Tabel 1 memperlihatkan, jika gangguan


kesehatan masyarakat yang paling banyak
Berbagai polusi yang yang dialami responden adalah batuk-batuk
dihasilkan oleh kegiatan industri seperti (ISPA), kemudian diikuti pilek. Responden
polusi udara merupakan eksternalitas negatif terbanyak yang mengalami jenis gangguan
suatu industri. Demikian juga kegiatan kesehatan berupa batuk-batuk berasal dari
industri pertambangan batubara,
kelompok wiraswasta kemudian dikuti
menimbulkan dampak pencemaran udara responden karyawan non PTBA dan
atau polusi udara. Udara yang tercemar responden karyawan PTBA .
menyebabkan udara menjadi kotor atau
tidak bersih. Lebih lanjut udara yang kotor Selain ke dua penyakit tersebut
ini dapat menimbulkan dampak yaitu adanya ASMA merupakan salah satu jenis
gangguan terhadap kesehatan masyarakat. gangguan yang timbul di masyarakat yang
bermukim di sekitar pertambangan batubara
Distribusi jenis gangguan kesehatan TAL PTBA Indonesia. Hasil penelitian di
masyarakat sebagaimana disajikan pada atas sejalan dengan penelitian Halliday, et,
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 12 No 1,Maret 2013 : 252 – 258

al (1993) menemukan asma (penyakit pembangunan akan meningkatkan kualitas


gangguan pernafasan) sebagai jenis hidup manusia dengan meningkatnya
gangguan kesehatan masyarakat yang timbul pendapatan masyarakat. Di sisi lain,
sebagai eksternalitas kegiatan pembangunan juga bisa menurunkan
pertambangan batubara akibat polusi udara kesehatan masyarakat dikarenakan
dan gangguan kesehatan masyarakat. Michel pencemaran yang ditimbulkan industri baik
& Ahem (2010) menemukan kanker sebagai udara, air, maupun tanah.
dampak pertambangan batubara
Industri yang dilakukan di sektor
Mountaintop terhadap masyarakat yang
pertambangan juga menimbulkan dampak
bermukim sekitar pertambangan batubara
pencemaran terhadap udara, air dan tanah.
Mountaintop di Appalachia West Virginia.
Raden et al. (2010) menyebutkan bahwa
Michel, et, al, (2011) menemukan adanya
pertambangan di wilayah Kutai Kartanegara
hubungan antara kualitas hidup dengan
membawa dampak negatif terhadap
gangguan kesehatan.
lingkungan, yang secara persentase
Berobat ke Puskesmas adalah upaya ditunjukan pada air sungai menjadi keruh
yang paling banyak dilakukan responden (19,19%) dan terendh pada lubang tambang
dan upaya ini dengan responden terbanyak tanpa ditutup (8,58%)
yang melakukannya adalah responden yang
Berdasarkan hasil penelitian di atas,
berasal dari kelompok pekebun. Hal ini
keruhnya air sungai merupakan dampak
dapat di maklumi, karena biaya yang
dengan persentase tertinggi, diikuti dengan
diperlukan untuk membeli obat diwarung,
peningkatan debu, peningkatan kebisingan,
dan untuk sekali berobat ke Puskesmas
terjadinya banjir dan rusaknya jalan umum.
terbilang murah dan dapat dijangkau
masyarakat. Keterbatasan keuangan Pertambangan mengancam
sepertinya menjadi salah satu penyebabnya. kesehatan dengan berbagai cara:
Upaya lain yang dilakukan 1. Debu, tumpahan bahan kimia, asap-asap
responden adalah dengan membiarkan saja yang beracun, logam- logam berat dan
gangguan kesehatan yang di alaminya. radiasi dapat meracuni penambang dan
Tidak begitu diketahui mengapa responden menyebabkan gangguan kesehatan
melakukkan upaya ini. Informasi ini tidak sepanjang hidup mereka, seperti terkena
diperoleh dikarenakan, wawancara yang penyakit kulit, penyakit kanker dsb.
dilakukan tidak sampai kepada hal tersebut. 2. Mengangkat peralatan berat dan bekerja
Namun menurut penulis, bisa jadi dengan posisi tubuh yang janggal dapat
dikarenakan, gangguan kesehatan yang di menyebabkan luka-luka pada tangan,
alami responden, dianggap sebagai hal biasa kaki, dan punggung.
saja. Untuk jangka pendek tentunya belum
terasakan dampaknya, namun tidak 3. Penggunaan bor batu dan mesin-mesin
demikian untuk jangka panjang. Responden vibrasi dapat menyebabkan kerusakan
tidak berfikir untuk jangka panjang atau pada urat syaraf serta peredaran darah,
waktu yang lama, bahwa gangguan dan dapat menimbulkan kehilangan
kesehatan tersebut jika dibiarkan akan rasa, kemudian jika ada infeksi yang
membahayakan kesehatan mereka. sangat berbahaya seperti gangrene, bisa
mengakibatkan kematian.
Sebagian besar responden yang
berjenis pekerjaan PNS, karyawan PTBA, 4. Bunyi yang keras dan konstan dari
dan berwiraswasta, melakukan upaya peralatan dapat menyebabkan masalah
dengan berobat ke dokter. Hal ini juga dapat pendengaran, termasuk kehilangan
dimaklumi, adanya kecenderungan salah pendengaran,
satu faktor yaitu keuangan atau pendapatan 5. Jam kerja yang lama di bawah tanah
responden menjadi alasan mengapa upaya dengan cahaya yang redup dapat
ini yang dipilih responden. merusak penglihatan,
Perkembangan ekonomi di 6. Bekerja di kondisi yang panas terik
Indonesia menitik beratkan pada tanpa minum air yang cukup dapat
pembanngunan sektor industri. Di satu sisi, menyebabkan stress, kepanasan. Gejala-
Dampak pertambangan batubara terhadap...(Restu J, Rinaldy D, M Suparmoko & Setyo S M)

gejala dari stress, kepanasan berupa Subtansi CDM yang dimaksudkan


pusing-pusing, lemah, dan detak jantung dalam tulisan ini adalah kegiatan serapan
yang cepat, kehausan yang sangat, dan karbon oleh pepohonan yang ada di hutan
jatuh pingsan. bukan pada perdagangan karbon atau
mekanisme pasar karbon. Kegiatan
7. Pencemaran air dan penggunaan
penyerapan karbon sangat terkait erat
sumberdaya air berlebihan dapat
dengan masalah pemanasan global. Melalui
menyebabkan banyak masalah-masalah
pendekatan ekosistem, yaitu pada
kesehatan.
kemampuan tumbuhan untuk menyerap
8. Lahan dan tanah menjadi rusak CO2, masalah pemanasan global yang
menyebabkan kesulitan pangan dan disebabkan karbondiokasida dapat dicegah
kelaparan. dan dikendalikan.
9. Pencemaran udara dari pembangkit Hilangnya vegetasi hutan pada
listrik dan pabrik-pabrik peleburan yang kegiatan pembersihan lahan tambang (land
dibangun dekat dengan daerah clearing) menimbulkan dampak pada
pertambangan dapat menyebabkan penurunan kemampuan kawasan hutan
penyakit-penyakit yang serius. untuk menyerap karbon, dan adanya karbon
yang terlepas ke atmosfer. Kegiatan untuk
menyerap karbon sebesar-besarnya pada
Terlihat di atas bahwa dengan kegiatan revegetasi lahan bekas tambang
berbagai cara kegiatan pertambangan dapat adalah suatu keharusan agar kawasan yang
mengancam kesehatan. Tentunya untuk dihutankan tersebut dapat menyerap
mengatasi atau mengurangi ancaman karbondioksida dan dapat menekan
tersebut dapat dilakukan, salah satunya pemanasan global. Kegiatan penanaman
adalah saat bekerja di bawah panas pohon-pohonan untuk menyerap
matahari, minum air bersih sebanyak karbondioksida sebesar-besarnya pada
mungkin dan beristirahatlah di tempat teduh. kegiatan reklamasi tambang akan
memperbaiki fungsi lingkungan,
keberlanjutan secara ekonomi, sosial dan
Gangguan Kesehatan masyarakat dan lingkungan (Witoro, 2007).
kegiatan Serapan Karbon
Penyerapan karbon dari tanaman
Clean Development Mechanism cepat tumbuh (contoh: sengon) berkisar
(CDM) atau Mekanisme Pembangunan antara 19,51– 85,27 ton C/ha (Soemarwoto,
Bersih adalah cara pembangunan yang tidak 2001 dalam Krisfianti & Mega, 2007).
hanya memperhatikan pertumbuhan
ekonomi tetapi juga kebersihan udara, Sumber dampak yang menyebabkan
pelestarian lingkungan serta pembangunan timbulnya gangguan kesehatan masyarakat
yang berkelanjutan (CIFOR, 2009). adalah kegiatan produksi batubara dan
tingkat produksi batubara. Tingkat produksi
Menurut penulis terdapat tiga batubara Mountaintop meningkatkan
variabel kunci pada pengertian CDM di atas persentase gangguan kesehatan masyarakat
yaitu kebersihan udara, pelestarian yang bermukim di Appalachia (Hendryx dan
lingkungan serta pembangunan yang Ahem, 2008).
berkelanjutan. Ketiga variabel kunci tersebut
mengindikasikan pada fungsi dari hutan Hasil penelitian Zuligh dan Hendryx
sebagai penyerap karbon dan penyedia (2011) menemukan adanya hubungan antara
sumber bahan mentah. kualitas hidup dan kesehatan masyarakat
yang bermukim di sekitar pertambangan
batubara Mountaintop Appalachia West
Virginia. Sampai saat ini penulis belum
menemukan penelitian yang terkait dengan
dampak kegiatan pertambangan batubara
Indonesia terhadap gangguan kesehatan
masyarakat dan biaya eksternal yang
ditimbulkannya,
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 12 No 1,Maret 2013 : 252 – 258

Biaya Eksternal Kesehatan Masyarakat maka kawasan hutan dapat bervegetasi


yang Bermukim Sekitar Pertambangan kembali, sehingga kemampuan serapan
Batubara karbon kawasan hutan dapat pulih dan
kawasan hutan dapat menyerap kembali
Kegiatan apapun yang dilakukan
karbon yang terlepas di atmosfer dan
termasuk kegiatan pertambangan batubara
menyerap debu yang bertebaran di udara
selain menimbulkan dampak bagi
karena sudah ada media penyerapnya.
lingkungan juga menimbulkan gangguan
Dengan demikian pencemaran udara dapat
dan biaya kesehatan masyarakat. Pilihan
berkurang, dan udara kembali menjadi
bijak yang dapat dilakukan atas gangguan
bersih. Udara yang bersih dapat mengurangi
kesehatan dan biaya yang harus dikeluarkan
gangguan terhadap kesehatan yang ada di
oleh masyarakat yang bermukim sekitar
masyarakat dan selanjutnya dapat
pertambangan batubara atas dampak
meningkatkan kualitas kesehatan dan
kegiatan yang tidak dilakukannya adalah
kualitas hidup masyarakat yang bermukim
dengan memberikan perlindungan terhadap
sekitar pertambangan batubara.
masyarakat. Bentuk perlindungan tersebut
adalah dengan memperhitungkan dan
menginternalkan biaya kesehatan
masyarakat ke dalam biaya produksi UCAPAN TERIMAKASIH
kegiatan pertambangan batubara secara Penulismenyampaikan terimakasih
terbuka. kepada Prof. Dr. Haryoto Kusnoputranto,
Hal tersebut didasarkan pada SKM. Dr. PH, Ketua Program Studi Ilmu
pertimbangan apakah masyarakat yang Lingkungan Program Pasca Sarjana
harus menanggung biaya atas dampak Universitas Indonesia Direksi dan
kegiatan yang tidak dilakukannya atau Management PTBA periode tahun 2007-
2012, khususnya Bapak Ir Mahbub Iskandar
dilakukan oleh pihak lain. Pemerintah dan
(Alm) selaku Direktur Umum dan Sumber
bisnis usual usaha pertambangan batubara
daya manusia PTBA , reviewer,dan semua
tentunya tidak hanya mengambil manfaat
pihak yang telah membantu.
yang timbul sebagai manfaat pertambangan
batubara tetapi juga harus memperhitungkan
kerugian yang timbul terhadap masyarakat
sebagai eksternalitas negatif kegiatan DAFTAR PUSTAKA
pertambangan batubara secara terbuka Asia securities. (2009). Sektor Batubara 2009.
akibat hilangnya manfaat lingkungan bagi Industry Research, 1(4)
masyarakat yang bermukim sekitar Castleden, W.M. (1993). Coal Mining, The
environment and health. Australia, EPA.
pertambangan batubara secara terbuka. Claire, D. (2011). Mountain removal in Appalachia,
Hilangnya tutupan vegetasi kawasan Submitted as coursework for PH240.
Stanford University.
hutan selain menyebabkan hilangnya Contanza, R, et,al. (1997). The value of the world’s
kemampuan hutan menyerap karbon hingga ecosystem services and natural capital,
karbon terlepas ke udara dan mengakibatkan Nature, 387 pp. 253-256.
udara menjadi tidak bersih, khususnya pada Daily, G,C, et,al (2009). Ecosystem services in
decision making : time to deliver. Frointiers
musim kemarau. in ecology, 7(1) pp. 21-28.
Sebagaimana halnya di De Groot, (2002), The dynamics and value of
ecosytem services: inegrating economics
pertambangan batubara TAL PTBA, pada and ecological persypectives a typology for
musim kemarau dikarenakan tidak adanya the classification, description and valuation
pepohonan yang dapat menahan dan of ecosytem functions, good and services.
menyerap debu di lokasi penambangan TAL Jurnal ecological economics, 41 pp. 393-
408.
PTBA, mengakibatkan debu yang timbul Dinas Kesehatan Kabupaten Muara Enim. (2010).
pada saat pengangkutan menjadi bertambah Laporan sepuluh jenis penyakit di
banyak, dan bertebaran di udara sehingga Puskesehatan masyarakat Tanjung dan
udara menjadi semakin tercemar. Puskesehatan masyarakat Muara Enim,
Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera
Dengan adanya harapan terbesar Selatan. Muara Enim, Dinas Kesehatan
dari masyarakat terhadap PTBA tersebut Kabupaten Muara Enim.
Dampak pertambangan batubara terhadap...(Restu J, Rinaldy D, M Suparmoko & Setyo S M)

Fisher, B, et,al. (2008). Ecosystem services: Riswandi. (2007). Analisis serapan karbon, laporan
classification for valuation. Ecological tata ruang terbuka hijau Provinsi Riau.
Application, 141 pp. 1167-1169. Riau, Pemprov Riau.
Haeruman, H (2009a). Sumber alam dan jasa Salim, E (2000). Merenungi bumi dan kembali ke
lingkungan hidup untuk kesejahteraan jalan lurus, Esai-esai 1966-99. Jakarta,
manuasia, Bahan kuliah, Jakarta, PSIL UI. Alvabet.
Halliday, A., Henry,R.L., Hankin, R.G., Hensley, M.J. Salim, E (2010), Ratusan bangsa merusak satu bumi,
(1993). The impacts of air pollution from Jakarta, Kompas, Gramedia.
coal mining, Journal of Epidemiology and Slootweg, R. (2006). Biodiversity assessment
Community Health, 47 pp. 282‐286. Framework: making biodiversity of
Hendryx, M & Ahem, M. (2008). Relations between corporate social responsibility. Impact
health indicators and residential proximity to Assesment Project Apprasial.
coal mining in West Virginia. American Soemarwoto, O. (2004). Ekologi, lingkungan hidup
Journal of Public Health, 98(4). dan pembangunan, Jakarta, Djambatan.
Hendryx, M, & Ahem, M (2009). Mortality in Sukandarrumidi (2006). Metodologi penelitian.
Appalachian coal mining regions: the value Cetakan Ketiga. Yogyakarta, Gajahmada
of statistical life lost. The Journal Public University. Suparmoko, M. & Waluyo
Health Reports. The July-August. (2003). Natural resourcing and
Hufschmidt, M, et,al. (1992). Lingkungan, sistem environmental accounting. Proceeding
alami dan pembangunan: pedoman Natural Resourcing And Environmental
penilaian ekonomis. Cetakan Kedua, Accounting Purwokerto. Yogyakarta,
Yogyakarta, Gajah Mada University. BPFE.Suparmoko, M., Setyo, S.M., &
Krisfianti, L,G & Mega, L. (2007). Biaya transaksi Juniah, R. (2011). Studi banding
dalam perolehan sertifikat penurunan pacsatambang batubara Wilpinjong di
emisi CDM kehutanan. Jurnal Penelitian Mudgee NSW Australia. Jakarta, UI.
Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 4(1) pp. Suyartono. (2003). Good Mining Practice (Konsep
93 – 119. tentang Pengelolaan Pertambangan yang
Mangkoesoebroto, G. (1981). Ekonomi publik. Baik dan Benar). Jakarta, PT. Menara Bumi.
Yogyakarta, BPFE Wasrin. (2005). . Makalah Seminar Nasional Hutan
Moersidik, S,S. (2009). Pemanfaatan sumberdaya Tropis. Jakarta.
alam berkaidah kelestarian lingkungan. Wirakesuma, S. (2003). Mendambakan kelestariaan
Paper di presentasikan pada Seminar sumberdaya hutan: bagi sebesar-besarnya
Pengaruh Menyusutnya SDA Terhadap kemakmuran rakyat: suatu telaah ekonomi.
Potensi Konflik & Kemiskinan di Kalbar. Jakarta, Universitas Indonesia.
Odum, E,P (1983). Basic ecology. Tokyo, Saunders Yusgiantoro, P. (2000). Ekonomi energi: teori dan
College Publishing. praktek. Cetakan Pertama. Jakarta, LP3ES.
Perusahaan Tambang Batubara PT Bukit Asam (2005- Zullig, K.J. & Hendryx, M. (2011). Washington of
2009). Annual report PTBA. [internet]. health-related quality of life among central
Tersedia dari Appalachian residents in Mountaintop
<http:/www.PTBA.co.id>[accessed 14 Mei mining countries. American Journal of
2011] . Public Health, May.
Raden, I., Pulungan, M.S., Dahlan, M., Thamrin.
(2010). Kajian Dampak Pertambangan
Batubara terhadap Pengembangan Sosial
Ekonomi dan Lingkungan di Kabupaten
Kutai Kartanegara. Jakarta, Badan
Penelitian & Pengembangan, Kementerian
Dalam Negeri.

También podría gustarte