Está en la página 1de 12

LAPORAN PENDAHULUAN

Sistitis (chystitis)
DI RUANG HCU RSUD BANYUMAS

Disusun Oleh:
TRIAS YUNIARTI
1811040006

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2018/2019
1. Pengertian
Chystitis adalah infeksi yang disebabkan bakteri pada kandung kemih,
dimana akan terasa nyeri ketika buang air kecil (disuria), kencing yang tidak
tuntas, dan demam yang harus dicurigai (Gupte, 2004). Sistitis (chystitis)
merupakan peradangan yangterjadi di kantung urinaria. Biasanya terjadi karena
infeksi oleh bakteri yang masuk ke dalam tubuh (Ferdinand & Ariebowo, 2007).
Chystitis virus dan kimiawi harus dibedakan dari chystitis bakterial berdasarkan
atas riwayat penyakit dan hasil biakan urin. Secara radiografi, ginjal hipoplastik
dan displastik, atau ginjal kecil akibat vaskuler, dapat tampak sama dengan
pielonefritis kronis. Namun, pada yang terakhir ini biasanya terdapat refluks
vesikureter.
Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu cystitis primer dan cystitis
sekunder. Cystitis primer merupakan radang yang mengenai kandung kemih
radang ini dapat terjadi karena penyakit lain, seperti batu pada kandung kemih,
divertikel/ penonjolan mukosa buli, hipertropi prostat dan striktur uretra
(penyempitan akibat dari adanya pembentukan jaringan fibrotik/jaringan parut
pada uretra atau daerah urethra). Sedangkan cystitis sekunder merupakan gejala
yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya
uretritis/peradangan yang terjadi pada uretra dan prostatitis/peradangan yang
terjadi pada prostat (Benson & Pernoll, 2009).
Menurut Taber (1994), cystitis dibedakan menjadi dua, yaitu tipe infeksi
dan tipe non infeksi. Tipe infeksi disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan
parasit. Sedangkan tipe non infeksi disebabkan oleh bahan kimia, radiasi, dan
interstisial (tidak diketahui penyebabnya/ideopatik).

2. Etiologi
Etiologi dari Etiologi dari cystitis berdasarkan jenisnya menurut Taber (1994),
yaitu :
a. Infeksi :
 Bakteri
Kebanyakan berasal dari bakteri Escherichia coly yang secara normal
terletak pada gastrointestinal. Pada beberapa kasus infeksi yang berasal dari
retra dapat menuju ginjal. Bakteri lain yang bisa menyebabkan infeksi
adalah Enterococcus, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, dan
Staphylococcus.
 Jamur
Infeksi jamur, penyebabnya misalnya Candida.
 Virus dan parasit
Infeksi yang disebabkan olehvirus dan parasit jarang terjadi. Contohnya
adalah trichomonas, parasit ini terdapat dalam vagina, juga dapat berada
dalam urin.
b. Non infeksi :
 Paparan bahan kimia, contohnya obat-obatan (misalnya
cyclophosphamide/cytotaxan, Procycox).
 Radio terapi
 Reaksi imunologi, biasanya pada pasien SLE (Systemic Lupus Erytematous)

3. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi untuk chystitis adalah bersetubuh, kehamilan, kandung
kemih neurogenis, keadaan-keadaan obsdtruktif, dan diabetes mellitus
(Tambayong, 2000). Pada umumnya faktor-faktor resiko yang berhubungan
dengan perkembangan infeksi saluran kemih adalah :
a. Wanita cenderung mudah terserang dibandingkan dengan laki-laki.
Faktor-faktor postulasi dari tingkat infeksi yang tinggi terdiri dari urethra dekat
kepada rektum dan kurang proteksi sekresi prostat dibandingkan dengn pria.
b. Abnormalitas struktural dan fungsional mekanisme yang berhubungan
termasuk stasis urin yang merupakan media untuk kultur bakteri, refluks urin
yang infeksi lebih tinggi pada saluran kemih dan peningkatan tekanan
hidrostatik. Contoh : strikur, anomali ketidak sempurnaan hubungan uretero
vesicalis.
c. Obstruksi
Contoh : tumor, hipertofi prostat, calculus, sebab-sebab iatrogenic.
d. Gangguan inervasi kandung kemih
Contoh : Malformasi sum-sum tulang belakang kongenital, multiple sklerosi.
e. Penyakit kronis
Contoh : Gout/asam urat, DM, hipertensi, Penyakit Sickle cell
f. Instrumentasi
Contoh : prosedur kateterisasi.
g. Penggunaan fenasetin secara terus menerus dan tidak pada tempatnya.
4. Patofisiologi
Chystitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara
umum disebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu Escheriachia Coli peradangan
timbul dengan penjalaran secara hematogen ataupun akibat obstruksi saluran
kemih bagian bawah, baik akut maupun kronik dapat bilateral maupun unilateral.
Kemudian bakteri tersebut berekolonisasi pada suatu tempat misalkan pada vagina
atau genetalia eksterna menyebabkan organisme melekat dan berkolonisasi
disuatu tempat di periutenial dan masuk ke kandung kemih.
Kebanyakan saluran infeksi kemih bawah ialah oleh organisme gram
negatif seperti E. Colli, Psedomonas, Klebsiela, Proteus yang berasal dari saluran
intestinum orang itu sendiri dan turun melalui urethra ke kandung kencing. Pada
waktu mikturisi, air kemih bisa mengalir kembali ke ureter (Vesicouretral refluks)
dan membawa bakteri dari kandung kemih ke atas ke ureter dan ke pelvis renalis.
Kapan saja terjadi urin statis seperti maka bakteri mempunyai kesempatan yang
lebih besar untuk bertumbuh dan menjadikan media yang lebih alkalis sehingga
menyuburkan pertumbuhannya.Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran
kemih dapat melalui :
1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat saluran kemih
yang terinfeksi.
2. Hematogen yaitu penyebaran mikroorganisme patogen yang masuk melalui
darah yang terdapat kuman penyebab infeksi saluran kemih yang masuk
melalui darah dari suplai jantung ke ginjal.
3. Limfogen yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening yang disalurkan
melalui helium ginjal.
4. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.
Menurut Tiber (1994), agen infeksi kebanyakan disebabkan oleh bakteri E.
coly. Tipikal ini berada pada saluran kencing dari uretra luar sampai ke ginjal
melalui penyebaran hematogen, lymphogendan eksogen. Tiga faktor yang
mempengaruhi terjadnya infeksi adalah virulensi (kemampuan untuk menimbukan
penyakit) dari organisme, ukuran dari jumlah mikroorganisme yang masuk dalam
tubuh, dan keadekuatan dari mekanisme pertahanan tubuh. Terlalu banyaknya
bakteri yang menyebabkan infeksi dapat mempengaruhi pertahanan tubuh alami
pasien. Mekanisme pertahanan tubuh merupakan penentu terjadinya infeksi,
normalnya urin dan bakteri tidak dapat menembus dinding mukosa bladder.
Lapisan mukosa bladder tersusun dari sel-sel urotenial yang memproduksi mucin
yaitu unsur yang membantu mempertahankan integritas lapisan bladder dan
mencegah kerusakan serta inflamasi bladder. Mucin juga mencegah bakteri
melekat pada selurotelial. Selain itu pH urine yang asam dan penurunan/kenaikan
cairan dari konstribusi urin dalam batas tetap, berfungsi untuk mempertahankan
integritas mukosa, beberapa bakteri dapat masuk dan sistem urin akan
mengeluarkannya.

5. Tanda dan Gejala


Menurut Taber (1994), secara umum tanda dan gejala cystitis adalah :
a. Disuria.
b. Rasa panas seperti terbakar saat kencing.
c. Ada nyeri pada tulang punggung bagian bawah.
d. Urgensi (rasa terdesak saat kencing).
e. Nokturia (cenderung sering kencing pada malam hari akibat penurunan
kapasitas kandung kemih).
f. Pengosongan kanding kemih yang tidak sempurna.
g. Inkontinensia (keluarnya urin tanpa disengaja atau sulit ditahan).
h. Retensi, yaitu suatu keadaan penumpukan urin di kandung kemih dan tidak
mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya.
i. Nyeri suprapubik

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan chystitis
menurut Grace dan Borley (2007) yaitu :
a. Urinalisis dengan makroskopik yaitu urin berwarna keruh dan berbau, dan
dengan mikroskopik yaitu piuria, hematuria, dan bakteriuria. Leukosuria atau
piuria terdapat >5/lapang pandang besar sedimen air kemih dan hematuria 5-10
eritrosit/lpb sedimen air kemih.
b. Kultur Urin, dilakukan untuk mengetahui jenis kuman penyebab infeksi.
c. Sistograf, dilakukan bila pada anamnesa ditemukan hematuria atau peda
pemeriksaan urin ditemukan mikrohematuria, yaitu untuk mengetahui asal dari
perdarahan yang ada.
d. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap (DPL).
e. Sistoskopi hanya jika terdapat hematuria, keganasan batu yang menjadi
penyebab dasar.
f. Jika terdapat obstruksi, scan ultrasonografi ginjal dan kandung kemih, IVU
(kelainan struktural), dan sistoskopi.
Pathway

Infeksi non infeksi

Bakteri jamnur virus dan parasit paparan bahan kimia radio terapi reaksi imunologi

Pertahanan tubuh menurun


Infeksi
Urin dan bakter menembus dinding mukosa bladder
Refluks ke dalam kandung kemih
Infeksi saluran kemih bawah : cystitis Risiko infeksi

Disuria inkontinensia pengosongan kandung retensi urin nyeri tulang nyeri suprapubik
kemih tidak sempurna punggung

Gangguan eliminasi urin nyeri akut


7. Pengkajian
Riwayat tanda dan gejala urinarius didapatkan dari pasien yang diduga
mengalami infeksi traktus urinarius. Adanya nyeri sering berkemih, urgensi, dan
hesistancy serta perubahan dalam urin dikaji didokumentasikan dan dilaporkan.
pola berkemih pasien dikaji untuk mendeteksi faktor predisposisi terjadinya
infeksi traktus urinarius. Pengosongan kandung kemih yang tidak teratur,
hubungan antara gejala infeksi traktus urinarius dengan hubungan seksual,
prakrek kontraseptif, dan hygiene personal dikaji. Pengetahuan pasien tentang
resep medikasi antimicrobial dan tindakan pencegahan juga dikaji. Selain itu, urin
pasien dikaji dalam hal volume, warna, konsentrasi, keabu-abuan dan baau yang
semuanya itu akan beubah dengan adanya bakteri dalam traktus urinarius (Tucker
dkk, 1999).

8. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul pada Pasien dengan Chystitis


a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologi.
b. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan infeksi saluran kemih.
c. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder.
9. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Kriteria hasil Intervensi Rasionalisasi
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji nyeri secara komprehensif 1. Berguna dalam pengawasan
berhubungan selama 3x24 jam diharapkan nyeri meliputi lokasi, intensitas, kefektifan obat, kemajuan
dengan agen hilang/berkurang, dengan kriteria hasil: kualitas, durasi, dan skala penyembuhan, perubahan
cidera biologis. Indikator Awal Target dengan PQRST. dalam karakteristik nyeri.
Pasien mengatakan nyeri 2. Kontrol faktor lingkungan yang 2. Dengan lingkungan yang
hilang/
berkurang.
mempengaruhi nyeri, seperti nyaman rasa nyeri bisa
Skala nyeri suhu ruangan, pencahayaan, dan berkurang.
berkurang/turun kebisingan. 3. Dengan menggunakan
Ekspresi wajah tampak 3. Gunakan komunikasi terapeutik komunikasi terapeutik akan
rileks untuk mengetahui pengalaman mudah menggali pengalaman
Pasien mengerti penyebab
nyeri dan cara dan penerimaan respon pasien pasien terhadap respon nyeri.
Mencegahnya terhadap nyeri. 4. Supaya pasien dapat
TTV dalam batas normal 4. Jelaskan faktor penyebab nyeri. memahami nyerinya dan
Pasien menunjukkan 5. Ajarkan teknik relaksasi dan mengurangi kecemasan.
teknis relaksasi yang
distraksi untuk mengurangi 5. Teknik relaksasi dan distraksi
efektif untuk mengurangi
nyeri nyeri. dapat menurunkan nyeri dan
Keterangan : 6. Ukur Tanda-tanda Vital (TTV) kecemasan.
1 : keluhan ekstrim pasien. 6. Ketika seseorang mengalami
7. Kolaborasi medis untuk nyeri, maka TTV akan
2 : keluhan berat
pemberian analgetik. menigkat.
3 : keluhan sedang
7. Pemberian analgetik yang
4 : keluhan ringan
tepat dapat membantu pasien
5 : tidak ada keluhan
untuk beradaptasi dan
mengatasi nyeri.
Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Ukur dan catat urin setiap kali 1. Untuk mengetahui adanya
eliminasi urin selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat berkemih. perubahan warna dan untuk
berhubungan mempertahankan eliminasi urin secara 2. Anjurkan untuk berkemih mengetahui input/output.
dengan infeksi adekuat, dengan kriteria hasil: setiap 2-3 jam. 2. Untuk mencegah terjadinya
saluran kemih. Indikator Awal Target 3. Palpasi kandung kemih setiap 4 penumpukan urin dalam
Pasien dapat berkemih
jam vesika urinaria.
setiap 3 jam
Pasien tidak kesulitan 4. Bantu pasien ke kamar kecil, 3. Untuk mengetahui adanya
pada saat berkemih memakai pispot/urinal. distensi kandung kemih.
Pasien dapat BAK dengan 5. Bantu pasien untuk 4. Untuk memudahkan pasien di
berkemih mendapatkan posisi berkemih dalam berkemih.
Keterangan :
yang nyaman. 5. Supaya pasien tidak sukar
1 : keluhan ekstrim
6. Melanjutkan terapi sesuai untuk berkemih.
2 : keluhan berat
program untuk pemberian obat. 6.Terapi farmakologis dibutuhkan
3 : keluhan sedang
untuk mengurangi nyeri ketika
4 : keluhan ringan
berkemih dan melancarkan
5 : tidak ada keluhan
eliminasi urin.
Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Ukur TTV dan kaji suhu tubuh 1. Tanda vital menandakan
berhubungan selama 3x24 jam diharapkan risiko infeksi pasien setiap 4 jam dan lapor adanya perubahan di dalam
dengan tidak terjadi, dengan kriteria hasil: jika suhu di atas 38,5oC. tubuh.
ketidakadekuatan Indikator Awal Target 2. Catat karakteristik urin. 2. Untuk mengetahui/mengiden-
pertahanan TTV dalam batas normal 3. Anjurkan pasien untuk minum tifiasi indikasi kemajuan atau
Jumlah leukosit dalam 2-3 liter jika tidak ada kontra penyimpangan dari hasil
sekunder. batas normal
Urin berwarna bening indikasi. yangdiharapkan.
dan tidak bau 4. Anjurkan pasien untuk 3. Untuk mencegah stasis urin
Keterangan : mengosongkan kandung kemih 4. Untuk mencegah adanya
1 : keluhan ekstrim secara komplit setiap kali distensi kandung kemih.
5. Untuk menjaga kebersihan dan
2 : keluhan berat kemih. menghindari bakteri yang
3 : keluhan sedang 5. Berikan perawatan perineal, membuat infeksi uretra.
4 : keluhan ringan pertahankan agar tetap bersih 6. Terapi farmakologis
5 : tidak ada keluhan dan kering. dibutuhkan untuk mencegah
6. Lanjutkan terapi sesuai terjadinya infeksi.
program untuk pemberian
antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA

Benson, R. C., & Pernoll, M. L. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi 9.
Jakarta: EGC.

Ferdinand, F., & Ariebowo, M. 2007. Praktis Belajar Biologi: untuk Kelas XI Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah/Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta:
Visindo.

Grace, P. A., & Borley, N. R. 2007. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta: EMS.

Gupte, S. 2004. Panduan Perawatan Anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Nainggolan, R. A. 2006. Sehat Alami Terapi Jus & Diet: Cara Alami Menaklukkan 99
Jenis Penyakit. Jakarta: Agro Media Pustaka.

NANDA Internasional. 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi.


Jakarta: EGC.

También podría gustarte