Está en la página 1de 3

Analisis jurnal tentang “Premenstrual syndrome in Anand District, Gujarat: A cross‑sectional

survey”

Abstrak:
Pada bagian abstrak peneliti dapat menilai prevalensi dan sejauh mana keparahan sindrom
pramenstruasi (PMS) pada perempuan remaja dan mengidentifikasi asosiasi kemungkinan PMS
dan gangguan dysphoric premenstrual (PMDD) dengan rentang usia, wilayah, kebiasaan
makanan, obesitas, stres, pengaruh genetik, menorrhagia dan dismenorea. Peserta penelitian ini
sebanyak 1702 anak perempuan dilakukan di tiga sekolah, tiga perguruan tinggi dan asrama
perempuan dari Anand, Gujarat, India antara perempuan yang berusia 10-23 tahun. Prevalensi
PMS dan PMDD menggunakan self-administered Premenstrual Symptom Screening Tool For
Adolescent (PSST-A). PMS / PMDD dapat mengurangi efisiensi dan memburuknya kualitas
hidup seseorang. Selain itu, usia lebih rendah pada menarche dan junk food secara signifikan
berkontribusi pada PMDD.
Pendahuluan
Latar belakang penelitian ini yaitu untuk mengedukasi pasien mengenai PMS, PMDD,
dismenorea, menorrhagia dan bagaimana masalah haid dapat mempengaruhi kehidupan mereka.
Premenstruasi syndrome atau sindrom menstruasi adalah sejumlah perunahan psikis
maupun fisik yang terjadi antara hari pertama hingga hari keempat belas sebelum masa haid
dimulai dan akan menghilang setelah menstruasi tiba yang mengganggu aktivitas pekerjaan dan
hubungan sosial. PMS atau gangguan dysphoric pramenstruasi (PMDD) mempengaruhi fungsi
sehari-hari dan tahun kehidupan yang disesuaikan dengan kecacatan (DALY) hilang karena itu
sebanding dengan penyakit utama yang dikenal.

Metodologi
Metodologi penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif yang digunakan untuk
menggambarkan karakteristik awal dan profil klinis dari populasi penelitian. Penelitian ini
dilakukan di tiga sekolah, tiga perguruan tinggi dan asrama perempuan dari Anand, Gujarat,
India antara perempuan yang berusia 10-23 tahun. Peserta akan mengisi kuesioner yang terdiri
dari rincian demografi, riwayat menstruasi, tinggi dan berat badan peserta diukur menggunakan
skoring angket dari PSST-A. Selanjutnya untuk memudahkan proses input dan analisis data,
peneliti mengadaptasi kategori PMS Berat/PMDD menjadi PMS Berat, dan kategori PMS
Sedang sampai Berat menjadi PMS Sedang.

Hasil dan pembahasan


Peserta yang berpartisipasi dari 1.702 yang telah memenuhi PSST-A yaitu 1281 orang.
Gambar 1 Gejala sindrom pramenstruasi dan pramenstruasi dysphoric disorder

Pada tabel di atas terlihat bahwa Gambar 1, dari tingkat keparahan, gejala umum adalah
kelelahan atau kurang energi (70%), marah atau mudah tersinggung (69%) dan penurunan minat
dalam aktivitas kerja (68%). Insomnia (24%), merasa kewalahan / luar kendali (25%) dan makan
berlebihan / mengidam makanan (28%) kurang umum. Di antara sedang sampai gejala PMS
yang parah, marah atau mudah tersinggung (37%) adalah yang paling umum saat kelelahan atau
kurang energi (34%), penurunan minat dalam aktivitas kerja (28%), penurunan minat dalam
kegiatan rumah (26%) dan penurunan minat dalam kegiatan sosial (24%) juga menjadi umum.

Gejala dihitung untuk tiga kelompok, marah / iritabilitas peringkat tertinggi dengan 92% dan
79% di PMDD dan secara klinis didiagnosis kelompok PMS, masing-masing, dan 26% tidak satu
pun / kelompok PMS ringan. Kelelahan adalah 83%, 79% dan 24% di PMDD, PMS dan tidak /
kelompok PMS ringan, masing-masing. Pada kelompok PMDD 78% mengalami kesulitan
berkonsentrasi, sedangkan hanya 62% dan 12% di PMS dan tidak / kelompok PMS ringan,
masing-masing.

Gambar 2 Gangguan pada kegiatan sehari-hari

Pada Gambar 2 Terdapat lebih gangguan aktivitas sehari-hari, lebih absensi di sekolah /
perguruan tinggi, lebih menorrhagia dan kemungkinan lebih dari kelainan menstruasi pada ibu
pada kasus PMDD dibandingkan dengan PMS dan juga lebih banyak di kelompok PMS
dibandingkan dengan kelompok 'tidak PMS'. Dismenorea di PMS dan kelompok PMDD
tampaknya hampir sama, tapi pasti lebih dari kelompok 'tidak PMS'. Ironisnya, lebih banyak
anak perempuan dari kelompok 'tidak ada PMS' menganggap PMS menjadi bagian normal dari
menstruasi dibandingkan anak perempuan dari kelompok PMS dan lagi lebih dari gadis-gadis
dari kelompok PMDD.
Prevalensi sedang hingga PMS parah adalah 19,3% dan PMDD adalah 4,6%. Hampir semua
(94,8%) perempuan memiliki setidaknya satu gejala PMS dengan 65,7% memiliki moderat untuk
gejala berat.
Tabel 1 menunjukkan distribusi PMS dan PMDD di berbagai tingkat stres yang dialami oleh
remaja perempuan. Terdapat 42% dari kasus PMDD yang mengalami banyak stres. Jadi stress
merupakan salah satu pemicu Premenstruation Dysphoric Disorder (PMDD).
Analisis univariat menggunakan sample t-test independent mengungkapkan bahwa usia
secara signifikan berhubungan dengan PMS (P <0,001) dan ditunjukkan pada Gambar 3. Model
regresi logistik multivariat mengungkapkan usia yang lebih tua, dismenorea, menorrhagia,
tingkat stres yang tinggi dan PMS pada ibu berhubungan secara signifikan dengan PMS.

Kesimpulan

Dari penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa gejala sindrom
pramenstruasi (PMS) dibagi 3 kelompok yaitu PMS ringan, PMS parah dan PMDD parah.
Persentase tertinggi pada kelompok PMS ringan yaitu marah/ mudah tersinggung sebesar 25%,
kelompok PMS parah yaitu kelelahan/kekurangan energi sebesar 79%, dan kelompok PMDD
parah yaitu marah/mudah tersinggung sebesar 90%. Mayoritas (81,3%) merasa bahwa PMS
adalah bagian normal dari menstruasi dan 53,0% dilaporkan sedang sampai stres berat. PMS /
PMDD dapat mengurangi efisiensi dan memburuknya kualitas hidup seseorang. Selain itu, usia
lebih rendah pada menarche dan junk food secara signifikan berkontribusi pada PMDD.

Dapus

Kamat, S.V et al. 2019. Premenstrual syndrome in Anand District, Gujarat: A cross‑sectional.
Survey. Journal of Family Medicine and Primary Care. Vol 8(2): 640-647.

También podría gustarte