Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
A. Definisi
1. Suatu keadaan menurunnya kadar hemoglobin dan atau jumlah
eritrosit lebih rendah dari nilai normal. (Mansjoer, 2001)
2. Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah
hemoglobin dalam 1mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan
(packed red cells volume) dalam 100 ml darah. (Ngastiyah, 1997)
B. Etiologi
Penyebab terjadinya anemia dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Perdarahan
a. Akut : karena trauma yang terjadi secara mendadak
b. Kronis : karena perdarahan pada saluran pencernaan atau menorhagia
2. Gangguan pembentukan sel darah merah (eritrosit)
a. Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma
b. Perubahan sintesa hemoglobin (Hb) sehingga dapat menimbulkan anemia
defisiensi zat besi, thalasemia, dan anemia infeksi kronik
c. Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat menimbulkan
anemia pernisiosa dan anemia defisiensi asam folat
d. Gangguan pada sel induk (stem sel) sehingga menimbulkan anemia aplastik
dan leukimia
e. Bahan baku pembentukan eritrosit tidak ada, seperti asam folat, zat besi, dan
vitamin B12.
3. Meningkatnya proses pemecahan eritrosit (hemolisis)
a. Faktor didapat : adanya zat yang dapat merusak eritrosit, misalnya ureum
pada darah karena gangguan ginjal atau penggunaan obat acetosal
b. Faktor bawaan : kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah kerusakan
eritrosit)
RN/pediatric/2013
b. Thalassemias
c. Anemia of chronic disease (rare cases)
3. Normochromic, macrocytic anemia (normal MCHC, high MCV).
a. Vitamin B12 deficiency
b. Folate deficiency
RN/pediatric/2013
Leukopenia : hipertermi, infeksi berulang
Trombositopenia : ekimosis, petekie, epistaksis, perdarahan saluran cerna,
perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat
Umumnya tidak disertai dengan ikterus, pembesaran limpa, hepar, maupun
kelenjar getah bening
Pansitopenia berat dapat menyebabkan perdarahan masif
Aspirasi dan biopsi sumsum tulang memperlihatkan konversi sumsum tulang
merah ke kuning, sumsum tulang lemak dengan kehilangan hampir seluruh
aktivitas hemopoetik.
2. Anemia Hemolitik
Biasanya terjadi pada bayi baru lahir. Merupakan dampak apabila ada
ketidaksesuaian atau isoimunisasi antara darah fetal dan darah ibu. Pada anemia
hemolitik, umur eritrosit menjadi lebih pendek (normal umur eritrosit 100-120
hari).
Gejala umum disebabkan oleh adanya penghancuran eritrosit dan keaktifan
sumsum tulang untuk mengadakan kompensasi terhadap penghancuran
tersebut. Sehingga akan terbentuk lebih banyak sistem eritropoetik dalam darah
perifer, yang ditunjukkan dengan banyaknya eritrosit berinti dan peningkatan
jumlah retikulosit. Limpa umumnya membesar karena merupakan tempat
penyimpanan eritrosit yang dihancurkan, sehingga kemungkinan terjadinya
peningkatan bilirubin. Pada kondisi kronis, terdapat kelainan tulang rangka akibat
hiperplasia sumsum tulang.
Penyebab anemia hemoilitik diduga sebagai berikut :
a. Kongenital, misalnya kelainan rantai Hb dan defisiensi enzim C6PD
b. Didapat, misalnya infeksi, sepsis, penggunaan obat, dan maligna
RN/pediatric/2013
b. Pemberian makanan tambahan yang terlambat
2. Anak umur 1-2 tahun
a. Infeksi berulang, misalnya enteritis, bonkopneumonia, dan sebagainya
b. Diet yang tidak adekuat
3. Anak umur lebih dari 5 tahun
a. Kehilangan darah kronis karena infeksi parasit, misalnya ankilostomiasis,
amubiasis
b. Diet yang tidak adekuat
Secara normal tubuh hanya memerlukan zat feritin dalam jumlah sedikit. Oleh
karena itu, ekskresi besi juga sangat sedikit. Kekurangan zat besi mengakibatkan
kekurangan Hb, karena pembuatan eritrosit mengalami penurunan. Selain itu,
eritrosit yang terbentuk akan mengandung Hb dalam jumlah yang sedikit,
sehingga bentuk selnya akan menjadi hipokromik mikrositik (bentuk eritrosit
kecil).
Pemberian zat Fe yang berlebihan dalam makanan dapat menyebabkan
hemosiderosis (pigmen Fe yang berlebihan akibat penguraian Hb) dan
hemokromatosis (timbunan Fe yang berlebihan dalam jaringan).
Manifestasi Klinis:
Lemas, lekas lelah
Cianosis pada mukosa bibir dan faring, telapak tangan, dasar kuku
Konjungtiva okular berwarna kebiruan atau putih mutiara (pearly white)
Iritabel
Papil lidah atrofi
Pot Belly : perut buncit pada anak MEP dengan infestasi ankylostoma
Pada MEP yang berat dapat ditemukan hepatomegali dan diatesis hemoragik
Pica
Takikardia
Kuku rapuh dan berbentuk sendok
Pemeriksaan laboratorium:
1. Gambaran eritrosit mikrositik (MCV menurun) hipokromik (MCH menurun)
2. Kadar Hb dan Ht rendah
3. Serum Iron (SI) rendah dan Iron Binding Capacity (IBC) meningkat
4. Tidak terdapat zat besi dalam sumsum tulang
RN/pediatric/2013
4. Anemia Pernisiosa
Disebabkan karena tidak adanya faktor dalam darah yang diperlukan untuk
perbaikan vitamin B12 (kobalamin) dalam pembentukan sl-sel darah merah. Pada
anemia pernisiosa, bentuk eritrositnya makrositik normokromik (ukuran RBC
besar dengan bentuk abnormal tetapi kadar Hb normal).
RN/pediatric/2013
D. Pathway
Etiologi
NUTRISI
KURANG
DARI
Mempengaruhi Sistem Sirkulasi
KEBUTUHAN
TUBUH
RN/pediatric/2013
Mempengaruhi Sistem Sirkulasi
ANSIETAS
Kelainan
serebral Jaringan
akut otak
RN/pediatric/2013
E. Penatalaksanaan Medis Pada Kasus Anemia
Penatalaksanaan anemia umumnya ditujukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang:
1. Anemia aplastik:
Pemberian steroid androgenik disertai kortikosteroid (misalnya testosteron,
prednison) untuk menstimulasi eritropoiesis
Pemberian antibiotika yang tidak menyebabkan depresi sumsum tulang,
misalnya ALG/ATG
Transfusi darah diberikan pada keadaan perdarahan masif, perdarahan
organ, trombosit kurang dari 20.000/mm3
Transplantasi sumsum tulang memberikan prognosis yang lebih baik sebesar
80% selama 3 tahun (transplantasi sumsum tulang sebelum transfusi darah
dapat menurunkan reaksi penolakan tubuh)
Uji dipstik untuk melihat darah dalam urine dan tes guaiac untuk darah
dalam feses, sebagai pemantauan terhadap kecenderungan perdarahan
abnormal
Pantau efek samping terapi steroid (iritasi lambung, edema, enfeksi,
hipertensi, peningkatan BB), androgen (peningkatan BB, suara memberat,
peningkatan pertumbuhan rambut), dan ATG/ALG (demam, menggigil, ruam,
trombositopenia)
2. Anemia pada defisiensi besi
Dicari penyebab defisiensi besi
Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat
ferosus.
Transfusi (untuk kasus yang berat, kasus infeksi berat, disfungsi jantung, atau
pembedahan darurat)
Awasi efek samping preparat zat besi : mual, muntah, diare atau konstipasi,
feses berwarna hitam atau hijau, dan perubahan warna gigi
3. Anemia megaloblastik
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi
yang tidak dapat dikoreksi.
Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan
asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
F. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
RN/pediatric/2013
a. Gambaran yang jelas tentang gejala-gejala antara awitan, durasi,
lokasi, dan factor pencetus. Tanda dan gejala utama dapat mencakup:
1) Keletihan, sakit kepala, vertigo, iritabilitas, dan depresi.
2) Anorexia dan penurunan BB.
3) Kecenderungan perdarahan dan memar, antara menstruasi
berat dan epistaksis.
4) Infeksi yang sering
5) Nyeri tulang dan sendi
b. Kaji riwayat prenatal, individu, dan keluarga terhadap factor-
faktor resiko gangguan hematologic.
1) Faktor risiko riwayat prenatal: Rh bayi-ibu atau
inkompatibilitas ABO.
2) Factor risiko riwayat individu antara lain prematuritas,
BBLR, diet kurang besi atau diet berat dengan susu sapi (selama masa
bayi), perdarahan (mis., menstruasi berat), kebiasaan diet, atau pajanan
terhadap inveksi virus. Factor resiko riwayat keluarga antara lain riwayat
anemia sel sabit, atau gangguan perdarahan.
2. Manifestasi Umum
- Kelamahan otot
- Mudah lelah : sering istirahat, napas pendek, proses menghisap yang buruk
(bayi)
- Kulit pucat : pucat lilin terlihat pada anemia berat
- Pica
3. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital
Perubahan tanda vital yang nyata bukan merupakan factor pada sebagian
besar gangguan hematologic. Namun takikardi dan takipnea mungkin harus
diperlukan.
b. Inspeksi
1) Kulit. Pucat, kemerahan, ikterus, purpura, petekie,
ekimosis, tanda-tanda pruritus (tanda garukan), sianosis, atau warna
kecklatan yang mungkin terlihat.
2) Mata. Sclera ikterik, konjungtiva pucat, perdarahan retina,
atau pandangan kabur mungkin terlihat.
3) Mulut. Mukosa dan gusi yang pucat mungkin terlihat.
4) Neurologic. Kerusakan proses berpikir atau letargi mungkin
terlihat.
5) Musculoskeletal. Pembengkakan sendi mungkin terlihat.
6) Genitourinaria. Darah dalam urine dan perdarahan
menstruasi yang berlebihan atau abnormal mungkin terlihat.
c. Palpasi
1) Kulit. Kemungkinan terdapat pemanjangan waktu
pengisian kapiler.
RN/pediatric/2013
2) Nodus limfe. Limfadenopati atau nyeri tekan mungkin
dapat dipalpasi.
3) Gastrointestinal. Nyeri tekan abdomen, hepatomegali, atau
splenomegali mungkin dapat dipalpasi.
d. Auskultasi
1) Jantung. Murmur dapat diauskultasi.
2) Pulmonal. Suara napas tambahan (bila terjadi gagal
jantung kongestif pada dapat diauskultasi.
RN/pediatric/2013
2) Pada area luka aspirasi, harus dipantau dengan cermat
adanya perdarahan dan pembentukan hematoma setelah prosedur
selesai dilakukan.
RN/pediatric/2013
2.1.2 Antisipasi dan bantu dalam aktivitas kehidupan sehari-hari yang mungkin
di luar batas toleransi anak (untuk mencegah kelelahan).
2.1.3 Beri aktivitas bermain pengalihan (yang meningkatkan istirahat dan
tenang tetapi mencegah kebosanan dan menarik diri).
2.1.4 Pilih teman sekamar yang sesuai dengan usia dan minat yang sama yang
memerlukan aktivitas terbatas (untuk mendorong kepatuhan pada
kebutuhan istirahat).
2.1.5 Rencanakan aktivitas keperawatan (untuk memberikan istirahat yang
cukup).
2.1.6 Bantu pada aktivitas yang memerlukan kerja fisik (mengurangi akan
kebutuhan oksigen).
2.2.1 Pertahankan posisi semifowler – tinggi (untuk pertukaran udara yang
optimal).
2.2.2 Beri oksigen suplemen (untuk meningkatkan oksigen ke jaringan).
2.2.3 Ukur tanda vital selama periode istirahat (untuk menentukan nilai dasar
perbandingan selama periode aktivitas).
2.3.1 Antisipasi peka ransangan anak, rentang perhatian yang sempit, dan
kerewelan dengan membantu anak dalam aktivitas bukan menunggu
dimintai bantuan.
2.3.2 Dorong orang tua untuk tetap bersama anak (untuk meminimalkan stres
karena perpisahan).
2.3.3 Berikan tindakan kenyamanan (mis., dot, menimang, musik) (untuk
meminimalkan stres).
2.3.4 Dorong anak untuk mengekspresikan perasaan (untuk meminimalkan
ansietas).
Berikan darah, sel darah, trombosit sesuai ketentuan.
Berikan faktor pertumbuhan hematopoietik, sesua ketentuan (untuk
merangsang pembentukan sel darah).
Evaluasi:
2.1.1 Anak bermain dan istirahat dengan tenang dan melakukan aktivitas yang
sesuai dengan kemampuan.
2.1.2 Anak tidak menunjukkan tanda-tanda aktivitas fisik atau keletihan.
2.2.1 Pasien bernapas dengan mudah; frekuensi dan kedalaman pernapasan
normal.
2.3.1 Anak tetap tenang.
2.4.1 Anak menerima elemen darah yang tepat tanpa masalah.
RN/pediatric/2013
3.1.1 Berikan konseling diet pada pemberian perawatan, khususnya mengenai
hal-hal berikut:
- Sumber besi dari makanan (mis., daging, legum, kacang, gandum,
sereal bayi yang diperkaya dengan besi dan sereal kering) (untuk
memastikan bahwa anak mendapat suplai besi yang adekuat).
- Beri susu pada bayi sebagai makanan suplemen setelah makanan
padat diberikan (karena terlalu banyak minum susu akan menurunkan
masukan makanan padat yang mengandung besi).
- Ajari anak yang lebih besar tentang pentingnya besi adekuat dalam
diet (untuk mendorong kepatuhan).
Berikan preparat besi sesuai ketentuan.
Instruksikan keluarga mengenai pemberian preparat besi oral yang tepat:
- Berikan dalam dosis terbagi (untuk absorpsi maksimum).
- Berikan di antara waktu makan (untuk meningkatkan absorpsi pada
traktus gastrointestinalis bagian atas).
- Berikan dengan jus buah atau preparat multivitamin (karena vitamin
C memudahkan absorpsi besi).
- Jangan memberikan bersama susu atau antasida (karena bahan ini
akan menurunkan absorpsi besi).
- Berikan preparat cair dengan pipet, spuit, atau sedotan (untuk
menghindari kontak dengan gigi dan kemungkinan pewarnaan).
- Kaji karakteristik feses (karena dosisi adekuat besi oral akan
mengubah feses manjadi berwarna hijau gelap).
Evaluasi:
3.1.1 Anak sedikitnya mendapatkan kebutuhan besi minimum harian.
3.2.1 Keluarga menghubungkan riwayat diat yang memperjelas kepatuhan anak
terhadap anjuran ini.
3.2.2 Anak diberikan suplemen besi yang dibuktikan dengan feses yang
berwarna hijau, seperti ter.
3.2.3 Anak meminum obat dengan tepat.
RN/pediatric/2013
Referensi
Muscari. 2005. Panduan Belajar : Keperawatan Pediatrik. Edisi Ketiga. EGC. Jakarta
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi Dua. EGC. Jakarta
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Edisi Pertama. Salemba Medika.
Jakarta
Sacharin. 1996. Principles of Pediactric Nursing. Churchill Livingstone. London
Staf Pengajar FK UI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Infomedika. Jakarta
Wong, D.L. (2003). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
RN/pediatric/2013