Está en la página 1de 5

Nasionalisme Anak-anak Muda pada Era Digital

by - Pemudapost on - April 05, 2016

Dunia bergerak semakin cepat dengan perkembangan dunia digital. Media menjadi kian masif
dan melintasi batasan ruang dan jarak. Laut dan langit hanyalah sarana bagi pesan-pesan media
untuk sampai ke seluruh pelosok, tanpa mengenal batas negara atau kedaulatan suatu
pemerintahan. Dunia menjadi satu.

Inilah era posmodern. Pesan 140 karakter dari Amerika Serikat melalui Twitter bisa sampai ke
pelosok kampung di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, dan bisa dibaca seketika itu juga tanpa
jeda waktu dan kendala ruang. Posmo, begitu orang menyebut era di mana segalanya cair, dan
isme-isme lama dianggap mati, karena yang ada ialah konstruksi pemikiran yang dengan mudah
bisa bergeser dan dipertukarkan.

Dunia digital yang berkembang saat ini mewakili era posmodern dengan sangat pas, seperti
dikatakan Direktur Eksekutif Maarif Institute Fajar Riza Ul Haq di dalam talkshow Satu Meja di
KompasTV, Rabu (30/3) malam. Ia menganalogikan dunia digital sebagai "bahtera tanpa
kepastian". Begitu jawaban Fajar atas pertanyaan Pemimpin Redaksi Kompas Budiman
Tanuredjo yang menjadi host acara tersebut tentang nasionalisme anak-anak muda pada era
digital.

Pertanyaan itu pun memantik diskusi hangat yang melibatkan tiga pembicara lain, yakni Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, Deputi Pengkajian Lembaga Ketahanan Nasional
(Lemhannas) Jagal Wiseso, dan salah satu anggota tim penyusun "Skenario Indonesia 2045" Kris
Wijoyo.

Perbincangan tentang nasib nasionalisme pada era digital itu mencuat setelah Lemhannas
menyusun empat skenario Indonesia 2045 yang dokumennya telah disampaikan kepada Presiden
Joko Widodo. Jagal Wiseso mengatakan, skenario yang dibuat dengan orientasi transformatif itu
berisi kisah tentang apa yang mungkin terjadi di masa depan. Empat skenario itu ialah Skenario
Mata Air, Skenario Sungai, Skenario Kepulauan, dan Skenario Air Terjun. Keempat skenario itu
ditulis Kompas edisi 15-18 Februari 2016.

Di dalam Skenario Mata Air disebutkan, Indonesia pada masa itu akan didominasi generasi
melek information technology (IT) dan terpapar budaya global yang kuat. Hal itu berakibat pada
lemahnya rasa nasionalisme dan patriotisme serta dikhawatirkan bisa berujung bubarnya negara-
bangsa (nation-state) bernama Indonesia.

"Jangan sampai kita terkena titanic syndrome. Sindrom itu dinamakan seperti nama kapal Titanic
yang amat megah pada masanya, tetapi kemudian karam karena menabrak gunung es yang
sebelumnya tidak terdeteksi," ungkapnya.

Zaman baru

Sebagai sebuah dokumen kajian, Skenario Mata Air mewakili keresahan generasi zaman baru
terhadap dunia digital yang telah menerabas segala batasan. Paham Negara Islam di Irak dan
Suriah (NIIS) serta paham kekerasan lain masuk dengan mudah ke dalam Youtube atau media
sosial lainnya.
Negara yang punya batasan teritori tidak dapat membendung. Ujungnya, konsep nation-
state yang digambarkan dengan nasionalisme menemukan tantangan besar pada era digital.
Namun, nasionalisme juga suatu konstruksi pikiran. Benedict Anderson pada awal 1990-an,
dalam imagined communities, secara brilian menggambarkan nasionalisme sebagai sesuatu yang
"terbayangkan". Suatu kelompok mengaku sebagai satu bangsa dengan kelompok lain dalam satu
ikatan yang hanya ada dalam pikiran mereka.

Di Indonesia, Sumpah Pemuda (bertumpah darah satu, berbangsa satu, dan menjunjung tinggi
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan) pada 28 Oktober 1928 adalah puncak dari imaji
nasional tersebut.

Anies Baswedan menyebut secara khusus bahasa Indonesia sebagai elemen penting nasionalisme
yang diyakini akan tetap bertahan pada era digital. "Ada 719 bahasa daerah dan ribuan suku-
bangsa di Indonesia. Namun, mereka bersatu dengan satu bahasa Indonesia. Begitu masuk ke
dalam identitas baru, dunia global, bahasa Indonesia itu menjadi simpul pengikat yang luar
biasa," katanya.

Generasi baru melek IT tidak semuanya tipis nasionalismenya. Gerakan Kawal Pemilu 2014 yang
dijalankan anak-anak muda menunjukkan kepedulian pemuda pada demokrasi dan Tanah Air
melalui aplikasi teknologi. Melalui Akademi Berbagi, misalnya, pemuda berbagi ilmu dengan
sistem pendanaancrowdsource atau bersumber dari iuran dan kerelaan khalayak, yang
digerakkan melalui media sosial. Dunia digital di satu sisi menjadi wadah penguatan sipil dan
diseminasi kepedulian sosial dalam kehidupan bermasyarakat. "Apakah itu kurang nasionalis?"
gugat Anies.

Anies menekankan perlunya melihat dunia digital dari sisi berbeda. "Kita jangan berpikir pars
pro toto (menggeneralisasi satu untuk semua) dalam melihat nasionalisme era digital. Generasi
muda punya ekspresi berbeda untuk mengungkapkan rasa cinta Tanah Air. Ibarat radar, generasi
kita mungkin tidak bisa menangkap gelombang baru atau ekspresi baru anak-anak muda ini,"
kata Anies.

Krisis, pemuda 28 tahun yang juga penyusun "Skenario Indonesia 2045" mengakui, generasinya
secara umum menguasai teknologi. Ia mengingatkan, perkembangan IT bersifat eksponensial,
sedangkan pendidikan linear. Pendidikan yang tertinggal IT dikhawatirkan bisa memberikan
distorsi tentang manfaat dan efek buruk dunia digital.

Pertanyaan tentang apakah negara-bangsa tetap eksis pada era digital pada 100 tahun ke depan,
sebenarnya juga dialami semua bangsa. "Hampir semua negara mengalami seperti kita.
Tergantung kepada kita apakah bisa membangun stimulus kepada anak-anak muda bahwa
sebenarnya ada nilai-nilai positif yang bisa dikembangkan melalui media digital," kata Fajar.

Peran Pancasila sebagai ideologi dan filter juga mendapatkan tantangan pada era digital yang
melesat cepat. Melihat geliat perkembangan dunia yang kian kosmopolit, apakah Pancasila akan
mengambil posisi sebagai ideologi statis ataukah dinamis?

Rini Kustiasih, Kompas, 1 April 2016.


Skenario Indonesia 2045
Media Indonesia, Kamis, 04 Feb 2016, 00:00 WIB Opini

NKRI akan berulang tahun yang ke-100 pada 2045. Bagaimanakah kondisi NKRI pada saat itu? Apakah
peluang dan tantangan yang dihadapi pada saat itu? Jika jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu dapat
diketahui, apakah kita dapat memengaruhi dan membentuk masa depan tersebut? Jawaban atas pertanyaan
itu dapat diperoleh dengan menerapkan metode skenario transformatif. Metode itu pertama kali digunakan
di Afrika Selatan pada 1991-1992 akibat perubahan politik yang lebih demokratis dan inklusif.

Lemhannas RI juga menggunakan metode skenario transformatif untuk menjawab berbagai pertanyaan itu.
Hasilnya empat skenario yang menggambarkan situasi NKRI 2045 yang dipicu empat kekuatan penggerak.
Skenario yang dihasilkan diberi nama Skenario Mata Air, Skenario Sungai, Skenario Kepulauan, dan
Skenario Air Terjun. Setiap kekuatan penggerak untuk empat skenario itu ialah faktor demografi, ekonomi,
geopolitik, dan perubahan iklim.

Metode Skenario Transformative

Mengapa metode Skenario Transformatif yang digunakan untuk menggambarkan kondisi RI di 2045?
Metode itu ialah metode kualitatif yang menganggap masa depan suatu masyarakat adalah hasil tindakan
kolektif masyarakat itu sendiri sehingga masa depan suatu masyarakat dapat diketahui, dipengaruhi, dan
bahkan dibentuk. Tentu saja metode Skenario Transformatif mempunyai syarat yang ketat. Pertama,
narasumber yang dilibatkan harus representasi sistem sosial yang sedang dianalisis, dalam hal ini NKRI.
Kedua, para narasumber harus dapat mempertukarkan pemahamannya masing-masing, membentuk jejaring,
serta niat bersama melakukan transformasi masa depan NKRI, dengan bebas. Ketiga, proses menghasilkan
skenario harus ketat sehingga menghasilkan skenario yang relevan, menantang, masuk akal, dan jelas. Untuk
alasan itu, narasumber dari berbagai latar belakang profesi, perspektif, dan berbagai golongan usia
dilibatkan. Selain itu, dilakukan diskusi dengan berbagai perguruan tinggi dan beberapa gubernur di luar
Jawa, dengan tujuan untuk melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Berbagai informasi yang diperoleh
dianalisis menjadi empat kekuatan penggerak dan dituliskan menjadi empat skenario.

Skenario Mata Air


Pada 2045, penduduk Indonesia didominasi generasi berpendidikan tinggi, menguasai penggunaan teknologi
informasi, bergaul intens dengan menggunakan media sosial, serta terpapar nilai-nilai global. Generasi baru
itu banyak berasal dari keluarga biasa, yang terpisah jauh dengan generasi pendahulu pada masa
kemerdekaan RI. Mereka juga terbiasa memperlakukan semua orang sederajat. Menurut mereka,
mempertahankan NKRI harus lebih didasarkan kepada prinsip integrasi fungsional jika dibandingkan
dengan integrasi historis. Pemerintahan di tingkat pusat berjalan transparan, cepat, dan adil, dengan kualitas
institusi dan SDM sudah baik.
Namun, masih terjadi percampuran kepentingan antara bisnis, politik, dan bisnis birokrasi. Elite bisnis
banyak menjadi pemimpin di lembaga negara. Pemerintahan di tingkat daerah diwarnai kualitas institusi dan
SDM yang tidak merata, yang terkadang menghambat pembangunan. Dengan demikian, dalam Skenario
Mata Air, Indonesia di 2045 tampak menjadi lebih sejahtera dengan adanya penyebaran pusat-pusat
pertumbuhan meskipun dinamika politik di tingkat pusat akibat persinggungan kepentingan bisnis, politik,
dan birokrasi masih tinggi. Di samping itu, masih tetap terjadi ketimpangan antardaerah dan berbagai
gesekan sosial. Aspirasi untuk memisahkan diri pun kadang-kadang masih terdengar.

Skenario Sungai
Indonesia di 2045 telah keluar dari ancaman 'failed state'. Pada waktu itu Indonesia telah merupakan negara
industri cukup maju dengan struktur ekonomi 'belah ketupat'. Jumlah kelas menengah lebih besar jika
dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin maupun konglomerat. Kemitraan antara sektor besar,
menengah, dan kecil berjalan lebih baik. Kemitraan itu juga didukung infrastruktur, tata ruang, reforma
agraria, kebijakan perbankan, fiskal, moneter, dan pasar modal. Hasilnya, sektor agroindustri berkembang
dan terjadi peningkatan kemakmuran di perdesaan karena dukungan perkembangan iptek yang lebih tinggi
pada agroindustri. Proses pembangunan sudah relatif berbasis iptek pada segala tingkatan. Namun,
permasalahan ekonomi yang berdampak pada kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan sosial serta
korupsi masih menjadi tantangan yang cukup besar. Juga, masih terjadi konflik lahan dan buruh yang diberi
upah di bawah UMR. Sementara itu, Indonesia sebagai negara kepulauan dengan penduduk besar dan sangat
beragam juga masih menjadi persoalan tersendiri yang berdampak secara ekonomi, sosial, politik, maupun
pertahanan dan keamanan.

Skenario Kepulauan
Pada 2045, RI tetap eksis di tengah-tengah peradaban modern dunia sebagai bangsa yang multietnik,
multikultur, bangsa yang pluralis dengan kadar nasionalisme yang tipis, bangsa Indonesia semakin tidak
menjiwai kesepakatan dasar bangsa yang tertuang dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945. Kekuatan
militer Indonesia sudah besar tetapi belum efektif dan efisien karena teknologi dan penguasaannya tidak
sesuai lagi dengan zamannya. RI disibukkan dengan pengamanan poros maritim dunia dan eksplorasi bawah
laut yang dilakukan state dan non-state actor di sekitar RI. Regionalisasi pengaturan operasional
penerbangan di wilayah udara RI sudah terjadi dan dikendalikan negara tetangga. Dampaknya kedaulatan
RI banyak diatur state atau non-state actor dunia. Di 2045, ketahanan nasional RI belum tangguh secara
menyeluruh. Pengakuan regional/internasional atas kapasitas diplomasi RI juga belum tinggi yang berujung
pada sulitnya RI memperjuangkan kepentingan nasionalnya di forum internasional.

Skenario Air Terjun


Indonesia di 2045 sudah menerapkan perencanaan pembangunan yang berbasis rendah karbon dan
mengadaptasi pemanfaatan ruang berdasarkan penataan ruang wilayah yang baik. Pemerintah secara
bertahap mencoba meninggalkan praktik pengambilan keputusan yang berdasarkan pada keuntungan jangka
pendek serta lebih mencoba cara yang ramah lingkungan meskipun manfaatnya hanya dirasakan dalam
jangka panjang. Pembangunan yang dilakukan telah memperhatikan prinsip-prinsip sustainable
development goals, yaitu environmental sustainability, economic sustainability, dan social sustainability.
Sektor swasta telah erperan aktif dalam pembiayaan program pembangunan berkelanjutan melalui konsep
green banking dan green financing. Low carbon development menjadi strategi utama yang dilakukan guna
meningkatkan ketahanan energi di dalam negeri. Selain itu, kedaulatan pangan di 2045 dijadikan fokus
utama dalam mengelola ketahanan pangan.

Tindak lanjut
Fungsi yang sangat penting dari Skenario Indonesia 2045 ialah peringatan bagi kita semua mengenai apa
yang bisa terjadi dengan bangsa kita di masa depan. Oleh karena itu, gambaran tentang berbagai
kemungkinan Indonesia di 2045 itu harus diantisipasi pemangku kepentingan untuk memastikan bahwa
tujuan dibentuknya NKRI tetap dapat tercapai di masa depan. Misalnya, dalam Skenario Mata Air,
digambarkan ada perubahan arti tentang nasionalisme di masa depan. Nasionalisme akan lebih
diterjemahkan sebagai kemampuan negara untuk memberikan keadilan dan kemakmuran bagi seluruh
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, program-program pembangunan yang saat ini dilakukan untuk
meningkatkan kualitas SDM, infrastruktur, pemerataan, dan daya saing sangat tepat dalam menjawab
peringatan dalam Skenario Mata Air tersebut. Satu hal mendasar yang perlu dipahami, skenario Indonesia
2045 hanya memberikan gambaran besar Indonesia di 2045. Apa yang akan terjadi sesungguhnya di 2045
nanti akan bergantung kepada tekad, kemampuan, dan kecerdasan bangsa ini mengelola diri sendiri dan
lingkungannya untuk tetap utuh dalam wadah NKRI.
Nasionalisme Anak-anak Muda pada Era Digital

PERTANYAAN DISKUSI
Setelah mengikuti diskusi di video (ada 4 video) dan 2 artikel di atas dengan topik
Nasionlisme Anak-anak Muda pada Era Digital, diskusikan dalam kelompok dan jawablah
pertanyaan diskusi sebagai berikut:

1. Setujukah anda dengan pernyataan bahwa Dunia Digital sebagai "bahtera tanpa
kepastian" ? Jawablah terhadap pertanyaan tersebut dan berikan alasan anda
termasuk contoh-contohnya.
2. Apakah anda sependapat bahwa Dunia Digital menjadikan Nasionalisme generasi
muda akan semakin luntur ? Jawablah terhadap pertanyaan tersebut dan berikan
alasan anda termasuk contoh-contohnya.
3. Bagaimana pendapat anda dengan “Empat Skenario Indonesia 2045" yang disusun
LEMHANAS (Lembaga Pertahanan Nasional) yaitu Skenario Mata Air, Skenario
Sungai, Skenario Kepulauan, dan Skenario Air Terjun;
4. Akankah nasib negara-bangsa tetap eksis atau bisa berujung bubarnya negara-
bangsa (nation-state) termasuk yang bernama Indonesia pada era digital dalam 100
tahun ke depan ?

También podría gustarte