Está en la página 1de 8

Penanaman Kaakter Berpedoman pada Ayat-Ayat Al-Qur-an

Mochammad Fahrizal
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta
e-mail: mohamedfahrizal@gmail.com

Abstrak : Tulisan ini membahas tentang pentingnya peran agama dalam membangun
karakter generasi penerus bangsa. Kemerosotan akhlak yang terjadi pada masyarakat
saat ini sangat jauh dari cita-cita bangsa Indonesia. Dengan berpedoman pada Al-Qur’an
perbaikan karakter akan tercapai secara optimal, ini dapat dilihat bahwa didalam kitab suci
umat islam ini dari buang air sampai perangpun diatur didalamnya. Dengan tolok ukur
pada akhlak Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Pendidikan berbasis Al-Qur’an
secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu hubungan baik dengan Tuhan
(hablum minallah) dan manusia (hablumminanas), namun pendidikan karakter berbasis Al-
Qur’an dapat diperinci lagi yakni : Akhlak kepada Allah, Akhlak kepada diri sendiri, dan
Akhlak kepada sesame makhluk Allah dan lingkungan. Identitas sebuah bangsa akan
dilihat dari baik atau buruknya karakter masyarakatnya. Penanaman karakter melalui Al-
Qur’an diharapkan mencetak generasi yang berakhlakul karimah dan mampu
meningkatkan derajat bangsa dimata dunia.

Kata Kunci : Pendidikan Karakter, Pendidikan Berbasis Al-Qur’an, Generasi Berakhlakul


Karimah

PENDAHULUAN mudahnya ideology yang tak sepaham


Krisis moral yang melanda negara dengan bangsa Indonesia masuk seperti
kita ini sungguh sangat komunisme, extrimisme, dan lain-lain.
mengkhawatirkan. Dampak dari Terlepas dari itu semua bimbingan
globalisasi mengakibatkan budaya, tata melalui agama sangat diperlukan untuk
karma, dan kepribadian sebagian anak mencegah atau memperbaiki kerusakan
muda Indonesia menjadi berubah dan moral bangsa yang terkikis akibat
berorientasi kepada pola hidup orang globalisasi. Dengan tetap berpedoman
barat yang cenderung bebas yang tidak pada Al-Qur’an kita mampu
cocok dengan ideology bangsa kita. menyeimbangkan antara kemajuan
Dampaknya sangat terasa dari mulai teknologi dengan keimanan kita.
balita hingga dewasa dan dari desa Pendidikan teknologi juga sangat
hingga perkotaan semua terkena diperlukan mengingat semua kebutuhan
dampak dari globalisasi. Diantaranya saat ini tidak lepas dari yang namanya
seks bebas, tingkat kriminalitas IPTEK. Kemajuan suatu bangsa yang
cenderung meningkat dan pengaruh berkarakter pada hakikatnya dimulai dari
narkoba. Selain itu akses informasi dari pengembangan di bidang pendidikan.
media social saat ini juga sangat Hal ini ditandai dengan turunnya firman
mengkhawatirkan. Anak-anak dapat Allah SWT (Al-Qur’an surat Al-'Alaq 96:1-
mengakses konten yang berbau 5) yaitu:
pornografi yang seharusnya bukan pada Artinya: Bacalah dengan (menyebut)
porsi mereka, ujaran-ujaran kebencian nama Tuhanmu yang menciptakan,(1).
dengan mudahnya disebar melalui social Dia telah menciptakan manusia dari
media, banyaknya berita tak benar atau 'Alaq,(2). Bacalah, dan Tuhanmulah yang
istilahnya berita “HOAX”, serta paling Pemurah, (3). Yang mengajar
manusia dengan pena,(4). Dia yang digariskan dalam Al Quran dan
mengajarkan kepada manusia apa yang Hadits, yang pada akhirnya akan
belum diketahuinya,(5). terwujud manusia yang utuh (Marzuki,
Dalam ayat tersebut Allah sudah 2011:467).
menjelaskan bahwa kita harus banyak Sistem ajaran Islam
membaca atau belajar agar kita dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu
mengenal lebih jauh tentang kekuasaan bagian aqidah (keyakinan), bagian
Allah dan tentunya banyak manfaat dan syariah (aturan-aturan hukum tentang
ilmu yang akan kita dapatkan jika kita ibadah, dan muamalah), dan bagian
melakukan perintah Allah sesuai dengan akhlak (karakter). Ketiga bagian tersebut
firmaNya pada surat Al-Alaq ayat 1-5 tidak dapat dipisahkan, harus menjadi
tersebut. Sebagai bangsa yang satu kesatuan yang utuh yang saling
mayoritas beragama Islam tentu tidak memengaruhi. Aqidah merupakan
salah jika kita menjadikan Al-Qur’an pondasi yang menjadi tumpuan
sebagai pedoman pendidikan. Al-Qur’an terwujudnya syariah dan akhlak.
bukan hanya kitab suci Al-Qur’an Sementara itu, syariah merupakan
tentang sejarah masa lalu, petunjuk bentuk bangunan yang hanya bisa
masa kini dan gambaran manusia terwujud bila dilandasi oleh aqidah yang
dimasa depan dan Al-Qur’an pun berjanji benar dan akan mengarah pada
bahwa akan mempermudah siapapun pencapaian akhlak (karakter) yang
yang mempelajarinya. Dengan seutuhnya (Marzuki, 2011:468). Dengan
mempeljarinya diharapkan bahwa cita- demikian, akhlak (karakter) sebenarnya
cita dari bangsa Indonesia sebagai merupakan hasil atau akibat dari
bangsa berkarakter bisa terwujud melalui terwujudnya bangunan syariah yang
pendidikan berbasis Al-Qur’an. Karena benar yang dilandasi oleh pondasi
tak lepas dari tujuan pendidikan karakter aqidah yang kokoh. Tanpa aqidah dan
adalah untuk menjadikan atau syariah tidak akan terwujud akhlak
membentuk perilaku seseorang untuk (karakter) yang sebenarnya.
menjadi lebih baik. Dengan pendidikan Pendidikan karakter tidak terlepas
berbasis agama (Al-Qur’an) harapanya dari penanaman nilai-nilai moral dan
peserta didik menjdai lebih baik, menjadi keagamaan bagi siswa. Kesadaran akan
generasi Qur’ani yaitu menjadi generasi pentingnya nilai, moral dan keagamaan
yang selalu berppegang teguh dan serta pengembangan pengajaran yang
berpedoman pada nilai-nilai yang memadukan keimanan dan ketaqwaan
terdapat pada Al-Qur’an. Mengingat saat sejalan dengan esensi pendidikan
ini bangsa kita sangat krisis moral yang sebagai sarana perubahan. Paulo Freire
terus menerus menggerus karakter yang dikutip dalam Firdaus M. Yunus
bangsa kita, upaya dari pemerintah harus (2007: 1) menyatakan bahwa pendidikan
lebih giat lagi dalam mengedepankan dipandang sebagai salah satu upaya
pendidikan berbasis agama karena untuk mengembalikan fungsi manusia
dampaknya akan sangat positif bagi menjadi manusia agar terhindar dari
pertumbuhan dan perkembangan bangsa berbagai bentuk penindasan, kebodohan,
itu sendiri. sampai ketertinggalan. Oleh karenanya
Secara umum pendidikan Islam sebagai pusat pendidikan, manusia
mengembang misi utama memanusiakan harus menjadikan pendidikan sebagai
manusia, yakni menjadikan manusia alat pembebasan guna mengantarkan
mampu mengembang seluruh potensi dirinya menjadi makhluk yang
yang dimilikinya sehingga berfungsi bermartabat. Pernyataan ini
maksimal sesuai dengan aturan-aturan menunjukkan pentingnya fungsi
pendidikan dalam membentuk manusia mengembangkan aspek moral dan
yang ideal. agamanya (Harun Nasution, 1998:290).
Pendidikan karakter yang selama ini Dari sini terlihat bahwa akar pendidikan
diwacanakan di negara kita lebih banyak karakter sebenarnya telah ada dalam
berorientasi ke Barat, lebih banyak pendidikan kita sejak dulu. Konsep ini
mempergunakan referensi-referensi dari sejalan dengan konsep manusia yang
Barat. Kenyataannya, konsep nilai yang tersusun dari tubuh, akal, dan hati nurani
terkandung dalam pendidikan karakter seperti diyakini oleh orang Timur.
tersebut, antara Barat dengan Timur jauh Konsep pendidikan seperti itu
berbeda. Nilai yang diartikan sebagai menghendaki bukan hanya
“konsep tentang yang baik dan yang pengintegrasian nilai-nilai kebudayaan
diinginkan” dapat diterima di Barat nasional, tetapi juga pengintegrasian
maupun di Timur (Harun Nasution, ajaran-ajaran agama ke dalam
1998:289). Yang menjadi permasalahan pendidikan. Dengan demikian yang
ialah kriteria apa yang dipakai untuk dimaksud dengan nilai-nilai kebudayaan
menentukan yang baik dan yang nasional adalah nilai-nilai kebudayaan
diinginkan itu. Orang di Barat lebih nasional yang bernafaskan agama. Jika
memakai akal sedang orang Timur lebih ini yang dimaksud, bukan nilai nasional
memakai nilai-nilai agama dan yang bersifat sekular seperti di Barat,
kebudayaan sebagai basis nilai maka pengintegrasian agama ke dalam
pengembangan karakter. Terjadilah di pendidikan nasional akan sejalan dan
sini perbedaan tentang nilai-nilai. Apa sesuai dengan sifat bangsa kita yang
yang dianggap orang Barat baik, agamis. Menurut Harun Nasution
kemungkinan dianggap orang Timur (1998:290), keresahan timbul selama ini
sebaliknya. Dimasukkannya nilai-nilai karena konsep-konsep Barat yang
Barat ke Timur menimbulkan kekacauan didasarkan atas filsafat yang sekular
nilai dalam masyarakat di Timur. dibawa melalui pendidikan modern ke
Sesuai dengan pendapat yang ada di dalam masyarakat agamis di Indonesia
Barat, bahwa agama adalah hasil .
pemikiran manusia, nilai-nilai agama
disejajarkan dengan nilai-nilai ekonomi, KARAKTER
politik, pengetahuan, susila, dan Secara harfiah, istilah karakter
sebagainya. Akibatnya nilai-nilai itu berasal dari bahasa Inggris ‘character’
berkembang dalam kelompoknya yang berarti watak, karakter, atau sifat.2
masing-masing, terlepas dari kelompok- Dalam Kamus Bahasa Indonesia, watak
kelompok lainnya. Sedangkan pengertian diartikan sebagai sifat batin manusia
di Timur, nilai ekonomi, nilai politik, nilai yang mempengaruhi segenap pikiran dan
sosial, nilai pengetahuan, nilai susila, dan perbuatannya, atau berarti tabiat, dan
sebagainya tidak bisa dilepaskan dari budi pekerti.3 Karakter adalah tabiat,
agama (Harun Nasution, 1998:289). sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi
Bahkan agamalah yang menjadi dasar pekerti yang membedakan seseorang
dari nilai-nilai dalam berbagai kelompok dengan yang lain.4 Dengan demikian,
itu. istilah pendidikan karakter merupakan
Selanjutnya mengenai konsep upaya mempengaruhi segenap pikiran
pendidikan, pengertian pendidikan bagi dengan sifat-sifat batin tertentu, sehingga
kita di Timur, bertujuan bukan hanya dapat membentuk watak, budi pekerti,
mengisi yang dididik dengan ilmu dan mempunyai kepribadian.
pengetahuan dan mengembangkan Wynne dalam E. Mulyasa
ketrampilannya saja, tetapi juga mengemukakan bahwa karakter berasal
dari bahasa Yunani yang berarti “to dirinya sendiri. Adapun moral doing
mark” (menandai) dan memfokuskan adalah menampakkan pembiasaan
pada bagaimana menerapkan nilai-nilai perilaku-perilaku yang baik dan terpuji
kebaikan dalam tindakan nyata atau pada diri seseorang dalam kehidupan
perilaku sehari-hari. Oleh sebab itu, sehari-hari.
orang yang berperilaku tidak jujur, Berdasarkan ketiga komponen ini
curang, kejam, dan rakus dikatakan dapat dinyatakan bahwa karakter yang
sebagai orang yang berkarakter jelek. baik harus didukung oleh pengetahuan
Sebaliknya, yang berkelakuan baik, jujur, tentang kebaikan, keinginan untuk
dan suka menolong dikatakan sebagai berbuat baik, dan kemampuan
orang yang memiliki karakter baik atau melakukan perbuatan baik. Dengan kata
mulia. lain, indikator manusia yang memiliki
Dengan demikian, karakter kualitas pribadi yang baik adalah mereka
merupakan sifat alami seseorang dalam yang mengetahui kebaikan, memiliki
merespon situasi secara bermoral, yang keinginan untuk berbuat baik, dan nyata
terwujud dalam tindakan nyata melalui berperilaku baik, yang secara koheren
perilaku jujur, baik, bertanggung jawab, memancar sebagai hasil dari 5 (lima)
hormat terhadap orang lain, dan nilai-nilai olah, yaitu: olah pikir, olah hati, olah
karakter mulia lainnya. Dalam konteks raga, olah rasa, dan olah karsa. Dan hal
pemikiran Islam, karakter berkaitan erat ini sesuai dengan grand design yang
dengan iman dan ihsan. Hal ini sejalan dikembangkan oleh kemendiknas tahun
dengan apa yang disampaikan oleh 2010 dalam upaya pembentukan
Aristoteles, bahwa karakter erat karakter dalam diri tiap individu.
kaitannya dengan “habit” atau kebiasan
yang terus-menerus dipraktikkan dan PENTINGNYA PENDIDIKAN AL-
diamalkan. QURAN
Untuk mewujudkan nilai-nilai Pentingnya Pendidikan Al-Quran,
karakter dalam kepribadian perlu dapat dilihat pada beberapa hal.
ditekankan tiga komponen (components Pertama, pada tujuan mempelajari dan
of good character) penting yakni; moral mengajarkan Al-Quran. Al-Quran adalah
knowing (pengetahuan tentang moral), Kalamullah (firman Allah), kitab suci
moral feeling (perasaan tentang moral), mulia yang paling paripurna, pedoman
dan moral action (tindakan moral). Moral dan landasan hidup setiap manusia
knowing adalah adanya kemampuan beriman, yang mengakui Allah SWT.
seseorang membedakan nila-nilai akhlak sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Isinya
mulia dan akhlak tercela serta nilai-nilai mencakup segala segi kehidupan
universal. Termasuk memahami secara manusia. Kemuliaan umat manusia
logis dan rasional (bukan secara tergantung kepada bagaimana mereka
dogmatis dan doktrinis) pentingnya berinteraksi terhadap Al-Quran. “Hidup di
akhlak mulia dan bahaya akhlak tercela bawah naungan Al-Quran”, demikian
dalam kehidupan. Hal itu dilakukan lewat kata al-Syahid Sayyid Quthb, dalam kitab
pengenalan sosok Nabi Muhammad saw. tafsirnya, Fi Zhilal al-Qur’an (Di Bawah
sebagai figur teladan akhlak mulia Naungan Al-Quran). Sebagai kitab
melalui hadis-hadis dan sunahnya. pedoman, Al-Quran harus dibaca dan
Sedangkan moral feeling dimaksudkan bahkan sangat dianjurkan untuk dijadikan
untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa bacaan harian. Hal ini tersirat dalam
butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulia, berbagai keistimewaan, baik dalam
sehingga tumbuh kesadaran dan keistimewaan tilawah, keistimewaan
keinginan serta kebutuhan untuk menilai tadabbur atau perenungan, dan
keistimewaan hifzh atau hafalan (Hakim, membaca yang baik dan benar,
2013). yangdisebut dengan tajwid.
Keistimewaan tilawah adalah Keistimewaan tadabbur
bahwaAl-Quran adalah sebuah kitab memberikan pemahaman bahwa Al-
yang harus dibaca, bahkan dianjurkan Quran akan benarbenar menjadi ruh
untuk dijadikan bacaan harian. (penggerak) bagi kemajuan kehidupan
Membacanya dinilai oleh Allah SWT manusia manakala selalu dibaca dan
sebagai ibadah. Pahala yang diberikan ditadabburkan makna yang terkandung
pembacanya berlipat ganda, dalam setiap ayat-ayatnya. Allah SWT.
sebagaimana sabda Rasulullah Saw.: berfirman: “Dan demikianlah Kami
“Saya tidak mengatakan alif lam mim itu wahyukan kepadamu sebuah ruh (Al-
satu huruf, namun alif satu huruf, lam Quran) dengan perintah Kami.
satu huruf, dan mim satu huruf.” (H.R. al- Sebelumnya, kamu tidaklah mengetahui
Tirmidzi). Pada hakikatnya tilawah apakah al-Kitab itu dan tidak pula
bukanlah hal yang sederhana, namun mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami
dalam bertilawah seorang qari’ menjadikan Al-Quran itu cahaya, yang
(pembaca) dituntut untuk menjaga Kami tunjuki dengan dia siapa di antara
keaslian bacaan Al-Quran seperti yang hamba hamba Kami. Dan sesungguhnya
diturunkan Allah kepada Nabi kamu benar-benar memberi petunjuk
Muhammad SAW. melalui Jibril. Firman kepada jalan yang lurus” (Q.S. al-Syura
Allah: Apabila Kami telah membacanya [42]: 52). Allah SWT. juga berfirman:
maka ikutilah bacaannya itu (Q.S. al- “Sebuah kitab yang Kami turunkan
Qiyamah [75]:18). Rasulullah Saw. dalam kepadamu dengan berkah agar mereka
hal pengajaran Al-Quran menunjuk dan mentadabburkan ayat-ayatnya dan agar
memberi kepercayaan kepada beberapa menjadi peringatan bagi orang-orang
orang sahabat untuk mengajarkannya, di yang berakal” (Q.S. Shad [38]: 29).
antaranya kepada Mu’az bin Jabal, Ubay Adapun keistimewaan hafalan
bin Ka’ab, dan Salim Maula Abi berarti bahwa Al-Quran selain dibaca dan
Hudzaifah. Para sahabat kemudian perlu dihafal, dipindahkan dari tulisan ke
mengajarkannya kepada para tabi’in, dan dalam dada, karena hal ini merupakan
demikian seterusnya. Al-Quran diajarkan ciri khas orang-orang yang diberi ilmu,
secara turun-temurun dalam keadaan sekaligus sebagai tolok ukur keimanan
asli tanpa terkurangi hurufhurufnya, dalam hati seseorang. Allah Swt.
kalimat-kalimatnya, bahkan sampai berfirman: “Sebenarnya Al-Quran itu
teknis bacaannya. Untuk menjaga adalah ayat-ayat yang jelas di dalam
keaslian itulah ulama menjaga sanad Al- dada-dada orang-orang yang diberi ilmu,
Quran (runtutan para pengajar Al-Quran dan tidaklah mengingkari ayat-ayat Kami
dari sejak zaman Rasulullah Saw. kecuali orang-orang zalim.”(Q.S. al
sampai sekarang). Karena itu pulalah, Ankabut [29]:49). Rasulullah Saw.
metode yang asasi dan asli dalam bersabda: “Sesungguhnya orang yang di
mempelajari Al-Quran adalah metode dalam dadanya tidak terdapat sebagian
talaqqi, yaitu mempelajari Al-Quran ayat Al- Quran bagaikan rumah yang
melalui seorang guru langsung tidak ada penghuninya” (H.R. al-
berhadap-hadapan dimulai dari surat al- Tirmidzi).
Fatihah sampai surat al-Nas. Namun, Kedua, dilihat pada keutamaan
mengingat terbatasnya jumlah orang belajar dan mengajarkan Al-Quran. Hal
yang menguasai Al-Quran, terutama ini dapat dijelaskan seperti berikut.
dalam hal tilawah, maka ulama ahli qiraat  Orang yang belajar dan
meletakkan kaedah-kaedah cara mengajarkan Al-Quran adalah
sebaik-baik orang dan kelak akan saw. pernah menerangkan
menerima balasan pahala dari kepada para sahabatnya tentang
Allah yang berlipat ganda. kemuliaan orang yang membaca
Rasulullah SAW. bersabda: Al-Quran. Nabi Saw. juga
“Sebaik-baik kamu ialah orang membanggakanumatnya
yang belajar Al-Quran dan yang  yang gemar membacaAl-Quran
mengajarkannya” (H.R. al- Beliau bersabda: “Ibadah umatku
Bukhari). Dalam riwayat yang lain yang lebih utama ialah yang
Nabi Saw. Bersabda: “Bacalah membaca Al-Quran” (Mukti,
olehmu Al-Quran, maka 1987:217-220).
sesungguhnya kamu akan diberi Begitu pentingnya membaca Al-
pahala dengan setiap huruf itu Quran hingga Rasulullah Saw.
sepuluh kebaikan….” (H.R.al- menegaskan: “Didiklah anak-anakmu
Tirmidzi). dengan tiga perkara: mencintai Nabimu,
 Orang-orang yang membaca Al- mencintai keluarga Nabi, dan membaca
Quran adalah mereka yang Al-Quran”(H.R.al-Thabarani). Sabdanya
mengharapkan perniagaan yang yang lain, “Sebaikbaik kamu adalah
tidak akan merugi. Allah SWT. orang yang mempelajariAl-Quran dan
befirman dalam Q.S. Fathir ayat mengajarkannya” (H.R. al-Bukhari).
29: “Sesungguhnya orang-orang Pentingnya pendidikan Al-Quran,
yang membaca Al-Quran, dapat juga dilihat dari tujuan mempelajari
mendirikan shalat, dan Al-Quran dan mengajarkannya. Tujuan
menafkahkan sebagian rizki yang mempelajari Al-Quran selain sebagai
Kami berikan kepadanya dengan ibadah membacanya, juga masih banyak
diamdiam dan terang-terangan, tujuan lainnya. Terkait dengan hal ini
mereka itu mengharapkan Yunus (1978:55-56) mengemukakan
perniagaan yang tidak akan bahwa tujuan mempelajari Al-Quran
merugi (Q.S. Al Fathir [35]: 29). adalah sebagai berikut.
 Di samping amal kebajikan,  Memelihara kitab suci dan
memperbanyak membaca Al- membacanya serta
Quran dapat membebaskan memperhatikan isinya untuk
 seseorang dari sentuhan api menjadi petunjuk dan
neraka, karena ia datang kelak pengajaran bagi manusia
pada hari kiamat memberi dalam kehidupan di dunia.
syafa’at. Abdul Mukti (1987:216-  Mengingat hukum agama
217), mengemukakan fatwa Imam yang termaktub dalam Al-
Jalaluddin al-Suyuthy yang Quran serta menguatkan
mengambil hadis yang keimanan dan mendorong
diriwayatkan oleh Imam Muslim berbuat kebaikan dan
dari Abi Amamah, bahwa Nabi menjauhi kejahatan.
SAW. bersabda: “Bacalah  Mengharapkan keridaan Allah
olehmu Al-Quran karena Al-Quran dengan menganut iktikad
itu datang pada hari kiamat yang sah dan mengikuti
memberi syafa’at bagi segala suruhan-Nya dan
pembacanya”. menghentikan segala
 Membaca Al-Quran merupakan larangan-Nya.
ibadah yang lebih utama bagi  Menanamkan akhlak yang
umat Muhammad saw. Rasulullah mulia dengan mengambil
‘ibrah dan pengajaran, serta  Untuk menjelaskan asas utama
suri teladan yang baik dari syariat Islam.
riwayat-riwayat yang  Untuk meninggikan daya berpikir
termaktub dalam Al-Quran. murid-murid tentang hidup dan
 Menanam rasa keagamaan menikmati keindahan bahasanya.
dalam hati dan  Untuk memberi pemahaman
menumbuhkannya, sehingga terhaap ayat-ayat yang
bertambah tetap keimanan dipelajarinya.
dan bertambah dekat hati  Supaya murid-murid mengetahui
kepada Allah. hukum-hukum agama yang
Mempelajari Al-Quran amat terkandung di dalam Al-Quran
penting sekali dimulai sejak kanak-kanak, dan mengingatnya serta
baik di sekolah, atau di luar sekolah, menghafalnya.
seperti di rumah, di masjid, atau di  Untuk membentuk akhlak murid-
langgar atau surau, di Taman Pendidikan murid yang mempelajarinya.
Al-Quran (TPA), di Madrasah Diniyah Untuk memberikan pemahaman
Awaliyah (MDA), di pondok-pondok Al- tentang ayat-ayat yang dipelajari,
Quran, dan sebagainya karena waktu ini misalnya mengerti tiap-tiap arti
(sebagai langkah awal), tenaga hafalan perkataan, makna ayat, dan seterusnya,
kanak-kanak sangat kuat, harus dilakukan melalui hafalan di
sehingga mudah baginya menghafal samping membaca. Di saat itu peserta
ayatayat. Hal ini sejalan dengan didik dibiasakan menghafal ayat-ayat Al-
pendidikan shalat, bahwa anak-anak Quran sesuai kandungan ayat secara
harus bisa menghafal ayat-ayat yang bertahap sesuai kemampuan murid.
perlu dibaca dalam shalat atau di luar Tujuan mengajar Al-Quran untuk
shalat. Karena itu, sudah menjadi membentuk akhlak murid dapat dicapai
kebiasaan dari dulu anak-anak belajar Al- dengan memahami dan mengerti nas-
Quran di surau-surau di seluruh nas dari Al-Quran. Pentingnya
Indonesia. pendidikan Al-Quran merupakan suatu
Perguruan Al-Quran harus kewajiban bagi setiap orang beriman, di
dihidupkan di tempat-tempat seperti samping mengimani, membaca,
disebut di atas, baik petang hari maupun mengamalkan, dan memeliharanya.
malam hari, pagi maupun siang. Tetapi Melalui pendidikan Al-Quran setiap
supaya pelajaran itu lebih teratur dan peserta didik akan mencapai tujuan yang
menghasilkan tujuan di atas, haruslah diharapkan, yaitu terbentuknya karakter
diikuti cara-cara yang baik untuk baik atau akhlak mulia sebagai tujuan
mengajarkannya. Lebih lanjut Yunus tertinggi dari pendidikan Islam.
(1978:56) mengatakan bahwa pada Di sini letak pentingnya tugas
zaman sekarang, dirasa perlu seorang guru, baik dalam pendidikan
mempelajari Al-Quran menurut dasar- informal, nonformal, maupun formal.
dasar yang kokoh, bukan semata-mata Guru sebagai insan termulia, mempunyai
membaca dan melagukan saja, karena fungsi yang tidak dapat terlepas dari tiga
Al-Quran diturunkan Allah untuk petunjuk fungsinya, sebagaimana dinyatakan
dan penuntun bagi umat Islam Yoesoef (2013) bahwa seorang guru
khususnya dan umat manusia umumnya. mempunyai
Sementara Samak (1983:65-66) tiga tugas pokok yaitu tugas profesional,
mengemukakan bahwa tujuan tugas manusiawi, dan tugas
mengajarkan Al-Quran kepada murid- kemasyarakatan.
murid adalah sebagai berikut.
sebagaimana dijelaskan dalam sebuah
KESIMPULAN hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Pendidikan karakter melalui kitab Malik:
suci Al-Qur’an sangat penting bagi “aku hanya diutus untuk
pembentukan karakter anak. Karena menyempurnakan akhlak yang mulia”.
tidak bisa dipungkiri lagi banyaknya Misi utama ini bukan sekedar
penyimpangan yang terjadi di lingkungan simbol, semboyan, atau jargon untuk
masyarakat khususnya anak muda menarik simpati audiens, tetapi
jaman sekarang. Rasulullah sendiri terlebih dahulu
Kita juga tidak bisa mengabaikan menghiasi dirinya dengan akhlak mulia
betapa pentingnya penanaman atau berupa kejujuran dan amanah. Itulah
penekanan keimanan melalui pendidikan, sebabnya sehingga Allah menyangjung
karena lingkungan yang akan Rasulullah dalam Q.S. al-Qalam/68: 4:
menentukan kemana arah anak tersebut ”Dan sesungguhnya engkau benar-benar
akan berlabuh. Jika dari lingkungan berbudi pekerti yang luhur”
keluarga sendiri tidak mementingkan
atau mengenyampingkan pendidikan DAFTAR PUSTAKA
karakter melalui agama maka dapat Yusuf, Muhammad. 2013. Pembentukan
dilihat bagaimana lemahnya keimanan karakter melalui nilai. Jurnal Al-Ulum
anak tersebut, Vol:13.No:1. 1-24
Oleh karena itu sungguh sangat Sari, Dewi Purnama. 2017. Pendidikan
penting bagi orang tua ataupun tenaga Karakter Berbasis Al-Qur’an. Islamic
pendidik untuk mengontrol dan counseling. Vol:1. No:1. 1-24
mengendalikan pergaulan anak didiknya Rahman, Amri & Dulsukmi Kasim. 2014.
supaya tidak menyimpang dari norma- Pendidikan Karater Berbasis Al-
norma agama. Qur’an: Upaya Menciptakan Bangsa
Berangkat dari realitas tersebutdi yang Berkarakter. Jurnal Al-Ulum. Vol:
atas, Allah mengutus Muhammad untuk 14. No: 1. 247-268.
dapat melakukan transformasi budaya Hakim, Rosianati. 2014. Pembentukan
dari masyarakat jahiliyah menuju Karakter Peserta Didik melalui
masyarakat yang berperadaban, dari Pendidikan Berbasis Al-Qur’an. Jurnal
masyarakat yang biadab menuju Pendidikan Karakter. Vol: 4. No: 2.
masyarakat yang beradab. Untuk itu, misi 123-126
utama kenabiannya adalah akhlak,

También podría gustarte