Está en la página 1de 18

MAKALAH

MANAJEMEN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN METODE FUNGSIONAL

Dosen Pembimbing : Duwi Basuki, M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 1:


Kelas 3 C / Semester VI

Putri Mayang Sari (201601111)


Faiqatul Munajjah (201601113)
Khoridatul Bahiyah (201601112)
Krisna Rini K (201601085)
Erika Widiya Novita (201601106)
Bella Ernanda Ika (201601081)
Oktavia Mahandi P (201601083)
Ibnu Nafi (201601090)
Denofan Agung W (201601107)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas limpahan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas Manajemen
Keperawatan yang berjudul Asuhan Keperawatan Metode Fungsional dengan
tepat waktu tanpa halangan apapun.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Manajemen Keperawatan. Dengan dituliskannya makalah ini diharapkan
mahasiswa maupun tenaga kesehatan dapat memahami Makalah Asuhan
Keperawatan Metode Fungsional. Makalah ini tidak akan selesai tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. M. Sajidin, S.Kp., M.Kes Selaku Ketua STIKes Bina Sehat PPNI.
2. Ana Zakiyah.M.Kep Selaku Kepala Prodi Ilmu Keperawatan.
3. Dwi Basuki, M.Kep Selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan
Manajemen yang telah membimbing penulis.
4. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak, Ibu serta
kelurga yang telah mendukung, mendorong memberikan fasilitas
kepada penulis sehingga terselesainya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak


kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari
semua pihak demi kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya. Penulis
berharap semoga Makalah ini dapat memberikan kontribusi yang positif bagi
perkembangan pendidikan khususnya keperawatan. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita, Amin.
Mojokerto, 23 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………...i
Daftar Isi…………………………...……………………………………...……...ii
Bab 1 Pendahuluan ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
Bab 2 Pembahasan ................................................................................................ 3
2.1 Definisi Mpkp........................................................................................... 3
2.2 Komponen Mpkp ...................................................................................... 4
2.3 Tujuan Mpkp ............................................................................................ 5
2.4 Kelebihan Dan Kekurangan Mpkp ........................................................... 5
2.5 Karakteristik Mpkp................................................................................... 6
2.6 Langkah-Langkah Implementasi Dan Evaluasi Mpkp ............................. 6
Bab 3 Tinjauan Teori ............................................................................................ 9
3.1 Metode Fungsional ................................................................................... 9
3.2 Struktur Organisasi ................................................................................. 11
3.3 Pembagian Mpkp Metode Fungsional .................................................... 12
3.4 Kelebihan Dan Kekurangan Mpkp ......................................................... 13
3.5 Contoh Mpkp Metode Fungsional .......................................................... 13
Bab 4 Penutup ..................................................................................................... 14
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 14
4.2 Saran ....................................................................................................... 14
Daftar Pustaka………………………………….……………………………….15

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan jaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan


untuk bersikap profesional. Profesionalisme perawat dapat diwujudkan dibidang
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Salah satu usaha untuk memberikan
pelayanan yang berkualitas dan profesional tersebut adalah pengembangan model
praktek keperawatan fungsional (MPKP) yang memungkinkan perawat fungsional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang
pemberian asuhan tersebut. MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien
dan profesi lain dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan MPKP,
perawat dapat memahami tugas dan tanggung jawabnya terhadap pasien sejak
masuk hingga keluar rumah sakit. Implementasi MPKP harus ditunjang dengan
sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang memadai.

Banyak metode praktek keperawatan yang telah dikembangkan selama 35


tahun terakhir ini, yang meliputi keperawatan fungsional, keperawatan tim,
keperawatan primer, praktik bersama, dan managemen kasus. Setiap unit
keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi model yang paling tepat
berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan
rumah sakit. Katagori pasien didasarkan atas, tingkat pelayanan keperawatan yang
dibutuhkan pasien , Usia, Diagnosa atau masalah kesehatan yang dialami pasien
dan terapi yang dilakukan (Bron , 1987). Pelayanan yang fungsional identik
dengan pelayanan yang bermutu, untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan
dalam melakukan kegiatan penerapan standart asuhan keperawatan dan
pendidikan berkelanjutan. Dalam kelompok keperawatan yang tidak kalah
pentingnya yaitu bagaimana caranya metode penugasan tenaga keperawatan agar
dapat dilaksanakan secara teratur, efesien tenaga, waktu dan ruang, serta
meningkatkan ketrampilan dan motivasi kerja. Menurut Tappen (1995), model
pemberian asuhan keperawatan ada enam macam, yaitu: model kasus, model

1
fungsional, model tim, model primer, model manajemen perawatan, dan model
perawatan berfokus pada pasien.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah Model Keperawatan Metode Fungsional


2. Apakah kelebihan dan kelemahan metode fungsional

1.3 Tujuan

Tujuan umum :
1. Mahasiswa dapat memahami Model Keperawatan metode
fungsional
Tujuan khusus :
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang :
1. Pengertian Model Praktik Keperawatan fungsional
2. Tujuan Model Praktik Keperawatan fungsional
3. Kelebihan dan kelemahan keperawatan fungsional

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi MPKP

Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem


(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan. (Ratna sitorus & Yulia, 2006).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan. Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga
keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan
klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal penting,
karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan,
tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan keperawatan.
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) merupakan salah satu
sistem terstruktur yang memungkinkan perawat memberikan asuhan keperawatan
secara profesional dan berkualitas. Sebagaimana menurut Hoffart & Woods
(1996), model Asuhan Keperawatan Profesional adalah suatu system, yaitu
struktur, proses dan nilai- nilai, yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang
pemberian asuhan tersebut. Tujuan utama MPKP adalah untuk meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan.
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem
(struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang
pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).
Model praktek keperawatan profesianal (MPKP) diyakini dapat menjadi
salah satu daya ungkit pelayanan yang berkualitas dalam rangka meningkatkan

3
mutu asuhan keperawatan dirumah sakit. Dengan model ini, pengembangan
keilmuan keperawatan ditatanan pelayanan dapat difasilitas. Karena model ini
sangat menekankan pada kualitas kinerja tenaga keperawatn yang berfokus pada
profesionalisme keperawatan.

2.2 Komponen MPKP

Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit,


Hoffart & Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima komponen
yaitu nilai–nilai professional yang merupakan inti MPKP, hubungan antar
professional, metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen
terutama dalam perubahan pengambilan keputusan serta sistem kompensasi dan
penghargaan.

1. Nilai–nilai professional
Pada model ini PP dan PA membangun kontrak dengan
klien/keluarga, menjadi partner dalam memberikan asuhan keperawatan. Pada
pelaksanaan dan evaluasi renpra. PP mempunyai otonomi dan akuntabilitas
untuk mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan termasuk tindakan
yang dilakukan oleh PA. hal ini berarti PP mempunyai tanggung jawab
membina performa PA agar melakukan tindakan berdasarkan nilai-nilai
professional.
2. Hubungan antar professional
Hubungan antar profesional dilakukan oleh PP. PP yang paling
mengetahui perkembangan kondisi klien sejak awal masuk. Sehingga mampu

4
memberi informasi tentang kondisi klien kepada profesional lain khususnya
dokter. Pemberian informasi yang akurat akan membantu dalam penetapan
rencana tindakan medik.
3. Metode pemberian asuhan keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah
modifikasi keperawatan primer sehingga keputusan tentang renpra ditetapkan
oleh PP, PP akan mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat
modifikasi pada renpra sesuai kebutuhan klien.
4. Pendekatan manajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis
koordinasi yang jelas antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi
tanggung jawab PP. Dengan demikian, PP adalah seorang manajer asuhan
keperawatan. Sebagai seorang manajer, PP harus dibekali dengan
kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi
manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.
5. Sistem kompensasi dan panghargaan.
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk
asuhan keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan yang profesional.
Kompensasi dan penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan bagian
dari asuhan medis atau kompensasi dan penghargaan berdasarkan prosedur.

2.3 Tujuan MPKP

1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.


2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan
asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan
bagi setiap tim keperawatan.
2.4 Kelebihan dan kekurangan MPKP

1. Kelebihan MPKP
1). Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.

5
2). Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
3). Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah di
atasi dan memberikan kepuasan kepada anggota lain.
4). Bila diimplementasikan di Rumah Sakit meningkatkan mutu asuhan
keperawatan.
5). Ruang MPKP merupakan lahan praktek yang baik untuk proses
belajar.
6). Ruang MPKP sangat menunjang program pendidikan Nursing.
2. Kekurangan MPKP
1). Komunikasi antar anggota tim terutama dalam bentuk konferensi
tim, membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakannya pada
waktu-waktu sibuk.
2). Akuntabilitas konsep pada tim.
3). Beban kerja yang tinggi.
4). Pendelegasian tugas terbatas.
5). Kelanjutan keperawatan klien hanya sebagian selama tugas perawat
penanggung jawab klien.

2.5 Karakteristik MPKP

1. Pendapatan jumlah tenaga keperawatan.


2. Penetapan jenis anggota keperawatan.
3. Penetapan standar rencana asuhan keperawatan.
4. Penggunaan metode modifikasi keperawatan primer.

2.6 Langkah-Langkah Implementasi dan Evaluasi MPKP

1. Tahap persiapan
1). Tahap persiapan tim (terdiri dari coordinator departemen, kepala
ruang rawat, perawat ruangan, ketua MPKP).
2). Rancangan penilaian mutu (kelompok kerja yang membuat rencana
asuhan keperawatan yang meliputi kepuasan klien).
3). Presentasi MPKP (untuk mendapatkan nilai dukungan dari semua
yang terlibat pada saat presentasi).

6
4). Penetapan tempat implementasi (dalam menentukan tempat
implementasi perlu memperlihatkan mayoritas tenaga keperawatan
apakah ada staff baru atau tidak).
5). Identifikasi jumlah klien (kelompok klien terdiri dari 3 kriteria yaitu
minimal, persial, dan total).
6). Penempatan tenaga keperawatan.
7). Penetapan jenis tenaga.
a. Kepala ruang rawat.
b. Clinical care manager.
c. Perawat primer.
d. Perawat associate.
8). Pengembangan standar asuhan keperawatan (bertuuan untuk
mengurangi waktu perawat untuk menulis, sehingga waktunya habis
untuk melakukan tindakan keperawatan).
9). Penetapan format dokumentasi keperawatan.
10). Identifikasi fasilitas
a. Badge atau kartu nama tim.
b. Papan nama
c. Papan MPKP
2. Tahap pelaksanaan
1). Pelatihan MPKP.
2). Memberikan bimbingan kepada PP dalam melakukan konferensi.
3). Memberikan bimbingan kepada PP dalam melakukan ronde PA.
4). Memberikan bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar
Renpra.
5). Memberikan bimbingan dalam melakukan presentasi dalam tim.
6). Memberikan bimbingan kepada CCM dalam bimbingan PP dan PA.
7). Memberikan bimbingan tetang dokumentasi keperawatan.
3. Tahap evaluasi
1). Memberikan instrument evaluasi kepuasan klien/keluarga untuk
setiap klien pulang.
2). Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar penilaian.

7
3). Penilaian infeksi nosocomial diruang rawat.
4). Penialian rata-rata lama di rawat.

8
BAB 3

TINJAUAN TEORI

3.1 Metode Fungsional

Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian


tugas dan prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas
tertentu untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di suatu ruangan.
Model ini digambarkan sebagai keperawatan yang berorientasi pada tugas dimana
fungsi keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap anggota staff. Setiap staff
perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan pada semua pasien
dibangsal. Misalnya seorang perawat bertanggung jawab untuk pemberian obat-
obatan, seorang yang lain untuk tindakan perawatan luka, seorang lagi mengatur
pemberian intravena, seorang lagi ditugaskan pada penerimaan dan pemulangan,
yang lain memberi bantuan mandi dan tidak ada perawat yang bertanggung jawab
penuh untuk perawatan seorang pasien.
Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat. Perawat
senior menyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pelaksana
pada tindakan keperawatan. Penugasan yang dilakukan pada model ini
berdasarkan kriteria efisiensi, tugas didistribusikan berdasarkan tingkat
kemampuan masing-masing perawat dan dipilih perawat yang paling murah.
Kepala ruangan terlebih dahulu mengidentifikasm tingkat kesulitan tindakan,
selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung jawab mengerjakan
tindakan yang dimaksud. Model fungsional ini merupakan metode praktek
keperawatan yang paling tua yang dilaksanakan oleh perawat dan berkembang
pada saat perang dunia kedua.
Metode Fungsional adalah pengorganisasian yang didasarkan kepada
pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Model pemberian
asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian tugas dan prosedur
keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu untuk
dilaksanakan kepada semua klien yang dirawat di suatu ruangan. Model ini

9
digambarkan sebagai keperawatan yang berorientasi pada tugas dimana fungsi
keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap anggota staff. Setiap staff perawat
hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan pada semua klien dibangsal.
Misalnya seorang perawat bertanggung jawab untuk pemberian obat-obatan,
seorang yang lain untuk tindakan perawatan luka, seorang lagi mengatur
pemberian intravena, seorang lagi ditugaskan pada penerimaan dan pemulangan,
yang lain memberi bantuan mandi dan tidak ada perawat yang bertanggung jawab
penuh untuk perawatan seorang klien.
Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat. Perawat
senior menyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pelaksana
pada tindakan keperawatan. Penugasan yang dilakukan pada model ini
berdasarkan kriteria efisiensi, tugas didistribusikan berdasarkan tingkat
kemampuan masing-masing perawat dan dipilih perawat yang paling murah.
Kepala ruangan terlebih dahulu mengidentifikasm tingkat kesulitan tindakan,
selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung jawab mengerjakan
tindakan yang dimaksud. Model fungsional ini merupakan metode praktek
keperawatan yang paling tua yang dilaksanakan oleh perawat dan berkembang
pada saat perang dunia kedua.
Jenis Model Asuhan Keperawatan Menurut Grant dan Massey (1997) dan
Marquis dan Huston (1998)
Model Deskripsi Penanggung Jawab
Fungsional ( bukan  Berdasarkan orientasi tugas Perawat yang bertugas
model MAKP) dari filosifi keperawatan. pada tindakan tertentu.
 Perawat melaksanakan
tugas (tindakan) tertentu
berdasarkan jadwal
kegiatan yang ada.
 Metode fungsional
dilaksanakan oleh perawat
dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai
pilihan utama pada

10
saat perang dunia kedua.
Pada saat itu, karena
masih terbatasnya jumlah
dan kemampuan perawat,
maka setiap perawat
hanya melakukan 1–2 jenis
intervensi keperawatan
kepada semua pasien
di bangsal.

3.2 Struktur Organisasi

Berikut ini merupakan penjabaran secara rinci tentang metode pemberian


asuhan keperawatan profesional.
Fungsional (bukan model MAKP). Metode fungsional dilaksanakan oleh
perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat
perang dunia kedua. Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan
kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan satu atau dua jenis
intervensi keperawatan saja (misalnya, merawat luka) kepada semua pasien di
bangsal.

Kepala Ruang

Perawat Perawat Asisten perawat House keeping


Pengobatan Treatment perawatan diri

Pasien

Gambar : Struktur Organisasi Asuhan Keperawatan Dengan Model Fungsional

11
3.3 Pembagian MPKP Metode Fungsional

Metode ini dibagi menjadi beberapa bagian dan tenaga ditugaskan pada
bagian tersebut secara umum, sebagai berikut :

1. Kepala Ruangan, tugasnya diantaranya yaitu :


1) Merencanakan pekerjaan.
2) Menentukan kebutuhan perawatan klien.
3) Membuat penugasan.
4) Melakukan supervise.
5) Menerima instruksi dokter.
2. Perawat staf, tugasnya diantaranya yaitu :
1) Melakukan asuhan keperawatan secara langsung pada paasien.
2) Membantu supervise asuhan keperawatan yang diberikan oleh pembantu
tenaga keperawatan.
3) Perawat pelaksana, tugasnya yaitu melaksanakan asuhan keperawatan
langsung kepada klien dengan asuhan keperawatan sedang, klien dalam
masa pemulihan kesehatan dan klien dengan penyakit kronik dan
membantu tindakan sederhana (ADL).
3. Pembantu perawat, tugasnya diantaranya yaitu :
1) Membantu klien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk mandi.
2) Membenahi tempat tidur.
3) Membagikan alat tenun bersih.
4. Tenaga administrasi ruangan, tugasnya diantaranya yaitu :
1) Menjawab televon.
2) Menyampaikan pesan.
3) Memberi informasi.
4) Mengerjakan pekerjaan administrasi ruangan.
5) Mencatat klien masuk dan pulang.
6) Membuat duplikat rosterna ruangan.
7) Membuat permintaan lab untuk obat-obatan/persediaan yang diperlukan
atas interuksi kepala ruangan.

12
3.4 Kelebihan dan kekurangan MPKP

Kelebihan:
a. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang
jelas dan pengawasan yang baik
b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
c. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum
berpengalaman.
d. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.
Kekurangan:
a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
b. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan
c. Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja.
d. Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas
pekerjaan
e. Hubungan perawat dan klien sulit terbentuk

3.5 Contoh MPKP Metode Fungsional

Dalam metode ini perawat hanya melakukan 1-2 intervensi saja, karena
masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat saat itu. Metode ini dilakukan
sebagai pilihan utama sejak perang dunia ke dua.
Setiap perawat diberikan 1-2 tugas untuk dilaksankan kepada semua
pasien di suatu ruangan. Misalnya seorang perawat bertanggung jawab untuk
pemberian obat-obatan, seorang yang lain untuk tindakan perawatan luka, seorang
lagi mengatur pemberian intravena, seorang lagi ditugaskan pada penerimaan dan
pemulangan, yang lain memberi bantuan mandi dan tidak ada perawat yang
bertanggung jawab penuh untuk perawatan seorang pasien. Kepala ruangan
bertanggung jawab dalam pembagian tugas tersebut dan menerima semua laporan
tentang pelayanan keperawatan klien serta menjawab semua pertanyaan tentang
klien.

13
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dalam model keperawatan metode fungsional Perawat akan melaporkan


tugas yang dikerjakannya kepada kepala ruangan dan kepala ruangan tersebut
bertanggung jawab dalam pembuatan laporan klien. Metode fungsional mungkin
efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas apabila jumlah perawat sedikit, tetapi
klien tidak mendapatkan kepuasan asuhan yang diterimanya.

4.2 Saran

Dalam metode ini memang sangat efisien untuk menyelesaikan tugas


keperawatan namun alangkah baiknya untuk tindakan keperawatan pada pasien
dilakukan dengan sebaik mungkin agar kebutuhan pasien terpenuhi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sitorus, Ratna. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit :


Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan
di Ruang Rawat. Jakarta : EGC.
Gillies, D. (1989) , Nursing Management company a Sistem Approach,
Philadelphia, W.B. Saunders. Huber,. D., (2000). Leadershi~ and nursing
care management Philadelpia:
Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 4 . Jakarta Selatan: Salemba Medika .

15

También podría gustarte