Está en la página 1de 88

STRATEGI PEMASARAN

RUMAH MAKAN WONG SOLO

(Studi Kasus Rumah Makan Wong Solo Cabang Pondok Gede Jakarta Timur)

Anwar Manan Latif

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009 M / 1430 H
STRATEGI PEMASARAN
RUMAH MAKAN WONG SOLO

(Studi Kasus: Rumah Makan Wong Solo Cabang Pondok Gede)

Anwar Manan Latif


100092020254

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009 M / 1430 H
PENGESAHAN UJIAN

Skripsi yang berjudul “Strategi Pemasaran Rumah Makan Wong Solo (Studi Kasus
Rumah Makan Wong Solo Cabang Pondok Gede)”, telah diuji dan dinyatakan lulus dalam
Sidang Munaqosah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, pada hari Rabu tanggal 15 Oktober 2008. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi
Agribisnis

Tim Penguji,
Penguji I Penguji II

DR. Ir. Nunuk Adiarni, MM Ir. Siti Rochaeni, M.Si

Tim Pembimbing,
Pembimbing 1, Pembimbing 2,

Rahmi Purnomowati, M.Si Achmad Tjachja Nugraha, SP, MP

Mengetahui,

Dekan, Ketua Program Studi


Fakultas Sains Dan Teknologi Agribisnis

Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis Ir.Lilis Imamah I.,M.Si


NIP. 150 317 956 NIP. 131 861 314
PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAM BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL


KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU
KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, 24 September 2008

Anwar Manan Latif


100092020254
RINGKASAN

ANWAR MANAN LATIF, Strategi Pemasaran Rumah Makan Wong Solo Studi
Kasus: Rumah Makan Wong Solo Cabang Pondok Gede. (Dibawah bimbingan
RAHMI PURNOMOWATI dan AHMAD TJACHJA NUGRAHA).

Banyaknya jumlah rumah makan dan restoran yang berkembang saat ini,
merupakan fenomena yang terlihat jelas, mulai dari rumah makan yang berskala kecil
hingga yang berskala internasional. Menurut data yang terdapat di Departemen
Pariwisata pada tahun 2006 tercatat terdapat sebanyak 31.903 industri rumah makan,
yang terdiri dari empat segmen pasar yang berbeda, yaitu rumah makan tradisional,
restoran, catering dan bar. Jakarta yang merupakan ibu kota Indonesia merupakan
daerah yang paling berkembang dalam industri rumah makan, hal ini didukung dari
banyaknya penduduk daerah yang datang ke ibu kota dan sudah barang tentu menjadi
sasaran bagi pengembangan usaha rumah makan, semakin banyak segmentasi yang
terbentuk dari rasa kedaerahan, maka semakin banyak pula rumah makan yang berdiri
berdasarkan masing – masing daerah. Segmentasi pasar merupakan bagian dari target
pasar bagi setiap perusahaan, sedangkan pasar merupakan bagian dari perorangan
maupun organisasi yang membutuhkan suatu produk dan mempunyai kemampuan
serta keinginan untuk membelinya. Dalam hal ini rumah makan mempunyai segmen
pasar yang pertama, karena konsumen langsung membeli dan merasakan kepuasan
terhadap produk yang mereka dapatkan. Akan tetapi pada lain pihak rumah makan
menjadi konsumen institusional, dikarenakan rumah makan membeli bahan baku dari
para petani dan kemudian mengolah kembali untuk kemudian dipasarkan. Jelasnya
segmentasi pasar yang ada, membuat semua pengusaha rumah makan dan restoran
berlomba-lomba mengatur strategi yang bisa mereka gunakan untuk meraih perhatian
para konsumen, yang kemudian berdampak pada sistem manajerial yang berlaku
dirumah makan tersebut, hal ini tentu saja dilakukan untuk memperoleh profit yang
maksimal dan peningkatan profit secara keseluruhan pada setiap tahunnya.
Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede tepatnya terletak di jalan
raya Pondok Gede No. 5. Lokasi ini persis Bersisian dengan terminal bus kota dan
luar kota Pinang Ranti juga berdekatan dengan Asrama Haji Pondok Gede. Wong
Solo cabang Pondok Gede didirikan dengan memakai konsep franchise yaitu
mempersiapkan para investor untuk menanamkan modalnya. Masing-masing cabang
Wong Solo mempunyai tipe yang berbeda. Perbedaan antara masing-masing cabang
disesuaikan bentuk dan ornamen bangunan serta aksesorisnya. Rumah makan Wong
Solo cabang Pondok Gede merupakan rumah makan tipe B.
Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede merupakan usaha yang
cukup menjanjikan, walaupun berdiri kurang lebih lima tahun, rumah makan ini
sudah memiliki nama (brand) yang cukup terkenal, namun hal tersebut belum benar-
benar maksimal dalam pengembangannya. Berbedanya masing – masing cabang
dalam penerapan manajemen terjadi disebabkan pihak Top level manajemen Rumah
Makan Wong Solo membebaskan para managernya di masing-masing cabang, untuk
memberikan peluang agar mampu bersaing sesuai dengan kondisi dari masing-
masing cabang.
Tujuan Penelitian ada tiga, yaitu: (1)Mengidentifikasi faktor internal dan
eksternal yang meliputi kekuatan dan kelemahan, faktor eksternal meliputi peluang
dan ancaman yang dihadapi Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede. (2)
Menganalisa bauran pemasaran yang dijalankan Rumah Makan Wong Solo cabang
Pondok Gede. (3) Merumuskan strategi pemasaran yang tepat sesuai kondisi internal
dan eksternal yang dilakukan Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede.
Metode pengelolaaan dan analisis data dilakukan secara deskriptif dan
kuantitatif menggunakan analisis lingkungan pemasaran, matrik IFE dan EFE, matrik
IE, analisis SWOT untuk merumuskan strategi pemasaran yang tepat Rumah Makan
Wong Solo cabang Pondok Gede.
Total nilai matrik pada kekuatan memiliki skor 1,650, sedangkan pada
kelemahan menunjukkan skor 0,701 artinya rumah makan Wong Solo cabang Pondok
Gede mampu menutupi kelemahan yang ada. Matrik IFE menunjukkan bahw faktor
internal yang memiliki kekuatan terbesar adalah menu yang disajikan yang memiliki
cita rasa yang khas, sedangkan empat kekuatan lainnya ialah : pengawasan mutu
ayam bakar Rumah Makan Wong Solo dilakukan secara ketat, sumberdaya manusia
yang dimiliki oleh Rumah Makan Wong Solo berkualitas, produk yang dimiliki
Rumah Makan Wong Solo dalam hal ini produknya menu makanan, telah memiliki
47 menu, sistem penjualan yang dilakukan oleh Rumah Makan Wong Solo adalah
dengan mendirikan cabang atau perwakilan sebanyak-banyaknya sehingga seluruh
kekuatan berjumlah 1,650.
Dari tabel matrik EFE, dapat disimpulkan bahwa Rumah Makan Wong Solo
cabang Pondok Gede sudah bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk menutupi
faktor-faktor yang menjadi ancaman. Hal ini dapat terlihat dengan lebih besarnya
skor peluang yaitu 1,627 dibandingkan faktor ancaman yang hanya 0,729. akan tetapi
beberapa peluang besar yang bisa dimanfaatkan, belum menjadi prioritas bagi rumah
makan ini, dikarenakan Rumah Makan Wong Solo belum bisa memanfaatkan
pertumbuhan perumahan disekitar lokasi rumah makan tersebut, hal ini dapat terlihat
bahwa faktor pertumbuhan perumahan hanya bernilai 0,266.
Konsentrasi melalui Integrasi Horizontal (sel 5), merupakan kegiatan untuk
memperluas perusahaan dengan cara membangun citra positif dan meningkatkan jenis
produk serta jasa. Selain itu perusahaan dapat mempertahankan serta memelihara
kekuatan yang dimiliki untuk mendapatkan peluang dan meminimalisasi ancaman
yang ada. Walaupun berada pada titik aman, pertemuan antara EFE dan IFE sangat
dekat dengan kotak ancaman. Berdasarkan hal tersebut, maka strategi yang sesuai
dengan Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede adalah penetrasi pasar, yaitu
lebih memanfaatkan peluang yang ada denga cara penyebaran brosur di perumahan-
perumahan dan meningkatkan penjualan melalui Delevery Order atau pesan antar,
serta harus terus waspada terhadap ancaman dari rumah makan sejenis yang
menggunakan konsep waralaba.
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmannirrohim,
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT
Tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam kepada
junjungan Rasulullah SAW yang membawa umat manusia dari zaman kegelapan
menuju zaman ilmu pengetahuan.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Sains dan Teknologi Program Studi Agribisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul “STRATEGI
PEMASARAN RUMAH MAKAN WONG SOLO (Studi Kasus Rumah Makan
Wong Solo Pondok Gede Jakarta Timur)”.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. (Alm) KH. Khaidir Anwar ayahanda tercinta, walaupun beliau telah tiada
bimbingan serta didikan nya akan selalu mewarnai jalan hidupku, Mama dan istri
tercinta, atas motivasi pengertian serta do’a dan kasih sayangnya, serta kakak-
kakak ku Aini Aswita, Umi Hati, Lukman Hakim dan Aulia Astuti, Umak dan
Ayah Mertuaku serta adik-adikku tersayang Rani, Oin, Yasir dan Dede atas do’a,
dan dukungannya, baik moril maupun materiil.
2. KH Asef Bahruzzein dan Ust H. Wawan Arwani Lc, selaku penasihat spiritual
yang sudah mengarahkan hidupku kepada jalan yang lebih baik.
3. Ibu Rahmi Purnomowati, M.Si, selaku pembimbing I yang dengan perhatian,
ketulusan dan kesabaran memberikan pengarahan dan bimbingan dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Ir. Achmad Tjahja Nugraha, SP, MP, selaku pembimbing II yang dengan
pengertian, ketulusan dan kesabaran hati memberikan bimbingannya.
5. Ibu DR. Ir. Nunuk Adriani, MM, selaku penguji I yang dengan kesabaran dan
ketulusan hati yang telah banyak memberikan masukan dan arahan untuk
perbaikan skripsi ini.
6. Ibu Ir. Siti Rochaeni, M.Si, selaku penguji II yang dengan kesabaran dan
ketulusan hati telah memberikan masukan dan arahan untuk perbaikan skripsi ini.
7. Bapak Dr. Ir. Sopyansyah Jaya Putra, M.Si., selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Ibu Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si, selaku Ketua Jurusan Agribisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang selalu sabar menanti perjuanganku yang panjang.
9. Seluruh Dosen dan staff Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
10. Salim dan Hafis yang sudah banyak memberikan motivasi dan masukan dalam
penyelesaian skripsi ini.
11. Teman-teman jurusan Agribisnis, terimakasih atas motivasi dan masukan yang
telah diberikan selama penyusunan skripsi ini.
12. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Seluruh pihak yang tidak dapat
disebutkan namanya satu-persatu, tanpa mengurangi rasa hormat yang telah
memberikan dorongan dan masukan atas penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini tidak lepas dari kekurangan dan
ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca guna perbaikan. Akhirnya penulis berharap karya
tulis berupa skripsi ini dapat bermanfaat. Amin ya robbal ‘alamin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Maret 2009

Anwar Manan Latif


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .........................................................................................................i

DAFTAR TABEL .................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................iv

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah............................................................1
1.2. Perumusan Masalah ..................................................................5
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................5
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Analisis Lingkungan Internal .....................................................7
2.2. Analisis Lingkungan Eksternal...................................................8
2.2.1. Lingkungan Mikro............................................................9
2.2.2. Lingkungan Makro .........................................................11
2.3. Matrik Internal Factor Evaluation (IFE) Matrik External Factor
Evaluation (IFE) .......................................................................13
2.4. Analisis Lingkungan Internal ...................................................14
2.5. Analisis Lingkungan Eksternal.................................................14
2.5.1. Analisis Strategi dengan IFE dan EFE ............................15
2.6. Analisis dan Matrik SWOT ......................................................19
2.7. Analisis Bauran Pemasaran ......................................................22
2.7.1. Produk ............................................................................23
2.7.2. Harga ..............................................................................25
2.7.3. Distribusi.........................................................................27
2.7.4. Promosi ...........................................................................28
2.8. Penelitian Terdahulu ................................................................29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................31
3.2. Jenis dan Sumber Data .............................................................31
3.3. Pengambilan Data ....................................................................32
3.4. Pengolahan dan Analisis Data ..................................................33
3.4.1. Analisis Lingkungan Internal...…………..…..…..............33
3.4.2. Analisis Lingkungan Eksternal.. ........................................34
3.4.3. Analisis Strategi dengan EFE dan IFE...............................34
3.4.4. Analisis SWOT yang dihadapi perusahaan........................39
3.5.Kerangka Pemikiran Konseptual.................................................39

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN


4.1. Kondisi Lingkungan Area Penelitian.........................................41
4.2. Sejarah Ayam Bakar Wong Solo ...............................................42
4.3. Sejarah Pendirian Rumah Makan Wong Solo Cabang
Pondok Gede..............................................................................43
4.4. Struktur Organisasi Wong Solo Cabang Pondok Gede...............45
4.5. SDM Rumah Makan Wong Solo Cabang Pondok Gede
Wong Solo Cabang Pondok Gede .............................................46

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1. Analisis Lingkungan Rumah Makan .........................................47
5.1.1. Analisis Lingkungan Internal...........................................47
5.1.1.1. Faktor Produksi dan Operasi ...............................47
5.1.1.2. Sumber Daya Manusia ........................................47
5.2. Matrik IFE ................................................................................49
5.2.1. Kekuatan .........................................................................49
5.2.2. Kelemahan ......................................................................51
5.3. Analisis Lingkungan Eksternal............. .......................................53
5.3.1 Lingkungan Mikro...........................................................53
5.3.2 Lingkungan Makro ..........................................................55
5.4. Matrik EFE ...............................................................................57
5.4.1 Peluang ...........................................................................58
5.4.2 Ancaman .........................................................................59
5.5. Analisis Matrik SWOT..............................................................61
5.6. Strategi Bauran Pemasaran........................................................64

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. Kesimpulan..............................................................................67
6.2. Saran........................................................................................68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Nomor Hal

1 Jumlah Restoran, Rumah Makan Tradisional, Cataring dan Bar................. 2


2 Faktor-faktor Strategi Eksternal.................................................................15
3 Faktor-faktor Strategi Internal ...................................................................15
4 Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan ................................17
5 Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan..............................17
6 Faktor-faktor Strategi Eksternal.................................................................34
7 Faktor-faktor Strategi Internal ...................................................................35
8 Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan ................................36
9 Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan..............................37
10 Matrik IFE Rumah Makan Wong Solo ......................................................52
11 Matrik EFE Rumah Makan Wong Solo .....................................................59
12 Penyusunan Matrik SWOT RM. Ayam Bakar Wong Solo .........................61
DAFTAR GAMBAR

Nomor Hal

1 Model Lima Kekuatan Potler.....................................................................11


2 Strategi Empat Kuadran.............................................................................20
3 Matrik SWOT ...........................................................................................22
4 Variabel-Variabel 4 P dari Bauran Pemasaran ...........................................23
5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Penetapan Harga................26
6 Kerangka Pemikiran Konseptual................................................................40
7 Struktur Organisasi Rumah Makan Wong Solo...........................................45
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

1 Struktur Organisasi Rumah Makan Wong Solo


2 Daftar Karyawan dan Tingkat Pendidikan di Masing – masing Jabatan
3 Menu Rumah Makan Wong Solo
4 Daftar Harga Makanan di Rumah Makan Wong Solo Cabang Pondok Gede
5 Daftar Harga Minuman di Rumah Makan Wong Solo Cabang Pondok Gede
6 Outlet Ayam Bakar wong Solo di Beberapa Kota Besar di Indonesia
7 Hasil Wawancara Dengan Pihak Manajemen RM Wong Solo
8 Hasil Kalkulasi Bobot Pada Faktor Internal
9 Hasil Kalkulasi Pemberian Bobot Pada faktor Eksternal
10 Kalkulasi Perhitungan Rata – rata Bobot dari Faktor Internal dan Eksternal
11 Perhitungan Rata – rata Rating dari Faktor Internal dan Eksternal
12 Skor Internal dan Skor Eksternal Rumah Makan Wong Solo
13 Kuesioner Analisis Internal Perusahaan
14 Kuesioner Analisis Eksternal Perusahaan
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri pengolahan bahan pangan siap saji (rumah makan dan restoran)

merupakan salah satu industri yang menjanjikan pada saat ini di Indonesia. Di tengah

badai krisis moneter yang berkepanjangan, rumah makan mempunyai kekuatan

tersendiri dalam mengatasinya, selain itu rumah makan menyediakan kebutuhan

pokok yang dikonsumsi masyarakat luas.

Indonesia mempunyai iklim yang sangat cocok untuk mengembangkan usaha

pertanian, hal ini tentu dapat mendukung perkembangan usaha rumah makan yang

bahan bakunya berasal pertanian, akan tetapi iklim yang baik dan lahan yang cukup

untuk pertanian belum benar-benar dimanfaatkan dengan maksimal, hal ini terbukti

dengan beberapa kali adanya kenaikan harga beras yang diakibatkan dari kurangnya

pasokan dalam negeri sehingga harus mengimpor beras dari Thailand (Wahyuddin,

2007; hal 3).

Banyaknya jumlah rumah makan dan restoran yang berkembang saat ini,

merupakan fenomena yang terlihat jelas, mulai dari rumah makan yang berskala kecil

hingga yang berskala internasional. Menurut data yang terdapat di Departemen

Pariwisata pada tahun 2006 tercatat terdapat sebanyak 31.903 industri rumah makan,

yang terdiri dari empat segmen pasar yang berbeda, yaitu rumah makan tradisional,

restoran, catering dan bar.


Segmentasi pasar yang ada menunjukkan jenis konsumen mana yang menjadi

target dari pemasaran rumah makan dan restoran. Secara terinci terlihat dalam tabel

1.1 mengenai segmentasi rumah makan yang beredar di pulau-pulau besar

diIndonesia yang terdaftar di Departemen Pariwisata

Tabel 1. Jumlah Restoran, Rumah Makan Tradisonal, Catering dan Bar


Di Indonesia Tahun 2006

Nama Pulau Restoran Rumah Makan Catering BAR


Tradisional
Sumatera 944 1028 520 265
DKI Jakarta & 1080 8020 2180 1042
Jawa
Bali & NusaTenggara 624 5029 445 850
Sulawesi 280 2140 220 520
Kalimantan 152 1018 215 125
Maluku 108 542 110 95
Papua 115 325 84 53
TOTAL 3303 18102 3774 6724

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah industri rumah

makan yang ada di Indonesia cukup tinggi yaitu 31.903. Angka ini menunjukkan

bahwa industri rumah makan tetap berkembang. Data tersebut merupakan data usaha

yang terkena wajib pajak yang ada di Departemen Pariwisata, sehingga dapat

disimpulkan juga bahwa masih banyak lagi usaha rumah makan yang belum termasuk

dalam data tersebut dan tetap berkembang serta bertahan di Indonesia.

Jakarta yang merupakan ibu kota Indonesia merupakan daerah yang paling

berkembang dalam industri rumah makan. Hal ini didukung dari banyaknya

penduduk daerah yang datang ke ibu kota dan sudah barang tentu menjadi sasaran
pengembangan usaha rumah makan, dengan segmentasi yang terbentuk berdasarkan

ciri kedaerahan.

Segmentasi pasar merupakan pembagian pasar berdasarkan beberapa katagori

perusahaan agar memudahkan perusahaan mencapai pasar sasarannya. Pasar

merupakan bagian dari perorangan maupun organisasi yang membutuhkan suatu

produk dan mempunyai kemampuan serta keinginan untuk membeli produk

dimaksud. Bagi setiap jenis usaha, pasar dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Konsumen akhir yaitu konsumen perorangan atau kelompok yang memakai

produk secara langsung sesuai dengan kebutuhan maupun kepuasan mereka.

2. Pembeli institusional atau Institusional Buyers dan Industrial Market yaitu:

Pembeli dari pihak institusi, organisasi dan industri yang memakai produk tidak

secara langsung atau dengan kata lain pembelian produk untuk diolah kembali

(bahan baku), dipergunakan sebagai alat produksi untuk memungkinkan

kemudahan proses produksi dan diolah lebih lanjut, yang kemudian dijual

kembali untuk mendapat keuntungan (Sutojo, 2002; hal 32).

Rumah Makan Wong Solo mengarah pada konsumen langsung yang dapat

merasakan kepuasan atas produk yang mereka dapatkan. Akan tetapi pada lain pihak

rumah makan menjadi konsumen institusional, dikarenakan rumah makan membeli

bahan baku dari para petani dan kemudian mengolah kembali untuk kemudian

dipasarkan.

Penetapan segmentasi pasar membantu pengusaha rumah makan dan restoran

menetapkan strategi yang tepat agar mampu menarik perhatian para konsumen.
Dengan strategi pemasaran yang disesuikan dengan segmen pasar yang dituju,

diharapkan dapat memperoleh keuntungan yang maksimal.

Manajemen rumah makan sangat berbeda satu sama lain, dimana hal ini

terkait dengan cara penyajian dan pelayanan yang memiliki ciri khas untuk menarik

minat konsumen. Walaupun disertai strategi dan program pendukung tetapi tidak

akan bermanfaat jika perusahaan gagal untuk melaksanakannya dengan cermat.

Strategi hanya salah satu dari tujuh unsur yang perlu dilakukan oleh perusahaan

secara tepat. Tujuh unsur itu ialah strategi, struktur dan sistem, gaya (style), staff,

ketrampilan (skill) dan nilai bersama (Shared Valu). Tiga unsur pertama ini yang

dianggap sebagai perangkat keras (Hardware) dan keberhasilan empat unsur

selanjutnya sebagai perangkat lunaknya (Software). Rumah makan dan restoran dapat

menjadi sebuah perusahaan yang mampu bertahan jika didukung dengan ketepatan

strategi dan cara pengelolaan yang efektif dan efesien (Kinsey, 1999, hal 17).

Rumah Makan Wong Solo sudah berdiri selama 12 tahun ini memiliki lebih

dari 30 anak cabang di seluruh Indonesia (Solo, 2008; hal 3) 23 Januari 2008.

Didalam pelayanannya, Rumah Makan Wong Solo menerapkan total service yaitu

melayani konsumen bagai seorang “Raja”. Semua pelayanan mulai dari pemesanan

hingga kepada pembayaran dilakukan oleh karyawan. Rumah Makan Wong Solo

cabang Pondok Gede menetapkan segmen pasar golongan menengah.

Dengan semakin berkembangnya usaha rumah makan, maka perusahan bisa

menganalisa kekuatan dan kelemahan, serta ancaman dan peluang agar bisa

merumuskan suatu strategi yang dapat membuat perusahaan bertahan dan


memanfaatkan peluang dalam penetrasi pasar serta mampu menghadapi persaingan

yang semakin ketat.

1.2. Perumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang di

bahas dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana kondisi lingkungan internal dan eksternal Rumah Makan Wong

Solo?

b. Bagaimana bauran pemasaran yang dijalankan oleh pihak manajemen Rumah

Makan Wong Solo cabang Pondok Gede ?

c. Strategi pemasaran seperti apakah yang harus diterapkan oleh Rumah Makan

Wong Solo cabang Pondok Gede?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan

penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang meliputi kekuatan dan

kelemahan, faktor eksternal meliputi peluang dan ancaman yang dihadapi

Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede

b. Menganalisa bauran pemasaran yang dijalankan Rumah Makan Wong Solo

cabang Pondok Gede.


c. Merumuskan strategi pemasaran yang tepat sesuai kondisi internal dan

eksternal yang dilakukan Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

a. Sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan strategi pemasaran yang

tepat bagi pihak manajerial Rumah Makan Wong Solo terutama dalam

menghadapi persaingan.

b. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang berkepentingan seperti; pihak

manajemen Rumah Makan Wong Solo maupun institusional pemerintah dan

sebagai pertimbangan dan masukan untuk penelitian selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam upaya menerapkan strategi bersaing yang tepat, suatu usaha

dihadapkan pada kondisi pasar yang kompleks dan heterogen. Keadaan ini
mengharuskan suatu usaha mengoptimalkan pendayagunaan sumberdaya perusahaan

sehingga mampu melakukan penyesuaian dengan pasar yang dilayani.

Lingkungan perusahaan terdiri dari lingkungan internal dan eksternal. Oleh

karena itu perusahaan perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal

dalam lingkungan pemasaran perusahaan yang dapat mempengaruhi kinerja

perusahaan dalam memasarkan produk-produk yang dihasilkannya, dan untuk

mengetahui faktor-faktor yang dapat menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan

dalam hal memasarkan produknya ( Jauch dan Gluek, 1999; hal 24 ).

2.1. Lingkungan Internal

Setiap perusahaan mempunyai kekuatan dan kelemahan. Oleh karena itu

perusahaan harus dapat menentukan kemampuan utama mereka sehingga dapat

membuat hal yang unik dalam arena persaingan dan mengidentifikasi kelemahan

yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Untuk itu perusahaan dapat

melakukan analisis lingkungan internal. Analisis lingkungan internal perusahaan

terdiri dari aspek organisasi, aspek keuangan, aspek pemasaran, aspek produksi dan

operasi, aspek sumber daya manusia dan aspek sistem informasi.

Lingkungan internal meliputi faktor intern perusahaan yang menentukan

kekuatan dan kelemahan, sehingga perusahaan dapat memanfaatkan peluang dengan

cara yang paling efektif dan dapat menghadapi ancaman yang terdapat dalam

lingkungan perusahaan ( Jauch dan Gluek, 1999; hal 26 ).


Perusahaan tidak dapat memilih sekian banyak peluang yang ada pada suatu

waktu yang mungkin membuahkan sukses besar, kecuali perusahaan itu menyadari

sepenuhnya keunggulan strategi mereka. Perusahaan tidak akan mampu menghadapi

ancaman lingkungan dengan efektif, kecuali mereka secara teratur menganalisis

kelemahan perusahaan. Secara singkat analisis ini harus dapat dikombinasikan

dengan analisis eksternal sehingga keputusan tentang cara menggunakan atau

menambah kekuatan dan memperkecil kelemahan dapat diambil.

2.2. Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal meliputi faktor-faktor di luar perusahaan yang dapat

menimbulkan peluang dan ancaman bagi perusahaan. Analisis lingkungan eksternal

memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk mengantisipasi peluang dan

membuat rencana untuk melakukan tanggapan terhadap peluang ini. Hal ini dapat

juga membantu perusahaan untuk mengembangkan sistem peringatan dini agar dapat

menghindari ancaman yang mempengaruhi keuntungan perusahaan. Lingkungan

eksternal pemasaran perusahaan dapat dibedakan menjadi lingkungan mikro dan

makro ( Jauch dan Gluek, 1999; hal 27 ).

2.2.1. Lingkungan Mikro

Pelaku dimaksud adalah lingkungan mikro yang terdiri dari pelaku-pelaku

dalam lingkungan perusahaan yang langsung mempengaruhi kemampuan perusahaan


untuk melayani pasar, pemasok, perantara pemasaran (saluran distribusi), pelanggan,

pesaing dan produk subtitusi (Kotler, 1999; hal 33).

Pemasok adalah perusahaan bisnis dan individu - individu yang menyediakan

sumberdaya yang diperlukan oleh perusahaan pengolah untuk memproduksi barang

dan jasa. Sumberdaya yang disediakan pemasok ini dapat berupa bahan baku, energi,

modal, tenaga kerja, jasa dan sebagainya. Perusahaan harus mengikuti perkembangan

harga dan ketersediaan faktor produksi agar mampu bertahan dan memanfaatkan

peluang.

Perantara pemasaran adalah perusahaan yang membantu perusahaan lain

dalam promosi, penjualan dan pendistribusian barang-barangnya ke pembeli akhir.

Perantara pemasaran ini meliputi perantara (middlemen), perusahaan pendistribusian

fisik, agen jasa, organisasi pemasaran dan keuangan. Perantara yang terdiri dari agen

dan pedagang membantu perusahaan menemukan pelanggan atau mendekatkan

penjualan pada perusahaan. Perusahaan distribusi fisik meliputi perusahaan

pergudangan dan transportasi membantu perusahaan dalam menyimpan dan

memindahkan barang-barang dari tempat asal ke tempat tujuan. Agen jasa pemasaran,

termasuk didalamnya perusahaan penelitian pasar, agen periklanan, perusahaan media

dan perusahan konsultasi pemasaran membantu perusahaan untuk mengarahkan dan

mempromosikan produk-produknya ke dalam pasar yang tepat. Perantara keuangan

meliputi bank, perusahaan kredit, perusahaan asuransi dan perusahaan lain yang

membantu membiayai dan atau menjamin resiko yang timbul akibat pembelian dan

penjualan barang-barang.
Pelanggan adalah individu dan keluarga yang membeli barang dan jasa untuk

dikonsumsi. Pelanggan ini sangat bervariasi dalam usia, pendapatan, pendidikan, pola

mobilitas dan selera. Perusahaan harus menyadari bahwa sangat penting untuk

membedakan kelompok pelanggan atau segmen pasar dan mengembangkan produk

dan jasa yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Setiap pelanggan mempunyai

karakteristik tertentu yang memerlukan perhatian yang cermat oleh perusahaan.

Pesaing adalah perusahaan lain yang menawarkan produk yang sama dengan

produk perusahaan atau produk subtitusinya (produk yang dapat menjalankan fungsi

yang sama dengan produk perusahaan), pesaing ini harus diidentifikasikan, dimonitor

perkembangannya dan disiasati untuk memperoleh loyalitas pelanggan.

Dari beberapa variabel penentu lingkungan mikro perusahaan yang disebutkan

diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan mikro menjadi dasar penentu

bertahannya sebuah perusahaan dalam menghadapi persaingan dalam pemasaran dan

berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menerapkan strateginya.

Pada gambar di bawah ini disajikan model lima kekuatan Porter yang

menggambarkan kekuatan perusahaan dalam menerapkan strategi perusahaan dalam

menghadapi pesaing-pesaing. Hal-hal yang menjadi persaingan juga meliputi

pendatang baru, pemasok bahan baku, produk subtitusi serta pembeli.

Pendatang Baru

Persaingan Industri

Pemasok Pembeli
Persaingan diantara
Gambar 1. Model Lima Kekuatan Porter
Sumber : Rangkuti (2000, hal 15)

2.2.2. Lingkungan Makro

Lingkungan makro terdiri dari kekuatan-kekuatan sosial yang lebih besar yang

mempengaruhi seluruh pelaku dilingkungan mikro perusahaan secara rinci

lingkungan makro terdiri dari faktor demografi, ekonomi, alam, teknologi, politik,

budaya, seperti sebagai berikut :

a. Faktor demografi, yang berkaitan dengan masalah-masalah kependudukan seperti

jumlah penduduk, distribusi penduduk secara geografis, distribusi umur,

kecenderungan pergerakan penduduk dan sebagainya, merupakan lingkungan

pertama yang menjadi perhatian perusahaan dalam menyusun strategi pemasaran.

b. Faktor ekonomi, terdiri dari faktor-faktor yang mempengaruhi daya beli

konsumen dan pola pengeluarannya. Daya beli konsumen tergantung pada tingkat

pendapatan, harga-harga, tabungan dan hutang. Pemasar harus tanggap terhadap


kecenderungan dalam pendapatan dan pola pengeluaran konsumen yang berubah-

ubah.

c. Faktor alam, berkaitan erat dengan produksi perusahaan, perusahaan perlu

mengantisipasi ancaman maupun peluang yang mungkin timbul dari

kecendrungan lingkungan alam yang saat ini terjadi, seperti ketersediaan bahan

baku dan energi yang menipis, polusi yang semakin meningkat dan lain

sebagainya.

d. Faktor teknologi, memiliki kecenderungan untuk senantiasa berubah seiring

dengan penemuan-penemuan baru memberikan dampak revolusi terhadap produk-

produk dan proses produksinya. Perkembangan teknologi juga memberi dampak

terhadap pola konsumsi pasar yang berimplikasi, terhadap sistem pemasaran

perusahaan. Para pemasar harus memahami lingkungan teknologi dan bagaimana

teknologi tersebut dapat memenuhi kebutuhan manusia sehingga perusahaan

dapat menambahkan penyusaian - penyesuaian yang perlu bagi produk maupun

teknologi produksinya.

e. Faktor politik, mempengaruhi keputusan dalam pemasaran perusahaan.

Lingkungan ini terdiri dari undang-undang, kebijakan pemerintah dan golongan

yang berpengaruh atau kelompok pembela kepentingan publik. Terciptanya

berbagai hukum yang mengatur bisnis perlindungan konsumen dan sebagainya,

ruang gerak perusahaan menjadi terbatas.

f. Faktor budaya, dimana seseorang tumbuh dan berkembang menjadi dewasa

membentuk kepercayaan nilai dan norma-norma pokok mereka. Dalam


pertumbuhannya mereka menyerap suatu pandangan umum yang menentukan

hubungan diantara meraka sendiri dan dengan orang lain serta dengan alam.

Pemasar perlu memperhatikan sistem sosial budaya dimana perusahaan akan

memasarkan produknya dan senantiasa memonitor perkembangan atau

kecenderungan yang terjadi yang akan berimplikasi dengan perubahan dengan

pola konsumsi pasar sasaran. (Kotler, 1999; hal 42).

Hasil dari perumusan faktor internal dan eksternal perusahan yang ada maka

keduanya dirangkum kedalam matrik yaitu Internal Factor Evaluation (IFE) dan

External Factor Evaluation (EFE) untuk mendapatkan hasil perhitungan secara

kuantitatif agar dapat merumuskan strategi yang bisa dilakukan oleh perusahaan.

2.3. Matrik Internal Factor Evaluation (IFE) dan Matrik External Factor
Evaluation (EFE)

Matrik IFE meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama

dalam berbagai bidang fungsional dari suatu usaha, dan matrik ini juga memberikan

dasar untuk mengenali dan mengevaluasi hubungan diantara bidang – bidang ini

(Rangkuti, 2000; hal 35).

Informasi yang didapat dari penelitian terhadap faktor-faktor eksternal

dirangkum kedalam matriks External Factor Evaluation (EFE). Kedua matrik

tersebut IFE dan EFE menggunakan metode paired comparison (Rangkuti, 2000; hal

35).

2.4. Analisis Lingkungan Internal.


Setiap perusahaan mempunyai kekuatan dan kelemahan. Perusahaan harus

menentukan kemampuan utama mereka sehingga dapat membuat hal yang unik

dalam arena persaingan dan mengidentifikasi kelemahan yang dapat

mempengaruhi kinerja perusahaan. Untuk itu perusahaan dapat melakukan analisis

lingkungan internal. Analisis lingkungan internal perusahaan terdiri dari aspek

organisasi, aspek keuangan, aspek pemasaran, aspek produksi dan operasi, aspek

sumber daya manusia dan aspek sistem informasi.

Perusahaan tidak akan mampu menghadapi ancaman lingkungan dengan

efektif, kecuali mereka secara teratur menganalisa kelemahan perusahaan, dengan

demikian analisis ini harus dikombinasikan dengan analisis eksternal sehingga

keputusan tentang cara menggunakan atau menambah kekuatan dan memperkecil

kelemahan dapat diambil. Dalam pengambilan data internal maka dilakukan

observasi dan pembuatan koesioner tentang kekuatan dan kelemahan perusahaan.

2.5. Analisis Lingkungan Eksternal

Dalam pengambilan keputusan strategi, maka dilakukan observasi dengan

membuat koesioner tentang peluang dan ancaman perusahaan yang ditujukan

kepada pihak manajemen. Data dan info yang dikumpulkan kemudian diolah dan

dianalisis.

2.5.1 Analisis Strategi dengan IFE dan EFE


Tabel 2. Faktor-faktor Strategi Internal

Faktor – faktor Strategi Internal Bobot Rating Bobot × Rating

Kekuatan

Kelemahan

Total 1.00

Sumber : Rangkuti, 2000, hal 34.

Tabel 3. Faktor-faktor Strategi Eksternal

Faktor – faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Bobot × Rating

Peluang

Ancaman

Total 1.00

Sumber : Rangkuti, 2000, hal 35.

Tahap-tahap dalam menentukan faktor-faktor lingkungan dalam matriks IFE

(Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation) adalah sebagai

berikut :

1. Identifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan (lingkungan

internal) serta peluang dan ancaman (lingkungan eksternal) dalam kolom 1.

Penentuan faktor –faktor tersebut dilakukan dengan diskusi antara pihak

perusahaan dengan penulis.

2. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, dengan skala mulai dari

1,00 (sangat penting) sampai dengan 0,00 (tidak penting).


Pemberian bobot ini berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap

posisi strategis perusahaan. Jumlah dari pembobotan ini tidak boleh melebihi

skor total 1,00. Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan

identifikasi faktor strategis internal dan eksternal tersebut kepada pihak

manajemen perusahaan dengan menggunakan metode “Paired Comparison”

(Kinear, 1991; hal 27).

Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap

faktor penentu internal dan eksternal.

Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1,2 dan 3. Skala

yang digunakan untuk pengisisan kolom adalah :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal

2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5 dibawah

ini :

Tabel 4. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan

Faktor Strategis Internal A B C D ……. Total

A Xi
B
C
D
……
Total n
∑ Xi
i=1
Sumber : Rangkuti, 2000, hal 45

Tabel 5. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan

Faktor Strategis Eksternal A B C D ……. Total

A Xi
B
C
D
……
Total n
∑ Xi
i=1
Sumber Rangkuti, 2000, hal 46.

Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel

terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus sebagai

berikut yang bersumber dari Kinear, 1991, hal 29 :

I= ___ Xi___
n
∑ Xi
I=1
Keterangan :

I = bobot variabel ke-1

Xi = nilai variabel ke-1

I = 1,2,3….n

N = jumlah variabel
3. Hitung rating dalam kolom 3 untuk masing-masing faktor dengan memberikan

skala mulai dari 4 (Outstanding) sampai dengan bobot (Poor) berdasarkan

pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan pada saat dilakukan

penelitian.

a. Matriks IFE

untuk faktor yang menjadi kekuatan, skala nilai yang digunakan yaitu: 1 =

sangat lemah, 2 = lemah, 3 = baik, 4 = sangat baik. Sedangkan untuk faktor

yang menjadi kelemahan pemberian nilai rating dilakukan kebalikannya.

b. Matriks EFE

Untuk faktor yang menjadi peluang, skala nilai yang digunakan yaitu : 1 =

rendah (kurang respon), 2 = sedang (respon sama dengan rata-rata), 3 = tinggi

(respon diatas rata-rata), dan 4 = sangat tinggi (respon superior). Sedangkan

untuk faktor yang menjadi ancaman pemberian nilai rating dilakukan

sebaliknya.

3. Kalikan bobot dalam kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh

faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk

masing-masing faktor yang dinilainya bervariasi mulai dari 4 (outstanding)

sampai dengan 1 (poor).

4. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor

pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan nilai total ini menunjukkan

bagaimana peusahaan tertentu reaksi terhadap faktor-faktor strategis internal

dan eksternalnya. Total skor pembobotan antara 1 sampai dengan 4.


a. Matriks IFE

Nilai 2.5 menunjukkan bahwa situasi internal perusahaan berada pada

tingkat rata-rata nilai 1 menunjukkan situasi internal perusahaan sangat buruk.

Sedangkan nilai 4 mengindikasikan bahwa situasi internal perusahaan sangat

baik.

b. Matriks EFE

Nilai 2.5 menunjukkan perusahaan mampu merespon situasi eksternal

secara rata-rata. Nilai 1 menunjukkan perusahaan tidak dapat memanfaatkan

peluang dan mengihindarin ancaman yang ada. Sedangka nilai 4 menunjukkan

perusahaan merespon peluang maupun ancaman yang dihadapi dengan baik.

2.6. Analasis dan Matrik SWOT

Analisis SWOT merupakan identifikasi sistematis atas kekuatan (Strengths)

dan kelemahan (Weaknesses) internal perusahaan serta peluang (Opportunities) dan

ancaman (Threats) lingkungan eksternal yang dihadapi perusahaan.

Wheelen dan Hunger (2001, hal 42) menyebutkan empat kemungkinan

alternatif strategi yang dapat digunakan perusahaan setelah mengidentifikasi

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman tersebut. Pertama, strategi dengan

menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghambil keuntungan dari peluang yang

ada. Kedua, strategi dengan mengambil keuntungan dari peluang yang ada dengan

mengatasi kelemahan dalam perusahaan. Ketiga, strategi dengan menggunakan


kekuatan perusahaan untuk menghindari dan menghadapi ancaman. Keempat,

strategi dengan meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman.

Strategi empat kuadran berguna untuk membandingkan antara faktor eksternal

peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan

(strengths) dan kelemahan (weaknesses), seperti terlihat dalam Gambar 2.

BERBAGI PELUANG

3. Mendukung strategi 1. Mendukung strategi


turn-around progresif
KELEMAHAN KELEMAHAN
INTENAL EKSTERNAL

4. Mendukung strategi 2. Mendukung strategi


Defensif agresif

BERBAGI ANCAMAN

Gambar 2. Strategi Empat Kuadran


Sumber : Rangkuti (2000,hal 28)

Gambar diatas menunjukkan tentang pembagian empat kuadran alternatif

strategi pemasaran, yaitu :

Kuadran 1 : Merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahan tersebut

memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan

peluang yang ada. Strategi ini disebut juga strategi progresif

(Growth oriented strategy)


Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai mancam ancaman, perusahaan dapat

bertahan dengan kekuatan internal, strategi yang harus digunakan

adalah menggunakan kekuatan untuk memanfatkan peluang jagka

panjang dengan strategi diversifikasi.

Kuadran 3 : Perusahaan mendapatkan peluang pasar yang sangat besar, tetapi

dilain pihak perusahaan menghadapi beberapa kelemahan

internal,maka strategi yang dilakukan adalah meminimalisasi

kelemahan internaluntuk mendapatkan peluang, strategi ini disebut

strategi perubahan atau turn-around.

Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, yang bisa

dilakukan hanyalah menggunakan strategi bertahan, menghadapi

berbagai macam ancaman dan kelemahan internal.

Matrik SWOT berguna untuk melakukan matching antara kekuatan dan

peluang (strategi Strenghts-Opportunities) atau di sebut strategi Progresif, kekuatan

dengan ancaman (strategi Strengths-Threats) atau disebut Diversifikasi Strategi,

kelemahan dengan kesempatan (strategi Weakneses-opportunities) atau Ubah Strategi

serta kelemahan dengan ancaman (strategi Weaknesses-Threats) atau disebut dengan

Strategi Defensif.
Faktor Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Daftar Kekuatan Internal Daftar Kelemahan Internal

Faktor Eksternal

Peluang (O) Strategi S – O Strategi W – O


Daftar Peluang Eksternal Strategi dengan menggunakan Strategi untuk mengambil
kekuatan untuk mengambil kuntungan dari peluang
keuntungan dari peluang dangan mengatasi kelemahan

Ancaman (T) Strategi S – T Strategi W – T


Daftar Ancaman Eksternal Strategi dengan menggunakan Strategi dengan
kekuatan untuk menghindari meminimumkan kelemahan
ancaman dan menghindari ancaman

Gambar 3. Matriks SWOT


Sumber : Rangkuti (2000, hal 46)

2.7. Analisis Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran terdiri dari empat P (product, price, place, and promotion)

adalah perangkat dari alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan dan dipadukan

oleh perusahaan untuk menghasilkan respon ynag diinginkan dalam pasar sasaran

(Kotler & Armstrong, 1997; hal 35). Untuk masing-masing P dalam marketing mix

ini masih terdapat variabel-variabel di dalamnya. Berbagai variabel pemasaran dalam

masing-masing P ditunjukan dalam Gambar 4.


Produk Harga
Rancangan Daftar harga
Sifat-sifat Diskon
Keragaman produk Potongan
Mutu Periode
Nama merk Pembayaran
Kemasan Syarat kredit
Ukuran
Pelayanan
Jaminan
Keuntungan Pasar Sasaran

Dsitribusi
Promosi Saluran
Periklanan Cakupan
Penjualan perorangan Jenis
Promosi penjualan Lokasi
Hubungan masyarakat Sediaan
Transprtasi
Logistik

Gambar 4. Variabel-Variabel 4 P dari Bauran Pemasaran


Sumber : Kotler dan Armstrong (1997, hal 35)

2.7.1. Produk

Menurut kotler (1999, hal 36), produk adalah segala sesuatu yang dapat

ditawarkan pada pasar dalam upaya memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen.

Strategi produk menuntut koordinasi berbagai keputusan mengenai bauran produk,

lini produk, merek, kemasan dan label. Produk yang diharapkan adalah himpunan

karakter yang secara normal diinginkan oleh pemakai. Produk tambahan adalah

tambahan pelayanan atau manfaat yang ditambahkan penjual untuk membedakannya

dari pesaing. Potensi produk adalah kumpulan dari ciri-ciri dan pelayanan baru yang

dapat ditambahkan dari produk. Setiap produk dapat diklasifikasikan berdasarkan

daya tahan mereka, yakni barang tahan lama, barang tidak tahan lama dan jasa.
Barang konsumsi biasanya diklasifikasikan berdasarkan kebiasaan pembelian

konsumen, yakni barang-barang kebutuhan sehari-hari, barang belanjaan, barang

khusus dan barang yang tidak dicari, sedangkan barang industri umumnya

dikelompokkan berdasarkan bagaimana mereka memasuki proses produksi, yakni

bahan dan suku cadang, barang modal, perbekalan dan pelayanan.

Pada dasarnya, produk yang dibeli konsumen dapat dibedakan menjadi tiga

tingkatan, yaitu:

1. Produk inti, merupakan inti/dasar yang sesungguhnya dari produk yang diperoleh

atau didapat oleh konsumen dari produk tersebut.

2. Produk aktual, yang merupakan mutu, desain, sifat, merek dan kemasan yang

menyertai produk tersebut.

3. Produk tambahan, yaitu tambahan produk aktual dengan berbagai jasa yang

menyertainya seperti : garansi, pemasangan (instalasi), pelayanan purna jual,

pemeliharaan dan pengiriman.

Faktor-faktor yang terkandung dalam suatu produk adalah : (1) mutu, (2)

penampilan, (3) pilihan, (4) gaya, (5) merk, (6) pengemasan, (7) jenis produk dan (8)

macam produk.

Kegiatan memperkenalkan dan mempopulerkan merek merupakan bagian

yang penting dari suatu produk dan menetapkannya dapat menambah nilai suatu

produk. Menurut Kotler & Armstrong (1997) merek adalah nama, istilah, tanda,

simbol, rancangan atau kombinasi dari semua ini hal yang dimaksudkan untuk

mengenali produk atau jasa dari seseorang atau kelompok dan untuk membedakan
dari produk pesaing, sedangkan pengemasan adalah kegiatan merancang dan

memproduksi kemasan atau membungkus suatu pruduk sebagai bagian dari strategi

produk, kemasan yang di desain secara tepat dan baik akan menciptakan nilai khusus

bagi konsumen juga merupakan sarana promosi.

Bauran produk merupakan kumpulan seluruh lini produk yang ditawarkan

oleh perusahaan pada konsumen (Kotler & Armstrong, 1997; hal 37 ), sedangkan lini

produk merupakan kelompok produk yang berhubungan erat karena fungsinya

serupa, dijual pada kelompok pelanggan yang sama, dipasarkan lewat jenis toko yang

sama atau masuk dalam kisaran harga yang sudah ada.

2.7.2. Harga

Harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah

kombinasi dari barang beserta pelayanannya (Kotler, 1999; hal 41). Strategi bauran

harga yang dilakukan oleh suatu perusahaan meliputi strategi penetapan harga,

tingkat harga, keseragaman harga, potongan harga, serta syarat-syarat pembayaran.

Dalam menetapkan harga perusahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan

eksternal perusahaan, hal ini dapat dilihat pada Gambar 5 :


Faktor-faktor Internal Faktor-faktor Eksternal
• Sasaran Keputusan • Sifat pasar dan
Pemasaran Penetapan permintaan
• Strategi Bauran Harga • Persaingan
pemasaran • Faktor-faktor
• Biaya lingkungan yang
• Pertimbangan lain (ekonomi,
Organisasi pedagang,
pemrintah, dll)

Gambar 5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Penetapan Harga


Sumber : Kotler & Armstrong (1997, hal 41)

Penetapan harga seharusnya dilakukan setelah perusahaan memonitor harga

yang ditetapkan pesaing agar harga yang ditentukan kompetitif, tidak terlalu tinggi

atau sebaliknya. Menurut Ismail (2002; hal 56), ada beberapa strategi untuk

menetapkan harga yang tepat, yaitu :

1. Strategi harga cost-plus, yaitu harga dihitung dari biaya ditambah margin

keuntungan yang diinginkan (presentase dari biaya).

2. Strategi harga mark-up, dimana harga dihitung sebagai suatu presentase dari

harga jual.

3. Strategi harga break-even (impas), harga dihitung dengan menentukan tingkat

penjualan untuk menutup seluruh biaya tetap dan variabel.

4. Strategi harga going-rate berarti harga ditetapkan sama dengan harga produk

pesaing.
2.7.3. Distribusi

Kotler (1999; hal 43) mengatakan bahwa saluran distribusi merupakan

serangkaian organisasi yang saling tergantungan dan terlibat dalam proses untuk

menjadikan suatu produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi oleh

konsumen. Perusahan banyak menghadapi saluran distribusi alternatif untuk

menjangkau pasar sasaran. Perusahan sebagai produsen dapat menjual langsung atau

menggunakan satu atau lebih tingkat saluran perantara. Dalam distrubusi langsung

produk yang dihasilkan diterima secara langsung oleh konsumen dari produsen.

Sedangkan pada saluran distribusi tidak langsung penyaluran barang melalui agen

penjualan.

Setiap saluran distribusi yang dipilih menciptakan berbagai tingkat penjualan

dan memiliki fungsinya sendiri juga membawa konsekuensi biaya tertentu, pastinya

hal ini dapat membantu menyelesaikan berbagai transaksi. Beberapa fungsi saluran

distribusi yang dapat membantu menyelesaikan transaksi antara lain :

1. Informasi : mengumpulkan dan mendistribusikan riset pemasaran serta informasi

faktor dan kekuatan dalam lingkungan pemasaran yan dibutuhkan untuk

merencanakan dan membantu pertukaran.

2. Promosi : mengembangkan dan menyebarluaskan komunikasi secara persuasive

mengenai suatu penawaran.

3. Kontak : menemukan dan berkomunikasi dengan calon pembeli

4. Penyesuaian : membentuk dan menyesuaikan tawran dengan kebutuhan pembeli,

termasuk aktivitas seperti pembuatan, pemilihan, perakitan dan pengemasan.


5. Negosiasi : mencapai persetujuan mengenai harga dan persyaratan lain dari

tawaran sehingga kepemilikan dapat dipindahkan

2.7.4. Promosi

Pemasaran modern menghendaki lebih daripada mengembangkan produk

yang baik, menetapkan harga yang bersaing, dan memungkinkannya dijangkau

pelanggan sasaran. Perusahaan juga harus mampu mengkomunikasikan diri dengan

pelanggan yang ada maupun potensial. Oleh karena itu maka dilakukanlah kegiatan

promosi.

Menurut Kotler (1999; hal 46), bauran promosi terdiri dari lima cara

komunikasi utama, yaitu periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan

publisitas, penjualan secara pribadi, pemasaran langsung. Iklan meliputi setiap bentuk

dari penyajian non personal, promosi ide-ide, dan promosi barang atau jasa oleh

sponsor tertentu yang mendapat imbalan dari perusahaan. Promosi penjualan berupa

insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian maupun penjualan suatu produk

atau jasa. Hubungan masyarakat merupakan variasi program yang dirancang untuk

memperbaiki, mempertahankan, maupun melindungi suatu citra perusahaan maupun

produk sample, contohnya ; diskon, bonus, rabat dan pengembalian pembayaran,

sweeptake, premium dan kupon.

Penjualan personal adalah berupa penyajian lisan dalam pembicaraan dengan

salah satu atau lebih calon pembeli dengan tujuan untuk melakukan penjualan,

sedangkan pemasaran langsung adalah penggunaan surat, telepon, faksimili, e-mail


dan alat penghubung non personal lain untuk berkomunikasi secara langsung dengan

atau mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan tertentu dan calon pelanggan.

Selain bauran pemasaran, pihak manajemen perlu mengetahui betul tentang

segmentasi pasar mereka, hal ini berguna agar penetrasi pasar lebih tepat pada

sasaran.

2.8. Penelitian Terdahulu

Saputra (2005; hal 93) dalam penelitiannya yang berjudul: Analisa Strategi

Pemasaran Rumah Makan Mang Kabayan (studi kasus Rumah Makan Mang

Kabayan Cabang Bintaro), menggunakan analisis IFE, EFE, IE dan analisis SWOT.

Untuk menghasilkan alternatif strategi dan bauran pemasaran.

Berdasarkan pelaksanaan analisis IFE diperoleh skor 2,110 yang berarti

perusahaan memiliki kekuatan internal yang cukup dan mampu mengatasi kelemahan

yang dimilikinya, sedangkan analisis EFE diperoleh nilai skor 2,9 berarti perusahaan

mampu memiliki peluang untuk terus berkembang dan mampu menghadapi ancaman

dari luar. Strategi selanjutnya adalah perusahaan dapat melakukan pengembangan

produk yaitu dengan cara menjalin kerjasama untuk menangkap peluang pasar baru

untuk perluasan atau pengembangan pasar dengan mengembangkan dan melakukan

diferensiasi produk.

Berdasarkan analisis SWOT alternatif strategi yang bisa digunakan adalah :

A. Strategi S – O: Melakukan penetrasi pasar pada pasar lama serta perluasan pasar

baru, melakukan perbaikan kinerja pelayanan, dan menjaga cita rasa


B. Strategi S – T : Memberikan jaminan kontiunitas suplai bahan baku untuk

menjaga keberlangsungan .

C. Strategi W – O : Strategi aliansi dengan pihak lain, memanfaatkan perkembangan

teknologi produksi untuk meningkatkan ketahanan produk dan teknologi

informasi untuk mempercepat proses penjualan.

D. Strategi W – T : Meningkatkan pelayanan pada pembeli, menjalin kerjasama

dengan pihak perusahaan untuk menangkap peluang baru.

Setelah melakukan analisis bauran pemasaran, maka hasil analisis yang diperoleh

adalah:

1. Bauran Produk: Menjaga kualitas produk dan melakukan uji rasa setiap satu bulan.

2. Bauran Harga: Penetapan harga berdasarkan profit 50 % dari cost produksi.

3. Bauran Promosi: Promosi dengan selebaran brosur dan week event

4. Bauran Distribusi: Melakukan sentralisasi stok bahan produksi di pusat untuk

menjaga keawetan dan cita rasa produk.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini berlokasi di Rumah Makan Wong Solo cabang

Pondok Gede, Jl Raya Podok Gede No. 5 Kelurahan Pinang Ranti, Jakarta Timur.

Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan karena rumah makan ini

merupakan salah satu rumah makan yang memiliki ciri khas, dengan bangunan dan

masakan yang berasal dari daerah Jawa Tengah.

Lokasi tersebut memiliki beberapa pesaing rumah makan sejenis yang

berdekatan, antara lain Rumah Makan Sederhana, Rumah Makan Bakmi Japos,

Rumah Makan Siang Malam, yang dapat menjadi tolak ukur bagi manajemen dalam

mendapatkan perhatian konsumen yang dituju. Penelitian ini dilaksanakan pada awal

bulan Agustus hingga september 2007.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder.

Data primer ini diperoleh dari pihak manajemen di Rumah Makan Wong Solo.

Sedangkan data skunder diperoleh dari tulisan-tulisan yang berkaitan dengan

masalah-masalah yang diteliti.


3.3. Pengambilan Data

Pada penelitian ini pemilihan responden dilakukan secara sengaja (purposive)

dan responden yang dipilih adalah manajer rumah makan, kepala bagian produksi,

kepala bagian personalia dan bendahara dilakukan pengamatan langsung (observasi)

di lapangan guna menambah informasi tambahan yang dapat mendukung data yang

diperoleh.

Data sekunder didapat dari pustaka atau tulisan-tulisan dari media informasi,

serta pustaka-pustaka, Biro Pusat Statistik dan Departemen yang berkaitan dengan

pembahasan dan penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara, riset

pustaka dan observasi yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lebih luas

dan lengkap dari suatu subjek yang diteliti sehingga dapat menentukan alternatif

strategi pemasaran yang tepat bagi perusahaan untuk masa yang akan datang.

Menurut Sugiyono (2002; hal 33) metode atau teknik pengumpulan data

adalah metode wawancara, riset pustaka dan observasi

Untuk analisis lingkungan internal, informasi yang dikumpulkan adalah :

a. Sejarah, perkembangan dan keadaan umum perusahaan yaitu gambaran umum

perusahaan mulai berdiri sampai dengan sekarang

b. Struktur perusahaan yaitu struktur organisasi perusahaan mulai dari manajer

sampai dengan karyawan.


c. Fasilitas dan kapasitas produksi perusahaan. yaitu beberapa fasilitas yang

diberikan perusahaan kepada konsumen serta alat-alat pendukung produksi.

Untuk analisis eksternal perusahaan, jenis data yang dibutuhkan ialah :

b. Kondisi pertumbuhan rumah makan didaerah sekitar RM Wong Solo Cabang

Pondok Gede Radius 3 km

c. Volume perkembangan fasilitas infrastruktur perumahan di daerah sekitar RM

Wong Solo

Untuk analisis bauran pemasaran data yang dibutuhkan adalah :

a. Hal-hal mengenai komponen produk adalah keaneka ragaman produk yang

ditawarkan, baik dari bentuk rasa hingga pada cara penyajian (daftar menu).

b. Hal-hal mengenai komponen harga adalah daftar harga.

c. Hal-hal mengenai komponen promosi adalah promosi penjualan, iklan, usaha

penjualan, hubungan masyarakat dan penjualan langsung.

d. Hal-hal mengenai komponen tempat dan distribusi adalah saluran distribusi,

ruang lingkup, persedian dan tingkat strategis dari tempat penelitian.

3.4. Pengolahan dan Analisis Data.

3.4.1. Analisis Lingkungan Internal.

Setiap perusahaan mempunyai kekuatan dan kelemahan. Perusahaan harus

menentukan kemampuan utama mereka sehingga dapat membuat hal yang unik

dalam arena persaingan dan mengidentifikasi kelemahan yang dapat

mempengaruhi kinerja perusahaan. Untuk itu perusahaan dapat melakukan analisis


lingkungan internal. Analisis lingkungan internal perusahaan terdiri dari aspek

organisasi, aspek keuangan, aspek pemasaran, aspek produksi dan operasi, aspek

sumber daya manusia dan aspek sistem informasi.

Perusahaan tidak akan mampu menghadapi ancaman lingkungan dengan

efektif, kecuali mereka secara teratur menganalisa kelemahan perusahaan, dengan

demikian analisis ini harus dikombinasikan dengan analisis eksternal sehingga

keputusan tentang cara menggunakan atau menambah kekuatan dan memperkecil

kelemahan dapat diambil. Dalam pengambilan data internal maka dilakukan

observasi dan pembuatan koesioner tentang kekuatan dan kelemahan perusahaan.

3.4.2 Analisis Lingkungan Eksternal

Dalam pengambilan keputusan strategi, maka dilakukan observasi dengan

membuat koesioner tentang peluang dan ancaman perusahaan yang ditujukan

kepada pihak manajemen. Data dan info yang dikumpulkan kemudian diolah dan

dianalisis

3.4.3. Analisis strategi dengan EFE dan IFE

Tabel 6. Faktor-faktor Strategi Internal

Faktor – faktor Strategi Internal Bobot Rating Bobot × Rating

Kekuatan

Kelemahan

Total 1.00

Sumber : Rangkuti, 2000, hal 34


Tabel 7. Faktor-faktor Strategi Eksternal

Faktor – faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Bobot × Rating

Peluang

Ancaman

Total 1.00

Sumber : Rangkuti, 2000, hal 35

Tahap-tahap dalam menentukan faktor-faktor lingkungan dalam matriks IFE

(Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation) adalah sebagai

berikut :

3. Identifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan (lingkungan

internal) serta peluang dan ancaman (lingkungan eksternal) dalam kolom 1.

Penentuan faktor –faktor tersebut dilakukan dengan diskusi antara pihak

perusahaan dengan penulis.

4. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, dengan skala mulai dari

1,00 (sangat penting) sampai dengan 0,00 (tidak penting).

Pemberian bobot ini berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap

posisi strategis perusahaan. Jumlah dari pembobotan ini tidak boleh melebihi

skor total 1,00. Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan

identifikasi faktor strategis internal dan eksternal tersebut kepada pihak

manajemen perusahaan dengan menggunakan metode “Paired Comparison”

(Kinear, 1991; hal 44).


Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap

faktor penentu internal dan eksternal.

Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1,2 dan 3. Skala

yang digunakan untuk pengisisan kolom adalah :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal

2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5 dibawah

ini :

Tabel 8. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan

Faktor Strategis Internal A B C D ……. Total

A Xi
B
C
D
……
Total n
∑ Xi
i=1
Sumber : Rangkuti, 2000, hal 45
Tabel 9. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan

Faktor Strategis Eksternal A B C D ……. Total

A Xi
B
C
D
……
Total n
∑ Xi
i=1
Sumber Rangkuti, 2000, hal 46

Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel

terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus sebagai

berikut yang bersumber dari Kinear (1991,hal 29) :

I= ___ Xi___
n
∑ Xi
I=1
Keterangan :

I = bobot variabel ke-1

Xi = nilai variabel ke-1

I = 1,2,3….n

N = jumlah variabel

3. Hitung rating dalam kolom 3 untuk masing-masing faktor dengan memberikan

skala mulai dari 4 (Outstanding) sampai dengan bobot (Poor) berdasarkan

pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan pada saat dilakukan

penelitian.
a. Matriks IFE

untuk faktor yang menjadi kekuatan, skala nilai yang digunakan yaitu: 1 =

sangat lemah, 2 = lemah, 3 = baik, 4 = sangat baik. Sedangkan untuk faktor

yang menjadi kelemahan pemberian nilai rating dilakukan kebalikannya.

b. Matriks EFE

Untuk faktor yang menjadi peluang, skala nilai yang digunakan yaitu : 1 =

rendah (kurang respon), 2 = sedang (respon sama dengan rata-rata), 3 = tinggi

(respon diatas rata-rata), dan 4 = sangat tinggi (respon superior). Sedangkan

untuk faktor yang menjadi ancaman pemberian nilai rating dilakukan

sebaliknya.

5. Kalikan bobot dalam kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh

faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk

masing-masing faktor yang dinilainya bervariasi mulai dari 4 (outstanding)

sampai dengan 1 (poor).

6. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor

pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan nilai total ini menunjukkan

bagaimana peusahaan tertentu reaksi terhadap faktor-faktor strategis internal

dan eksternalnya. Total skor pembobotan antara 1 sampai dengan 4.

a. Matriks IFE

Nilai 2.5 menunjukkan bahwa situasi internal perusahaan berada pada

tingkat rata-rata nilai 1 menunjukkan situasi internal perusahaan sangat buruk.


Sedangkan nilai 4 mengindikasikan bahwa situasi internal perusahaan sangat

baik.

b. Matriks EFE

Nilai 2.5 menunjukkan perusahaan mampu merespon situasi eksternal

secara rata-rata. Nilai 1 menunjukkan perusahaan tidak dapat memanfaatkan

peluang dan mengihindarin ancaman yang ada. Sedangka nilai 4 menunjukkan

perusahaan merespon peluang maupun ancaman yang dihadapi dengan baik.

3.4.4. Analisis SWOT yang dihadapi perusahaan.

Setelah melakukan analisis internal dan eksternal, tahap berikutnya adalah

menyusun alternatif strategi. Untuk menjamin bahan baku, strategi yang dibuat

berpijak pada situasi riil di lingkungan eksternal dan lingkungan internal RM Wong

Solo, digunakan alat bantu matrik SWOT yang berguna melakukan matching antara

kekuatan dan peluang (strategi Strenghts-Oppurtunities), kekuatan dengan ancaman

(strategi Strengths-Threats), kelemahan dengan kesempatan (strategi Weakneses-

opportunities) serta kelemahan dengan ancaman (strategi Weaknesses-Threats).

3.5. Kerangka Pemikiran Konseptual

Berdasarkan hasil dari perumusan analisis lingkungan internal dan eksternal

maka akan dijadikan acuan dalam menggunakan SWOT dan juga penggunaan

analisis bauran pemasaran maka dapat dipilih alternatif strategi yang akan digunakan

sesuai dengan kondisi perusahaan, baik itu strategi untuk jangka pendek maupun
jangka panjang. Bagan kerangka pemikiran konseptual tersebut dapat dilihat pada

Gambar 6.

GAMBARAN
UMUM
Rumah Makan Wong Solo

Analisis Lingkungan Analisis Lingkungan Internal


Ekaternal 2. Aspek Organisasi
1. Lingkungan Makro 3. Aspek Pemasaran
2. Lingkungan Mikro 4. Aspek Produksi dan Operasi
5. Aspek Sumber Daya Manusia

Matrik IFE & EFE

Analisis Analisis Bauran Analisis


Internal Pemasaran SWOT
Eksternal

STRATEGI PEMASARAN

Gambar 6. Kerangka Pemikiran Konseptual

BAB IV
GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

4.1 . Kondisi Lingkungan Area Penelitian

Jakarta Timur merupakan salah satu bagian dari propinsi DKI Jakarta, dengan

jumlah penduduk kurang lebih 1.959.022 jiwa serta tingkat sosial ekonomi yang

relatif semakin meningkat (Pemda Jaktim, 2007, hal 4), dengan tingkat kesibukan

masyarakat kota Jakarta yang tinggi menjadikan Jakarta Timur salah satu “pangsa

pasar” makanan siap saji, hal ini berarti terbukanya peluang usaha di bidang makanan

siap saji.

Dengan jumlah penduduk yang cukup padat dengan pertumbuhan kurang

lebih 2,4 persen per tahun, angka ini merupakan potensi pasar atau konsumen cukup

potensial dengan pendapatan perkapita sebesar Rp. 5.057.040,00. (Pemda Jaktim,

2007, hal 4)

Pendapatan perkapita masyarakat Jakarta Timur yang semakin tinggi,

mendorong permintaan atau pertumbuhan menjadi lebih besar baik kuantitas dan

kualitas produk maupun kesinambungan penyediaannya. Melihat hal ini Ayam Bakar

Wong Solo pada tahun 2002 mulai memasuki Ibu kota Jakarta. “Kepung Jakarta” ,

menjadi tekad bulat untuk menguasai pasar ibu kota untuk menyajikan makanan

tradisional. Hingga saat ini Rumah Makan Wong Solo sudah tersebar di beberapa

lokasi Jakarta Timur diantaranya Kalimalang, Cibubur, dan Pondok Gede.

4.2 . Sejarah Ayam Bakar Wong Solo


Sejarah pendirian Rumah Makan Wong Solo bermula dari tekad yang kuat

Puspo Wardoyo, dengan modal awal yang dimilikinya berjumlah Rp. 700.000,00

Puspo Wardoyo mulai merintis waralaba Wong Solo hingga menjadi sebesar

sekarang ini dari titik paling bawah. Dari kecil Puspo Wardoyo telah membantu

orangtuanya berdagang makanan, seperti ayam goreng, ayam bakar, goreng asem

ayam, dan menu ayam lainnya di warung dekat kampus UNS Solo.

Kemampuan dalam meramu masakan didapatnya sewaktu bekerja membantu

ayahnya berdagang. Dengan pengalaman yang dimiliki, Puspo Wardoyo merancang

sendiri menu-menunya, sebelum menu di tawarkan, terlebih dahulu dilakukan uji

coba berkali-kali sampai mendapatkan rasa yang benar-benar cocok.

Dari riset menu saat ini sudah terdapat sekitar 50 menu. Sebagian besar

merupakan modifikasi dari masakan-masakan yang telah diciptakan sebelumnya.

Menu yang dihidangkan bervariasi, dari bahan dasar ayam dan ikan, sayur mayur dan

buah buahan. Nama yang diberikan untuk menu hasil karyanya sangatlah unik. Ada

jus Poligami dan Jus Dimadu. "Jus poligami berisi gabungan buah-buahan berserat

yang dicampur menjadi satu. Sedangkan Jus Dimadu kombinasi buah Markisa

dengan buah Torung yang merupakan buah khas Medan. Rasanya, semanis madu".

Dari sisi penampilan karyawan sedikit demi sedikit ditingkatkan, dengan memakai

seragam, sekarang memakai seragam sehingga penampilan lebih bagus. Semua

usaha-usaha dilakukan adalah untuk membangun citra kepada para pelanggan. Berkat

bisnis tersebut Puspo Wardoyo sang pemilik pernah dua kali menyabet penghargaan
Enterprise 50 versi Accenture dari majalah Swa dan HIPMI ini dan Waralaba

Unggulan Tahun 2003 dari Presiden Megawati.

4.3 . Sejarah Pendirian Rumah Makan Wong Solo Cabang Pondok Gede

Rumah Makan Wong Solo mempunyai 30 cabang atau Outlet di seluruh

Indonesia sebagai data tertera pada lampiran.

Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede didirikan pada tanggal 28

Januari 2003, dengan memakai konsep franchise yaitu mempersiapkan para investor

untuk menanamkan modalnya. Ada 6 peserta penanam modal di rumah makan ini

antara lain; Kiemas Fauzi, Jaja Priyadi, Harjono, Samsul Bahri dan Sunaryo Sumadji

sebagai pemilik tempat dan lahan berdirinya rumah makan ini, serta PT. Mitra

Amanah Wong Solo yang berkedudukan di Jogjakarta. Selain itu ada sebuah

perusahaan yang membawahi sistem manajemen rumah makan ini yaitu PT. Sarana

Bakar Digdaya.

Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede memiliki tiga ruangan yang

dapat menjadi pilihan konsumen ketika menyantap hidangan yaitu ruangan AC (Air

Conditioner), Lesehan dan Reguler.

Saat pertama kali mengambil keputusan untuk membuat Rumah Makan

Wong Solo, dikelola dengan nuansa relegius yang Islami. Wong Solo berusaha

menyanggah anggapan masyarakat yang menganggap rumah makan ini cenderung

eksklusif. Akan tetapi Rumah Makan Wong Solo mengembangkan cara beragama

yang terbuka dengan memberi pelayanan kepada konsumen dari semua segmen
masyarakat lintas suku, agama, ras dan golongan, sehingga dalam kenyataannya di

rumah makan ini tidak sedikit pengunjung dari kalangan etnis Tionghoa.

Rumah makan ini tetap mengusahakan agar suasana Islami nampak terasa jelas.

Ini bisa dilihat pada kenyataan misalnya:

a. Semua karyawati memakai jilbab.

b. Kuliah agama tujuh menit (Kultum) dilakukan untuk karyawan dan karyawati

sebelum memulai pekerjaannya, dengan menegaskan nilai-nilai yang

terkandung dalam hadits-hadits pendek.

c. Pengajian dengan metode membedah kitab bagi para staf dan pimpinan yang

dilaksanakan seminggu sekali.

d. Manajer harus lancar membaca Al-Qur’an dan mampu menjadi khotib Jum’at.

e. Rumah Makan Wong Solo juga membersihkan hasil usahanya dengan

mengeluarkan zakat 10 persen melalui amil zakat Wong Solo.

Landasan filosofi proses perjalanan usaha Rumah Makan Wong Solo secara

umum adalah Al-Qur’anul Karim, khususnya surat As-Shaf : 10-11 :

“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku


tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan
kamu dari azab yang pedih?, (yaitu) : Kamu beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan
harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika
kamu mengetahui”.

Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede tepatnya terletak di jalan

raya Pondok Gede No. 5. Lokasi ini bersisian dengan terminal bus kota dan luar kota

Pinang Ranti juga berdekatan dengan Asrama Haji Pondok Gede.


4.4 . Struktur Organisasi Rumah Makan Wong Solo Cabang Pondok Gede

Struktur organisasi rumah makan ini mengikuti sistem manajemen sederhana,

manajemen yang dipimpin oleh seorang manajer dalam hal ini yaitu Bapak Prastyo

Nugroho S.Ag dengan membawahi tiga kepala bagian, masing-masing Produksi,

Keuangan, Pembelian, dari ketiga bagian tersebut membawahi 16 orang karyawan.

Manajer

Bagian Produksi Bagian Keuangan Bagian Pembelian

KARYAWAN

Gambar 7. Struktur Organisasi Rumah Makan Wong Solo


Sumber : Solo, tanpa tahun

1. Manajer: Bertanggung jawab terhadap semua aktivitas khususnya mengawasi

pelayanan yang ada di Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede.

2. Bagian Produksi: Bertanggung jawab terhadap ketersediaan bahan baku untuk di

olah menjadi menu siap saji, bagian produksi dibantu oleh 3 orang karyawan.

3. Bagian Keuangan: Bertanggung jawab atas pengaturan keuangan Rumah Makan

Wong Solo, bagian keuangan dibantu oleh 1 orang karyawan yaitu kasir.
4. Bagian Pembelian: Bertanggung jawab atas pembelanjaan kebutuhan Rumah

Makan Wong Solo, mulai dari bahan baku, bumbu, maupun perlengkapan

lainnya. Bagian produksi dibantu oleh 2 orang karyawan.

5. Karyawan: Melaksanakan tugas masing-masing bagian yang telah ditugaskan

oleh kepala bagian baik dalam produksi, keuangan, pembelian dan khusus untuk

pelayanan langsung dibawah kendali manajer pelayanan terhadap konsumen.

4.5 . SDM Rumah Makan Wong Solo Cabang Pondok Gede

Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede memiliki karyawan yang

memadai, rumah makan ini memiliki karyawan 20 orang, dengan kapasitas pelayanan

hingga 100 orang, dengan keahlian yang bervariasi.

Rumah makan ini menggunakan 7 hari kerja, untuk hari istirahat diatur

langsung oleh manajer. Dalam sehari para karyawan bekerja selama 12 jam dan

istirahat selama 1 jam, pekerjaan dimulai dari jam 10.00 WIB hingga pukul 22.00

WIB.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Lingkungan Rumah makan.

5.1. 1. Analisis Lingkungan Internal

Lingkungan Internal adalah lingkungan organisasi yang berada di dalam

organisasi tersebut dan secara normal memiliki implikasi yang langsung dan khusus

pada rumah makan. Analisis lingkungan internal merupakan identifikasi faktor-faktor

kekuatan dan kelemahan dari dalam rumah makan. Analisis ini mengkaji faktor

produksi dan operasi, sumberdaya manusia, serta faktor pemasaran.

5.1.1.1 Faktor Produksi dan Operasi

Dalam hal pengolahan bahan baku hingga menjadi menu siap saji, lakukan

oleh karyawan dibawah pengawasan bagian Produksi. Hal ini dilakukan dengan

tujuan agar kualitas menu dan penyajiannya tetap terjaga dan memiliki cita rasa yang

khas, hal ini menjadi salah satu kekuatan bagi Rumah Makan Wong Solo cabang

Pondok Gede.

5.1.1.2. Sumberdaya Manusia

Manajemen pengelola sumber daya manusia di Rumah Makan Wong Solo

tidak terlepas dari proses perekrutan/ rekruitmen karyawannya. Sistem rekruitmen

yang diterapkan di Rumah Makan Wong Solo selama ini dilakukan dengan melalui

dua cara yakni: Sumber internal dan eksternal


- Sumber Internal (dari orang dalam perusahaan sendiri).

Yaitu model perekrutan karyawan yang berasal dari dalam perusahaan melalui

realokasi SDM yang ada baik berupa tour of duy (alih tugas) atau tour of area

(alih tempat kerja). Sasarannya agar persahaan dapat menempatkan orang

yang tepet pada tempat yang tepat (the right man on the right place).

- Sumber eksternal (dari luar perusahaan).

Yaitu dengan cara perekrutan biasa, dengan melalui beberapa proses yang

telah ditentukan.

Proses perekrutan karyawan Rumah Makan Wong Solo menekankan sumber

daya manusia yang memiliki kemampuan akademik, juga kondisi akhlak menjadi

pertimbangan utama. Rumah Makan Wong Solo yakin bahwa pekerjaan yang

baik apabila dikerjakan oleh karyawan yang baik akan memberikan hasil yang

baik pula.

Selanjutnya untuk membekali para karyawan dalam melakukan tugasnya,

dilakukan beberapa pelatihan yang dilakukan oleh manajemen Rumah Makan

Wong Solo bertujuan agar karyawan mampu melaksanakan tugas dengan baik

dan benar. Pelatihan yang terdapat di Rumah Makan Wong Solo terdiri dari

pelatihan yang ditujukan untuk karyawan dan calon karyawan yang telah lulus

dalam seleksi perekrutan sebelum diangkat menjadi karyawan.

Ada tiga (3) tingkatan pelatihan yang ada di rumah makan Wong Solo.

Pelatihan tingkat pertama, pelatihan ini ditujukan bagi calon karyawan yang

menangani pekerjaan yang bersifat praktis. Pelatihan tingkat kedua, pelatihan ini
ditujukan bagi mereka yang dipersiapkan untuk menduduki jabatan Kepala Bagian

yang bersifat teknis. Pelatihan tingkat tiga, yaitu pelatihan yang ditujukan untuk

mempersiapkan kepala bagian yang akan menduduki jabatan sebagai pemimpin

tingkat menengah untuk calon manajer, bersifat human skill seperti penerapan

kebijakan manajemen, struktur organisasi dan sebagainya. Aspek yang diberikan

dalam pelatihan dasar antara lain: pengetahuan, pembekalan yang cenderung

berhubungan dengan sikap (pembentukan perilaku). Sedangkan pelatihan untuk

manajer diberikan oleh PT. Bakar Digdaya sebagai manajemen pusat Rumah Makan

Wong Solo.

5.2. Matrik IFE

Identifikasi faktor internal bertujuan untuk mengklasifikasikan faktor-faktor

yang merupakan kekuatan dan kelemahan perusahaan. Hasil identifikasi

menunjukkan bahwa Rumah Makan Wong Solo memiliki lima kekuatan dan empat

kelemahan.

5.2.1. Kekuatan

Yang menjadi kekuatan adalah :

1) Menu yang disajikan di Rumah Makan Wong Solo memiliki cita rasa

yang khas karena pengolahan ayam tersebut dilakukan oleh sang pemilik

dengan menggunakan bumbu-bumbu pilihan yang telah diuji coba.


2) Pengawasan mutu Rumah Makan Wong Solo dilakukan secara ketat

dengan melalui proses pemilihan bahan baku yang berkualitas dan bumbu

yang dikirim langsung dari pusat. Hal ini dilakukan agar menu yang

dihasilkan memiliki rasa yang lezat serta mampu mengikat para pelanggan

mereka.

3) Sumberdaya manusia yang dimiliki oleh Rumah Makan Wong Solo

berkualitas. Karyawan rumah makan ini adalah karyawan terpilih mereka

diberi kuliah tujuh menit mengenai keislaman dengan tujuan akhlak

mereka kian hari akan semakin baik dalam hal memberikan pelayanan

kepada pelanggan mereka.

4) Produk yang dimiliki Rumah Makan Wong Solo dalam hal ini produknya

menu makanan, telah memiliki 47 menu. Sebagian besar modifikasi dari

masakan-masakan yang telah ada sebelumnya. Sehingga menu yang

dihidangkan bukan sekadar ayam, tapi ada ikan, sayur mayur, dan jus.

5) Sistem penjualan yang dilakukan oleh Rumah Makan Wong Solo adalah

dengan mendirikan cabang atau perwakilan sebanyak-banyaknya. Hingga

saat ini Rumah Makan Wong Solo telah memiliki 32 cabang di seluruh

Indonesia, hal ini dilakukan agar para konsumen yang sudah berlangganan

di Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede dan cabang lainnya

tetap dapat menikmati penyajian Rumah Makan Wong Solo didaerah-

daerah lainnya.
5.2.2. Kelemahan

Sedangkan empat kelemahan tersebut antara lain :

1) Produk tidak tahan lama. Seperti halnya produk-produk makanan siap saji

lain, menu yang ada diRumah Makan Wong Solo juga memiliki sifat tidak

tahan lama.

2) Pihak manajemen Rumah Makan Wong Solo hingga saat ini tidak

melakukan promosi secara aktif.

3) Sistem manajemen yang masih berbentuk kekeluargaan. Pimpinan

dipegang oleh pemilik mutlak.

4) Wacana yang dimunculkan oleh pemilik Rumah Makan Wong Solo

cenderung mengundang kontroversial dari manager hingga isu poligami.

Tabel diberikut ini menunjukkan matrik IFE Rumah Makan Wong Solo

cabang Pondok Gede.


Tabel 10. Matrik IFE Rumah Makan Wong Solo
No Bobot Rating Skor
KEKUATAN
A Menu yang disajikan memiliki cita rasa yang khas 0.155 3 0.465
B Pengawasan mutu ketat 0.129 2.833 0.365457
C SDM yang berkualitas 0.123 2.833 0.348459
D Produk yang dimilik beragam 0.115 2.167 0.249205
E Sistem penjualan yang dilakukan dengan mendirikan
cabang 0.111 2 0.222
JUMLAH KEKUATAN 1.650121
KELEMAHAN
F Produk tidak tahan lama 0.105 2.333 0.244965
G Promosi yang dilakukan masih lemah 0.101 2.167 0.218867
H
Sistem manajemen yang masih berbentuk kekeluargaan 0.096 1.833 0.175968
I
Wacana yang digunakan RM WS cenderung
mengundang kontroversial di masyarakat
(khususnya kaum wanita) 0.062 1 0.062
JUMLAH KELEMAHAN 0.7018
TOTAL 2.351921

Total nilai matrik pada kekuatan memiliki skor 1,650, sedangkan pada

kelemahan menunjukkan skor 0,701 artinya Rumah Makan Wong Solo cabang

Pondok Gede mampu menutupi kelemahan yang ada. Matrik IFE menunjukkan bahw

faktor internal yang memiliki kekuatan terbesar adalah menu yang disajikan yang

memiliki cita rasa yang khas, sedangkan empat kekuatan lainnya ialah : pengawasan

mutu ayam bakar Rumah Makan Wong Solo dilakukan secara ketat, sumberdaya

manusia yang dimiliki oleh Rumah Makan Wong Solo berkualitas, produk yang

dimiliki Rumah Makan Wong Solo dalam hal ini produknya menu makanan, telah

memiliki 47 menu, sistem penjualan yang dilakukan oleh Rumah Makan Wong Solo
adalah dengan mendirikan cabang atau perwakilan sebanyak-banyaknya sehingga

seluruh kekuatan berjumlah 1,650.

5.3. Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi dan

mengevaluasi kecenderungan dan kejadian yang berada di luar kendali suatu rumah

makan. Analisis lingkungan eksternal berfokus pada penentuan faktor-faktor kunci

yang menjadi ancaman dan peluang bagi rumah makan, sehingga memudahkan

manajemen untuk menentukan strategi guna meraih kesempatan dan menghindari

ancaman. Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan mikro dan lingkungan

makro.

5.3.1. Lingkungan Mikro

Lingkungan mikro terdiri dari pelaku-pelaku yang langsung mempengaruhi

kemampuan rumah makan dalam memasarkan produknya. Lingkungan mikro bisa

disebut juga lingkungan eksternal yang berdampak langsung bagi rumah makan.

Lingkungan mikro terdiri dari : pemasok, perantara pemasaran, pelanggan dan

pesaing.

1) Pemasok

Khusus untuk bahan baku ayam untuk menu ayam bakar di Rumah Makan Wong

Solo didatangkan dari daerah sekitarnya (Bogor, Cianjur, dan lain-lain) dengan

ukuran dan kualitas yang telah disepakati bersama. Selain ayam dan bahan baku
lainnya terdapat produk tambahan seperti bumbu-bumbu dan juga buah-buahan juga

didatangkan dari daerah bogor dan sebagainya.

2) Perantara pemasaran

Pemasaran Rumah Makan Wong Solo dilakukan dengan cara mendirikan beberapa

gerai dengan tujuan agar dapat menjangkau konsumen yang datang dari seluruh

nusantara dan juga bertujuan untuk melayani para pelanggan dari masing-masing

cabang yang ingin menikmati sajian Rumah Makan wong Solo didaerah lain. Hingga

saat ini gerai yang dimiliki Rumah Makan Wong Solo berjumlah 32 gerai yang

tersebar diseluruh nusantara.

3) Pelanggan

Para pelanggan Rumah Makan Wong Solo diperlakukan seperti saudara, dengan

berusaha untuk mengetahui nama-nama mereka sehingga hubungan dengan

pelanggan terasa akrab.

Para pelayan di Rumah Makan Wong Solo selalu berusaha mengetahui nama-nama

pelanggan dengan berbagai cara. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar para

pelanggan datang bukan hanya sebagai pembeli melainkan juga sebagai sahabat. Hal

lain yang dilakukan terhadap para pelanggan adalah dengan selalu bertanya mengenai

keluhan-keluhannya selama ini. Kurang lebih 70 persen pelanggan-pelanggan Rumah

Makan Wong Solo masih setia datang di outlet Wong Solo dimanapun berada hingga

sekarang.
4) Pesaing

Hingga saat ini yang menjadi pesaing dari Rumah Makan Wong Solo terdiri dari dua

jenis pesaing, yakni pesaing waralaba jenis asing (waralaba yang dimiliki pihak

asing) dan waralaba jenis lokal (waralaba yang dipelopori dan dimiliki oleh pihak

lokal).

Diantara yang menjadi pesaing jenis asing adalah Kentucky Freid Chicken,

California Fried Chicken dan sebagainya yang menyediakan makanan cepat saji

dengan menu utama ayam, sedangkan yang menjadi pesaing lokal yang juga

menyediakan menu utama ayam.

5.3.2. Lingkungan Makro

Lingkungan makro atau yang sering disebut lingkungan eksternal memiliki

dampak strategis bagi rumah makan. Lingkungan makro terdiri dari kekuatan-

kekuatan sosial yang lebih besar yang mempengaruhi seluruh pelaku di lingkungan

mikro rumah makan, yaitu : faktor demografi, ekonomi, teknologi, hukum dan politik

serta sosial budaya.

1) Faktor demografi

Perkembangan jumlah penduduk Jakarta Timur yang cukup besar dengan

pertumbuhan 2,4 persen per tahun (www.timur.jakarta.go.id) telah membuka peluang

bagi Rumah Makan Wong Solo apabila diikuti dengan upaya peningkatan konsumsi

daging ayam dalam negeri. Hal tersebut juga berdampak positif terhadap peningkatan

potensi peluang pasar Rumah Makan Wong Solo Indonesia di pasaran dalam negeri.
2) Faktor ekonomi

Pendapatan per kapita penduduk Jakarta Timur sebesar Rp. 5.057.040,00, merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pembelian atau daya beli masyarakat.

Mengingat makanan ayam bakar merupakan salah satu menu yang memiliki nilai jual

yang cukup tinggi di pasaran makanan yang dijual di Indonesia.

3) Faktor sosial budaya

Semakin meningkatnya pengetahuan manusia akan keutamaan mengkonsumsi

makanan bergizi, maka semakin banyak pula manusia yang mengkonsumsi makanan

dengan kandungan gizi yang baik.

Ayam merupakan salah satu menu makanan yang khas bagi penduduk Indonesia.

Misalnya menu ini disajikan dalam berbagai cara/kesiapan dalam perayaan hari besar

keagamaan, menu olahan ayam merupakan salah satu menu favorit. Dalam perayaan

tertentu misalnya pernikahan, ulang tahun, dan lain-lain menu ayam selalu saja ada.

Dalam penyajian menu, rumah makan ini banyak menggunakan bahasa tetang prinsip

poligami. Puspo Wardoyo selaku pemegang hak lisensi terlihat ingin sekali

menunjukkan tentang keberhasilannya dalam berpoligami, karena beliau

menganggap poligami merupakan salah satu syariat islam yang apabila dilakukan

akan membuat hidup lebih berkah (www. wongsolo.com)

Konsumsi ayam bakar merupakan salah satu cara untuk menghindari kolesterol yang

tinggi, hal ini karena proses pengolahan ayam bakar tanpa menggunakan minyak

goreng, dengan demikian akan terhindar dari konsumsi lemak yang berlebihan.
4) Faktor teknologi

Penyajian yang dilakukan Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede ketika

mendapat pesanan yang harus diantar, maka pesanan dibungkus dengan pelapis yang

dapat menjaga kehangatan makanan yang mempunyai kekuatan selama 1 x 24 jam,

sehingga tetap menjaga cita rasa ketika sampai kepada konsumen, sedangkan dalam

pengolahan minuman dilakukan dengan alat juicer (alat pembuat jus) hal ini

dilakukan untuk mempercepat penyajiannya.

5) Faktor politik dan kebijakan pemerintah

Usaha restoran dan rumah makan yang tidak termasuk kebutuhan primer diprediksi

akan cukup terpengaruh menghadapi kondisi perekonomian 2008 yang ditandai

dengan krisis pangan dan kenaikan harga bahan pokok yang membuat daya beli

masyarakat menurun. Memburuknya kondisi ekonomi yang ditandai dengan krisis

pangan dan kenaikan harga bahan pokok makin berdampak nyata. Hal ini tak hanya

dirasakan pada bisnis yang bergerak dibidang kuliner seperti restoran dan rumah

makan.

Dalam menganalisa lingkungan eksternal Rumah Makan Wong Solo maka

dapat diketahui yang menjadi peluang dan ancaman adalah sebagai berikut:

5.4. Matrik EFE

Identifikasi faktor eksternal bertujuan untuk mengklasifikasikan faktor-faktor

yang menjadi peluang dan ancaman bagi rumah makan Wong Solo, disini dapat kita

temukan ada empat peluang dan tiga ancaman yang mempengaruhi faktor eksternal.
5.4.1. Peluang

1) Pertambahan jumlah penduduk tahun 2000 hingga 2007 di Jakarta Timur yang

rata-rata sebesar 2,4 persen per tahun (BPS, 2007; hal 29). Hal ini menyebabkan

kenaikan permintaan ayam bakar di Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede,

dimana ayam bakar merupakan salah satu menu makanan yang memiliki cita rasa

yang umumnya digemari oleh penduduk lokal.

2) Semakin meningkatnya gaya hidup masyarakat Jakarta Timur juga ditunjukan

dengan keinginan masyarakat untuk makan di Rumah Makan Wong Solo.

3) Proses pembiakan serta pemeliharaan ayam saat ini menggunakan teknologi yang

telah maju, hal ini dapat kita temui pada saat pembiakan yang awal mula pembiakan

ayam dengan cara perkawinan tapi sekarang ini pembiakan ayam cukup dengan

inseminasi buatan (kawin suntik).

4) Perkembangan perumahan elite disekitar Rumah Makan Wong Solo dapat

menjadi sebuah peluang, dikarenakan target konsumen rumah makan ini adalah

konsumen rumah tangga.

5.4.2. Ancaman

1) Hingga saat ini yang menjadi pesaing dari Rumah Makan Wong Solo terdiri dari

dua jenis pesaing, yakni pesaing waralaba jenis asing (waralaba yang dimiliki pihak

asing) dan waralaba jenis lokal (waralaba yang dipelopori dan dimiliki oleh pihak

lokal).
2) Stabilitas ekonomi yang tidak stabil membuat sektor bisnis merasa terguncang

keberadaannya.

3) Persepsi negatif dari masyarakat yang anti poligami dikarenakan secara jelas

Wong Solo mengkampanyekan poligami.

Tabel 11. Matrik EFE Rumah Makan Wong Solo


No Bobot Rating Skor
A Pertumbuhan penduduk 0.186 2.83 0.52638
B Semakin meningkatnya gaya hidup masyarakat Jakarta
Timur 0.161 2.5 0.4025
C Proses pengendalian mutu yang baik 0.153 2.83 0.43299
D Perkembangan perumahan elite disekitar RM Wong Solo 0.133 2 0.266
JUMLAH PELUANG 1.62787
E Hingga saat ini yang menjadi pesaing antara lain 0.155 2.67 0.41385
adalah perusahaan waralaba
F Stabilitas ekonomi yang tidak stabil 0.125 1.83 0.22875
G Perspektif negatif dari masyarakat yang anti poligami 0.087 1 0.087

JUMLAH ANCAMAN 0.7296


TOTAL 2.35747

Dari tabel matrik EFE, dapat disimpulkan bahwa Rumah Makan Wong Solo cabang

Pondok Gede sudah bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk menutupi faktor-faktor

yang menjadi ancaman. Hal ini dapat terlihat dengan lebih besarnya skor peluang yaitu

1,627 dibandingkan faktor ancaman yang hanya 0,729. akan tetapi beberapa peluang besar

yang bisa dimanfaatkan, belum menjadi prioritas bagi rumah makan ini, dikarenakan

Rumah Makan Wong Solo belum bisa memanfaatkan pertumbuhan perumahan disekitar

lokasi rumah makan tersebut, hal ini dapat terlihat bahwa faktor pertumbuhan perumahan

hanya bernilai 0,266.


Sedangkan ancaman terberat dari Rumah Makan Wong Solo ialah adanya

persaingan waralaba yang mulai meningkat, stabilitas ekonomi dan kampanye poligami

yang disuarakan oleh pemilik waralaba Rumah Makan Wong Solo, walaupun faktor-faktor

ancaman yang ada belum begitu berpengaruh dikarenakan skor ancaman hanya 0,729 akan

tetapi hal tersebut dapat meningkat menjadi ancaman yang sangat serius bila tidak

diantisipasi sejak dini.


5.5. Analisis Matrik SWOT

Hasil analisis pada matrik EFE dan IFE kemudian dimasukkan kedalam

matrik SWOT seperti tertera pada tabel dibawah ini:

Tabel 12. Penyusunan Matrik SWOT Rumah Makan Wong Solo

Kekuatan (S) Kelemahan (W)


1. Menu yang disajikan 1. Produk tidak tahan lama
Internal 2. Promosi yang dilakukan
memiliki cita rasa yang
masih lemah
khas
3. Sistem manajemen yang
2. Pengawasan mutu ketat masih berbentuk kekeluargaan
4. Wancana yang digunakan RM
3. SDM yang berkualitas
WS cenderung mengundang
4. Produk yang dimiliki kotroversial di masyarakat
(khususnya kaum wanita)
beragam
5. Sistem penjualan yang
Eksternal dilakukan dengan
mendirikan cabang
Peluang (O) Strategi S-O (Progresif) Strategi W-O
1.Pertumbuhan penduduk 1. Melakukan penetrasi pasar. (ubah strategi)
(S1,S4,S5,O1,O2,O4)
2.Semakin meningkatnya 1. Mengoptimalkan sistem
gaya hidup masyarakat 2. Menjaga kualitas produk manajemen perusahaan.
Jakarta Timur
( S1,S2,S3,O3,O4) ( W1,W2,W3,O3,O4)
3.Proses pengendalian mutu
3. Mempertahankan serta 2.Melakukan kegiatan promosi
yang baik.
meningkatkan pelayanan secara optimal
4.Perkembangan perumahan (S3,O2,O4)
(W2,W3,O1,O2,O4)
elite disekitar RM Wong
Solo 3. Memperbaiki citra Wong Solo
dengan fokus pada kualitas
serta pemasaran produk.
( W2,W4,O1,O2,O3,O4)
Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T
1. Hingga saat ini yang (Diversifikasi Produk) (Strategi Bertahan)
menjadi pesaing adalah
1. Mempertahankan dan 1. Mengoptimalisasi usaha
perusahaan waralaba
memperbaiki citra pemasaran
2. Stabilitas ekonomi yang
perusahan. ( W2,T1,T2)
tidak stabil.
3. Perspektif negatif dari (S1,S2,S3,S4,T1,T3) 2. Meningkatkan daya saing
masyarakat yang anti dengan membentuk sistem
poligami 2. Mengantisipasi perubahan
prilaku konsumen yang manajemen yang lebih baik
menurun dengan membuat (W2,W3,T1)
paket-paket menarik dan
3. Memperbaiki citra perusahaan
murah
dengan fokus pada kualitas dan
(S1,S2,S3,S4,T1,T2,) pemasaran
(W2,W4,T1,T3)

Matriks SWOT dapat menggambarkan dengan jelas bagaimana rumah makan

menyusun strategi berdasarkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dengan

memanfaatkan peluang dan menghadapi ancaman yang ada. Matriks ini akan

menghasilkan empat jenis alternatif strategi yaitu: strategi S-O, W-O, S-T, dan

W-T.

a. Strategi S-O (Progresif)

Pada kolom strategi S-O berisi strategi yang menggunakan kekuatan untuk

mengambil keuntungan dari peluang yang ada. Strategi yang dapat dilakukan

adalah :

1. Melakukan penetrasi pasar yang aktif dan intensif (menggunakan S1,S4 dan S5

untuk meraih O1,O2,O4)

2. Mempertahankan dan menjaga kualitas produk agar lebih baik (dengan

memafaatkan S1,S2,S3 untuk meraih O3 dan O4)

4. Mempertahankan serta meningkatkan pelayanan kepada konsumen, dengan cara

ini rumah makan Wong Solo cabang Pondok Gede dapat mempertahankan
konsumen yang sudah ada dan menarik perhatian pada calon konsumen baru

(dengan menggunakan S3 untuk meraih O2,O4).

b. Strategi W-O (Ubah Strategi)

Pada kolom strategi W-O rumah makan dapat mengatasi kelemahan dengan

memanfaatkan peluang yang ada. Strategi ini diantaranya adalah :

1. Mengoptimalkan sistem manajemen perusahaan guna meningkatkan keunggulan

perusahan (meminimalisasi W1,W2,W3 untuk meraih O3,O4).

2. Melakukan kegiatan promosi secara optimal dengan penyebaran brosur di

perumahan-perumahan sekitar rumah makan artinya (meminimalkan W2,W3 agar

meraih O1,O2,O4).

3. Memperbaiki citra Wong Solo dengan fokus pada kualitas serta pemasaran

produk.(dengan meminimalkan W2,W4 untuk meraih O1,O2,O3,O4).

c. Strategi S-T (Diversifikasi Strategi)

Strategi S-T adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi

ancaman yang dihadapi oleh rumah makan. Strategi yang dapat dilakukan adalah:

1. Mempertahankan dan memperbaiki citra perusahan guna menghadapi persaingan

(dengan mengoptimalkan S1,S2,S3,S4 untuk mengatasi T1,T3).


2. Mengantisipasi perubahan prilaku konsumen yang menurun dengan membuat hal

yang inovatif, seperti paket-paket menarik dan murah (dengan mengoptimalkan

S1,S2,S3,S4 dan menghindari T1,T2,).

d. Strategi W-T (Strategi Bertahan)

Strategi W-T adalah strategi rumah makan untuk berusaha meminimalkan

kelemahan yang dimiliki oleh rumah makan dan berusaha menghindar dari

ancaman yang ada. Strategi yang dapat dilakukan adalah

1. Mengoptimalisasi usaha pemasaran untuk menghadapi saingan dengan cara

(meminimalisasi W2 dan menghindari T1,T2).

2. Meningkatkan daya saing dengan membentuk sistem manajemen yang

lebih baik dengan cara (menghilangkan W2,W3 dan menghindari T1).

3. Memperbaiki citra perusahaan dengan fokus pada kualitas dan pemasaran

dengan cara (menghilangkan W2,W4 menjauhi T1,T3).

5.6. Strategi Bauran Pemasaran

Strategi bauran pemasaran ayam bakar di Rumah Makan Wong Solo disusun

berdasarkan hasil analisis lingkungan pemasaran yang dihadapi oleh rumah

makan menggunakan pendekatan SWOT, dan didukung juga dengan analisis

lingkungan internal dan eksternal. Hasil analisis strategi bauran pemasaran yang
direkomendasikan adalah yang meliputi bauran produk, harga, saluran distribusi

dan promosi, sebagai berikut :

a. Bauran Produk

Produk Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede terdiri dari produk utama

yang beranekaragam berupa jenis makanan dan minuman, variasi menu, penyajian

produk dengan memberikan pelayanan dan penyajian menu yang dapat menarik

perhatian pembeli serta mengutamakan kualitas menu tersebut.

Kualitas makanan dan minuman dapat dilihat dari bahan-bahan yang segar, yaitu

yang masih baru, bersih, tidak layu, serta mengandung vitamin yang diperlukan

oleh tubuh.

Setiap Rumah Makan Wong Solo yang ada di Jakarta mampu memperkenalkan

menu-menu yang baru, begitu pula dengan cabang Pondok Gede. Menu yang

ditawarkan harus dikembangkan sehingga banyak variasi menu yang dapat

memberikan pilihan bagi para pengunjung. Karena cita rasa khas yang dimiliki

membuat Rumah Makan Wong Solo dikenal sampai kepasar internasional, yang

dapat memperluas pemasarannya.

b. Bauran Harga

Harga Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede, disesuaikan dengan

jenis menu yang diinginkan oleh para pengunjung. Harga menu yang ditawarkan
bervariasi mulai dari harga yang terendah sampai harga yang tertinggi. Terdapatnya

pilihan harga, maka konsumen dapat memilih menu dengan harga yang sesuai

dengan keinginannya (daftar harga terdapat pada Lampiran 4 dan 5).

c. Bauran Promosi

Promosi yang dilakukan Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede adalah

berupa penjualan perseorangan, yaitu model promosi dengan melakukan cara

yang mengutamakan keramahtamahan karyawan, pelayanan yang memuaskan

serta pengenalan menu-menu yang menarik bagi pengunjung.

Selain promosi langsung, pihak manajemen juga menerapkan kebijakan promosi

tidak langsung/terselubung seperti membuat kemasan-kemasan menarik yang

bertuliskan nama serta logo dari rumah makan tersebut berikut dengan alamatnya

dengan harapan dapat dibaca dan dilihat sehingga muncul keinginan untuk

memesan kembali, selain itu diharapkan juga dapat menciptakan konsumen baru

yang memilih Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede sebagai alternatif

tempat yang akan dikunjungi.

d. Bauran Distribusi

Sistem penjualan yang dilakukan oleh Rumah Makan Wong Solo adalah

dengan mendirikan cabang atau perwakilan sebanyak-banyaknya. Hal ini berguna


untuk membantu promosi Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede agar para

konsumen yang sudah menjadi langganan, tetap dapat merasakan penyajian khas

Rumah makan Wong Solo bila sedang berada didaerah lain. Hingga saat ini Rumah

Makan Wong Solo telah memiliki 32 cabang di seluruh Indonesia. Sistem penyebaran

gerai ini diharapkan Rumah Makan Wong Solo dapat lebih banyak menjangkau para

pelanggan mereka.

Selain itu Rumah Makan wong Solo cabang Pondok Gede melakukan sistem

pesan antar yang bisa dilakukan dengan pesanan melalui telepon, hal ini diharapkan

memudahkan pelanggan untuk mendapatkan pelayanan di rumah masing-masing.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 . Kesimpulan

Hasil identifikasi terhadap lingkungan internal dan eksternal RM. Wong

Solo cabang Pondok Gede yang telah dilakukan, maka terdapatlah faktor-faktor

lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal meliputi faktor produksi,

operasi dan sumber daya manusia. Hasil dari identifikasi lingkungan internal

inilah maka dapat diketahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Rumah

Makan Wong Solo sedangkan lingkungan eksternal meliputi lingkungan mikro

dan makro.

Hasil analisis terhadap bauran pemasaran yang telah dilakukan pada

Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede meliputi ; Bauran Produk,

Harga, Promosi dan Distribusi. Dan strategi pemasaran yang harus dilakukan

dalam waktu dekat oleh Rumah Makan Wong Solo adalah :

1. Mengoptimalkan sistem manajemen perusahaan guna meningkatkan

keunggulan perusahan.

2. Melakukan kegiatan promosi dengan penyebaran brosur di perumahan-

perumahan sekitar rumah makan yang artinya melakukan penetrasi pasar dan

harus lebih kreatif dalam memanfaatkan peluang.


3. Memperbaiki citra Wong Solo dengan fokus pada kualitas serta pemasaran

produk.

6.2 Saran

Dari hasil penelitian ini hal-hal yang dapat disarankan kepada perusahaan adalah:

1. Mempebaiki citra Rumah Makan Wong Solo dengan mengangkat isu-isu yang

lebih fokus terhadap ciri khas masakan nusantara yang Halalal Thoyyiban.

2. Memperbaiki sistem promosi yang dilakukan agar lebih efektif dan efesien,

dan mempertahankan pengaruh media yang turut membantu dalam promosi

secara tidak langsung.

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong dan Kotler Dasar-Dasar Pemasaran edisi Kesembilan.. PT INDEKS


kelompok Gramedia. Jakarta. 2003

B P S. Data Pertumbuhan Periwisata di Indonesia. Jakarta, BPS. 2007

Fatimah. Analisis Bauran Pemasaran Telur Asin Brebes ‘Studi Kasus di Kelurahan
Brebes dan Kelurahan Limbangan Wetan, Kabupaten Brebes, Jawa
Tengah’. Bogor: Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Pertanian. Fakultas Pertanian IPB.
Bogor. 2002

Gilbert, Daniel, Jr, R. Stoner, James, AF dan Freeman, Edward. 1996.


Manajemen. edisi Bahasa Indonesia. PT Prenhallindo. Jakarta. 1996

Hunger, J David dan Thomas L Whelen. Manajemen Strategi. Adi Yogyakarta.


Yogyakarta. 2001.

Jauch,Lawrence R dan William Glueck F. Manajemen Strategis Dan Kebijakan


Perusahaan edisi Ketiga, Penerbit Erlangga. Jakarta. 1999.

Kotler, Philips, Garry Amstrong. Dasar-dasar Pemasaran. Principle of Marketing.


Prehalindo Jakarta.1997.

Kotler, Philips. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi


dan Kontrol. Edisi Revisi. PT Prenhallindo. Jakarta. 1999

Kotler, Philips. Manajemen Pemasaran. Edisi millenium. PT Prenhallindo.


Jakarta. 2002

Kusumawardhanie, Bintari. Analisis Strategi Pemasaran Bunga Anggrek Di


Taman anggrek Indonesia Permai. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial
Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 2003

Kinsey, Mc. Metode Penelitian edisi kedua. PT Prenhallindo. Jakarta. 2002

Pemda Jakarta Timur. Pertumbuhan Penduduk Jakarta Timur. 23 februari 2008, http.
Timurjakarta.go.id. 24 Maret 2006

Rangkuti, Freddy. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia


Pustaka Utama. Jakarta. 2000

Salim, Ahmad. Analisa Strategi Pemasaran Ekspor Crude Palm Oil (CPO)
Indonesia ‘Studi Kasus Kantor Pemasaran Bersama PT. Perkebunan
Nusantara’. Jurusan sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Sains Dan Teknologi
UIN. Jakarta. 2004

Saputra, Andrian. Analisa Strategi Pemasaran Rumah Makan Mang Kabayan (studi
kasus Rumah Makan Mang Kabayan Cabang Bintaro. Akademi Pariwisata
Trisakti. Jakarta. 2005

Swasta, Basu. Dan Ibnu sukotjo. Pengantar Bisnis Modern. Edisi ketiga. Liberty.
Yogyakarta. 1995

Sugiyono, Dr. Metode Penelitian Bisnis. CV Alfabeta. Bandung. 2002

Stoner, James, AF dan Freeman, Edward. Manajemen. CV Intermedia. Jakarta. 1994

Sutojo, Siswanto. Kleinsteuber,F, Dr. Strategi Manajemen Pemasaran.PT Damar


Mulia Pustaka. Jakarta. 2002

Solo, wong. Sejarah Pendirian Wong Solo. 23 februari 2008, http. Wongsolo.com. 30
Januari 2006

Wawas, Dede. Analisis Strategi Pemasaran Susu Segar Dalam Upaya


Peningkatan Nilai Volume Penjualan ‘Studi Kasus Pada Perusahaan Susu
Yakoob Zaristan’, Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian
Borobudur. Jakarta. 2003

Wahyuddin, Muhammad. Pertumbuhan Ekonomi Berbasis Pertanian. Kompas.


Jakarta. 2007

Yusanto, Ismail, et all. Menggagas Bisnis Islam. Gema Insani Press. Jakarta. 2002

También podría gustarte