Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mengalami proses pembelahan cukup lama antara 2–3 minggu. Daya tahan
hidup kuman kusta mencapai 9 hari di luar tubuh manusia. Kuman kusta
memiliki masa inkubasi 2–5 tahun bahkan juga dapat memakan waktu lebih
kepada orang lain yang pada akhirnya berujung pada pada kemiskinan
Epidemiologi 2012).
dapat terlihat dari angka penemuan kasus baru selama lebih dari dua belas
tahun yang menunjukkan kisaran angka antara enam hingga delapan per
100.000 penduduk dan angka prevalensi yang berkisar antara delapan hingga
sepuluh per 100.000 penduduk per tahunnya. Namun, sejak tahun 2012
Kesehatan 2015).
Target prevalensi kusta sebesar <1 per 10.000 penduduk (<10 per
100.000 penduduk). Situasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.16. Dengan
demikian prevalensi kusta di Indonesia pada tahun 2014 yang sebesar 0,79
per 10.000 penduduk telah mencapai target program. Pada tahun 2014
62,6% penderita baru kusta berjenis kelamin laki-laki dan sebesar 37,4%
Pada tahun 2012, dari total 0,13 juta kasus kusta di India, 9,7% di antaranya
dalam mendeteksi kasus baru kusta yaitu angka cacat tingkat 2. Angka cacat
tingkat 2 pada tahun 2015 sebesar 6,60 per 1 juta penduduk, menurun
pada tahun 2015 yaitu Sulawesi Utara (21,14%), Papua Barat (19,51%) dan
kusta MB dan proporsi penderita kusta pada anak (0-14 tahun) di antara
proporsi kusta anak pada periode yang sama yaitu sekitar 10%-12%.
Provinsi dengan proporsi kusta pada anak tertinggi yaitu Papua Barat
i
(30,82), Papua (23,62%), dan Maluku Utara (19,49%) (Kemenkes RI
2015a).
WHO sebanyak 175.554 kasus di akhir tahun 2014 dengan 213.899 kasus
baru (www.who.int). Pada tahun 2015 dilaporkan 17.202 kasus baru kusta
Target prevalensi kusta sebesar < 1 per 10.000 penduduk ( < 10 per
100.000 penduduk). Situasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.16. Dengan
demikian prevalensi kusta di Indonesia pada tahun 2015 yang sebesar 0,79
62,7% penderita baru kusta berjenis kelamin laki-laki dan sebesar 37,3%
provinsi yang belum eliminasi dan provinsi yang sudah mencapai eliminasi.
Provinsi yang belum mencapai eliminasi jika angka prevalensi > 1 per
angka prevalensi < 1 per 10.000 penduduk. Data Profil Kesehatan 2015
eliminasi. Provinsi Aceh dan Banten di tahun 2013 angka prevalensinya > 1
per 10.000 penduduk (belum eliminasi) namun di tahun 2014 dan 2015
Angka proporsi anak usia kurang dari 14 tahun yang menderita kusta
di mana angka ini dapat digunakan untuk melihat keadaan penularan saat ini
gambaran umum penyakit kusta anak baru pada usia 0 sampai 14 tahun
yang datang berobat ke URJ. Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.
pada tahun 2013 merupakan yang terendah yaitu sebesar 6,79 per 100.000
0,96 per 10.000 (7,9 hingga 9,6 per 100.000 penduduk) dan telah mencapai
target < 1 per 10.000 penduduk (< 10 per 100.000 penduduk) dan pada tahun
2013 dilaporkan 16.856 kasus baru kusta, lebih rendah dibandingkan tahun
i
merupakan tipe Multi Basiler. Sedangkan menurut jenis kelamin, 35,7%
dalam mendeteksi kasus baru kusta yaitu angka cacat tingkat II. Angka cacat
tingkat II pada tahun 2013 sebesar 6,82 per 1 juta penduduk, menurun
dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 8,71 per 1 juta penduduk. Berikut
grafik angka cacat tingkat 2 selama enam tahun terakhir. Provinsi dengan
angka cacat tingkat II per 1 juta penduduk tertinggi pada tahun 2013 yaitu
Papua (26,88), Aceh (18,62), dan Papua Barat (17,72). Hal itu menunjukkan
kusta MB dan proporsi penderita kusta pada anak (0-14 tahun) di antara
kusta anak pada periode yang sama yaitu sekitar 10% -12%. Provinsi dengan
proporsi kusta pada anak tertinggi yaitu Papua Barat (30,82%), Papua
mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kusta pada anak
B. Rumusan Masalah
permasalahan sebagai berikut : Faktor apa saja yang menjadi faktor risiko
kejadian kusta pada anak usia 0-14 tahun di Kota Sorong Provinsi Papua
Barat.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
risiko kejadian kusta pada anak usia 0-14 tahun di Kota Sorong
D. Manfaat Penelitian
E. Keaslian Penelitian
penelitian ini pada metode, varibel, dan lokasi penelitian. Pada penelitian
i
tersebut metode yang digunakan adalah studi retrospektif dan
2. Nisa Amira dan Lilis Sulistyorini, 2016 dengan metode penelitian case
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
i
penderitanya. Kusta dianggap sebagai penyakit kutukan atau karena ilmu
i
2. Pengertian
bagian atas, sistem muskulo retikulo endotelia, mata, otot, tulang, testis
dan organ lain kecuali sistem saraf pusat. Bila tidak terdiagnosis dan
retikulo endothelial, mata, otot, tulang dan testis. Pada kebanyakan orang
menjadi cacat, khususnya pada tangan dan kaki (Amiruddin, dkk, 1997)
3. Etiologi
Armeur Hansen pada tahun 1873. Basil ini bersifat tahan asam, berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-8 mikron dan lebar 0,2-0,5 mikron,
biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel
terutama jaringan yang bersuhu dingin dan tidak dapat dikultur dalam
i
media buatan, tidak dapat bergerak sendiri karena tidak mempunyai alat
2012).
kemerahan yang tersebar pada kulit, ada bagian tidak berkeringat, rasa
kesemutan pada anggota badan atau bagian raut muka, muka berbenjol-
benjol dan tegang yang disebut face leomina (muka singa), dan mati rasa
jika ada anggota keluarga yang menderita luka kunjung sembuh dalam
jangka waktu lama, juga bila luka ditekan, tidak merasa sakit. Gejala-
gejala umum pada kusta/lepra berupa reaksi panas dari derajat yang
i
nephrosia, nephritis dan hepatosplenomegali, neuritis (Kemenkes RI
2015b)
5. Cara Penularan
tahan hidup kuman kusta mencapai 9 hari di luar tubuh manusia. Kuman
kusta memiliki masa inkubasi 2–5 tahun bahkan juga dapat memakan
Kesehatan RI 2014)
armadillo, simpanse, dan pada telapak kaki tikus yang tidak mempunyai
kusta dapat ditularkan dari penderita kusta tipe Multi basiller (MB)
kepada orang lain dengan cara penularan langsung. Cara penularan yang
pasti belum diketahui, tetapi sebagian besar para ahli berpendapat bahwa
(MB) kepada orang lain dengan cara penularan langsung (Indriani 2014)
i
Timbulnya kusta pada seseorang tidak mudah, dan tidak perlu
tipe MB. Penderita MB ini pun tidak akan menularkan kusta, apabila
berobat teratur.
b. Faktor Kuman Kusta. Kuman kusta dapat hidup di luar tubuh manusia
antara 1 – 9 hari tergantung pada suhu atau cuaca, dan diketahui hanya
penularan.
klasifikasi ini seluruh penderita kusta hanya dibagi dalam 2 tipe yaitu
Tanda Utama PB MB
Becak Kusta Jumlah 1-5 Jumlah > 5
i
Penebalan saraf
tepi disertai
gangguan fungsi
(mati rasa dan atau
Hanya 1 saraf Lebih dari 1 saraf
kelemahan otot
didaerah yang
dipersarafi saraf
yang bersangkutan
Kerokan Jaringan BTA Negatif BTA Positif
Kulit
2012 n.d.) :
Tanda Utama PB MB
Unilateral atau bilateral
Distribusi Bilateral simestris
asimetris
Permukaan bercak Kering, kasar Halus, megkilap
Batas bercak Tegas Kurang tegas
Mati rasa pada bercak Jelas Biasanya kurang jelas
Deformitas Proses terjadi lebih
Terjadi pada saat lanjut
cepat
Ciri-ciri khas Madarosis, hidung
pelana, wajah singa
- (faces leonine),
ginekomastia pada laki-
laki
i
7. Epidemiologi Kusta
Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Pada tahun 2008, secara global
terdapat 248.983 kasus kusta di seluruh dunia dengan India dan Brazil
melaporkan 1000 atau lebih kasus baru yang menyumbang 94% kasus
kusta baru di dunia. Secara global terjadi penurunan kasus baru, tetapi
kelamin
i
Kusta dapat terjadi pada hampir semua kelompok umur
15-19 tahun.
i
8. Faktor Risiko yang berhubungan dengan Kejadian Kusta
a. Lingkungan Pemukiman
yang tidak memadai, menggunakan sumber air yang tidak bersih, seta
b. Kontak serumah
penularan kusta adalah kusta utuh yang berasal dari penderita kusta,
jadi penularan kusta lebih mudah terjadi jika ada kontak langsung
serumah untuk tertular penyakit kusta sebesar 15,127 kali lebih besar
i
c. Tingkat Pendidikan
d. Sosial Ekonomi
diperoleh nilai p (0,000) < α ( 0,05). Nilai odd ratio sebesar 6,296 dan
i
95% CI (2,380-20,157) sehingga dapat diketahui bahwa responden
yang memiliki status sosial ekonomi rendah memiliki risiko 6,296 kali
e. Personal hygiene
i
Penelitian Yessita Yuniarsi (2013) menyimpulkan bahwa
5,333 kali lebih besar terkena kusta daripada responden yang memiliki
dengan kejadian Kusta dengan hasil (p=0,001). Hal ini sejalan Indriani
yang memiliki kebersihan badan dan rambut yang kurang baik lima
kebersihan badan dan rambut yang baik (Nisa Amira and Sulistyorin
2016).
g. Kepadatan hunian
penyakit kusta pada orang lain karena lingkungan yang padat penghuni
i
9. Upaya Pengendalian Penularan
b. Vaksinasi BCG
B. Fator InternalTeori
Kerangka
dengan
kejadian
Faktor kusta, maka dibangun sebuah kerangka teori yang mendasari
Eksternal
Jenis Kelamin
i
Umur
Personal Hygiene
Mycobakterium
leprae Kejadian Kusta
Hygiene Zanitasi
Tingkat Pendidikan
Tingkat Pengetahuan
Jenis Pekerjaan
C. Kerangka Konsep
Kontak Serumah
i
Hygiene Kejadian Kusta pada
Perseorangan Anak 0 – 14 tahun
Hygiene Zanitasi
D. Hipotesis
Bab III
METODE PENELITIAN
i
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
kasus dan bukan kasus (kontrol), kemudian diteliti faktor risiko secara
yang terpapar dengan subyek tidak terpapar, kemudian dicari faktor risiko
Faktor risiko
(+) Penderita
Retrospektif (Kasus)
Faktor risiko
(-)
Populasi
Faktor risiko (Sampel)
(+)
Bukan
Retrospektif Penderita
Faktor risiko (Kontrol)
(-)
i
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
2. Waktu Penelitian
1. Populasi
target atau sasaran. Populasi aktual adalah seluruh penderita kusta yang
(enam) bulan dan tercatat di Dinas Kesehatan Kota Sorong pada periode
Januari sampai Desember 2016. Populasi target atau sasaran penelitian ini
i
2. Sampel
a. Kriteris inklusi:
b. Kriteria eksklusi :
i
3. Besar Sampel
pada besar sampel untuk menduga Odds Ratio (OR) dalam jarak 50%,
Nisa Amira, dkk (2016), salah satunya adalah tingkat penghasilan dengan
persamaan :
( OR) P2*
P1* = diperoleh hasil P1 = 0,67
(OR) P2* + ( 1- P2)
52 sampel.
i
4. Teknik Pengambilan Sampel
P2M Dinas Kesehatan Kota Sorong. Sedangkan data tentang nama dan
pemeriksaan klinis.
D. Identifikasi Variabel
2. Variabel bebas :
E. Definisi Operasional
1. Kasus
i
2. Kontrol :
Definisi
Variabel Cara ukur Hasil ukur Skala
Konseptual
Keadaan yang menjelaskan
bahwa kasus atau kontrol 1. Ya = serumah
Wawancara
1. Kontak tinggal serumah dengan 0. Tdk = tidak serumah Nominal
dan Observasi
serumah orang yang mempunyai
riwayat penderita kusta.
F. Analisis Data
1. Pengolahan Data
a. Editing
pertanyaan penelitian.
i
Editing yang dilakukan pada penelitian ini berupa pengeditan
b. Coding
berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Coding
atau memberi kode pada data dilakukan dengan tujuan merubah data
aneka karakter. Data hasil penelitan ini berupa hasil wawancara dengan
maka setiap jawaban “Ya” diberi kode 1 dan jawaban “Tidak” diberi
kode 0.
d. Cleaning
i
Cleaning merupakan proses pengecekkan ulang untuk
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
b. Analisa Bivariat
untuk skala nominal. Jika nilai OR > 1 dan Sig ( p ) Value < 0,05, maka
c. Analisis Multivariat
i
logistic regression. Jika nilai Exp (B) > 1 dan Sig ( p ) Value < 0,05
G. Etika Penelitian
tertulis dari Wali Kota Sorong c.q Kepala Dinas Kesehatan Kota Sorong.
atas, penelitian ini juga telah mendapat persetujuan dari responden yang
kepada peneliti tentang tujuan, kegunaan, sifat sukarela dan tidak ada
i
Daftar Pustaka
i
Endemicity ).” : 91–96.
Setiani, Lia. 2014. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kusta Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kabunan Kabupaten Pemalang Artikel Publikasi
Ilmiah.”
Sunarsih, Elvi, Nurjazuli, and Sulistyani. 2009. “Faktor Risiko Lingkungan Dan
Perilaku Yang Berkaitan Dengan Kejadian Malaria Di Pangkalbalam
Pangkalpinang Environmental and Behavioral Risk Factor Related to
Malaria Incidence in Pangkalbalam Pangkalpinang.” 8(1): 1–9.
Yessita Yuniarasari. 2013. “Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Kusta.”
i
PROPOSAL
PENELITIAN DOSEN PEMULA
i
TAHUN 2017
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui,
Direktur,
i
NIP 196601011985032005
4. Obyek Penelitian :
5.
B. Substansi Penelitian
i
Kata Pengantar
Penulis memanjatkan Puji syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan Rahmat-Nya, yaitu berupa nikmat kesehatan sehingga peniliti
rangka memenuhi salah satu tugas dalam kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi
Proses penyelesaian proposal ini tidak hanya semata- mata hasil usaha
dan kerja keras peneliti sendiri, tetapi melibatkan bantuan dan kontribusi dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, pada kesepatan ini saya juga mengucapkan
terimakasih.
memberikan petunjuk dan arahan bagi peneliti sebagai calon dosen pada
i
4. Pembantu Direktur I Politeknik Kesehatan Kemenkes Sorong yang telah
memberikan petunjuk dan arahan bagi peneliti sebagai calon dosen pada
Proposal ini.
Akhir kata, penulis sungguh menyadari proposal ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk kritik saran, dan diskusi lebih lanjut pembaca di persilakan
PENELITI
DAFTAR ISI
i
Halaman
HALAMAN JUDUL
............................................................................................................................
............................................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN
............................................................................................................................
ii
DAFTAR ISI
............................................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL
............................................................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR
............................................................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN
............................................................................................................................
viii
PERNYATAAN
............................................................................................................................
x
KATA PENGANTAR
............................................................................................................................
xi
Bab I . PENDAHULUAN
................................................................................................................
................................................................................................................
1
A. Latar Belakang
..........................................................................................................
..........................................................................................................
1
B. Perumusan Masalah
..........................................................................................................
..........................................................................................................
7
i
C. Tujuan Penelitian
..........................................................................................................
..........................................................................................................
8
1. Tujuan Umum
..........................................................................................................
8
2. Tujuan Khusus .
..........................................................................................................
7
D. Manfaat Penelitian
................................................................................................................
................................................................................................................
8
E. Keaslian Penelitian
................................................................................................................
9
11
2. Pengertian
11
3. Etiologi
11
4. Tanda dan Gejala
13
5. Cara Penularan
14
6. Klasifikasi Penyakit Kusta
i
15
7. Epidemiologi
17
8. Faktor Risikio Kejadian Kusta
19
9. Upaya pencegahan dan pengendalian
24
B. Kerangka Teori
........................................................................................................
........................................................................................................
24
C. Kerangka Konsep
........................................................................................................
........................................................................................................
26
D. Hipotesis
........................................................................................................
........................................................................................................
26
i
1. Populasi
28
2. Sampel ...................................................................................
29
3. Besar Sampel
30
4. Teknik Pengambilan Sampel
31
D. Identifikasi Variabel
.........................................................................................................
31
E. Definisi Operasional
.........................................................................................................
.........................................................................................................
31
F. Analisis Data
.........................................................................................................
35
G. Etika Penelitian
.........................................................................................................
41
DAFTAR PUSTAKA
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
36
LAMPIRAN
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
37
i
i