Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Dosen Pengampu:
1. Afreliya Fasya
2. Alfiana
3. Asi Sulastri
4. Dea Wulandari
5. Desy Aennunisya
6. Gina Amalia
7. Hana Karohmawati
8. Hetti Peggy A
9. Nindi Dwi Yuliana
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjakan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Defisit Perawatan Diri”. Penyusunan makalah ini bertujuan sebagai
penunjang mata kuliah Keperawatan Jiwa yang nantinya dapat digunakan
mahasiswa untuk menambah wawasan dan pengetahuannya.
Penyusun menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penyusunanya. Namun demikian,
penyusun telah berupaya dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, masukan, saran, kritik,
dan usul yang sifatya untuk perbaikan dari berbagai pihak khususnya Bapak/Ibu
sangat diharapkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Dan harapan penyusun semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
b. Mahasiswa mengetahui dan memahami etiologi defisit perawatan diri.
c. Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis defisit perawatan diri.
d. Mahasiswa mengetahui rentang respon dan pohon masalah defisit
perawatan diri.
e. Mahasiswa mengetahui dan memahami intervensi dari deficit
perawatan diri dan dapat mengimplementasikannya.
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
3
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah:
2004, 79).
2.3 Tanda Dan Gejala
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri
adalah sebagai berikut: kelelahan fisik dan penurunan kesadaran.
Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan
diri adalah:
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor.
b. Rambut dan kulit kotor.
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif.
b. Menarik diri, isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d. Cara makan tidak teratur
e. BAK dan BAB di sembarang tempat
2.4 Penyebab
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri
adalah sebagai berikut:
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan kesadaran
4
Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah:
1. Faktor prediposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas
yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan
lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual,
cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah:
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
5
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus
menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak
boleh dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu
dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan
lain – lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.
h. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena
tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik,
gangguan fisik yang sering terjadi adalah : Gangguan
integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi
pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
i. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene
adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai
dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan
gangguan interaksi sosial.
6
2.5 Pohon Masalah
Isolasi social
Adaptif Maladaptif
Keterangan:
1. Pola perawatan diri seimbang: saat klien mendapatkan stresor dan
mampu untuk berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan
klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang perawatan diri kadang tidak: saat klien mendapatkan stresor
kadang – kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.
7
2.7 Data Mayor Dan Minor
Diagnosa
No Deskripsi Data Mayor Data Minor
Keperawatan
1 Defisit Perawatan Ketidakmampuan Subyektif: Subyektif:
diri dalam menjaga Menyatakan Merasa tak
kesehatan diri, malas mandi berguna
termasuk Tidak tahu cara Merasa tak perlu
menjaga makan yang mengubah
kebersihan diri, baik penampilan
makan-minum Tidak tahu cara Merasa tidak
sehat, berdandan, dandan yang ada yang peduli
mengatur tidur baik Obyektif:
dan bekerja, dan Tidak tahu cara Tidak tersedia
toileting. eliminasi yang alat kebersihan
baik Tidak tersedia
alat makan
Obyektif: Tidak tersedia
Badan kotor alat toileting
Dandanan tidak
rapi
Makan
berantakan
BAB/BAK
sembarang
tempat
8
Seorang klien mengalami defisit perawatan diri. Klien terlihat kotor,
rambut kotor dan kusam, gigi kotor, kulit berdaki, bau, kuku panjang
dan kotor, BAB/BAK disembarangan tempat.
b. Diagnosa keperawatan
Defisit Perawatan Diri, ketidakmampuan dalam kebersihan diri
c. Tujuan khusus
Membina hubungan saling percaya
Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
Menganjurkan pasien Memasukkan kedalam jadwal harian
d. Tindakan keperawatan
Bina hubungan saling percaya
Jelaskan pentingnya kebersihan diri
Jelaskan cara menjaga kebersihan diri
Bantu pasien mempraktekkan cara mejaga kebersihan diri
Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
2. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
a. Fase Orientasi
a) Salam Terapeutik
“Assalamuallaikum, selamat pagi bapak atau ibu, perkenalkan nama
saya naina fitri. Saya biasanya dipanggil fitri. Nama bapak atau ibu
siapa? Biasanya dipanggil siapa? Saya mahasiswa Akes Rustida
yang akan merawat bapak hari ini dari jam 7 sampai jam 2 siang.
Dari tadi saya lihat Bapak atau ibu menggaruk – garuk badannya,
apakah gatal?
b) Evaluasi Validasi
Bagaimana keadaan bapak atau ibu hari ini? Bapak atau ibu apakah
sudah mandi? Sudah berganti baju?
c) Kontrak
9
Topik
“Bapak atau ibu hari ini kita akan berbincang – bincang
tentang pentingnya kebersihan yaitu mandi”
Waktu
“Bapak atau ibu kita akan berbincang – bincang jam berapa?
Berapa lama? Bagaimana jika jam 09.30-09.45?”
Tempat
“Bapak atau ibu dimana kita akan berbincang – bincang?
Bagaimana kalau ditaman?”
b. Fase Kerja
Bapak atau ibu mengapa anda garuk – garuk badan? Apakah Bapak
atau ibu sudah mandi? Apa alasan Bapak atau ibu tidak merawat diri?
Kalau kita tidak teratur menaga kebersihan diri masalah apa menurut
Bapak atau ibu yang bisa muncul? Ya betul, selain Bau badan masalah
yang dapat timbul yaitu kudis, panu, kutu, gatal – gatal, dan lain – lain.
Menurut Bapak atau ibu kita mandi harus bagaimana? sebelum mandi
apa yang perlu kita siapkan? benar sekali, Bapak atau ibu perlu
menyiapkan handuk, sikat gigi dan pasta gigi, sabun, shampoo, dan
sisir. Bagaimana kalau sekarang kita kekamar mandi, saya akan
membimbing Bapak atau ibu melakukannya. Sekarang,buka pakaian
dan siram seluruh tubuh Bapak atau ibu termasuk rambut lalu ambil
shampoo gosokan pada kepala Bapak atau ibu sampai berbusa, lalu
bilas sampai bersih. Bagus sekali! Selanjutnya ambil sabun, gosokan
diseluruh tubuh secara merata, lalu disiram dengan air sampai bersih,
jangan lupa sikat gigi pakai pasta gigi, giginya disikat mulai dari atas
sampai bawah. Gosok seluruh gigi bapak atau ibu mulai dari depan
sampai belakang. Bagus, lalu kumur – kumur sampai bersih. Terakhir,
siram lagi seluruh badan Bapak atau ibu sampai bersih lalu keringkan
dengan handuk. Bapak atau ibu bagus sekali melakukannya.
c. Fase Terminasi
a) Evaluasi
10
Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan Bapak atau ibu setelah belajar cara
menjaga kebersihan diri (mandi) yang benar”
Evaluasi Obyektif
“Coba Bapak atau ibu sebutkan lagi apa saja cara – cara mandi
yang baik yang sudah Bapak atau ibu lakukan”
b) Rencana tindak lanjut
“Saya harap Bapak atau ibu melakukan cara menjaga kebersihan
diri dan jangan lupa memasukkan dalam jadwal kegiatan harian”
c) Kontrak
Topik
“Bagaimana kalau besok kite bertemu lagi dan berbincang –
bincang lagi tentang cara berhias yang benar”
Tempat
“Bapak atau ibu mau berbincang – bincang dimana?
Bagaimana kalau di kamar ibu/bapak”
Waktu
“Bagaimana kalau kita berbincang – bincang kembali besok
jam 08.00 – 08.15? Apakah bapak atau ibu setuju?”
(Aprilianti, dkk, 20145-7).
B. SP2 Berdandan/Berhias
1. Proses Keperawatan
a. Kondisi pasien
Klien mengatakan dirinya malas berdandan. Ketidakmampuan
berpakaian atau berhias ditandai dengan rambut acak – acakan, pakaian
kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur (laki – laki)
atau tidak berdandan (wanita).
b. Diagnosa keperawatan
Defisit perawatan diri Berhias/berdandan
c. Tujuan khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya
11
Klien dapat menjelaskan pentingnya berhias/berdandan
Latihan cara berhias/ berdandan
Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
d. Tindakan keperawatan
Bina hubungan saling percaya
Jelaskan pentingnya berhias/berdandan
Latihan cara berhias/ berdandan
Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
2. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
a. Fase Orientasi
a) Salam Terapeutik
“Assalamuallaikum, Selamat pagi Bapak atau ibu..”
b) Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan hari ini? Baik. Sudah dijalankan jadwal
kegiatan hariannya? “Bagaimana Bapak atau ibu hari ini sudah
mandi? Apa saja peralatan mandi yang Bapak atau ibu ketika
BAB/BAK ketahui?”
c) Kontrak
Topik
“Bapak atau ibu hari ini kita akan berbincang – bincang
tentang melakukan berhias/berdandan ya bu pak”
Waktu
“Bapak atau ibu kita akan berbincang – bincang jam berapa?
Dan berapa lama? Bagaimana jika jam 08.00 – 08.15?”
Tempat
“Dimana kita akan berbincang – bincang? Bagaimana kalau
kita berbincang – bincang di ruangan?”
b. Fase Kerja
“apa yang bapak lakukan setelah selesai mandi? Apa Bapak sudah ganti
baju?”
12
“untuk berpakaian, pilihlah pakaian yang bersih dan kering. Berganti
pakaian yang bersih 2 kali sehari. Sekarang coba bapak ganti baju. Ya, bagus
seperti itu.”
“apakah bapak suka bercukur? Berapa hari sekali bercukur? Betul 2 kali
seminggu”
c. Fase Terminasi
a) Evaluasi
Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah berhias/berdandan?”
Evaluasi Obyektif
“Coba Bapak, sebutkan cara berhias diri yang baik sekali lagi?”
b) Rencana tindak lanjut
“Saya harap Bapak atau ibu melakukan berhias atau berdandan yang
baik dan jangan lupa masukkan dalam jadwal kegiatan harian”
c) Kontrak
Topik
“Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang –
bincang lagi tentang cara makan dan minum yang baik dan benar”
Tempat
“Besok kita akan berbincang – bincang dimana? Bagaimana kalau
di taman?”
Waktu
13
“Bagaimana kalau kita berbincang – bincang kembali hari ini jam
08.00 selama 30, apakah bapak atau ibu setuju?”(Kelliat,
2007:171)
C. SP3 Makan Dan Minum
1. Proses Keperawatan
a. Kondisi pasien
Klien mengatakan malas makan sendiri dan tidak mampu untuk
makan sendiri. Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai
dengan ketidakmampuan mengambil makanan sendiri, makan
berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.
b. Diagnosa keperawatan
Defisit perawatan diri makan
c. Tujuan khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Klien dapat mengetahui cara dan alat makan yang benar.
Klien dapat melakuakan kegiatan makan
Klien dapat memasukkan kegiatan makan dalam jadwal
kegiatan harian.
d. Tindakan keperawatan
Bina hubungan saling percaya
Jelaskan cara dan alat makan yang benar.
Latih kegiatan makan
Anjurkan pasien memasukkan kegiatan makan dalam jadwal
kegiatan harian.
2. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
a. Fase Orientasi
a) Salam Terapeutik
“Assalamuallaikum, selamat siang Bapak atau ibu, wah ibu?bapak
tampak rapi hari ini. Siang ini kita akan latihan bagaimana cara
makan yang baik. Kita latihan langsung di ruang makan ya! Mari
bu itu sudah datang makanan”
14
b) Evaluasi Validasi
“Bagaiman Bapak atau ibu sudah mandi hari ini? Alat apa saja
yang dibutuhkan ketika mau mandi? Bagaimana dengan
berdandan? Apakah sudah dilakukan?”
c) Kontrak
Topik
“Bapak atau ibu saya ingin berbincang – bincang tentang
cara makan minum yang benar dan alat apa saja yang
diperlukannya”
Waktu
“Bapak atau ibu kita akan berbincang – bincang jam
berapa? Dan berapa lama? Bagaimana jika jam 08.00 –
08.15”
Tempat
“Dimana kita berbincang – bincang? Bagaimana kalau kita
berbincang diruan makan?”
b. Fase Kerja
“Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita
praktikkan!”
“Bagus, setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita
berdoa dulu. Silakan Bapak atau Ibu yang pimpin! Bagus.”
“Mari kita makan! Saat makan kita harus menyuap makanan satu persatu
dengan pelan-pelan. Ya, ayo......sayurnya dimakan ya. Setelah makan kita
bereskan piring dan gelas yang kotor. Ya betul ......dan kita akhiri dengan
cuci tangan.”
15
“Ya bagus bu! itu suster sedang membagikan obat, coba Bapak atau Ibu
minta sendiri obatnya.’’
c. Fase Terminasi
a) Evaluasi
Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan bapak atau ibu setelah berbincang – bincang
dengan saya dan setelah kita makan bersama”
Evaluasi Obyektif
“Coba bapak atau ibu sebutkan kembali apa saja yang harus kita
lakukan pada saat makan”
b) Rencana tindak lanjut
“Saya harap Bapak atau ibu melakukan makan secara mandiri dan
jangan lupa masukkan dalam jadwal kegiatan harian”
c) Kontrak
Topik
“Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang-bincang
lagi tentang cara BAB/BAK yang baik dan benar”
Tempat
“Besok kita akan berbincang – bincang dimana? Bagaimana kalau
ditaman?”
Waktu
“Bagaimana kalau kita berbincang – bincang kembali besok jam
08.00 – 08.15? Apakah Bapak atau ibu setuju?” (Kelliat,
2007:173).
D. SP4 Toileting
1. Proses Keperawatan
a. Kondisi pasien
Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah
BAK atau BAB. Ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri
16
ditandai BAB atau BAK tidak pada tempatnya, tidak
membersihkan diri dengan baik setelah BAB atau BAK.
b. Diagnosa keperawatan
Defisit Perawatan Diri Toileting
c. Tujuan khusus
Klien dapat membina hubungan salingan percaya
Klien dapat melakukan BAB dan BAK yang baik
Klien dapat menjelaskan tempat BAB dan BAK yang sesuai
Klien dapat menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAK
dan BAB
d. Tindakan keperawatan
Bina hubungan saling percaya
Latihan cara BAB dan BAK dengan baik
Jelaskan tempat BAB dan BAK yang sesuai
Jelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
2. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
a. Fase Orientasi
a) Salam Terapeutik
“Assalamuallaikum, selamat pagi bapak atau ibu..”
b) Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan hari ini? Baik. Sudah dijalankan jadwal
kegiatan hariannya? Bagaimana bapak atau ibu makannya
sudah habis 1 porsi? Bapak atau ibu ketika makan apa saja yang
harus dilakukan?”
c) Kontrak
Topik
“Bapak atau ibu hari ini kita akan berbincang – bincang
tentang melakukan BAB dan BAK secara mandiri
dengan baik dan benar”
Waktu
17
“Bapak atau ibu kita akan berbincang – bincang jam
berapa? Dan berapa lama? Bagaiman jika jam 08.00 –
08.00?”
Tempat
“Dimana kita akan berbincang – bincang? Bagaimana
jika kita berbincang – bincang di taman?”
b. Fase Kerja
a) Untuk pasien laki-laki:
Dimana biasanya bapak buang air besar dan buang air kecil?
Benar bapak buang air besar atau kecilyang bail itu di WC,
kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan ada saluran
pembuangan kotoran. Jadi kita tidak boleh buang air besar atau
kecil di sembarang tempat. Sekarang, apakah bapak tau
bagaimana cara cebok? Yang perlu diingat saat mencebok
adalah bapak membersihkan bokong atau kemaluan dengan air
yang bersih dan pastikan tidak ada tinja atau air kencing yang
di tubuh bapak. Setelah bapak selesai cebok, jangan lupa tinja
atau air kencing yang ada di WC di bersihkan. Caranya siram
tinja atau air kencing yang ada di WC secukupnya sampai tinja
atau air kencing itu tidak tersisa di WC. Setelah itu cuci tangan
dengan menggunakan sabun.
b) Untuk perempuan:
Cara membilas yang bersih setelah ibu buang air besar yaitu
dengan menyiram air kea rah depan ke belakang. Jangan
terbalik yah. Cara seperti ini berguna untuk mencegah
masuknya kotoran/tinja yang ada di bokong ke bagian
kemaluan kita. Setelah ibu selesai cebok, jangan lupa tinja atau
air kecingyang ada di WC di bersihkan. Caranya siram tinja
atau air kencing tersebut dengan air secukupnya sampai air
kencing atau tinja tidak tersisa di WC. Lalu cuci dengan
menggunakan sabun.
18
c. Terminasi
a) Evaluasi
Evaluasi Subyektif
“Bagaiman perasaan Bapak atau ibu setelah berbincang –
bincang lagi tentang Buang air besar atau kecil yang baik
dan benar?”
Evaluasi Obyektif
“Coba bapak atau ibu jelaskan ulang tentang cara
BAB/BAK yang baik?”
b) Rencana tindak lanjut
“Saya harap Bapak atau ibu melakukan toileting yang baik dan
jangan lupa masukkan dalam jadwal kegiatan harian”
c) Kontrak
Topik
“Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan
berbincang–bincang lagi tentang suara suara yang sering
ibu/bapak dengar?”
Tempat
“Besok kita akan berbincang – bincang dimana?
Bagaimana kalau di ruangan?”
Waktu
“Besok jam berapa Bapak atau ibu? Berapa lama?
Bagaimana kalau jam 08.00 – 08.15 seperti biasa”
(Aprilianti, dkk, 20145-7).
19
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Defisit perawatan diri adalah Salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya, dan
kesejaterannya, sesuaia dengan kondisi kesehtannya. Klien dinyatakan
terganggu perawtaan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya.
Implementasi asuhan keperawatan yang dilakukan dibagi menjadi 4 strategi
pelaksanaan yaitu: kebersihan diri atau mandi, berhias, makan dan minum.
Serta toileting atau cara BAB/BAK yang baik dan benar.
3.2 Saran
Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.Untuk
penyempurnaan kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.
20
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta:
EGC.
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan. Jakarta: CV Sagung Seto
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta: EGC
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan
Psikiatri. Edisi 3. Jakarta. EGC
https://samoke2012.files.wordpress.com/2017/03/lpsp-defisit-perawatan-diri-
b.pdf (Di Akses Pada Tanggal 27 maret 2019)
21