Está en la página 1de 8

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AP
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia
RM : 59793
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Alamat : Benteng Patampanua
Tgl. Pemeriksaan : 15 Februari 2013
Rumah Sakit : Poliklinik Mata Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo
Dokter Pemeriksa : dr. A

ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri pada mata kanan
Anamnesis Terpimpin :
Dialami sejak ± 2 bulan yang lalu, secara tiba-tiba dan terus menerus, rasa
mengganjal (+), mata merah (+), nyeri (+), gatal (+), air mata berlebih (+), rasa
berpasir (+), kotoran mata berlebih (+), silau ketika melihat cahaya (+),.
Riwayat HT (-), Riwayat DM tidak diketahui, Riwayat menggunakan
kacamata (-), Riwayat trauma (-), Riwayat berobat di di RS Pinrang mata
sebelumnya (+).

TANDA VITAL
Status Generalis : Sakit sedang/Gisi baik/Composmentis
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit

1
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : Afebris

PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
1. Inspeksi

PEMERIKSAAN OD OS

Palpebra Edema (-) Edema (-)

Apparatus lakrimalis Lakrimasi (+) Lakrimasi (-)

Silia Normal Normal

Konjungtiva Hiperemis (+) Hiperemis (-)

Bola mata Normal Normal

Keruh, hampir di seluruh


Kornea Jernih
permukaan kornea

Bilik mata depan Normal Normal

Iris sde Coklat, Kripte (+)

Pupil sde Bulat, sentral

Lensa sde Jernih

2
Mekanisme Muskular Ke segala arah Ke segala arah

Light perception
+ +
+ + + +
+ +

2. Palpasi
PEMERIKSAAN OD OS

Tensi okuler Tn Tn

Nyeri tekan (+) (-)

Massa tumor (-) (-)

Glandula periaurikuler Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran

3. Tonometri
Tidak dilakukan pemeriksaan
4. Visus
- VOD : 1/300 LP +
+ +
+
- VOS : 6/6 LP +
+ +
+
5. Campus visual : Tidak dilakukan pemeriksaan
6. Color sense : Tidak dilakukan pemeriksaan
7. Light sense : Tidak dilakukan pemeriksaan

3
8. Penyinaran oblik

No Pemeriksaan Oculus Dextra Oculus Sinistra


1 Konjungtiva Hiperemis (+) Hiperemis (-),
Inj. Konjungtiva (+).
Inj. Perikornea (+).
2 Kornea Keruh, hampir di seluruh Jernih
permukaan kornea
3 Bilik mata depan Normal Normal
4 Iris Sde Cokelat, kripte (+)
5 Pupil Sde Bulat, sentral, refleks cahaya (+)
6 Lensa Sde Jernih

9. Tes fluoresensi : (+)


10. Tes KOH : (+)
11. Funduskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan
12. Slit lamp :
- SLOD : Konjungtiva hiperemis (+), injeksi konjungtiva (+), injeksi
perikornea (+), kornea tampak infiltrat berbentuk filamen (+),
ulkus kornea berbentuk satelit (+), tes flouresens (+) , iris
coklat, kripte (+), BMD normal, detail lain sulit dievaluasi.

4
- SLOS : Konjungtiva hiperemis (-) kornea jernih, iris cokelat, kripte
(+), pupil bulat, sentral RC (+), lensa jernih.
RESUME
Seorang laki-laki berumur 51 tahun datang ke poliklinik mata Rumah sakit
Wahidin Sudirohusodo dengan keluhan penglihatan kabur pada mata kanan.
Dialami sejak 2 bulan yang lalu, rasa mengganjal (+), blefarospasme (+), mata
merah (+), nyeri (+), lakrimasi (+), riwayat mata berpasir (+), sekret berlebihan
(+), fotofobia (+), riwayat DM tidak diketahui. Riwayat berobat sebelumnya di RS
Pinrang 1 bulan yang lalu (+).

Pada pemeriksaan tes flouresens (+), dan tes KOH (+), sensibilitas ODS (+).

Pada pemeriksaan visus didapatkan VOD : 1/300 VOS : 6/6


SLOD : Konjungtiva hiperemis (+), injeksi konjungtiva (+), injeksi
perikornea (+), kornea tampak infiltrat berbentuk filamen (+), ulkus
kornea berbentuk satelit (+), tes flouresens (+) , iris coklat, kripte
(+), BMD normal, detail lain sulit dievaluasi.

DIAGNOSIS
OD Keratomikosis
DIFERENTIAL DIAGNOSIS
Keratitis bakteri
Ulkus kornea
TERAPI
 Terapi topikal
LFX EDMD 6x1 tts OD
Rephitel 6x1 tts OD
Natacen 6x1 tts OD
 Terapi oral
Ketokonazole 2x1 (Hari 1), selanjutnya 1x1
Meloxicam 1x 7,5mg

5
PROGNOSIS
1.Quo ad vitam : Dubia
2.Quo ad sanationem : Dubia
2.Quo ad visam : Dubia
4.Quo ad cosmeticum : Dubia

DISKUSI
Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi pada kornea yang
akan mengakibatkan kornea menjadi keruh. Keratitis biasanya diklasifikasikan
dalam lapisan yang terkena seperti keratitis superfisial dan profunda atau
interstisial. Akibat terjadinya kekeruhan pada media kornea ini, maka tajam
penglihatan akan menurun. Mata akan merah yang terjadi akibat injeksi pembuluh
darah perikorneal yang dalam atau injeksi siliar. Gejala yang ditimbulkan berupa
fotofobia, lakrimasi, dan blefarospasme yang dikenal dengan trias keratitis.
Keratitis dapat disebabkan oleh infeksi jamur, bakteri, virus selain itu
dapat juga disebabkan faktor lain seperti mata kering, keracunan obat, alergi,
idiopatik ataupun radiasi sinar ultraviolet.
Komplikasi dari keratitis dapat menyebabkan sikatriks keratitis (berupa
nebula, makula ataupun leukoma), iridosiklitis, ulkus kornea dan descematokele.
Keratitis herpetika memberikan gambaran seperti ulkus dendritik pada kornea
pada tes fluoresensi yang dapat terlihat jelas pada slit lamp. Ulkus ini biasanya
menyembuh tanpa parut. Namun jika melibatkan stroma maka akan
mengakibatkan hilangnya transparansi kornea. Sedangkan ulkus geografik adalah
bentuk penyakit dendritik kronik dengan lesi dendritik halus yang bentuknya lebih
lebar. Tepian ulkus tidak terlalu kabur. Sensasi kornea menurun, seperti halnya
penyakit dendritik.
Keratomikosis dapat didiagnosis banding dengan konjungtivitis, keratitis
jamur, dan ulkus kornea. Pada konjungtivitis terdapat gejala berupa mata merah,
bengkak, sakit, panas, gatal serta ada sekret, perbedaannya adalah pada
konjungtivitis tidak terdapat infiltrat seperti pada keratitis.

6
Keratitis jamur didapatkan tes KOH (+), Pada pemeriksaan slitlamp
menunjukkan infliltrat stroma yang berwarna putih keabuan, khususnya jika
penyebabnya adalah candida albicans. Lesi-lesi yang lebih kecil berkelompok
mengelilingi lesi yang besat membentuk lesi satelit.
Ulkus kornea juga dapat didiagnosis banding dengan keratomikosis yaitu
dengan tes fluorescens. Dimana akan memberikan hasil positif pada ulkus kornea
dengan adanya defek pada semua lapisan kornea.
Pasien ini didiagnosa dengan keratomikosis berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisis. Dari anamnesis didapatkan keluhan berupa penglihatan kabur
pada mata kanan, gejala penglihatan kabur tersebut disebabkan oleh karena kornea
merupakan salah satu media refrakta, sehingga jika terdapat kekeruhan pada
kornea maka akan memberikan gejala berupa penurunan visus disebabkan oleh
karena adanya defek pada kornea sehingga menghalangi refleksi cahaya yang
masuk ke media refrakta. Pasien juga mengeluhkan kadang-kadang mata terasa
nyeri, berair dan sering silau jika melihat cahaya, gejala nyeri terjadi oleh karena
kornea memiliki banyak serabut saraf yang tidak bermielin sehingga setiap lesi
pada kornea baik luar maupun dalam akan memberikan rasa sakit dan rasa sakit
ini diperhebat oleh adanya gesekan palpebra pada kornea. Dari pemeriksaan fisik,
pada inspeksi didapatkan lakrimasi berlebihan. Gejala blefarospasme, fotofobia
dan lakrimasi tersebut dikenal dengan nama trias keratitis.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan :
Pada pemeriksaan tes flouresens (+), dan tes KOH (+), sensibilitas ODS (+).
Pemeriksaan visus:
 VOD : 1/300 LP
+
+ +
+
 VOS : 6/6 LP +
+ +
+

7
SLOD : Konjungtiva hiperemis (+), injeksi konjungtiva (+), injeksi
perikornea (+), kornea tampak infiltrat berbentuk filamen (+), ulkus
kornea berbentuk satelit (+), tes flouresens (+) , iris coklat,
kripteu(+), BMD normal, detail lain sulit dievaluasi.
Keratitis merupakan infeksi pada kornea yang bisa disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur atau penyebab lainnya. Injeksi konjungtiva dapat terjadi akibat
pengaruh infeksi jaringan konjungtiva. Injeksi perikornea atau injeksi siliar dapat
terjadi akibat radang pada kornea, pada kasusnya ini akibat adanya keratitsis.
Hasil pemeriksaan diatas mendukung untuk didiagnosis sebagai suatu
keratitis jamur. Pada penatalaksanaan diberikan farmakoterapi berupa obat topikal
maupun oral. Obat topikal berupa obat tetes. Anjuran pemeriksaan kultur dan
sensitivitas untuk membantu menegakkan diagnosis mikroorganisme penyebab
dari keratitis serta mengetahui resistensi obat–obat yang diberikan.

También podría gustarte