Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PROSES KELOMPOK
A. Pengertian
Pengertian self help group merupakan sekumpulan orang yang mempunyai
keinginan untuk berbagi permasalahan, saling membantu terhadap hal yang
dialami atau yang menjadi fokus perhatian bertujuan mengatasi masalah dan
meningkatkan kemampuan kognitif dan emosional sehingga tercapai perasaan
sejahtera.
Mutual help group atau self help group adalah grup komunitas baru dan supportif
yang berhubungan satu sama lain dalam jaringan sosial, memuaskan oranglain
1
yang membutuhkan yang berada dalam suatu lingkaran dan mereka belajar
bagaimana menghadapi pengalaman baru (Silverman, 1980 dalam Hunt, 2004).
Self help group bisanya berawal dan didirikan oleh orang-orang yang mempunyai
masalah yang sama, memberikan dukungan antar masing-masing anggota dengan
lingkungan yang saling mengerti dan aman.
F. Pengorganisasian kelompok
1. Leader
Leader dipilih oleh anggota kelompok. Setiap anggota kelompok bergantian
menjadi leader. Tugas leader adalah :
a. Memimpin jalannya diskusi
3
b. Memilih topik pertemuan sesuai dengan daftar masalah bersama dengan
anggota kelompok
c. Menentukan lama pertemuan (60-120 menit)
d. Mempertahankan suasana yang bersahabat agar anggota dapat kooperatif,
produktif dan berpartisipasi.
e. Membimbing diskusi dan menstimulasi anggota kelompok
f. Memberikan kesempatan peserta untuk mengekspresikan masalahnya,
berpartisipasi dan mencegah monopoli saat diskusi
g. Memahami opini yang diberikan anggota kelompok.
2. Anggota kelompok
Anggota kelompok bertugas mengikuti jalannya proses pelaksanaan self help
group sesuai dengan yang kesepakatan kelompok dan leader. Anggota
kelompok juga harus berpartisipasi aktif selama proses kegiatan berlangsung.
Memberikan masukan, umpan balik selama proses diskusi, dan melakukan
simulasi.
3. Fasilitator
Fasilitator dalam kelompok ini adalah terapis. . Tugas fasilitator mendampingi
leader, memberikan motivasi peserta untuk mengungkapkan pendapat dan
pikirannya tentang berbagai macam informasi. Memberikan penjelasan ,
masukan dan umpan balik positif jika diperlukan.
4
H. Tempat pelaksanaan self help group
Tempat pelaksaanaan terapi ini menggunakan setting komunitas dapat dilakukan
dirumah salah satu keluarga, balai pertemuan, ataupun sarana lainnya yang
tersedia dimasyarakat
2. Implementasi
Implementasi adalah penerapan kegiatan self help group. Implementasi
dilakukan sebagai upaya menjaga keberlangsungan kegiatan self help group
agar dapat mencapai tujuan pelaksanaan self help group itu sendiri. Kegiatan
6
yang dilakukan adalah : menyusun jadual kegiatan self help group, menyusun
topik setiap pertemuan, menyusun leader setiap pertemuan ( leader yang
dipilih merupakan anggota kelompok itu sendiri, dan setiap anggota
kelompok mempunyai kesempatan untuk menjadi leader), melaksanakan lima
langkah kegiatan self help group yang dimulai dengan pembukaan, kerja dan
penutup, mencatat kemampuan yang dimiliki oleh kelompok, melakukan
evaluasi pelaksanaan kegiatan kelompok.
7
Materi Rheumatik
8
1.2. Jenis-jenis Reumatik
Ditinjau dari lokasi patologis maka jenis rematik tersebut dapat dibedakan dalam
dua kelompok besar yaitu rematik artikular dan rematik Non artikular . Rematik
artikular atau arthritis (radang sendi) merupakan gangguan rematik yang
berlokasi pada persendian. Diantarannya meliputi arthritis
rheumatoid,osteoarthritis dan gout arthritis. Rematik non artikular atau ekstra
artikular yaitu gangguan rematik yang disebabkan oleh proses diluar persendian
diantaranya bursitis,fibrositis dan sciatica(hembing,2006 dalam Iwayan:9)
Rematik dapat dikelompokan dalam beberapa golongan yaitu :
1. Osteoartritis.
2. Artritis rematoid.
3. Olimialgia Reumatik.
4. Artritis Gout (Pirai).
1.3. Etiologi
Penyebab dari Reumatik hingga saat ini masih belum terungkap, namun
beberapa faktor resiko untuk timbulnya Reumatik antara lain adalah :
1. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah
yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang
pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
2. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada
laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada
wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
patogenesis osteoartritis.
9
3. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu
dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal
terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-
anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu
dananak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
4. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya
terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya
osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari
pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang – orang
Amerika asli dari pada orang kulit putih.Hal ini mungkin berkaitan
dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan
kongenital dan pertumbuhan.
5. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan
ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang
menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau
sternoklavikula).
11
PERTEMUAN PERTAMA
Tujuan Khusus:
Setting:
Hari/Tanggal :
Waktu : 09.00-11.00 WIB
Tempat :
Alat:
Flipchart
Buku kerja dan pulpen
Metode:
1. Diskusi dan tanya jawab
2. Role Play
Langkah-langkah:
a. Orientasi
1. Salam
2. Doa
3. Memperkenalkan diri terapis dan peserta
4. Menanyakan perasaan peserta hari ini
5. Menjelaskan tujuan, waktu dan tempat
12
b. Kerja
1. Menjelaskan tentang konsep: pengertian, tujuan, prinsip, membuat beberapa
kesepakatan (nama kelompok, anggota kelompok) dan aturan
2. Menjelaskan 5 langkah kegiatan
a. Memahami masalah
b. Cara untuk menyelesaikan masalah
c. Memilih cara pemecahan masalah
d. Melakukan tindakan untuk penyelesaian masalah
e. Pencegahan kekambuhan
c. Terminasi
1. Express feeling dan evaluasi pemahaman anggota tentang SHG
2. Rencana Tindak lanjut
3. Kontrak untuk pertemuan berikutnya
4. Doa
5. Mengucap salam
13
PERTEMUAN KEDUA DAN SETERUSNYA
Tujuan khusus:
a. Identifikasi masalah
b. Mengetahui cara penyelesaian maslah
c. Memilih cara penyelesaian masalah
d. Melakukan cara penyelesaian masalah
e. Mengetahui cara mencegah kambuh
Setting:
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Alat / bahan:
Flipchart
Buku kerja dan pulpen
Spidol
Metode:
Curah pendapat
Diskusi
Tanya jawab
Role Play
14
Langkah-langkah:
a. Orientasi
1. Salam
2. Doa
3. Menanyakan perasaan anggota hari ini dan evaluasi rencana tindak lanjut
pertemuan sebelumnya.
4. Menyepakati topic permasalahan, tujuan, waktu dan tempat
b. Kerja
a. Memahami masalah
b. Cara untuk menyelesaikan masalah
c. Memilih cara pemecahan masalah
d. Melakukan tindakan untuk penyelesaian masalah
e. Pencegahan kekambuhan
f. Memberikan pujian
c. Terminasi
Express feeling dan evaluasi tentang masalah yang dipilih
Rencana tindak lanjut
Kontrak pertemuan selanjutnya
Doa
Mengucap salam
15
FORMAT BUKU SHG (self help group)
16
II. SUPPORTIF GROUP Pada Kelompok Balita di Desa Sengon
A. Pengertian
Pengertian supportif group merupakan sekumpulan orang-orang yang
berencana, mengatur dan berespon secara langsung terhadap issue-isue dan
tekanan yang khusus maupun keadaan yang merugikan. Tujuan awal dari grup ini
didirikan adalah memberikan support dan menyelesaikan masalah (Grant-Iramu,
1997 dalam Hunt, 2004).
Supportif group hampir mirip dengan self help group, pada support group
fasilitator kelompok merupakan orang professional yang terlatih dalam pekerjaan
sosial, psikologi, keperawatan dan lainnya yang dapat memberikan arti dan aturan
kepemimpinan yang benar dalam kelompok. Sedangkan self help group bisanya
berawal dan didirikan oleh orang-orang yang mempunyai masalah yang sama,
memberikan dukungan antar masing-masing anggota dengan lingkungan yang
saling mengerti dan aman.
Tabel 1. Perbedaan antara self help group dan support group serta orientasi proses
dalam kelompok (Striegel-Moore & Steiner-Adair, 1998 dalam Hunt, 2004).
17
Fasilitator atau pemimpin Orang yang memfasilitasi / Anggota berhati-hati
dalam group berrotasi dan memimpin merupakan dalam menjaga
berbagi dengan anggota profesional yang telah kekohesivan dari
group yang lain. terlatih kelompok
18
Kelompok terbuka,
keanggotaan dapat tidak
stabil dan kehadiran
sukarela..
Anggota mempunyai
keragaman keinginan,
hidup dan sejarahnya
Tujuannya untuk
memberikan support,
validasi dan informasi
b. Tujuan
c. Indikasi
Memberikan dukungan pada pasien dengan :
Mental health, weight loss, addiction related recovery, bereavement, diabetes,
caregiver, elderly people, cancer dan chronic illness (Kyrouz & Humphreys,
2008). Dukungan dapat juga diberikan pada pasien dengan:
19
1. Potensial pertumbuhan dan perkembangan
2. Masalah keperawatan resiko
3. Masalah kesehatan fisik dan psikologis
d. Jumlah peserta
Grup kecil 5-8 anggota untuk grup yang berpengalaman
e. Waktu
Lama waktu yang digunakan dalam terapi disesuaikan dengan kesepakatan
anggota kelompok
f. Kegiatan
Kegiatan dipimpin oleh perawat, dapat terstruktur atau tidak struktur bervariasi
sesuai kebutuhan, seperti alternatif meeting dimana waktu dibagi menjadi
kegiatan yang terstruktur dan tidak terstuktur, atau semua pertemuan memiliki
alokasi waktu untuk sharing cerita atau setengah pertemuan untuk pembicara
tamu atau kegiatan lain.
Kegiatan dapat berupa:
1. Reading dalam tentang topic masalah kesehatan
2. Art dan drawing
3. Game dan latihan
4. Menulis
5. Mendatangkan pembicara / tamu yang berkompeten untuk memberikan materi
yang sesuai dengan topik yang disepakati
6. Role Play
7. Imaginatif tehnik
8. Sharing stories personal dan pengalaman
20
g. Aktivitas
Menurut Dombec & Moran (2000), aktivitas yang dapat dilakukan adalah
1) Memahami masalah, tiap anggota harus memahami isu, gejala atau masalah
yang dialami, langkah pertama ke self help, selanjutnya memahami issue dan
sifat masalah. Perhatikan kecenderungan yang mungkin terjadi terhadap
masalah. Pertanggungjawaban ketika membuat atau mempertahankan suatu
masalah
2) Memecahkan masalah kedalam bagian-bagian kecil ketika sudah memahami
masalah, kemungkinan masalah dirasakan terlalu besar untuk digambarkan
yang dapat dilakukan adalah mencoba menangkap semua masalah, membagi
kedalam bagian-bagian selanjutnya buat rencana bagaimana memperbaiki
bagian demi bagian
3) Menentukan tujuan, pada sesi ini setiap masalah sudah dibagi menjadi bagian-
bagian kecil, selanjutnya membuat tujuan, dimana, berapa lama akan
diselesaikan
4) Menentukan bagaimana mengukur pencapaian tujuan. Beberapa cara untuk
mengukur pencapaian tujuan adalah apa permasalahan utama yang terlihat,
berapa lama waktu untuk mencapai tujuan, apa yang telah dilakukan untuk
mencapai tujuan.
22
Materi ISPA
25
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri
yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui
udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini
biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk
aerosol (anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun bentuk aerosol
yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan
dari tubuh secara droplet dan melayang di udara), yang kedua duet
(campuran antara bibit penyakit).
26
PERTEMUAN PERTAMA
Tujuan Khusus:
Setting:
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Alat:
Flipchart
Buku kerja dan pulpen
Metode:
Diskusi dan tanya jawab
Role Play
Langkah-langkah:
a. Orientasi
1. Salam
2. Doa
3. Memperkenalkan diri terapis dan peserta
2. Menanyakan perasaan peserta hari ini
3. Menjelaskan tujuan, waktu dan tempat
27
b. Kerja
1. Menjelaskan tentang konsep: pengertian, tujuan, prinsip, membuat beberapa
kesepakatan (nama kelompok, anggota kelompok) dan aturan
2. Menjelaskan 7 langkah kegiatan
1) Identifikasi permasalahan yang ingin diubah
2) Mengetahui cara penyelesaian masalah
3) Menetapkan tujuan dan sasaran dari permasalahan
4) Menentukan cara mengukur kemajuan (kriteria standar, waktu)
5) Memilih pemecahan masalah
6) Menentukan metode yang terbaik sesuai dengan situasi dan kondisi.
7) Melakukan tindakan sesuai rencana
c. Terminasi
1. Express feeling dan evaluasi pemahaman tentang permasalahan
2. Kontrak
3. Doa
4. Mengucap salam
28
PERTEMUAN KEDUA DAN SETERUSNYA
Tujuan khusus:
Setting:
Terapis dan peserta duduk bersama setengah lingkaran
Ruangan nyaman dan tenang
Alat / bahan:
Flipchart
Buku kerja dan pulpen
Spidol
Metode:
Curah pendapat
Diskusi
Tanya jawab
Role Play
29
Langkah-langkah:
a. Orientasi
1. Salam
2. Menanyakan perasaan peserta hari ini dan evaluasi rencana tindak lanjut
pertemuan sebelumnya
3. Menyepakati topic ( permasalahan ), tujuan, waktu dan tempat
b. Kerja
Melakukan role play:
1. Identifikasi permasalahan yang ingin diubah
2. Mengetahui cara penyelesaian masalah
3. Menetapkan tujuan dan sasaran dari permasalahan
4. Menentukan cara mengukur kemajuan (kriteria standar, waktu)
5. Memilih pemecahan masalah
6. Menentukan metode yang terbaik sesuai dengan situasi dan kondisi.
7. Melakukan tindakan sesuai rencana
c. Terminasi
Express feeling dan evaluasi pemahaman anggota tentang topik yang diangkat
Rencana tindak lanjut
Kontrak
Doa
Mengucap salam
31
III. PEER GROUP Pada Kelompok Remaja di Desa Sengon
Peer Group (kelompok sebaya) adalah berbagi pengalaman dan saling belajar dari
sekelompok orang yang mempunyai kesamaan (Robins, 1994 dalam McDonald, et
al., 2003). Lebih lanjut Shinner (1999, dalam McDonald, et al., 2003) menyatakan
bahwa kelompok sebaya terdiri dari sekelompok orang yang memiliki kesamaan
karakteristik, seperti kesamaan umur, jenis kelamin, tempat tinggal, latar belakang
pendidikan, budaya, sekelompok orang yang saling bersahabat atau memiliki
kesamaan minat.
Pemberian edukasi sebaya lebih praktis bagi anak, dikarenakan kelompok sebaya
memberikan pengaruh adopsi yang lebih kuat terhadap perilaku sehat anak (Pender,
Mardaugh, & Parsons, 2001). Edukasi sebaya lebih memberikan rasa aman dan
nyaman pada anak dibandingkan edukasi yang diberikan oleh orang dewasa.
Penelitian membuktikan anak lebih aman menceritakan masalahnya ke teman
sebayanya dibandingkan ke orang dewasa, dikarenakan orang dewasa sering tidak
menghargai kerahasiaan masalah yang diceritakan anak (Prendergast & Miller, 1996,
dalam McDonald, et al., 2003).
Ford dan Collier (2006) menggambarkan tentang tahapan edukasi sebaya yaitu:
1) Perencanaan (planning) meliputi mengidentifikasi isu dan menetapkan tujuan,
menentukan fasilitator edukasi sebaya, merancang kegiatan dan merencanakan
strategi untuk monitoring dan evaluasi;
32
2) Pelatihan (training) fasilitator edukasi sebaya;
3) Implementasi edukasi sebaya yang dilakukan dalam kegiatan sesi kelompok
dengan berbagai macam metode.;
4) Evaluasi/supervisi kegiatan edukasi sebaya.
Metode yang dapat digunakan dalam edukasi sebaya meliputi desiminasi informasi
kesehatan, diskusi interaktif, pendekatan kreatif (role play, demonstrasi/simulasi,
musik popular, drama, permainan interaktif, majalah/cerita), dan percakapan atau
interaksi spontan dalam keseharian dalam kelompok sebaya (McDonald, et al., 2003)
33
FORMAT BUKU PG (Peer Group)
34