Está en la página 1de 34

STRATEGI INTERVENSI KEPERAWATAN KOMUNITAS:

PROSES KELOMPOK

Proses kelompok adalah suatu bentuk intervensi keperawatan komunitas yang


dilakukan bersamaan dengan masyarakat melalui pembentukan peer atau sosial
support berdasarkan kondisi dan kebutuhan masyarakat (Sthanhope & Lancaster,
2004; Hitchock, Schuber & Thomas, 1999). Strategi proses kelompok meliputi Self
Help Group (Kelompok Swabantu), Support Group (kelompok pendukung) dan Peer
Group (Kelompok sebaya).

I. SELF HELP GROUP (SHG) Pada Kelompok Lansia di Desa Sengon

A. Pengertian
Pengertian self help group merupakan sekumpulan orang yang mempunyai
keinginan untuk berbagi permasalahan, saling membantu terhadap hal yang
dialami atau yang menjadi fokus perhatian bertujuan mengatasi masalah dan
meningkatkan kemampuan kognitif dan emosional sehingga tercapai perasaan
sejahtera.
Mutual help group atau self help group adalah grup komunitas baru dan supportif
yang berhubungan satu sama lain dalam jaringan sosial, memuaskan oranglain

1
yang membutuhkan yang berada dalam suatu lingkaran dan mereka belajar
bagaimana menghadapi pengalaman baru (Silverman, 1980 dalam Hunt, 2004).

Self help group bisanya berawal dan didirikan oleh orang-orang yang mempunyai
masalah yang sama, memberikan dukungan antar masing-masing anggota dengan
lingkungan yang saling mengerti dan aman.

B. Tujuan self help group


Tujuan self help group dalam kelompok adalah memberikan support terhadap
sesama anggota dan membuat penyelesaian masalah secara lebih baik dengan cara
berbagi perasaan dan pengalaman, belajar tentang penyakit dan memberikan
asuhan, memberikan kesempatan caregiver untuk berbicara tentang permasalahan
dan memilih apa yang akan dilakukan, saling mendengarkan satu sama lain,
membantu sesama anggota kelompok untuk berbagi ide-ide dan informasi serta
memberikan support, meningkatkan kepedulian antar sesama anggota sehingga
tercapainya perasaan aman dan sejahtera, mengetahui bahwa mereka tidak sendiri

C. Prinsip Self help group


Pembentukan self help group harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut :
1. Tiap anggota kelompok berperan secara aktif untuk berbagi pengetahuan dan
harapan terhadap pemecahan masalah serta menemukan solusi melalui
kelompok.
2. Sesama anggota saling memahami, mengetahui dan membantu berdasarkan
kesetaraan, respek antara satu dengan yang lain dan hubungan timbal balik
3. Self help group merupakan kelompok informal dan dibimbing oleh volunteer
4. Self help group adalah kelompok self supporting. anggota self help group
berbagi pengetahuan dan harapan terhadap pemecahan masalah serta
menemukan solusi melalui kelompok. Pembiayaan untuk pelaksanaan kegiatan
ditanggung bersama kelompok
2
5. Kelompok harus menghargai privacy dan kerahasiaan dari anggota
kelompoknya.
6. Pengambilan keputusan dengan melibatkan kelompok dan kelompok harus
bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan

D. Karakteristik self help group


Kelompok kecil berjumlah 10 -12 orang, homogen, berpartisipasi penuh,
mempunyai otonomi, kepemimpinan kolektif, keanggotaan sukarela, non politik
dan saling membantu. Anggota bisa membaca dan menulis serta berpartisipasi
penuh dalam kegiatan.

E. Aturan dalam self help group


Aturan dalam self help group adalah sebagai berikut :
1. Kooperatif,.
2. Menjaga keamanan dan keselamatan kelompok
3. Mengekspresikan perasaan dan keinginan berbagi pengalaman
4. Penggunaan waktu efektif dan efisien.
5. Menjaga kerahasiaan
6. Komitmen untuk berubah
7. Mempunyai rasa memiliki, berkontribusi,dapat menerima satu sama lain,
mendengarkan, saling ketergantungan, mempunyai kebebasan, loyalitas, dan
mempunyai kekuatan.

F. Pengorganisasian kelompok
1. Leader
Leader dipilih oleh anggota kelompok. Setiap anggota kelompok bergantian
menjadi leader. Tugas leader adalah :
a. Memimpin jalannya diskusi

3
b. Memilih topik pertemuan sesuai dengan daftar masalah bersama dengan
anggota kelompok
c. Menentukan lama pertemuan (60-120 menit)
d. Mempertahankan suasana yang bersahabat agar anggota dapat kooperatif,
produktif dan berpartisipasi.
e. Membimbing diskusi dan menstimulasi anggota kelompok
f. Memberikan kesempatan peserta untuk mengekspresikan masalahnya,
berpartisipasi dan mencegah monopoli saat diskusi
g. Memahami opini yang diberikan anggota kelompok.

2. Anggota kelompok
Anggota kelompok bertugas mengikuti jalannya proses pelaksanaan self help
group sesuai dengan yang kesepakatan kelompok dan leader. Anggota
kelompok juga harus berpartisipasi aktif selama proses kegiatan berlangsung.
Memberikan masukan, umpan balik selama proses diskusi, dan melakukan
simulasi.

3. Fasilitator
Fasilitator dalam kelompok ini adalah terapis. . Tugas fasilitator mendampingi
leader, memberikan motivasi peserta untuk mengungkapkan pendapat dan
pikirannya tentang berbagai macam informasi. Memberikan penjelasan ,
masukan dan umpan balik positif jika diperlukan.

G. Waktu pelaksanaan self help group


Waktu pelaksanaan sesuai dengan kesepakatan kelompok. Pertemuan
dilaksanakan seminggu sekali, seminggu dua kali atau dua minggu sekali
disesuaikan dengan kebutuhan kelompok. Alokasi waktu yang diperlukan selama
kegiatan adalah 60-120 menit

4
H. Tempat pelaksanaan self help group
Tempat pelaksaanaan terapi ini menggunakan setting komunitas dapat dilakukan
dirumah salah satu keluarga, balai pertemuan, ataupun sarana lainnya yang
tersedia dimasyarakat

I. Pelaksanaan self help group


Strategi pelaksanaan self help group terbagi menjadi dua tahap yaitu
1. Pembentukan self help group terdiri dari dua kali pertemuan : pertemuan
pertama menjelaskan tentang konsep self help group, pertemuan kedua dan
seterusnya melakukan role play lima langkah kegiatan self help group.
Kelima langkah kegiatan tersebut adalah :
a. Langkah I : Memahami masalah
Kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan masalah yang oleh
masing-masing peserta. Setiap peserta mengungkapkan masalah yang
dihadapinya. Pertemuan kedua dan seterusnya mendiskusikan kembali apa
ada masalah lain yang dialami oleh peserta. Hasil dari langkah pertama
adalah kelompok memiliki daftar masalah.

b. Langkah II : cara untuk menyelesaikan masalah.


Kegiatan yang dilakukan adalah peserta saling berbagi informasi
bagaimana cara mengatasi permasalahan yang terjadi berdasarkan daftar
masalah yang sudah dibuat. Bila penyelesaian masalah tidak ditemukan
kelompok dapat meminta tenaga kesehatan atau orang yang ditunjuk dan
sepakati oleh kelompok untuk memberikan cara penyelesaian masalah.
Pertemuan kedua dan seterusnya kegiatan yang dilakukan adalah
mendiskusikan cara penyelesaian masalah yang lain, apakah ada
tambahan. Jika cara penyelesaian masalah tidak ditemukan dapat konsul
kepada ahlinya. Hasil dari langkah kedua adalah kelompok memiliki
daftar cara penyelesaian masalah
5
c. Langkah III: Memilih cara pemecahan masalah
Kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan tiap-tiap cara
penyelesaian masalah yang ada dalam daftar penyelesaian masalah dan
memilih cara penyelesaian masalah dengan mempertimbangkan faktor
pendukung dan penghambat dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Pertemuan ke dua dan seterusnya adalah mendiskusikan apakah ada cara
lain yang dipilih dalam mengatasi masalah. Hasil dari langkah ke tiga ini
adalah daftar cara penyelesaian masalah yang dipilih

d. Langkah IV : melakukan tindakan untuk penyelesaian masalah.


Kegiatan yang dilakukan adalah tiap peserta melakukan role play
(bermain peran) cara penyelesaian masalah yang telah dipilih. Pertemuan
ke dua dan selanjutnya melakukan role play cara lain yang telah dipilih
oleh kelompok. Hasil dari langkah ke empat adalah kelompok memiliki
daftar penyelesaian masalah yang sudah dilatih.

e. Langkah V : Pencegahan kekambuhan.


Kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan cara – cara mencegah
kekambuhan, tanda dan tanda kekambuhan dan tindakan yang dilakukan
saat kekambuhan terjadi. Pertemuan kedua dan selanjutkan adalah
mendiskusikan tentang cara lain untuk mencegah kekambuhan dan
tindakan yang dilakukan saat kekambuhan terjadi. Hasil dari langkah
kelima adalah daftar cara mencegah kekambuhan dan tindakan yang
dilakukan jika kekambuhan terjadi.

2. Implementasi
Implementasi adalah penerapan kegiatan self help group. Implementasi
dilakukan sebagai upaya menjaga keberlangsungan kegiatan self help group
agar dapat mencapai tujuan pelaksanaan self help group itu sendiri. Kegiatan
6
yang dilakukan adalah : menyusun jadual kegiatan self help group, menyusun
topik setiap pertemuan, menyusun leader setiap pertemuan ( leader yang
dipilih merupakan anggota kelompok itu sendiri, dan setiap anggota
kelompok mempunyai kesempatan untuk menjadi leader), melaksanakan lima
langkah kegiatan self help group yang dimulai dengan pembukaan, kerja dan
penutup, mencatat kemampuan yang dimiliki oleh kelompok, melakukan
evaluasi pelaksanaan kegiatan kelompok.

7
Materi Rheumatik

1.1. Definisi Rheumatik


Rematik adalah orang yang menderita rheumatism(Encok),
arthritis(radang sendi) ada 3 jenis arthritis yang paling sering diderita adalah
osteoarthritis,arthritis goud, dan rheumatoid artirtis yang menyebabkan
pembengkakan benjolan pada sendi atau radang pada sendi secara
serentak.(utomo.2005:60)
Penyakit rematik meliputi cakupan luas dari penyakit yang
dikarakteristikkan oleh kecenderungan untuk mengefek tulang, sendi, dan
jaringan lunak (Soumya, 2011). Penyakit rematik dapat digolongkan kepada 2
bagian, yang pertama diuraikan sebagai penyakit jaringan ikat karena ia
mengefek rangkapendukung (supporting framework) tubuh dan organ-organ
internalnya. Antara penyakit yang dapat digolongkan dalam golongan ini adalah
osteoartritis, gout, danfibromialgia. Golongan yang kedua pula dikenali sebagai
penyakit autoimun karenaia terjadi apabila sistem imun yang biasanya
memproteksi tubuh dari infeksi danpenyakit, mulai merusakkan jaringan-jaringan
tubuh yang sehat. Antara penyakityang dapat digolongkan dalam golongan ini
adalah rheumatoid artritis,spondiloartritis, lupus eritematosus sistemik dan
skleroderma. (NIAMS,2008)
Berdasarkan defenisi di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa penyakit
Reumatik adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh peradangan
pada persendian sehingga tulang sendi mengalami destruksi dan deformitas
sertamenyebabkan jaringan ikat akan mengalami degenerasi yang akhirnya
semakin lama akan semakin parah.

8
1.2. Jenis-jenis Reumatik
Ditinjau dari lokasi patologis maka jenis rematik tersebut dapat dibedakan dalam
dua kelompok besar yaitu rematik artikular dan rematik Non artikular . Rematik
artikular atau arthritis (radang sendi) merupakan gangguan rematik yang
berlokasi pada persendian. Diantarannya meliputi arthritis
rheumatoid,osteoarthritis dan gout arthritis. Rematik non artikular atau ekstra
artikular yaitu gangguan rematik yang disebabkan oleh proses diluar persendian
diantaranya bursitis,fibrositis dan sciatica(hembing,2006 dalam Iwayan:9)
Rematik dapat dikelompokan dalam beberapa golongan yaitu :
1. Osteoartritis.
2. Artritis rematoid.
3. Olimialgia Reumatik.
4. Artritis Gout (Pirai).

1.3. Etiologi
Penyebab dari Reumatik hingga saat ini masih belum terungkap, namun
beberapa faktor resiko untuk timbulnya Reumatik antara lain adalah :
1. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah
yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang
pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
2. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada
laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada
wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
patogenesis osteoartritis.
9
3. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu
dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal
terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-
anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu
dananak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
4. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya
terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya
osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari
pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang – orang
Amerika asli dari pada orang kulit putih.Hal ini mungkin berkaitan
dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan
kongenital dan pertumbuhan.
5. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan
ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang
menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau
sternoklavikula).

1.4. Tanda Dan Gejala Reumatik


1. Nyeri pada anggota gerak
2. Kelemahan otot
3. Peradangan dan bengkak pada sendi
4. Kekakuan sendi
5. Kejang dan kontraksi otot
6. Gangguan fungsi
7. Sendi berbunyi(krepitasi)
10
8. Sendi goyah
9. Timbunya perubahan bentuk
10. Timbulnya benjolan nodul

1.5. Pencegahan Reumatik


1. Hindari kegiatan tersebut apabila sendi sudah terasa nyeri ,sebaiknya
berat badan diturunkan , sehingga bila kegemukanmnegakibatkan beban
pada sendi lutut atau tulang pinggul terlalu berat.
2. Istrahat yang cukup pakailah kaus kaki atau sarung tangan sewaktu tidur pada
malam hari dan kurangi aktivitas berat secara perlahan lahan.
3. Hindari makanan dan segala sesuatu secara berlebihan atau terutaman segala
sesuatu yang mencetus reumatik. Kurangi makanan yang kaya akan purin
misalnya : daging , jeroan (seperti kikil), babat,usus,hati , ampela dan dll

11
PERTEMUAN PERTAMA

Tujuan Umum: Memahami tentang Rematoid astritis

Tujuan Khusus:

1. Memahami konsep Rematoid astritis


2. Memahami langkah-langkah kegiatan Rematoid astritis

Setting:
Hari/Tanggal :
Waktu : 09.00-11.00 WIB
Tempat :

Alat:
Flipchart
Buku kerja dan pulpen

Metode:
1. Diskusi dan tanya jawab
2. Role Play

Langkah-langkah:
a. Orientasi
1. Salam
2. Doa
3. Memperkenalkan diri terapis dan peserta
4. Menanyakan perasaan peserta hari ini
5. Menjelaskan tujuan, waktu dan tempat
12
b. Kerja
1. Menjelaskan tentang konsep: pengertian, tujuan, prinsip, membuat beberapa
kesepakatan (nama kelompok, anggota kelompok) dan aturan
2. Menjelaskan 5 langkah kegiatan
a. Memahami masalah
b. Cara untuk menyelesaikan masalah
c. Memilih cara pemecahan masalah
d. Melakukan tindakan untuk penyelesaian masalah
e. Pencegahan kekambuhan

c. Terminasi
1. Express feeling dan evaluasi pemahaman anggota tentang SHG
2. Rencana Tindak lanjut
3. Kontrak untuk pertemuan berikutnya
4. Doa
5. Mengucap salam

Evaluasi: Format Evaluasi

Dokumentasi: Dokumentasi kemampuan yang dimiliki peserta ditulis pada buku


kerja masing-masing anggota

13
PERTEMUAN KEDUA DAN SETERUSNYA

Tujuan umum: Peserta melakukan 5 langkah Rematoid astritis

Tujuan khusus:

a. Identifikasi masalah
b. Mengetahui cara penyelesaian maslah
c. Memilih cara penyelesaian masalah
d. Melakukan cara penyelesaian masalah
e. Mengetahui cara mencegah kambuh

Setting:
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat :

Alat / bahan:
Flipchart
Buku kerja dan pulpen
Spidol

Metode:
Curah pendapat
Diskusi
Tanya jawab
Role Play

14
Langkah-langkah:

a. Orientasi
1. Salam
2. Doa
3. Menanyakan perasaan anggota hari ini dan evaluasi rencana tindak lanjut
pertemuan sebelumnya.
4. Menyepakati topic permasalahan, tujuan, waktu dan tempat

b. Kerja
a. Memahami masalah
b. Cara untuk menyelesaikan masalah
c. Memilih cara pemecahan masalah
d. Melakukan tindakan untuk penyelesaian masalah
e. Pencegahan kekambuhan
f. Memberikan pujian

c. Terminasi
 Express feeling dan evaluasi tentang masalah yang dipilih
 Rencana tindak lanjut
 Kontrak pertemuan selanjutnya
 Doa
 Mengucap salam

Evaluasi: Format Evaluasi

Dokumentasi: Dokumentasi kemampuan yang dimiliki peserta ditulis pada buku


kerja masing-masing anggota

15
FORMAT BUKU SHG (self help group)

Tanggal Memahami Cara Memilih Cara Melakukan Cara Mencegah


Masalah Penyelesaian Penyelesaian Tindakan Kekambuhan
Masalah Masalah

16
II. SUPPORTIF GROUP Pada Kelompok Balita di Desa Sengon

A. Pengertian
Pengertian supportif group merupakan sekumpulan orang-orang yang
berencana, mengatur dan berespon secara langsung terhadap issue-isue dan
tekanan yang khusus maupun keadaan yang merugikan. Tujuan awal dari grup ini
didirikan adalah memberikan support dan menyelesaikan masalah (Grant-Iramu,
1997 dalam Hunt, 2004).
Supportif group hampir mirip dengan self help group, pada support group
fasilitator kelompok merupakan orang professional yang terlatih dalam pekerjaan
sosial, psikologi, keperawatan dan lainnya yang dapat memberikan arti dan aturan
kepemimpinan yang benar dalam kelompok. Sedangkan self help group bisanya
berawal dan didirikan oleh orang-orang yang mempunyai masalah yang sama,
memberikan dukungan antar masing-masing anggota dengan lingkungan yang
saling mengerti dan aman.
Tabel 1. Perbedaan antara self help group dan support group serta orientasi proses
dalam kelompok (Striegel-Moore & Steiner-Adair, 1998 dalam Hunt, 2004).

Self help group Support group Orientasi proses


dalam kelompok

Self help group merupakan Suatu organisasi atau orang Keanggotaan


kumpulan satu atau lebih profesional yang memulai kelompok merupakan
orang dengan satu masalah group dan berespon faktor yang penting
utama yang sama (contoh: terhadap kenginan yang dalam perubahan
eating disorder) yang dibutuhkan teraupuetik
membuat suatu kelompok

17
Fasilitator atau pemimpin Orang yang memfasilitasi / Anggota berhati-hati
dalam group berrotasi dan memimpin merupakan dalam menjaga
berbagi dengan anggota profesional yang telah kekohesivan dari
group yang lain. terlatih kelompok

Semua anggota grup Fasilitator diluar dari Fokus penting adalah


mempertimbangkan pertemuan hubungan dan
kesamaan interaksi antara
anggota kelompok

Topik diputuskan oleh Fasilitator memutuskan Tujuan untuk


kelompok. topik dan kegiatan memulihkan isue
kelompok untuk yang teeridentifikasi
anggotanya pada individu
anggota kelompok

Anggota kelompok Aturan pemimpin adalah


mengidentifikasi memfasilitasi anggota
pengalaman yang biasa dan untuk berbagi,
melindungi keamanan dan mengidentifikasi
kontinuitasnya dalam pengalaman, melindungi
kelompok.. dan menjaga kontinuitas
kelompok

Rotasi ledaer/fasilitator Leader menggunakan


menunjukkan bahwa dirinya secara terang-
semua anggota kelompok terangan untuk menarik
sama perhatian dari anggota
kelompok

18
Kelompok terbuka,
keanggotaan dapat tidak
stabil dan kehadiran
sukarela..

Anggota mempunyai
keragaman keinginan,
hidup dan sejarahnya

Fokus utama adalah sejarah


hidup dan pengalaman
pribadi partisipan

Tujuannya untuk
memberikan support,
validasi dan informasi

b. Tujuan

Maksud didirikannya supporift group adalah untuk memberikan support,


focus untuk pemulihan, aksi social termasuk kebijakan organisasi. Tujuan dan
harapan dalam group adalah pengalaman kelompok yang positif. Tujuan penting
adalah resolusi permasalahan dengan segera, memberikan motivasi dan perubahan
prilaku individu

c. Indikasi
Memberikan dukungan pada pasien dengan :
Mental health, weight loss, addiction related recovery, bereavement, diabetes,
caregiver, elderly people, cancer dan chronic illness (Kyrouz & Humphreys,
2008). Dukungan dapat juga diberikan pada pasien dengan:
19
1. Potensial pertumbuhan dan perkembangan
2. Masalah keperawatan resiko
3. Masalah kesehatan fisik dan psikologis

d. Jumlah peserta
Grup kecil 5-8 anggota untuk grup yang berpengalaman

e. Waktu
Lama waktu yang digunakan dalam terapi disesuaikan dengan kesepakatan
anggota kelompok

f. Kegiatan
Kegiatan dipimpin oleh perawat, dapat terstruktur atau tidak struktur bervariasi
sesuai kebutuhan, seperti alternatif meeting dimana waktu dibagi menjadi
kegiatan yang terstruktur dan tidak terstuktur, atau semua pertemuan memiliki
alokasi waktu untuk sharing cerita atau setengah pertemuan untuk pembicara
tamu atau kegiatan lain.
Kegiatan dapat berupa:
1. Reading dalam tentang topic masalah kesehatan
2. Art dan drawing
3. Game dan latihan
4. Menulis
5. Mendatangkan pembicara / tamu yang berkompeten untuk memberikan materi
yang sesuai dengan topik yang disepakati
6. Role Play
7. Imaginatif tehnik
8. Sharing stories personal dan pengalaman

20
g. Aktivitas

Menurut Dombec & Moran (2000), aktivitas yang dapat dilakukan adalah

Sesi 1-4 analisa masalah

1) Memahami masalah, tiap anggota harus memahami isu, gejala atau masalah
yang dialami, langkah pertama ke self help, selanjutnya memahami issue dan
sifat masalah. Perhatikan kecenderungan yang mungkin terjadi terhadap
masalah. Pertanggungjawaban ketika membuat atau mempertahankan suatu
masalah
2) Memecahkan masalah kedalam bagian-bagian kecil ketika sudah memahami
masalah, kemungkinan masalah dirasakan terlalu besar untuk digambarkan
yang dapat dilakukan adalah mencoba menangkap semua masalah, membagi
kedalam bagian-bagian selanjutnya buat rencana bagaimana memperbaiki
bagian demi bagian
3) Menentukan tujuan, pada sesi ini setiap masalah sudah dibagi menjadi bagian-
bagian kecil, selanjutnya membuat tujuan, dimana, berapa lama akan
diselesaikan
4) Menentukan bagaimana mengukur pencapaian tujuan. Beberapa cara untuk
mengukur pencapaian tujuan adalah apa permasalahan utama yang terlihat,
berapa lama waktu untuk mencapai tujuan, apa yang telah dilakukan untuk
mencapai tujuan.

Sesi 5-7 merencanakan suatu solusi

5) Membuat pendidikan tentang pemecahan masalah dengan belajar metode-


metode yang tersedia untuk mengelola issue-issue dan permasalahan sehingga
kita akan tahu apa yang akan dilakukan dalam memecahkan masalah yang
dialami. Bicarakan dengan anggota yang lain bagaimana tiap anggota atau
yang pernah mengalami permasalahan
21
6) Memilih solusi yang terbaik. Setelah mempelajari sebanyak mungkin tentang
cara memecahkan maslah. Pilih cara yang akan dipakai berdasarkan faktor
kekuatan dan kelemahan yang ada
7) Menulis rencana
Hal ini dilakukan setelah mengerti:

1. Apa permasalahan yang ingin diubah


2. Bagaimana cara merubahnya
3. Apa tujuan dan sasaran dari permasalahan
4. bagaimana cara mengukur kemajuan
5. Pemecahan masalah apa yang akan dipilih
6. Metode dan pilihan upaya yang terbaik sesuai dengan situasi dan kondisi.
Tulis rencana kedalam kertas, pilih metode, pendekatan dan tehnik yang
akan digunakan untuk menyelesaikan rencana dan batas waktu

8) Melakukan tindakan sesuai rencana


Aktivitas pada sesi ini melakukan rencana yang disusun dan komitmen untuk
tetap berpegang pada rencana. Tanamkan dalam diri bahwa masalah yang
sedang diselesaikan akan membantu mengatasi masalah yang lebih besar,
tindakan yang dilakukan saat ini agar masalah tidak bertambah buruk

9) Setia kepada rencana


Hindari kekambuhan (relaps). Bagian akhir dari supprt group adalah tetap
berpedoman pada rencana bila terjadi kekambuhan. Relaps terjadi ketika
seseorang gagal untuk melakukan sesuai rencana

22
Materi ISPA

1.1. Definisi ISPA


Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran
pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang
menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi
dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts;
1990; 450).
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami
jalan nafas dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991;
1418).

1.2. Etiologi dan karakteristik


Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka
kejadian yang cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/
kuman. Disamping itu terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu;
usia dari bayi/ neonatus, ukuran dari saluran pernafasan, daya tahan tubuh anak
tersebut terhadap penyakit serta keadaan cuaca (Whaley and Wong; 1991;
1419).
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari
terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang
merupakan penyebab utama yakni golongan A -hemolityc streptococus,
staphylococus, haemophylus influenzae, clamydia trachomatis, mycoplasma
dan pneumokokus.
Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka
kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari
air susu ibu.
Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh
didalam derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang semakin
23
sempit maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan
dari jalan nafas.
Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya
infeksi antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara
langsung mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti
paru.
Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan
musim, tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991;
1420).

1.3. Tanda dan gejala yang muncul


1. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul
jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali
demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa
mencapai 39,5OC-40,5OC.
2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada
meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas,
gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk,
terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
3. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan
menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum.
4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama
bayi tersebut mengalami sakit.
5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran
pernafasan akibat infeksi virus.
6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya
lymphadenitis mesenteric.
7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan
lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
24
8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan,
mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran
pernafasan.
9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak
terdapatnya suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419)

1.4. Pencegahan ISPA


Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain:
a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita atau
terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya
dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum
air putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya
itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat
maka kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga dapat
mencegah virus / bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita.
b. Imunisasi
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun
orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita
supaya tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan
oleh virus / bakteri.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan
mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah,
sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa
menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat
memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat
bagi manusia.

25
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri
yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui
udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini
biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk
aerosol (anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun bentuk aerosol
yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan
dari tubuh secara droplet dan melayang di udara), yang kedua duet
(campuran antara bibit penyakit).

26
PERTEMUAN PERTAMA

Tujuan Umum: Memahami tentang ISPA

Tujuan Khusus:

1. Memahami konsep ISPA


2. Memahami langkah-langkah kegiatan ISPA

Setting:
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat :

Alat:
Flipchart
Buku kerja dan pulpen

Metode:
Diskusi dan tanya jawab
Role Play

Langkah-langkah:

a. Orientasi
1. Salam
2. Doa
3. Memperkenalkan diri terapis dan peserta
2. Menanyakan perasaan peserta hari ini
3. Menjelaskan tujuan, waktu dan tempat

27
b. Kerja
1. Menjelaskan tentang konsep: pengertian, tujuan, prinsip, membuat beberapa
kesepakatan (nama kelompok, anggota kelompok) dan aturan
2. Menjelaskan 7 langkah kegiatan
1) Identifikasi permasalahan yang ingin diubah
2) Mengetahui cara penyelesaian masalah
3) Menetapkan tujuan dan sasaran dari permasalahan
4) Menentukan cara mengukur kemajuan (kriteria standar, waktu)
5) Memilih pemecahan masalah
6) Menentukan metode yang terbaik sesuai dengan situasi dan kondisi.
7) Melakukan tindakan sesuai rencana

c. Terminasi
1. Express feeling dan evaluasi pemahaman tentang permasalahan
2. Kontrak
3. Doa
4. Mengucap salam

Evaluasi: Format Evaluasi

Dokumentasi: Dokumentasi kemampuan yang dimiliki peserta ditulis pada buku


kerja masing-masing anggota

28
PERTEMUAN KEDUA DAN SETERUSNYA

Tujuan umum: Peserta melakukan 7 langkah supportif group

Tujuan khusus:

1. Identifikasi permasalahan yang ingin diubah


2. Mengetahui cara penyelesaian masalah
3. Menetapkan tujuan dan sasaran dari permasalahan
4. Menentukan cara mengukur kemajuan (kriteria standar, waktu)
5. Memilih pemecahan masalah
6. Menentukan metode yang terbaik sesuai dengan situasi dan kondisi.
7. Melakukan tindakan sesuai rencana

Setting:
Terapis dan peserta duduk bersama setengah lingkaran
Ruangan nyaman dan tenang

Alat / bahan:
Flipchart
Buku kerja dan pulpen
Spidol

Metode:
Curah pendapat
Diskusi
Tanya jawab
Role Play

29
Langkah-langkah:

a. Orientasi
1. Salam
2. Menanyakan perasaan peserta hari ini dan evaluasi rencana tindak lanjut
pertemuan sebelumnya
3. Menyepakati topic ( permasalahan ), tujuan, waktu dan tempat

b. Kerja
Melakukan role play:
1. Identifikasi permasalahan yang ingin diubah
2. Mengetahui cara penyelesaian masalah
3. Menetapkan tujuan dan sasaran dari permasalahan
4. Menentukan cara mengukur kemajuan (kriteria standar, waktu)
5. Memilih pemecahan masalah
6. Menentukan metode yang terbaik sesuai dengan situasi dan kondisi.
7. Melakukan tindakan sesuai rencana

c. Terminasi
 Express feeling dan evaluasi pemahaman anggota tentang topik yang diangkat
 Rencana tindak lanjut
 Kontrak
 Doa
 Mengucap salam

Evaluasi: Format Evaluasi

Dokumentasi: Dokumentasi kemampuan yang dimiliki peserta ditulis pada buku


kerja masing-masing anggota
30
FORMAT BUKU SG (supportif group)

Tanggal Memahami Cara Memilih Cara Melakukan Cara Mencegah


Masalah Penyelesaian Penyelesaian Tindakan Kekambuhan
Masalah Masalah

31
III. PEER GROUP Pada Kelompok Remaja di Desa Sengon
Peer Group (kelompok sebaya) adalah berbagi pengalaman dan saling belajar dari
sekelompok orang yang mempunyai kesamaan (Robins, 1994 dalam McDonald, et
al., 2003). Lebih lanjut Shinner (1999, dalam McDonald, et al., 2003) menyatakan
bahwa kelompok sebaya terdiri dari sekelompok orang yang memiliki kesamaan
karakteristik, seperti kesamaan umur, jenis kelamin, tempat tinggal, latar belakang
pendidikan, budaya, sekelompok orang yang saling bersahabat atau memiliki
kesamaan minat.

Pemberian edukasi sebaya lebih praktis bagi anak, dikarenakan kelompok sebaya
memberikan pengaruh adopsi yang lebih kuat terhadap perilaku sehat anak (Pender,
Mardaugh, & Parsons, 2001). Edukasi sebaya lebih memberikan rasa aman dan
nyaman pada anak dibandingkan edukasi yang diberikan oleh orang dewasa.
Penelitian membuktikan anak lebih aman menceritakan masalahnya ke teman
sebayanya dibandingkan ke orang dewasa, dikarenakan orang dewasa sering tidak
menghargai kerahasiaan masalah yang diceritakan anak (Prendergast & Miller, 1996,
dalam McDonald, et al., 2003).

Ford dan Collier (2006) menggambarkan tentang tahapan edukasi sebaya yaitu:
1) Perencanaan (planning) meliputi mengidentifikasi isu dan menetapkan tujuan,
menentukan fasilitator edukasi sebaya, merancang kegiatan dan merencanakan
strategi untuk monitoring dan evaluasi;
32
2) Pelatihan (training) fasilitator edukasi sebaya;
3) Implementasi edukasi sebaya yang dilakukan dalam kegiatan sesi kelompok
dengan berbagai macam metode.;
4) Evaluasi/supervisi kegiatan edukasi sebaya.

Metode yang dapat digunakan dalam edukasi sebaya meliputi desiminasi informasi
kesehatan, diskusi interaktif, pendekatan kreatif (role play, demonstrasi/simulasi,
musik popular, drama, permainan interaktif, majalah/cerita), dan percakapan atau
interaksi spontan dalam keseharian dalam kelompok sebaya (McDonald, et al., 2003)

Beberapa hasil penelitian menunjukkan perubahan yang positif setelah diberikan


edukasi sebaya. Hasil penelitian Hayati (2009) di Lhokseumawe menunjukkan bahwa
terdapat peningkatan perilaku (pengetahuan, sikap dan ketrampilan) anak usia
sekolah yang signifikan dalam menentukan jajan sehat pada kelompok intervensi
sesudah diberikan edukasi sebaya. Hasil penelitian dari Fitriani (2010) juga
mengemukakan fakta yang sama yaitu terdapat penurunan insidensi kecacingan pada
anak usia sekolah yang bermakna antara sebelum dan sesudah diberikan edukasi
sebaya pada kelompok intervensi.

33
FORMAT BUKU PG (Peer Group)

Tanggal Memahami Cara Memilih Cara Melakukan Cara Mencegah


Masalah Penyelesaian Penyelesaian Tindakan Kekambuhan
Masalah Masalah

34

También podría gustarte