Está en la página 1de 97

TUGAS AKHIR

GAMBARAN SELF-COMPASSION MAHASISWA

ETNIS JAWA TIMUR

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

Ditulis untuk memenuhi prasyarat akademik


guna memperoleh gelar sarjana keperawatan strata satu

Disusun Oleh :

Nama : ANITA APLONIA NINEF

Nim : 00000003232

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
TANGERANG
2016
ABSTRAK
Anita Aplonia Ninef (00000003232)
GAMBARAN SELF-COMPASSION MAHASISWA ETNIS JAWA TIMUR
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
PELITA HARAPAN
(xv+55 halaman: 6 tabel; 2 bagan; 2 diagram)
Self compassion adalah keadaan dimana individu mampu menerima, memahami,
mengasihi diri, dan tidak mengkritik dirinya sendiri apapun keadaannya. Gambaran
seseorang tentang self-compassion dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya
adalah budaya. Konsep keperawatan mengutamakan pelayanan yang berbelas kasih
kepada pasien (compassionate care) dan hal ini menjadi perhatian khusus dalam
keperawatan secara internasional, sehingga sebagai mahasiswa keperawatan
penting untuk mengenali self-compassion terlebih dahulu sebelum menjadi perawat
nantinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran self-
compassion mahasiswa Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas
Pelita Harapan (UPH) dari Jawa Timur angkatan 2013, 2014 dan 2015. Penelitian
ini menggunakan desain kuantitatif deskriptif dengan pendekatan cross-sectional.
Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling sesuai kriteria
inklusi yang telah ditetapkan dengan jumlah sampel sebanyak 37 mahasiswa.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Self Compassion
Scale (SCS) dengan jumlah 26 soal. Hasil penelitian menunjukan tingkat self
compassion yang diperoleh dari responden dikatakan tinggi dengan persentase
(46%) dan dikatakan rendah dengan persentase (54%). Melalui hasil penghitungan
keseluruhan komponen self compassion, disimpulkan bahwa responden memiliki
self compassion yang rendah. Sebagai saran kepada semua mahasiswa fakultas
Keperawatan dan Ilmu Kesehatan diharapkan untuk lebih lagi meningkatkan
pengetahuan mengenai self-compassion dengan membaca artikel terkait sehingga
mahasiswa lebih dahulu mengenal diri mereka, sebelum mengaplikasikan belas
kasih kepada orang lain dalam hal ini mengaplikasikan belas kasih kepada pasien.
Kata kunci: Self-compassion, compassionate care, budaya Jawa Timur.
Referensi 55 (1996-2016).

v
ABSTRACT
Anita Aplonia Ninef (00000003232)
DESCRIPTION OF SELF-COMPASSION STUDENT ETHNIC EAST JAVA
UNIVERSITY PELITA HARAPAN FACULTY OF NURSING and HEALTH
SCIENCES
(xv+55 pages: 6 tables, 2 charts; 2 diagram)
Self-compassion is a state where people are able to accept, understand, love himself
and not criticize himself whatever the circumstances. An image of someone about
self-compassion is influenced by several things, one of them is cultural. In nursing,
compassionate care to patient is really needed and this is particular concern in
nursing internationally, so it is important for nursing students to recognize self-
compassion to prepare themself became a nurse in future. This study aims to
identify the picture of self-compassion East Java students from Faculty of Nursing
and Health Sciences Pelita Harapan University (UPH). This study used
quantitative descriptive design with cross-sectional approach. The sampling using
purposive sampling by fulfilling the inclusion criteria at Faculty of Nursing and
Health Sciences Pelita Harapan University student batch 2013, 2014 and 2015
amounted to 37 people. Based on the research conducted, the level of self-
compassion were obtained from students in East Java is to be high percentage
(46%) and is said to low the percentage (54%). hrough the results of a calculation
of three components of positive self-compassion, concluded that the respondents
had a low self-compassion. As a suggestion to all nursing students UPH expected
him to further improve the knowledge about self-compassion by reading related
articles in advance so that students know themselves, before applying compassion
to others in this case to apply the compassion to patients.
Key words: self-compassion, compassionate care, culture of East Java
Reference 55 (1996-2016).

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus yang telah memberikan anugerah dan

rahmat-Nya serta memampukan penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul GAMBARAN SELF-COMPASSION MAHASISWA

ETNIS JAWA TIMUR FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU

KESEHATAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN ditujukan untuk

memenuhi sebagian persyaratan akademik guna memperoleh gelar Sarjana

Keperawatan Strata Satu Universitas Pelita Harapan, Karawaci.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan doa dari beberapa

pihak, skripsi ini tidak dapat diselesaikan tepat waktunya. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah

membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada:

1. Ibu Christine Sommers, MN, RN, CNE. Selaku Dekan Eksekutif Fakultas

Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Pelita Harapan;

2. Ibu Grace Solely Houghty, MBA.,M.Kep. Selaku Penanggung Jawab

Dekan dan Ketua Program Studi Fakultas Keperawatan Universitas Pelita

Harapan;

3. Bapak Yakobus Siswadi, BSN., MSN. Selaku dosen pembimbing yang

telah memberikan waktu untuk mengoreksi, memberikan masukan serta

semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi;

vii
4. Ibu Ns Eva Chris Veronica Gultom, S.Kep. selaku co-pembimbing yang

telah memberikan waktu dan tenaganya untuk mengoreksi, memberikan

masukan serta semangat kepada penulis;

5. Seluruh dosen dan staf Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan

Universitas Pelita Harapan yang telah mendukung dan yang telah membantu

penulis selama penyelesaian tugas akhir;

6. Keluarga tercinta (Bapak Jes, Mama Nor, Bapak Lius, Mama Lin, Kak

Roni, K Rini, K Engky, Saldy, Eto, Antonio, Muce, Unni), keluarga besar

Ninef-Lenggu, yang telah memberikan dukungan, semangat, doa, dan kasih

sayang kepada penulis;

7. Orang-orang terkasih Bapak Alvin dan Mama Debora, all The Gemsi,

Meky, K Roy, K Rocky, K Fresto, K Nini Trisandra yang selalu memberi

dukungan dan semangat kepada penulis;

8. Sahabat terkasih Nobho, Iza, Trizkha, Ino, Madhe, Gelda Devi Jeanette,

Herdi, Florenceria, Adang, Vety, Sary, Steven terima kasih untuk semangat,

dan dukungan serta doa yang diberikan kepada penulis selama

menyelesaikan tugas akhir;

9. Teman-teman seperjuangan ETP 2013 (group B) dan group kecil 9,

khususnya teman satu pembimbing Soni Andrean, Sinta, Nova, Jemmy,

Ayu, Soki, Diaz, Rezky, Marlina yang selalu mendukung penulis, saudara

seperjuangan Meggy, Elsa, Tiza, Sherly, Tiara, Titin, Marni, yang

memberikan semangat kepada penulis;

viii
10. Kakak-kakak tingkat, mentor dan SPV Kak Ivanna Sibarani, teman

seperjuangan kamar 313 SPV Kak Theresia, adik-adik tingkat kamar 1810

& 2304, mentee terkasih Janne, Hanna, Dessy, Dwi, yang memberikan

semangat kepada penulis.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan

dalam penulisan tugas akhir ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari

pembaca akan sangat bermanfaat bagi penulis. Semoga tugas akhir

penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.

Tangerang, 25 November 2016

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
PERSETUJUAN TIM PENGUJI TUGAS AKHIR

ABSTRAK ........................................................................................................v
ABSTRACT .......................................................................................................vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................vii
DAFTAR ISI .....................................................................................................ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................xii
DAFTAR BAGAN ............................................................................................xiii
DAFTAR DIAGRAM .......................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................8
1.3.1 Tujuan Umum ...............................................................................8
1.3.2 Tujuan Khusus ..............................................................................8
1.4 Pertanyaan Penelitian…..........................................................................9
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................9
1.5.1 Manfaat Teoritis ............................................................................9
1.5.2 Manfaat Praktis .............................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Landasan Teori ........................................................................................11
2.1.1 Definisi Self-compassion................................................................11
2.1.2 komponen Self-compassion............................................................12
2.1.3 Manfaat Self-compassion ...............................................................14
2.1.4 Faktor yang mempengaruhi self-compassion .................................15
2.1.5 Budaya Jawa Timur........................................................................17
2.2 Kajian Literatur ......................................................................................21
2.3 Kesimpulan..............................................................................................29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Kerangka Konseptual, Definisi konseptual, Definisi Operasional..........30
3.1.1 Kerangka Konseptual .....................................................................30
3.1.2 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ...............................31
3.2 Desain Penelitian .....................................................................................33

x
3.3 Etika Penelitian ......................................................................................33
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ..............................................................34
3.4.1 Populasi ..........................................................................................34
3.4.2 Sampel ............................................................................................34
3.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan .............................................................35
3.6 Instrumen Penelitian ...............................................................................36
3.7 Validitas dan Reliabilitas ........................................................................37
3.8 Prosedur Pengambilan Data ....................................................................40
3.9 Pengelolaan Data dan Analisa Data ........................................................40
3.9.1 Pengelolaan Data ............................................................................40
3.9.2 Analisa Data ...................................................................................42
3.10 Keterbatasan Penelitian .........................................................................42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasi Penelitian ....................................................................................43
4.2 Pembahasan .........................................................................................47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ..........................................................................................53
5.2 Saran .....................................................................................................53

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................54


LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Definisi Konseptual dan Konseptual ................................................ 31
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner .......................................................................... 36
Tabel 3.3 Pilihan Jawaban Kuesioner .............................................................. 36
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Pertama .............................................................. 38
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Kedua ................................................................ 39
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Demografi ...................................................... 41

xii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 3.1 Kerangka Konseptual.............................................................30
Bagan 3.2 Prosedur Pengambilan Data...................................................40

xiii
DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 4.1 Skor Penghitungan Tiap Komponen Self Compassion..............43


Diagram 4.2 Hasil Penghitungan Keseluruhan Self Compassion...................44

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A
Surat Ijin Pengambilan Data Awal . ................................................................. A-1
Lampiran B
Etichal Approval dari MRIN. ........................................................................... B-1
Lampiran C
Lembar Ijin Pengambilan Data ........................................................................ C-1
Lampiran D
Lembar Ijin Penggunaan Kuesioner .............................................................. D-1
Lampiran E
Lembar Kuesioner ........................................................................................... E-1
Lampiran F
Lembar Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ............................................ F-1
Lampiran G
Lembar Informasi untuk Responden ............................................................... G-1
Lampiran H
Lembar Informed Concent .............................................................................. H-1
Lampiran I
Lembar Timeline ............................................................................................. I-1
Lampiran J
Lembar Monitoring Bimbingan ...................................................................... J-1

xv
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan membahas latar belakang masalah, rumusan masalah,

rumusan tujuan, pertanyaan penelitian dan manfaat penelitian.

1.1 Latar Belakang

Setiap individu mempunyai kesempatan untuk memberikan kasih

sayang pada dirinya, maupun membagikannya kepada orang lain. Alkitab

menuliskan salah satu sikap yang unik yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, yaitu

belas kasih. Compassion atau belas kasih merupakan terjemahan dari kata Ibrani

hesed yaitu suatu sifat Allah yang berhubungan dengan kemurahan Allah yang

menyatakan kesetiaan Allah, penuh belas kasih dalam menepati janji-janji yang

telah diucapkan-Nya (O’colins, 1996). Compassion adalah kemampuan untuk

mendengar, memahami penderitaan (diri sendiri atau orang lain), kemudian

menanggapinya dalam berbagai cara yang bertujuan untuk mengurangi

penderitaan, atau dengan kata lain belas kasih merupakan suatu sikap tidak

mementingkan diri sendiri dalam menolong orang lain (Hoisington, 2007 dalam

Varcarolis, 2013).

Dalam dunia keperawatan, sikap belas kasih dikenal dengan

compassionate care, yang berarti memberikan asuhan keperawatan kepada

pasien dengan belas kasih, ketulusan, serta memberikan kenyamanan pada

pasien. Compassionate care bukan hanya diungkapkan dengan kata-kata

melainkan melalui tindakan nyata yang dilakukan dari dalam diri kita kepada

1
orang yang kita layani (Bradshaw, 2011). Hal ini diasumsikan sebagai sebuah

teknik emosi atau perasaan yang berkaitan dengan kebaikan dalam diri setiap

manusia. Belas kasih yang diberikan oleh perawat akan terlihat dari kepuasan

pasien ketika dirawat, oleh karena itu penting untuk setiap calon perawat

maupun yang sudah menjadi perawat untuk mengenal lebih jauh tentang sikap

belas kasih baik dalam diri, maupun kepada orang lain disekitar kita serta bisa

mengaplikasikan compassionate care saat memberikan asuhan keperawatan

bagi pasien.

Compassion merupakan komponen penting dalam membangun

hubungan antara perawat dan pasien (Keog, 2014). Hal ini menjadi perhatian

khusus dalam dunia keperawatan khususnya mahasiswa keperawatan, dalam

hal ini sebagai seorang calon perawat harus mempersiapkan dirinya dengan

memiliki sikap belas kasih itu sendiri. Perawat yang mengambil waktu untuk

menjelaskan prosedur atau mendengarkan kekhawatiran pasien, akan lebih

membantu pasien menjadi tenang dan merasa bahwa mereka penting, dengan

kata lain compassionate care membuat pasien merasa dihormati (Lynn, 2015).

Compassionate care tidak hanya membawa manfaat pada pasien, tetapi

juga bagi perawat. Perawat yang memiliki belas kasih terhadap pasien memiliki

kesejahteraan tersendiri dan biasanya menikmati pekerjaan mereka lebih dari

pada perawat lain yang hanya fokus pada profesi tersebut. Perawat yang

menanamkan compassion dalam dirinya lebih sadar pada rasa takut dan sakit

yang dialami oleh pasien di rumah sakit. Mills (2016) mengatakan bahwa

sebagai tenaga medis memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan

2
perawatan penuh kasih untuk pasien. Maka dari itu perlu diketahui bahwa self

compassion melibatkan belas kasih yang sama untuk diri sendiri seperti yang

akan diberikan kepada orang lain, sehingga kasih sayang kepada orang lain

harus didasarkan pada pemahaman tentang self compassion itu sendiri.

Neff (2003b) mendefinisikan self-compassion adalah keterbukaan dan

kesadaran individu terhadap penderitaan diri sendiri tanpa menghindar dari

penderitaan itu, memberikan pemahaman dan kebaikan terhadap diri sendiri

ketika menghadapi penderitaan, kegagalan, dan ketidaksempurnaan tanpa

menghakimi diri serta melihat suatu kejadian sebagai pengalaman yang dialami

semua manusia. Self-compassion terbagi ke dalam tiga komponen yaitu self-

kindness, common humanity, dan mindfulness. Self-kindness adalah

kemampuan individu untuk bersikap baik dan memahami diri sendiri saat

menghadapi penderitaan tanpa menghakimi diri sendiri (self judgment).

Common humanity adalah kesadaran individu bahwa kegagalan yang dialami

merupakan bagian dari kehidupan manusia tanpa merasa sendirian (isolation)

dalam kegagalan yang dialami namun seringkali seseorang mengalami frustasi

karena tidak menemui hal-hal yang persis dengan apa yang diinginkan sehingga

menyebabkan seseorang hanya berfokus pada keterbatasan mereka.

Mindfulness adalah kemampuan individu untuk melihat secara jelas perasaan

dan pikiran diri sendiri saat mengalami kegagalan atau tidak merespon setiap

masalah yang dialami secara berlebihan (Neff, 2011).

3
Budaya orang di Asia memiliki konsep diri yang saling bergantung satu

dengan lainnya (adanya hubungan interpersonal), peduli terhadap orang lain,

dan memiliki kesesuaian dal\am hal sosial, sedangkan budaya Barat dikenal

dengan memiliki konsep diri independent, menekankan kekhawatiran dengan

otonomi, mengutamakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi, memiliki

keunikan dari setiap individu (Markus, 1991 dalam Neff, 2008). Sebuah

penelitian yang dilakukan oleh Neff, et all (2008) menemukan hasil bahwa

Thailand memiliki self-compassion yang sangat tinggi dan terendah di Taiwan

dengan Amerika Serikat, hal ini dilihat dari kebiasaan hidup mereka atau

budaya yang mereka terapkan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Maka dari

itu dapat disimpulkan bahwa budaya yang dimiliki setiap orang akan

mempengaruhi gambaran mereka tentang self-compassion.

Salah satu daerah yang terkenal dengan keunikannya adalah Propinsi

Jawa Timur dengan ibukota adalah Surabaya. Jawa Timur memiliki luas

wilayah sebesar 47.963 km2 (Badan Pusat Statistik, 2015). Jawa Timur

memiliki lima suku yang menetap yaitu, suku Jawa, suku Bawean, suku

Madura, suku Osing, dan suku Tengger, dengan suku terbanyak adalah suku

Jawa. Berbagai upacara adat yang diselenggarakan di Jawa Timur antara lain:

tingkepan (upacara usia kehamilan tujuh bulan bagi anak pertama), babaran

(upacara menjelang lahirnya bayi), sepasaran (upacara setelah bayi berusia

lima hari), pitonan (upacara setelah bayi berusia tujuh bulan), sunatan,

pacangan, dan dalam upacara adat ini masyarakat lebih mengutamakan

kebersamaan (Kemdikbud, 2015). Salah satu falsafah yang terkenal di Jawa

4
Timur “Noto Roso, Among Roso, Mijil Tresno, Agawe Karyo” yang

mengandung makna kita harus mengatur perasaan diri sendiri sebelum berbagi

rasa dengan orang lain, sehingga timbul saling menghormati dan timbul rasa

kasih yang manusiawi sebagai sendi dasar terciptanya saling pengertian untuk

selanjutnya bersama-sama membangun bangsa ini (Portal Nasional RI, 2010).

Falsafah tersebut secara tidak langsung menggambarkan bahwa masyarakat

yang ada di Jawa Timur memiliki suatu tradisi yang sangat khas dalam

kehidupan bermasyarakat dengan saling memahami dan memiliki rasa

toleransi, kepekaan yang tinggi pada orang di sekitar mereka. Sikap yang paling

menonjol dari suku ini yaitu saling menghargai dan menghormati serta saling

membangun satu dengan lainnya, bukan hanya dengan orang satu daerah saja

tetapi dari setiap pendatang yang berdomisili di pulau ini mereka merasa

diterima dan dihargai dalam komunitas mereka.

Visi Universitas Pelita Harapan (UPH) yaitu menjadi institusi yang

berfokus pada Kristus untuk pendidikan tinggi yang unggul, holistik dan

transformasional yang akan menghasilkan pemimpin-pemimpin yang kompeten

dan profesional yang dilengkapi dengan pengetahuan yang sejati, iman dalam

Kristus dan menunjukan karakter yang saleh. Fakultas Keperawatan dan Ilmu

Kesehatan merupakan bagian dari UPH, menetapkan salah satu misi yaitu

menunjukan pelayanan keperawatan yang berbelas kasih dengan menunjukan

pelayanan seperti Kristus dan meneladani kasih Yesus Kristus. Visi dan misi

Fakultas Keperawatan UPH bertujuan untuk memperlengkapi mahasiswa dan

lulusannya sebagai perawat-perawat profesional. Mahasiswa Fakultas

5
Keperawatan dan Ilmu Kesehatan UPH diharapkan bisa meneladani Kasih

Yesus Kristus melalui belas kasih yang ditunjukan saat melakukan praktek

keperawatan saat ini bahkan ketika menjadi perawat nantinya (Student

Handbook, 2015). Fakultas Keperawatan UPH mendidik setiap mahasiswa dari

berbagai daerah di Indonesia, salah satunya dari Jawa Timur. Sebagai

mahasiswa yang menempuh perkuliahan di Fakultas Keperawatan UPH dengan

berbagai etnis yang dimiliki, diharapkan memiliki gambaran tentang

compassion dalam diri masing-masing. Melalui pengenalan akan self-

compassion mempersiapkan setiap individu khususnya mahasiswa Fakultas

Keperawatan UPH sebelum melakukan praktek keperawatan dengan

mengaplikasikan sikap berbelas kasih kepada setiap pasien yang ditemui.

Penelitian yang dilakukan oleh Neff dan Hsieh (2008) menunjukan

bahwa kepedulian empati terhadap orang lain tidak berhubungan dengan self-

compassion, disebabkan karena seseorang bisa bersikap baik pada orang lain,

tetapi dalam dirinya sendiri tidak ada kebaikan dan tidak ada pengertian dengan

dirinya sendiri bahkan individu cenderung mengkritik semua kelemahan yang

ada dalam dirinya. Self-compassion dianggap penting bagi mahasiswa dan juga

perawat karena dengan memiliki self-compassion terlebih dahulu maka

seseorang mampu untuk bersikap baik dan memahami setiap kelemahan dalam

dirinya sebelum memahami orang lain.

Melalui observasi yang dilakukan oleh peneliti pada beberapa orang

yang berasal dari Jawa Timur, secara objektif mahasiswa dari daerah ini

memiliki nilai kebersamaan yang tinggi antara satu dengan lainnya dengan

6
selalu memperhatikan dan saling mendukung ketika ada yang mengalami

masalah. Kenyataannya beberapa orang dari daerah ini lebih bersifat individual

ketika ada masalah dan cenderung tidak puas atas apa yang mereka peroleh.

Fenomena yang terjadi pada mahasiswa dari Jawa Timur berkaitan dengan hasil

penelitian dari Neff (2008) bahwa kepedulian kepada orang lain tidak berkaitan

dengan self-compassion seseorang, dan faktor budaya merupakan salah satu hal

yang mempengaruhi self-compassion dari individu. Maka dari itu peneliti

tertarik untuk melihat gambaran self-compassion mahasiswa Fakultas

Keperawatan UPH yang berasal dari Jawa Timur.

1.2 Rumusan Masalah

Visi dan misi Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan UPH menegaskan

sikap belas kasih dalam melakukan praktek keperawatan (compassionate care),

sehingga sebagai mahasiswa yang menuntut ilmu di Fakultas Keperawatan

UPH perlu mengenali dan menyadari pentingnya compassion. Melalui

observasi yang peneliti lakukan sebelumnya di lingkungan kampus maupun

dalam praktek klinik, peneliti menemukan bahwa mahasiswa Fakultas

Keperawatan UPH dari Jawa Timur lebih mengutamakan belas kasih kepada

orang lain. Seperti hasil penelitian Neff, (2008) mengatakan bahwa kepedulian

kepada orang lain tidak berkaitan dengan self-compassion seseorang, Neff juga

menambahkan bahwa budaya mempengaruhi gambaran self-compassion

seseorang. Maka dari itu, peneliti ingin lebih mengenal gambaran self-

compassion khususnya dari mahasiswa etnis Jawa Timur Fakultas Keperawatan

UPH angkatan 2013, 2014, 2015.

7
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian yang dilakukan ini memiliki tujuan umum yaitu

mengetahui gambaran self-compassion mahasiswa berdasarkan etnis

mereka dari Jawa Timur.

1.3.2 Tujuan Khusus

Dalam penelitian ini secara khusus mengidentifikasi gambaran self-

compassion mahasiswa Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan UPH

khususnya suku Jawa yang berasal dari Jawa Timur dilihat dari enam

komponen besar dari self-compassion yaitu :

1) Mengidentifikasi gambaran self-kindness vs self-judgment pada

mahasiswa Fakultas Keperawatan UPH suku Jawa yang berasal dari

Jawa Timur;

2) Mengidentifikasi gambaran common humanity vs isolation pada

mahasiswa Fakultas Keperawatan UPH suku Jawa yang berasal dari

Jawa Timur;

3) Mengidentifikasi gmbaran mindfulness vs over-identified pada

mahasiswa Fakultas Keperawatan UPH suku Jawa yang berasal dari

Jawa Timur.

8
1.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis memiliki pertanyaan

penelitian yang menjadi acuan dasar dalam penelitian ini yaitu:

Bagaimana gambaran self-compassion mahasiswa Fakultas Keperawatan UPH

yang berasal dari Jawa Timur.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis

dibagi dalam dua bidang utama yaitu :

1.5.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk

menambah wawasan tentang self-compassion, mengembangkan penelitian

dan teori tentang self-compassion terkhususnya dalam dunia keperawatan.

1.5.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat diaplikasikan oleh :

1) Mahasiswa Fakultas Keperawatan UPH

Manfaat penelitian ini bagi mahasiswa Fakultas Keperawatan UPH

yaitu menambah wawasan dan juga membangun rasa kesadaran yang

tinggi untuk memahami pentingnya self-compassion dalam diri

seseorang, serta mampu mengaplikasikan rasa belas kasih dalam

kehidupan asrama, perkuliahan, maupun dalam menjalani praktek

klinik.

9
2) Bidang Pengembangan Penelitian

Manfaat penelitian ini bagi pengembangan penelitian adalah dapat

dijadikan bahan acuan atau referensi untuk menambah wawasan dalam

bidang penelitian selanjutnya, terkhususnya mengenai self-compassion

mahasiswa keperawatan sebagai seorang calon perawat dan juga kepada

perawat yang sudah bekerja, sehingga perawat bisa mempersiapkan diri

terlebih dahulu, dalam hal ini perawat lebih mengenal diri sendiri

sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada pasien di rumah sakit.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dibahas mengenai landasan teori dan kajian literatur

mengenai self-compassion mahasiswa dan juga dalam dunia keperawatan.

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Definisi Self-compassion

Compassion secara harafiah memiliki makna suffer with atau dalam

bahasa Indonesia, “turut menderita”. Arti compassion secara sekunder

berarti perasaan atau emosi, ketika seseorang mengalami tekanan maka

dalam hati ada keinginan untuk meringankan beban tersebut (Austin, et

all 2013). Ajaran Budha mengartikan compassion sebagai suatu

keinginan untuk bertindak atas penderitaan orang lain atau dengan kata

lain sebagai perilaku etis yang melibatkan kesabaran. Teori

keperawatan mengartikan compassion sebagai sebuah teori yang

menunjukan bahwa belas kasih sebagai suatu kualitas yang istimewa

dengan sikap empati, kebaikan dan kepedulian yang merupakan sebuah

niat untuk bertindak atau mengambil bagian dari penderitaan orang lain

(Cingel, 2009).

Self-compassion adalah memiliki pemahaman, kebaikan dan kasih

sayang untuk diri sendiri ketika mengalami kegagalan ataupun saat

melakukan kesalahan dengan tidak mengkritik kelemahan yang ada

dalam diri dan kebaikan ini tidak berbeda dengan belas kasih kepada

orang lain (Neff, 2011). Belas kasih melibatkan rasa tersentuh dengan

11
apa yang diderita oleh orang lain sehingga seseorang mampu untuk

merespon rasa sakit orang lain.

Memiliki belas kasih berarti bahwa seseorang mampu memahami

dan mampu menawarkan kebaikan kepada orang lain ketika orang lain

gagal atau dalam suatu penderitaan tanpa menilai orang lain secara

negatif. Sebelum seseorang memiliki belas kasih untuk orang lain,

seseorang harus menyadari terlebih dahulu bahwa diri mereka juga

mengalami penderitaan.

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa self-

compassion merupakan suatu sikap hati yang mau memahami,

mengasihi, dan menghargai diri sendiri serta mau menempatkan dirinya

pada suatu keadaan yang juga dialami oleh orang-orang yang ada

disekitarnya.

2.1.2 Komponen self-compassion

Neff (2003b) menjabarkan self-compasssion kedalam enam

komponen besar antara lain: self-kindness, self judgment, common

humanity, isolation, mindfulness, over-identification.

1) Self-Kindness

Self-Kindness adalah ketika seseorang menanggapi dengan

hangat dan memahami diri sendiri saat menderita atau

menghadapi masalah, mengalami kegagalan, atau bahkan ketika

individu merasa tidak mampu individu akan menerima dan

mengakui kekurangan yang dimiliki dan berani melakukan

12
sesuatu yang membantu dirinya. Self kindness menunjukan

bahwa kegagalan adalah hal yang tidak bisa dihindari dalam diri,

sehingga hal ini sangat membutuhkan pemahaman individu atas

kelemahan yang dimiliki bahkan kegagalan yang dialami.

2) Self judgment

Self judgment adalah suatu tindakan dimana individu

menolak pemahaman dan rasa sayang untuk diri sendiri

sehingga individu cenderung untuk menghakimi dan mengkritik

diri sendiri ketika mengalami kesulitan.

3) Common humanity

Common humanity merupakan kesadaran individu bahwa

kegagalan, masalah, dan kesulitan merupakan bagian dari

kehidupan manusia. Kegagalan dialami oleh semua orang, tidak

dialami oleh diri sendiri sehingga individu tidak perlu merasa

sendirian dalam kegagalan tersebut. Common humanity

menyebabkan frustasi karena individu hanya berfokus pada

kekurangan dalam dirinya dan menganggap dirinya lemah

sehingga individu akan menjaga jarak dengan orang-orang di

sekelilingnya dan lebih memilih untuk sendiri (self isolation).

4) Isolation

Isolation adalah kondisi dimana individu terlalu fokus

dengan kelemahan yang dimiliki sehingga cenderung merasa

bahwa dirinya paling menderita dan tidak bisa berbuat apa-apa.

13
Hal ini menyebabkan individu menarik diri dari lingkungan

sekitar dan memilih untuk sendiri.

5) Mindfulness

Mindfulness adalah kemampuan individu untuk melihat

secara jelas perasaan dan pikiran diri sendiri saat mengalami

kegagalan tanpa menghakimi diri sendiri ketika ada masalah

terjadi dalam dirinya dan merespon kegagalan tersebut secara

normal. Self-compassion membutuhkan pendekatan yang

seimbang dalam hal ini seseorang memiliki emosi yang negatif

sehingga tidak membesar-besarkan sesuatu.

6) Over-identification

Over-identification merupakan reaksi berlebihan dari

individu ketika mengalami kesulitan dimana individu hanya

terpaku dengan kesulitan yang dialami. Keadaan ini yang

menyebabkan individu merasa tidak bisa apa-apa.

2.1.3 Manfaat self-compassion

Self-compassion memiliki manfaat penting khususnya dalam dunia

keperawatan, dalam hal ini dengan adanya self-compassion, seseorang

mampu mengendalikan emosional dalam dirinya (Heffernan., et all,

2010), sedangkan Akis (2010) mengatakan bahwa dorongan self-

compassion individu sangat bermanfaat untuk mengurangi kesepian

yang dialami seseorang, mendorong individu untuk mengembangkan

rasa sayang dalam diri yang berguna untuk melawan kritik dalam diri

14
sendiri dan membantu individu untuk menata emosionalnya, serta

membantu individu untuk lebih mengenal diri sendiri. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa self-compasssion memberikan manfaat yang sangat

penting bagi individu, karena dengan mengembangkan self-

compasssion membantu individu untuk lebih menghargai drinya sendiri

secara utuh.

2.1.4 Faktor yang mempengaruhi self-compassion

1) Jenis kelamin

Neff (2011) dalam penelitiannya menunjukan bahwa wanita

jauh lebih memiliki pemikiran dan perasaan dibandingkan laki-laki

sehingga terkadang wanita lebih mengalami depresi atau kecemasan

lebih dari laki-laki. Penelitian yang dilakukan oleh Bluth & Blanton

(2014) menunjukan bahwa wanita memiliki self-compassion yang

rendah dari pada laki-laki karena wanita cenderung fokus pada

compassion for other.

2) Usia

Faktor usia dikaitkan dengan teori perkembangan Erikson

yang menjelaskan bahwa individu akan mencapai tingkat self-

compassion yang tinggi apabila telah mencapai tahap integritas

karena lebih menerima dirinya secara lebih positif (Halim, 2015).

Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Alen & Leary

(2012) yang menunjukan bahwa orang berusia lanjut memiliki self-

compassion yang baik karena mereka mau menerima segala

15
perubahan yang ada dalam diri mereka, sehingga dapat disimpulkan

bahwa semakin tinggi usia seseorang, maka semakin tinggi

pemahaman individu tentang dirinya sendiri.

3) Budaya

Latar belakang budaya menyebabkan adanya perbedaan

derajat self-compassion antara setiap orang dengan suku atau budaya

yang berbeda Neff & Hsieh (2008). Dalam penelitiannya, Neff

menyatakan bahwa orang Asia memiliki budaya collectivistic yang

menitikberatkan self-concept interdependent dengan fokus pada

hubungan dengan orang lain, peduli kepada orang lain, dan

keselarasan dengan orang lain dalam bertingkah laku. Budaya Barat

lebih fokus pada self-concept independent dengan menekankan pada

kemandirian, kebutuhan pribadi dan keunikan individu dalam

bertingkah laku, sehingga hal ini menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi derajat self-compassion seseorang.

4) Personality

Penelitian terbaru dari perspektif psikologis Barat

menunjukan bahwa kepribadian belas kasih seseorang bervariasi

pada setiap individu, berbagai studi mnunjukan bahwa self-

compassion seseorang berkaitan dengan kesejahteraan emosional

(Neff, 2009). Self-compassion berbanding terbalik dengan sikap

perfeksionis, sekalipun individu memiliki self-compassion yang

baik ada kemungkinan bahwa mereka memegang standar yang

16
tinggi untuk diri mereka sendiri sehingga ketika standar yang tidak

ideal terpenuhi, maka individu tetap memiliki self-compassion yang

tangguh dari pada terpaku pada kegagalan yang dialami ataupun

memarahi diri sendiri.

5) The Role of Parent

Saat anak terus dikritik oleh orang tua sejak mereka kecil,

maka akan terbawa ketika dewasa dan mereka akan lebih banyak

mengkritik diri sendiri. Seseorang yang memiliki derajat self-

compassion yang rendah kemungkinan besar memiliki orang tua

yang kritis, berasal dari keluarga disfungsional, dan menampilkan

kegelisahan dari pada individu yang memiliki derajat self-

compassion yang tinggi (Neff & McGeehee, 2010). Karakteristik

pribadi orang tua bisa mempengaruhi potensi stres dari anak,

sehingga salah satu faktor yang mungkin menjadi strategi koping

saat anak mengalami stres yaitu memiliki self-compassion yang

menimbulkan kesadaran jika mengalami emosi yang negatif (Neff

& Faso, 2014).

2.1.5 Budaya Jawa Timur

Secara administratif, Jawa Timur terbagi menjadi 29 kabupaten dan

sembilan kota dengan Surabaya sebagai ibukota provinsi. Masyarakat

Jawa Timur memiliki komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai

kebajikan. Hal ini terekspresikan lewat pepatah jer basuki mawa beya

yang berarti untuk mencapai suatu kebahagiaan diperlukan

17
pengorbanan. Kondisi sosial budaya Jawa Timur secara umum relatif

baik, terutama yang menyangkut pelayanan pendidikan, kesehatan,

kesalehan sosial, serta kesetaraan gender (Lembaga Penjaminan Mutu

Pendidikan Jatim, 2015). Kesalehan sosial dalam kehidupan

bermasyarakat Jawa Timur merupakan landasan terciptanya harmoni

sosial baik intra maupun antar umat beragama, antar golongan, maupun

antar etnis dan ras.

Ciri khas bahasa Jawa Timur adalah egaliter, blak-blakan sehingga

bahasa ini terkesan kasar. Namun demikian, penutur bahasa ini dikenal

cukup fanatik dan bangga dengan bahasanya bahkan merasa lebih akrab

dengan bahasa seperti itu. Masyarakat Jawa Timur memiliki nilai

penting dalam kehidupan meraka yaitu seseoarang harus bisa mengatur

perasaan diri sendiri sebelum berbagi rasa dengan orang lain. Dari

sinilah timbul saling menghormati dan rasa kasih yang manusiawi

sebagai sendi dasar terciptanya saling pengertian untuk selanjutnya

bersama-sama membangun bangsa ini (Portal Nasional RI, 2010).

Masyarakat di Jawa Timur hanya mengutamakan kebersamaan

dalam kehidupan mereka dari pada memperhatikan diri sendiri. Falsafah

yang dipercayai oleh daerah ini berkaitan erat dengan bagaimana

seseorang mengenal self-compassion dalam diri, sebelum

mengaplikasikan belas kasih kepada orang lain. Jawa Timur memiliki

beberapa sub suku antara lain:

18
1) Suku Tengger

Pola kehidupan sosial budaya suku Tengger bersumber dari

nilai budaya, religi dan adat-istiadat setempat yang merupakan

bentuk nilai-nilai kearifan lokal, salah satunya adalah kearifan

lokal dalam pemanfaatan upaya pemeliharaan lingkungan. Pola

kehidupan masyarakat suku Tengger terdapat konsep yang

menjadi landasan sikap hidup masyarakat yaitu anteng-seger

(Tengger) yang berarti damai dan makmur, hal ini menjadi

konsep yang mendasari hubungan tiga arah yaitu hubungan

manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan

hubungan manusia dengan lingkungan alam.

2) Suku Madura

Suku ini terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan,

masyarakat Madura juga dikenal hemat, disiplin, dan rajin

bekerja keras. Suku ini juga memegang kuat prinsip harga diri

dalam kehidupan bermasyarakat, suku ini juga memiliki sebuah

falsafah yang berbunyi “katembheng pote mata, angok pote

tolang” yang artinya lebih baik mati dari pada menanggung

malu (Pram, 2013).

3) Suku Osing

Suku Osing dikenal sebagai orang-orang yang ramah tamah

dan sopan. Kebudayaan suku ini masih sangat kental dengan hal-

19
hal gaib dari nenek moyang mereka. Budaya mereka saat ini

dibawah pengawasan pemerintah sehinngga masyarakat dari

suku ini juga mengembangkan aspek-aspek dari kepercayaan

yang sudah mereka anut sejak dulu. Suku ini percaya bahwa

ilmu gaib yang mereka miliki bisa menghancurkan apapun atau

siapapun yang bersangkutan mereka sehingga sulit jika

mengubah pandangan hidup dari suku ini (Yayasan Lembaga

Sabda, 2003).

4) Suku Jawa

Suku Jawa merupakan suku terbesar di Indonesia yang

berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan DI Yogyakarta.

Budaya Jawa secara garis besar mengutamakan keseimbangan,

keselarasan dan keserasian dalam kehidupan sehari-hari. Budaya

Jawa menjunjung tinggi kesopanan dan kesederhanaan.

Kajawen merupakan filsafat yang memperbolehkan bahkan

menganjurkan untuk memeluk agama. Filsafat ini dianggap

sebagai pengontrol dan melindungi jati dirinya sebagai orang

Jawa (Kemendikbud, 2015). Suku Jawa menganggap bahwa

kebudayaan adalah nafas kehidupan mereka. Salah satu

kepercayaan yang mereka anut sampai sekarang adalah

mengenai keberadaan arwah atau roh leluhur yang dipercayai

dapat mendatangkan kesuksesan dalam hidupnya, begitu pula

20
dapat menimbulkan gangguan kesengsaraan, kesehatan, bahkan

dapat menmbulkan kematian (Luxman, et al. 2012).

5) Suku Bawean

Ciri-ciri budaya ini pada satu sisi menempatkan mereka pada

posisi yang unik karena sangat terpencil dan terpisah dari banyak

kehidupan. Individu di suku ini cenderung tidak percaya diri

dengan apa yang mereka lakukan, dan lebih individual. Suku ini

juga masih menganut kepercayaan agama Hindu yang

bercampur dengan kepercayaan mereka sekarang bahwa ilmu

hitam massih menjadi kunci bagi merea dalam memberikan

kebenaran (Yayasan Lembaga Sabda, 2003).

2.2 Kajian Literatur

Penelitian ini didukung oleh beberapa sumber penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya, sehingga dapat digunakan sebagai bahan acuan dan

pertimbangan dalam melakukan penelitian ini.

Allen (2010) memaparkan bahwa orang yang memiliki self-

compassion yang tinggi akan memperlakukan diri mereka sendiri dengan

kebaikan dan perhatian yang tulus ketika mereka mengalami suatu masalah

yang bersifat negatif. Self-compassion menjadi sumber daya yang berharga

untuk mengatasi peristiwa negatif yang dialami oleh seseorang dalam

kehidupannya. Orang yang memiliki self-compassion, sangat kecil

kemungkinannya untuk mengalami kecemasan yang menimbulkan stressor

ataupun menghindari tantangan tugas karena takut gagal. Penelitian ini

21
menunjukan bahwa self-compassion berperan penting dalam proses copping

seseorang. Mills (2014) menambahkan bahwa seseorang yang

mengembangkan belas kasih yang tulus terhadap orang lain, pertama-tama

harus memiliki dasar yang ada dalam dirinya untuk memupuk belas kasih

tersebut, sehingga dasar inilah yang menghubungkan seseorang untuk

menghargai dan peduli pada diri sendiri. Mengingat bahwa kesejahteraan

pasien dan kualitas pelayanan perawat saling berkaitan, maka tidak heran

bahwa compassionate care menjadi isu yang mendesak dalam dunia

keperawatan.

Middleton (2012) menambahkan bahwa compassion merupakan inti

dari praktik keperawatan dan merupakan suatu loncatan untuk menentukan

kualitas perawat dalam perannya di rumah sakit. Artikel ini juga memuat

hasil laporan dari Dinas Kesehatan dan Komisi Kualitas Pelayanan (2011)

yang menunjukan bahwa tidak semua pasien menerima perawatan dengan

belas kasih dari staf perawat yang ada di rumah sakit, dalam hal ini pasien

tidak bisa merasakan belas kasih perawat saat merawat mereka. maka dari

itu, dapat disimpulkan bahwa sikap belas kasih perawat dan toleransi

perawat dalam memberikan asuhan masih belum maksimal.

Artikel berikut membahas tentang kaitan self-compassion dalam

dunia keperawatan. Heffernan, et al. (2010) dalam penelitian ini menguji

hubungan antara self compassion dan emotionally inetlligent pada perawat

yang sedang aktif bekerja saat ini dari budaya dan agama yang berbeda.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa adanya hubungan yang positif antara

22
self-compassion dan emottional intellegence. Hal ini dilihat dari bagaimana

perawat mengontrol emosinya ketika memberikan asuhan keperawatan

kepada pasien, dan juga dilihat dari kepuasan pasien ketika dirawat di

rumah sakit. Penelitian ini juga dihubungkan dengan hasil survey yang

dilakukan untuk menguji tingkat kepuasan pasien saat menerima pelayanan

kesehatan dari perawat sehingga tanpa memiliki rasa sayang dalam diri,

perawat tidak mampu mengontrol emosi dalam menjalani perannya di

rumah sakit. Bukan hanya menjadi persoalan bagi perawat yang sudah

bekerja, tetapi self-compassion juga menjadi perhatian khusus bagi

mahasiswa keperawatan.

Penelitian yang dilakukan Senyuva (2014) bertujuan untuk melihat

korelasi antara self-compassion dan Emotional Intelligence dari mahasiswa

keperawatan. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukan bahwa

mahasiswa keperawatan memiliki kolerasi yang positif antara self-

compassion dan Emotional Intelligence, dalam hal ini emotional

intelligence mengarah kepada emosi seseorang dalam mengaplikasikan

pengetahuan yang dimiliki berupa tindakan secara profesional ketika

melakukan praktek keperawatan. Maka dari itu, disarankan bahwa antara

self-compassion dan Emotional Intelligence seharusnya dikembangkan oleh

mahasiswa keperawatan.

Bukan hanya di cabang ilmu keperawatan, tetapi self-compassion

juga menjadi perhatian cabang ilmu lainnya, salah satunya dalam ilmu

psikologi. Hal ini dilakukan mengingat profesi yang akan dijalankan oleh

23
mahasiswa sebagai seorang psikolog yang membutuhkan kemauan dan

kemampuan untuk melayani dan memperhatikan orang lain yang

membutuhkan. Missiliana (2014) meneliti gambaran self-compassion dan

compassion for others pada mahasiswa psikologi pada salah satu

Universitas di Bandung. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa mahasiswa

psikologi memiliki self-compassion yang sangat rendah, Sedangkan dalam

compassion for others, ditemukan juga bahwa mahasiswa psikologi

memiliki compassion for others yang rendah. Hal ini menunjukan bahwa

mahasiswa fakultas psikologi masih banyak yang belum mengasihi dirinya

sendiri, belum banyak mahasiswa yang bisa mengaplikasikan belas kasih,

bersikap keras terhadap dirinya dan cenderung memandang masalah secara

subjektif atau masih mengandalkan ego mereka sendiri.

Lown (2011) memaparkan bahwa compassionate care memiliki

empat karakteristik penting antara lain hubungan yang didasarkan oleh

empati, dukungan emosional, upaya untuk memahami sesuatu;

meringankan penderitaan pasien, komunikasi yang efektif dalam melakukan

interaksi; menghormati dan menfasilitasi pasien; dan partisipasi keluarga

dalam pengambilan keputusan dalam sebuah tindakan medis. Dalam studi

yang dilakukan oleh Lown di US pada 800 pasien baru yang dirawat di

rumah sakit, ditemukan bahwa ada dua hal menonjol yang berkaitan dengan

compassionate care yaitu perubahan keinginan pasien untuk terlibat dalam

pengambilan keputusan dan persepsi mereka tentang kelanjutan perawatan

saat mereka di rumah sakit, compassionate care sangat penting dalam

24
mencapai kesuksesan dalam medis dan pengobatan. Survey ini menemukan

bukti yang kuat bahwa compassionate care memiliki pengaruh besar

terhadap pengalaman pasien selama masa perawatan, hasil kesehatan yang

diperoleh, serta persepsi tentang kualitas hidup yang terkait dengan

kesehatan mereka. Sehingga dapat disimpulkan bahwa compassionate care

sangat berpengaruh terhadap kepuasan pasien saat dirawat di rumah sakit.

Di Indonesia ditemukan bahwa masih banyak perawat yang memliki

self-compassion yang rendah. Dalam studi deskriptif yang dilakukan oleh

Kencana (2014) menunjukan bahwa sebanyak perawat di rumah sakit ini

memiliki self-compassion rendah, hal ini dilihat dari hasil penilaian ketiga

komponen self-compassion berada pada nilai yang sangat rendah.

Desimawati (2014) menambahkan dari hasil penelitiannya bahwa pasien

rawat inap belum puas pada layanan keperawatan yang diberikan di

puskesmas Sumbersari Jember, Jawa Timur. Penelitian ini mencakup

perhatian, penerimaan, komunikasi, kerjasama, dan tanggung jawab yang

diberikan perawat kepada pasien rawat inap di puskesmas tersebut, 77,3%

responden berada pada tingkat kepuasan rendah dan menilai layanan

keperawatan kurang baik. Hal ini menunjukan bahwa dalam pemberian

layanan kesehatan, perawat kurang mengaplikasikan sikap belas kasih

kepada setiap pasien yang dirawat. Selain itu, Ayunintiyas et al. (2014)

dalam penelitianya menyatakan bahwa 50% pasien yang dirawat di RS

Lawang, Malang Jawa Timur merasa puas dengan pelayanan yang diberikan

oleh perawat di Rumah Sakit tersebut, dan 50% pasien menyatakan tidak

25
puas dengan layanan yang diberikan di rumah sakit tersebut. Kepuasan

pasien diperoleh meliputi hubungan perawat-pasien, kenyamanan

pelayanan, kebebasan melakukan pilihan, efektivitas pelayanan dan

keamanan tindakan yang diberikan oleh tim kesehatan.

Nasution (2009) menambahkan bahwa asuhan keperawatan yang

diberikan kepada pasien memberikan kepuasan tersendiri bagi klien yang

dirawat dengan menderita TB paru. Dari penelitian yang dilakukan

didapatkan bahwa dari 20 responden yang diteliti 17 orang yang merasa

puas, dua orang yang cukup puas dan satu orang yang merasa tidak puas.

Penelitian ini meliputi objek peran perawat, peduli, alat indra, kebutuhan

dan kepribadian perawat bahwa. Dari hasil ini maka dapat disimpulkan

bahwa perawat yang ada di rumah sakit tersebut memiliki rasa bertanggung

jawab atas penderitaan yang dialami oleh pasien saat dirawat.

Raab (2014) menambahkan lagi bahwa health care profesional

(perawat) sangat rentan terhadap keadaan stress dan kelelahan yang

berhubungan dengan lingkungan mereka bekerja, dalam hal ini perawat

mengalami compassion fatigue atau kelelahan dalam memberi atau

mengaplikasikan belas kasih. Penelitian ini menunjukan bahwa intervensi

terhadap self-compassion melalui Mindfulness Based Stres Reducation

(MBSR) terutama dengan komponen loving kindness meningkat, dan

memiliki potensi untuk meningkatkan self-compassion di antara petugas

kesehatan. Selain itu dengan mengembangkan self-compassion dengan

mengaplikasikan MBSR bisa mengurangi stress yang dirasakan dan

26
meningkatkan keefektifan perawatan klinis. Penelitian ini menunjukan

bahwa self-compassion menjadi suatu perhatian khusus bagi tenaga

kesehatan, khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien,

perawat mengalami kondisi stress tersendiri yang mempengaruhi mereka

menyatakan belas kasih kepada pasien.

Budaya menjadi salah satu kendala tersendiri bagi mahasiswa

keperawatan dalam menjalani praktik keperawatan. Seperti penelitian yang

dilakukan oleh Rudolfsson & Berggren (2012) menyatakan bahwa beberapa

mahasisiswa keperawatan masih sangat kurang memiliki pemahaman

tentang pasien sebagai human being, sehingga hal ini mempengaruhi

pandangan mereka untuk mengaplikasikan belas kasih dalam melakukan

praktek keperawatan. Dari analisis yang dilakukan, ada mahasiswa yang

bisa merefleksikan pentingya masalah etika terkhususnya sikap belas kasih

kepada pasien, namun ternyata masih ada beberapa yang belum bisa

merefleksikan etika ini.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat kemampuan mahasiswa

dalam kemampuannya mengaplikasikan belas kasih, merasakan apa yang

juga dirasakan oleh pasien, bukan secara fisik saja tetapi secara holistik dan

diharapakan agar sebagai mahasiswa keperawatan dapat memahami dan

mengaplikasikan hal ini. Ping Hsieh, Pisitsungkagarn, & Neff (2008)

memaparkan bahwa budaya memiliki pengaruh terhadap tingkat self-

compassion seseorang. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa budaya

orang Asia (Thailand) memiliki tingkat self-compassion yang tinggi dari

27
pada budaya orang di Taiwan dan Amerika Serikat, dalam hal ini orang-

orang dengan budaya dari Thailand dapat menerima secara positif apa yang

terjadi dalam hidup mereka serta tidak menyalahkan apapun yang terjadi

dalam diri mereka, sedangkan budaya orang Taiwan maupun Amerika

Serikat dikatakan memiliki self-compassion yang rendah karena orang-

orang dari budaya ini sering mengkritik diri sendiri secara berlebihan dan

tergolong memilki budaya yang indiviualistik atau sering memisahkan diri

dari pertemuan-pertemuan sosial.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Birket (2014) bertujuan untuk

melihat perbedaan self-compassion dan empati antara mahasiswa China dan

Amerika, dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak terdapat

perubahan signifikan dari self-compassion antara mahasiswa China dan

Amerika, namun terdapat perubahan pada faktor jenis kelamin dan usia pada

tingkat pendidikan mereka, sehingga bisa dikatakan bahwa dalam penelitian

ini tidak menemukan hubungan yang signifikan antara budaya dan juga self-

compassion seseorang. Dari segi self-compassion sendiri menujukan bahwa

perempuan memiliki tingkat self-compassion lebih rendah dari wanita

sedangkan perempuan memiliki sikap empati yang tinggi, dan laki-laki

memiliki self-compassion lebih tinggi namun sikap empati pada laki-laki

tergolong rendah.

28
2.3 Kesimpulan

Compassion menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan dalam dunia

kesehatan terkhususnya pada perawat dan juga mahasiswa keperawatan.

Self-compassion adalah sikap yang menandakan bahwa seseorang bisa

menghargai, mencintai, serta memahami dirinya sendiri dan rela menerima

apapun yang ada dalam dirinya. Self-compassion terdiri atas enam

komponen besar yaitu self-kindness, self judgment, common humanity,

isolation, mindfulness, over identification, dari keenam komponen tersebut

dibagi lagi menjadi tiga komponen utama yaitu self-kindness, common

humanity dan mindfullnes. Ketiga komponen ini menjadi komponen positif

dari self-compasssion seseorang.

Self-compassion dari seorang perawat menentukan apa yang dia

lakukan dan mempengaruhi kepuasan pasien dalam masa perawatan.

Seperti yang dibahas dari beberapa kajian literatur diatas, bahwa self-

compassion seseorang dipengaruhi oleh budaya, usia, peran orang tua, dan

lain-lain. Sehingga individu perlu untuk mengenal terlebih dahulu self-

compasssion dari dalam dirinya sendiri dengan menghargai, menerima

dirinya sendiri dan kemudian bisa diaplikasikan atau diterapkan kepada

orang lain.

29
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai kerangka konseptual, definisi

konseptual, definisi operasional, desain penelitian, etika keperawatan, variabel,

populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian, pengumpulan data,

pengelolaan data serta analisa data.

3.1 Kerangka Konseptual, Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

3.1.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarakn

hubungan antara satu atau lebih variabel (Lapau, 2012).

Komponen self-compassion :
Mahasiswa
- Self kindness
Fakultas
- Self judgmnet Gambaran self-
Keperawatan
- Common humanity compassion
UPH etnis
- Isolation
Jawa Timur
- Mindfulness
- Over identified

Tinggi Rendah

Keterangan :

= Diteliti

= Tanda berhubungan

= Hasil

Bagan 3.1 kerangka konseptual tentang gambaran self-compassion mahasiswa Fakultas


Keperawatan UPH etnis Jawa Timur. Referensi dari (Neff, 2003b).

30
3.1.2 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

1) Definisi konseptual menggambarkan sesuatu berdasarkan

kriteria konseptual atau hipotetik dan bukan pada ciri-ciri yang

dapat diamati.

2) Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik

yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam,

2008).

Tabel 3.1 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Definisi Definisi Alat ukur Hasil Ukur Skala


Konseptual Operasional
Self- Neff, (2003) -Self kindness: Kuesioner 1) Self-compassion Ordinal
compassi mendefinisikan seberapa sering Self- dikatakan tinggi jika:
on Self-Compassion mahasiswa Compassion mean per komponen >
adalah memiliki Fakultas Scale mean total (mean
pemahaman dan Keperawatan (Neff, 2003a). total:3,60), sedangkan
kebaikan serta UPH etnis Jawa Hasil mean per
belas kasih atau Timur berusaha komponen yang
kasih sayang memberikan diperoleh yaitu:
untuk diri sendiri perhatian pada diri
ketika mengalami sendiri saat - Self kindness
kegagalan ataupun mengalami (3,71)
saat melakukan kegagalan atau - Self
kesalahan dengan berbaik hati pada judgment
tidak mengkritik diri sendiri ketika (3,40)
kelemahan yang mengalami - Common
ada dalam diri dan masalah. humanity
kebaikan ini tidak (3,80)
berbeda dengan -Self judgment: - Isolation
belas kasih kepada seberapa sering (3,48)
orang lain. mahasiswa - Mindfulness
Fakultas (3,78)
Keperawatan - Over
UPH etnis Jawa identified
Timur (3,49)
meyalahkan atau
mengkritik diri 2)Self-compassion
sendiri ketika dikatakan rendah
mengalami apabila mean per
masalah. komponen < kurang
dari mean total.
-Common
humanity:
seberapa sering
mahasiswa

31
Fakultas
Keperawatan
UPH etnis Jawa
Timur berusaha
melihat,
memahami dan
merespon bahwa
kegagalan
merupakan bagian
dari kondisi
manusia.
-Isolation:
seberapa sering
mahasiswa
Fakultas
Keperawatan
UPH etnis Jawa
Timur
menganggap
dirinya tidak
berdaya atau tidak
mampu dan
merasa sendiri
ketika
menghadapi suatu
masalah.
-Mindfulness:
seberapa sering
mahasiswa
Fakultas
Keperawatan
UPH etnis Jawa
Timur
memandang
keadaan secara
objektif ketika
mengalami suatu
peristiwa yang
menyakitkan
dalam diri mereka.
-Over-identified:
seberapa sering
mahasiswa
Fakultas
Keperawatan UPH
etnis Jawa Timur
bereaksi secara
berlebihan ketika
ada masalah yang
dialami oleh
dirinya.

32
3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian ini dimaksudkan untuk

mendeskripsikan secara sistematis dan akurat suatu situasi dan area populasi

tertentu yang bersifat faktual (Danim, 2003). Proses pengumpulan data

dalam penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional yang

merupakan desain penelitian dengan pengumpulan data yang dilakukan

sekali dalam satu waktu yang dilakukan secara murni untuk mengadakan

deskripsi tanpa dilakukan analisis yang mendalam (Polit & Beck, 2006).

3.3 Etika Penelitian

Prinsip etika yang digunakan dalam penelitian ini antara lain justice,

otonomi, informed consent, anonymity, confidentiality. Justice yaitu

keadilan bagi setiap responden dalam hal ini setiap responden akan

menerima reward yang sama setelah mengisi kuesioner yang diberikan oleh

peneliti yaitu mendapat satu pena dan juga snack. Otonomi yaitu setiap

calon responden memiliki hak untuk memilih mengikuti penelitian ini atau

tidak, informed consent yaitu pernyataan persetujuan menjadi responden

dari mahasiswa Fakultas Keperawatan UPH dari Jawa Timur. Persetujuan

(informed consent) dinyatakan oleh responden melalui format yang

ditandatangani oleh responden. Confidentiality yaitu menjaga kerahasiaan

data yang disampaikan oleh responden melalui kuesioner yang akan

disebarkan dengan tidak mencantumkan nama (anonymity) dalam lembar

kuesioner untuk menjaga data tetap objektif.

33
Untuk menjaga kerahasiaan data yang diperoleh dari responden,

maka peneliti melakukan penyimpanan kuesioner yang telah diisi oleh

responden kedalam sebuah map dan kemudian disimpan di dalam lemari

yang selalu dalam keadaan terkunci, selanjutnya peneliti menyimpan file

berupa data yang telah diolah kedalam laptop dan menggunakan password

untuk mengunci file tersebut sehingga tidak ada yang bisa mengakses data

tersebut selain peneliti sendiri. Sardy (2013) mengatakan bahwa data yang

disimpan oleh peneliti sedikit-dikitnya disimpan selama 5 tahun setelah

tahun publikasi. Setelah 5 tahun, maka peneliti akan menghapus file berupa

data yang masih tersimpan di laptop dan membakar kuesioner yang

diperoleh dari responden.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas

Keperawatan UPH Entry to Practice (ETP) 2013, 2014, 2015 yang

berasal dari Jawa Timur dengan jumlah sebanyak 40 orang.

3.4.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan purposive sampling, dengan mahasiswa Fakultas

Keperawatan UPH dari Jawa Timur sebagai calon responden.

Teknik purposive sampling merupakan cara memilih sampel di

antara populasi yang dikehendaki oleh peneliti sesuai dengan tujuan

atau masalah dalam penelitian sehingga sampel dapat mewakili

34
karakteristik populasi yang telah dikenal (Nursalam, 2016). Pada

penelitian ini, peneliti menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi

untuk menetapkan sampel yang akan digunakan. Adapun kriteria

yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

1) Kriteria inklusi :

a) Mahasiswa Fakultas Keperawatan UPH suku Jawa

yang dari kecil sampai besar berdomisili di Jawa

Timur,

b) Mahasiswa Fakultas Keperawatan UPH yang salah

satu orang tuanya atau kedua orang tuanya adalah

suku Jawa dan asli dari Jawa Timur,

c) Mahasiswa Fakultas Keperawatan UPH suku Jawa

yang bisa diajak bekerja sama dan bersedia menjadi

responden dalam penelitian ini.

2) Kriteria eksklusi:

a) Mahasiswa yang tidak bersedia menjadi responden

dalam penelitian dan mahasiswa yang tidak hadir

saat pengambilan data berlangsung.

3.5 Waktu danTempat penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini yaitu pada bulan Juni sampai Juli

2016 dan pengumpulan data dilakukan di lingkungan kampus Fakultas

Keperawatan UPH yaitu di tiap ruangan kelas, setelah selesai pembelajaran

dan juga di asrama.

35
3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini

adalah dengan menggunakan kuesioner. Peneliti menggunakan self-

compassion scale (SCS) yang dibuat oleh Neff (2003a) dan terdiri dari 26

item pernyataan dengan menggunakan skala likert yaitu hampir selalu,

cukup sering, kadang-kadang, sesekali, dan hampir tidak pernah. SCS

merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur self-compassion

seseorang dan sering digunakan dalam penelitian di ilmu psikologi. SCS

tersusun dalam enam dimensi yakni self kindness, self judgment, common

humanity, isolation, mindfulness dan over-identified. Pernyataan dalam

kuesioner ini bersifat tertutup atau closed ended questions.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner


Komponen No. Soal Total Keterangan

Self-Kindness 5, 12, 19, 23, 26 5 Positif

Self-Judgment 1, 11, 16, 8, 21 5 Negatif

Common Humanity 3, 7, 10, 15 4 Positif

Issolation 4, 13, 18, 25 4 Negatif


Mindfulness 9, 14, 17, 22 4 Positif

Over-identified 2, 6, 24, 20 4 Negatif

Jumlah 26
Tabel 3.3 Cara Penilaian

Alternatif Item Positif Item Negatif

Hampir selalu 5 1

Cukup sering 4 2

Kadang-kadang 3 3

Sesekali 2 4
Hampir tidak pernah 1 5

36
Cara yang digunakan untuk mengetahui tingkat self-compassion yang

dimiliki mahasiswa Fakultas Keperawatan UPH khususnya yang berasal dari

Jawa Timur adalah:

1) Menentukan mean dari setiap hasil kuesioner yang didapatkan dari

responden dan mean total dari skor tiap komponen.

2) Berdasarkan hasil perbandingan yang diperoleh, jika mean setiap komponen

lebih rendah dari mean total setiap komponen, berarti komponen self-

compassion yang dimiliki responden rendah, tetapi jika nilai mean setiap

komponen lebih besar atau sama dengan mean total setiap komponen maka

komponen self-compassion yang dimiliki responden tinggi.

3.7 Validitas dan Reliabilitas

Self-compassion scale (SCS) telah divalidasi oleh Kristin Neff

meliputi enam sub skala. Kuesioner ini sudah banyak digunakan secara

internasional dan telah diterjemahkan dari bahasa Inggris ke berbagai

bahasa seperti Cina, Brasil, Finland, Jerman, Hungary, Jepang, Korea,

Katvia, Belanda, Spanyol, Taiwan, dan UK (Neff, 2016). Nilai cronbach’s

alpha lewat uji reabilitas dan validitas berkisar antara 0,90 dan 0,94 oleh

Neff, et al. (2007), sedangkan Raes, et al. (2011) menemukan nilai

cronbach’s alpha lewat uji reabilitas dan validitas yaitu 0,86 dan

r=0,97,sementara di Indonesia, Halim (2015) memperoleh nilai cronbach’s

dengan reabilitas 0,896 dan uji validitas 0,741. Neff (2003a) melaporkan

nilai cronbach alpha total untuk SCS 0,9 dan cronbach alpha untuk sub

37
skala yakni self kindness (0.78), self judgment (0.77), common humanity

(0.80), isolation (0.79), mindfulness(0.75) dan over-identified (0.81).

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah dilakukan face

validity dan juga content validity oleh empat dosen senior dengan

menerjemahkan kuesioner dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia,

dilanjutkan dengan uji validitas dan reliabilitas pada akhir bulan Juli 2016

di Fakultas Keperawatan UPH dengan karakteristik yang sama. Peneliti

telah melakukan uji validitas dan reliabilitas sebanyak dua kali dengan

responden sebanyak 32 orang, yaitu pada tanggal 19 Juli 2016 dan tanggal

27 Juli 2016.

1) Hasil uji validitas dan reliabilitas tanggal 19 Juli 2016

Melalui hasil uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan

tanggal 19 Juli 2016, nilai crobanch’s alpha yang diperoleh

adalah 0,842 dan nilai reabilitas yang diperoleh adalah 0,831.

Sedangkan pada uji validitas, ditemukan ada 9 pertanyaan yang

tidak valid, dengan hasil sebagai berikut:

Tabel.3.4 Hasil uji validitas pertama (19 Juli 2016)


Komponen No. Soal Item Valid Item Tidak Valid
Self kindness 5,12,19,23, 26 5, 12, 23 19, 26

Self judgment 1, 8, 11, 16, 21 1, 16, 21 8, 11

Common 3, 7, 10, 15 3, 7, 15 10
humanity
Isolation 4, 13, 18, 25 4, 13, 25 18

Mindfulness 9, 14, 17, 22 14, 17 9, 22

Over identified 2, 6, 20, 24 2, 6, 24 20

Total 26 17 9

38
2) Hasil uji validitas dan reliabilitas tanggal 27 Juli 2016

Pada uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan kedua

tanggal 27 Juli 2016, menunjukan bahwa nilai cronbach’s alpha

yang diperoleh adalah 0,881 dan nilai reabilitas yang diperoleh

adalah 0,884. Hasil uji validitas yang dilakukan menunjukan

bahwa masih ada dua pertanyaan yang tidak valid, dengan hasil

sebagai berikut:

Tabel.3.5 Hasil uji validitas kedua (27 Juli 2016)


Komponen No. Soal Item Valid Item Tidak Valid

Self kindness 5,12,19,23, 26 5, 19, 23, 26 12

Self judgment 1, 8, 11, 16, 21 - -

Common humanity 3, 7, 10, 15 - -

Isolation 4, 13, 18, 25 4, 18, 25 13

Mindfulness 9, 14, 17, 22 - -

Over identified 2, 6, 20, 24 - -

Total 26 24 2

Hasil uji validitas yang kedua menunjukan bahwa masih ada dua

nomor soal yang tidak valid yaitu nomor 12 dan 13. Kedua soal tersebut

dimodifikasi lagi dan tetap digunakan dalam penelitian ini. Melalui uji

validitas dan reliabilitas yang dilakukan, hasil tersebut menunjukkan bahwa

SCS yang digunakan memiliki reabilitas yang tinggi, sehingga bisa dipakai

dalam melakukan penelitian ini.

39
3.8 Prosedur Pengambilan Data

Meminta ijin ke Fakultas Keperawatan UPH untuk pengambilan data awal


(No. Surat: 231/FON-UPH/Int/VI/2016)

Mengajukan proposal ke Komite Etik MRIN


(Protocol number: 04.1606084)

Mengajukan surat persetujuan pengambilan data ke Fakultas Keperawatan UPH


(No. Surat: 288/ FON-UPH/Int/VII/2016)

Ijin personal mahasiswa Fakultas Keperawatan UPH dari


Jawa Timur ETP 2013, 2014, dan 2015

Memberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat


penelitian

Responden menolak Responden menerima

Tidak berkelanjutan Memberikan Informed


Consent

Memberikan kuesioner
untuk diisi

Bagan 3.2 Prosedur Pengumpulan Data

3.9 Pengelolaan Data & Analisa Data

3.9.1 Pengelolaan Data

Setelah melakukan pengumpulan data, peneliti selanjutnya

melakukan tahapan pengelolaan data. Tahapan pengelolaan data menurut

Lapau (2012), antara lain sebagai berikut:

40
1) Editing, pada tahap ini peneliti melakukan penilaian kelengkapan data

dari responden untuk mengecek data yang dikumpulkan sudah terisi

lengkap atau belum, jika responden belum mengisi kuesioner dengan

lengkap maka peneliti akan mengingatkan kembali agar data yang diisi

harus dilengkapi.

2) Coding, semua data yang telah dikumpul diberi kode pada lembar

kuesioner dari masing-masing responden sehingga memudahkan

peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Peneliti

mencantumkan coding pada bagian atas kuesioner yang telah diisi oleh

responden dengan kode R 1- R 37 (R adalah jumlah responden),

sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan pengolahan data.

3) Entry data, peneliti memasukan data kedalam komputer atau laptop

untuk diproses sebagai analisa data dengan menggunakan microsoft

excel.

4) Tabullating, peneliti memasukan setiap data dari hasil penelitian ke

tabel-tabel sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Hasil penelitian yang

diperoleh dari pengolahan data disajikan dalam bentuk diagram yang

menunjukan tinggi dan rendahnya self-compassion dari setiap

komponennya dan juga tabel yang mencantumkan distribusi frekuensi

demografi dari responden.

5) Cleaning data, peneliti menyeleksi seluruh data agar tidak terjadi

kesalahan dalam melakukan analisa data.

41
3.9.2 Analisa data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisa univariat untuk melihat frekuensi variabel gambaran self-

compassion pada mahasiswa Fakultas Keperawatan UPH dari Jawa

Timur. Pada analisa data peneliti melakukan analisis univariat, yaitu

cara analisis untuk variabel tunggal dengan tujuan menganalisis

ukuran kasus sampel dari variabel tunggal (Lapau, 2012).

3.10 Keterbatasan penelitian

Keterbatasan dari penelitian ini adalah kurangnya literatur

yang membahas tentang self-compassion dalam keperawatan dan

juga literatur yang membahas tentang suku dan budaya di Indonesia.

Keterbatasan lain yaitu dari populasi dan sampel dalam penelitian

ini yang relatif sedikit karena peneliti hanya meneliti di lingkungan

kampus Fakultas Keperawatan UPH.

42
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Berikut adalah hasil penelitian yang telah dilakukan pada mahasiswa

Fakultas Keperawatan UPH yang berasal dari Jawa Timur. Pengambilan

data dilakukan pada tanggal 24-29 Juli 2016 terhadap 40 responden.

Namun, ada tiga responden yang tidak bisa digunakan karena tidak

memenuhi beberapa kriteria inklusi, sehingga jumlah responden yang

dipakai dalam penelitian ini sebanyak 37 orang. Hasil univariat dalam

penelitian ini meliputi distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin,usia,

dan angkatan pada responden yang diteliti, sedangkan hasil penelitian

komponen self compassion disajikan dalam bentuk diagram beserta

penjelasannya.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Demografi Mahasiswa Fakultas Keperawatan dan Ilmu

Kesehatan UPH yang berasal dari Jawa Timur tahun 2016. (n=37).
Demografi Frekuensi Presentase (%)
Jenis Laki-Laki 10 27,0
Kelamin Perempuan 27 73,0
Total 37 100
Usia 18 tahun 2 5,4
19 tahun 15 40,5
20 tahun 7 18,9
21 tahun 12 32,4
22 tahun 1 2,7
Total 37 100
Angkatan 2013 8 21,6
2014 15 40,5
2015 14 37,8

Total 37 100

43
Pada tabel 4.1 ditemukan bahwa responden mahasiswa

Fakultas Keperawatan UPH yang berasal dari Jawa Timur terbanyak

berjenis kelamin perempuan (73,0%), sedangkan responden dengan

berjenis kelamin laki-laki sebanyak (27%). Rentang usia responden

bervariasi yaitu berkisar antara 18 tahun-22 tahun. Responden yang

paling banyak berusia 19 tahun (40,5%), responden yang berusia 21

tahun sebanyak (32,4%), responden yang berusia 20 tahun sebanyak

(18,9%), responden yang berusia 18 tahun sebanyak (5,4%) dan

yang berusia 22 tahun sebanyak (2,7%). Berdasarkan angkatan

diperoleh hasil frekuensi terbanyak pada angkatan 2014 sebanyak

(40,5%), angkatan 2015 sebanyak (37,8%) dan angkatan 2013

sebanyak (21,6%).

Penelitian yang telah dilakukan pada mahasiswa Fakultas

Keperawatan UPH yang berasal dari Jawa Timur bertujuan untuk

melihat gambaran self compassion dari enam komponen yaitu self

kindness, self judgment, common humanity, isolation, mindfulness

dan over indentified. Hasil yang diperoleh akan disajikan melalui

diagram berikut:

44
Hasil Penghitungan Skor Self Compassion Tiap Komponen (n=37)
100

90

80

70
persentase (%)

60

50

40

30 62,9
54,1 54,1
45,9 48,6 51,4 51,4 48,6
45,9 48,6 51,4
20 40,5

10

0
Common Over
Self-kindness Self-judgment Isolation Mindfulness
humanity identified
Rendah (%) 54,1 48,6 51,4 45,9 62,9 48,6
Tinggi (%) 45,9 51,4 48,6 54,1 40,5 51,4

Diagram 4.1 Hasil penghitungan skor self-compassion tiap komponen pada mahasiswa

Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan UPH yang berasal dari Jawa Timur, tahun 2016

(n=37).

Pada diagram 4.1 dapat dilihat bahwa hasil penghitungan skor dari setiap

komponen tampak bervariasi. Hasil penghitungan dalam diagram tersebut

berdasarkan nilai tertinggi dan terendah dari setiap komponen. Pada komponen self

kindness hasil tertinggi diperoleh dari 17 orang (45,9%) dan hasil terendah

diperoleh dari 20 orang responden (54,1%) dengan mean total sebesar 3,60

sedangkan pada komponen self judgment hasil tertinggi diperoleh dari 19 responden

(51,4%) dan terendah diperoleh dari 18 responden (48,6%). Pada komponen

common humanity diperoleh hasil bahwa responden yang memiliki common

humanity tertinggi sebanyak 18 orang (48,6%) dan terendah sebanyak 19 orang

45
(51,4%), sedangkan pada komponen isolation hasil tertinggi diperoleh oleh 20

responden (54,1%) dan hasil terendah diperoleh dari 17 orang (45,9%). Selanjutnya

pada komponen mindfulness hasil tertinggi diperoleh dari 15 responden (40,5%)

dan hasil terendah diperoleh dari 22 responden (62,9%), sedangkan pada komponen

over identified hasil tertinggi diperoleh dari 19 responden (51,4%) dan hasil

terendah diperoleh dari 18 responden (48,6%).

Total penghitungan keseluruhan komponen self-compassion


(n=37)

Tinggi
Rendah
45,9% Tinggi
54,1%
Rendah

Diagram 4.2 Total penghitungan seluruh komponen self compassion pada mahasiswa

Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan UPH yang berasal dari Jawa Timur, tahun 2016.

Pada diagram 4.2, dapat dilihat tingkat self compassion mahasiswa Fakultas

Keperawatan UPH yang berasal dari Jawa Timur secara keseluruhan dari setiap

komponen yaitu self kindness, self judgment, common humanity, isolation,

mindfulness, over identified. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa mahasiswa

yang memiliki self compassion tertinggi sebanyak 17 responden (45,9%) dan

mahasiswa yang memiliki self compassion terendah sebanyak 20 responden

(54,1%).

46
4.2 Pembahasan

Melalui diagram diatas, bisa dilihat bahwa secara kesuluruhan

mahasiswa Fakultas Keperawatan UPH yang berasal dari Jawa Timur

memiliki gambaran self compassion yang cukup rendah. Allen (2010)

memaparkan bahwa orang yang memiliki self-compassion yang tinggi akan

memperlakukan diri mereka sendiri dengan kebaikan dan perhatian yang

tulus ketika mereka mengalami suatu masalah yang bersifat negatif. Orang

yang memiliki self-compassion, sangat kecil kemungkinannya untuk

mengalami kecemasan yang menimbulkan stressor ataupun menghindari

tantangan tugas karena takut gagal. Middelton (2012) menambahkan bahwa

compassion merupakan inti dari praktik keperawatan dan merupakan suatu

loncatan untuk menentukan kualitas perawat dalam perannya di rumah

sakit, dan hal ini akan dicapai jika seorang perawat terlebih dahulu memiliki

self-compassion.

Mills (2016) mengatakan bahwa sebagai tenaga medis memiliki

potensi yang besar untuk meningkatkan perawatan penuh kasih untuk

pasien. Maka dari itu perlu diketahui bahwa self compassion melibatkan

belas kasih yang sama untuk diri sendiri seperti yang akan diberikan kepada

orang lain, sehingga kasih sayang kepada orang lain harus didasarkan pada

pemahaman tentang self compassion itu sendiri. Jika dilihat dari setiap

komponen self compassion, hasil yang ditemukan sangat bervariasi pada

setiap komponennya. Self compassion memiliki enam komponen antara lain

47
self kindness, self judgment, common humanity, isolation, mindfulness, over

identified.

Neff (2016) mendefinisikan self compassion sebagai suatu keadaan

pikiran yang melibatkan peningkatan kebaikan dalam diri (self kindness)

dan mengurangi penilaian terhadap diri sendiri secara berlebihan (self

judgment), meningkatkan kemanusiaan dalam diri seseorang dengan

memandang sebuah kegagalan dialami oleh semua orang (common

humanity) dan mengurangi isolasi diri, meningkatkan kesadaran dalam diri

(mindfulness) dan mengurangi identifikasi diri yang berlebihan dalam diri,

dalam hal ini tidak merespon sebuah masalah secara berlebihan (over

identified). Berikut akan dijelaskan hasil penelitian dari setiap komponen:

1) Self kindness

Hasil penghitungan skor komponen self kindness yang diperoleh

dari 37 responden dinyatakan tinggi sebanyak 45,9% dan dikatakan

rendah sebanyak 54,1%. Hal ini menunjukan bahwa responden memiliki

komponen self kindness yang terbilang rendah. Seperti yang telah

dipaparkan oleh Neff (2011) bahwa self kindness merupakan keadaan

dimana ketika individu tidak merasa tidak mampu, individu akan

menerima dan mengakui kekurangan yang dimiliki dan berani

melakukan sesuatu untuk membantu dirinya. Jika hal tersebut tidak bisa

dilakukan oleh individu, maka individu akan cenderung mengkritik dan

tidak menerima dirinya apa adanya. Maka dari itu, dapat disimpulkan

bahwa self kindness memiliki peran yang penting dalam keperawatan.

48
2) Self judgment

Hasil penghitungan skor komponen self judgment pada 37

responden dinyatakan rendah sebesar 48,6%. Komponen self judgment

bertolak belakang dengan komponen self kindness. Self judgment

menunjukan bahwa individu sering mengkritik diri sendiri ketika

mengalami kesulitan (Neff, 2003). Hasil yang diperoleh dari komponen

ini menunjukan bahwa semakin rendah self judgment seseorang

menandakan bahwa seseorang memiliki self kindness yang baik,

sehingga seseorang akan dapat menerima setiap masalah yang terjadi,

menerima kekurangan dalam diri, dan ketidakmampuan yang dimiliki

seseorang. Melalu hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa responden

yang diteliti memiliki self judgment yang rendah sehingga individu

tidak suka mengritik diri sendiri ketika mengalami kesulitan, dan lebih

menerima diri sendiri.

3) Common humanity

Hasil penghitungan skor pada komponen common humanity

dinyatakan rendah sebesar 51,4% dan tinggi sebesar 48,6%. Common

humanity merupakan kesadaran individu bahwa kegagalan, masalah,

dan kesulitan merupakan bagian dari kehidupan manusia. Melalui hasil

penghitungan skor dari komponen common humanity, maka dapat

dikatakan jika responden kurang memiliki kesadaran dalam diri bahwa

kegagalan yang dialami seseorang merupakan hal yang manusiawi yang

bisa dialami oleh orang lain juga. Seseorang yang memiliki common

49
humanity yang rendah akan cenderung berfokus pada kekurangan yang

mereka miliki (Neff, 2003). Selanjutnya, Hidayati (2015)

menambahkan bahwa common humanity yang rendah pada seseorang

cederung meningkatkan isolation.

4) Isolation

Komponen isolation bertolak belakang dengan komponen common

humanity. Pada penghitungan skor komponen isolation yang diperoleh

dari responden dinyatakan tinggi sebesar 54,1% dan rendah sebesar

45,9%. Isolation berarti terlalu fokus dengan kelemahan yang dimiliki

sehingga cenderung merasa bahwa dirinya paling menderita dan tidak

bisa berbuat apa-apa (Neff, 2011). Hal ini menyebabkan seseorang akan

menarik diri dari lingkungan sekitarnya. Halim, (2015) menambahkan

bahwa seseorang yang memiliki isolation yang tinggi akan beranggapan

bahwa mereka merupakan orang yang paling menderita di dunia,

sehingga individu cenderung menarik diri dari lingkungan terdekatnya

dan berusaha untuk bertanggung jawab sendiri atas kesulitan yang

dihadapi tanpa meminta bantuan dari orang lain. Hasil yang diperoleh

dari komponen isolation dikatakan rendah, dalam hal ini ketika individu

memiliki komponen isolation yang rendah, maka individu memiliki

komponen common humanity yang baik. Maka dari itu, dapat

disimpulkan bahwa responden yang diteliti tidak begitu menarik diri

dengan lingkungan mereka, dan mereka cenderung memahami bahwa

mereka bisa melakukan hal yang lebih baik lagi ketika mereka mau

50
berusaha, dengan kata lain tidak terlalu fokus dengan kelemahan yang

mereka miliki.

5) Mindfulness

Hasil yang diperoleh dari penghitungan pada komponen mindfulness

dari 37 responden dinyatakan tinggi sebesar 40,5% dan rendah sebesar

62,9%. Mindfulness melibatkan perhatian yang cukup tinggi, namun

bukan berarti tinggal dalam kegagalan pada masa lalu. Hal ini

melibatkan perhatian, kesadaran, untuk menerima pengalaman masa

lalu dengan sepenuh hati (Germer, 2014). Sharma&Jiwan (2015)

menambahkan bahwa ketika seseorang memiliki mindfulness yang

rendah maka seseorang akan kurang memiliki kepekaan terhadap

lingkungan dimana mereka berada, dan tidak bisa memberikan respon

yang baik pada orang lain disekitar mereka, serta tidak mampu

membedakan prioritas dan pilihan yang mereka hadapi. Maka dari itu,

dapat dikatakan bahwa responden kurang memiliki kesadaran untuk

melihat perasaan bahkan pikiran sendiri ketika mengalami suatu

masalah yang terjadi sebelumnya. Hal ini menunjukan bahwa seseorang

perlu meningkatkan kesadaran dalam diri agar bisa menerima kegagalan

ataupun masalah tulus.

6) Over identified

Penghitungan skor yang diperoleh pada komponen over identified

dinyatakan tinggi sebesar 51,4% dan rendah sebesar 48,6%. Tingginya

over-identified dalam diri seseorang, menunjukan bahwa seseorang

51
akan memiliki sikap mindfulness yang rendah dalam dirinya, karena

over-identified sangat bertolak belakang dengan mindfulness

(Bhartendra & Triza, 2015). Kesadaran akan sebuah pikiran atau

perasaan negatif akan mengurangi over identified dalam diri seseorang

(Neff, 2003). Melalui hasil yang diperoleh dari komponen over

identified, maka dapat disimpulkan bahwa responden memiliki over

identified yang baik sehingga individu tidak akan memiliki respon

secara berlebihan saat menghadapi sesuatu, dan individu tidak terlalu

terpaku dengan kesulitan yang dialami.

Hasil penelitian yang diperoleh dari mahasiswa Fakultas Keperawatan UPH

yang berasal dari Jawa Timur dengan jumlah responden sebanyak 37 orang

menunjukan bahwa individu memiliki self compassion yang rendah. Heffernan, et

al. (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perawat yang memiliki self

compassion yang tinggi akan mengontrol emosinya ketika memberikan asuhan

keperawatan kepada pasien, dalam hal ini emosi yang timbul dalam diri seorang

perawat akan berpengaruh pada kepuasan pasien saat menjalani perawatan. Tanpa

memiliki rasa sayang dalam diri, perawat tidak mampu mengontrol emosi dalam

menjalani perannya di rumah sakit. Hal ini menunjukan bahwa seorang calon

perawat memiliki peluang yang besar untuk bisa meningkatkan self compassion

sebelum mengaplikasikan belas kasih kepada orang lain.

52
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab

sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Fakultas

Keperawatan UPH yang berasal dari Jawa Timur memiliki gambaran self

compassion yang rendah. Hasil tersebut dapat dilihat dari skor komponen

positif yang telah dibahas sebelumnya, yaitu self kindness (45,9%), common

humanity (48,6%), mindfulness (40,5%). Hasil penelitian ini sejalan dengan

teori yang dinyatakan oleh Neff (2008) bahwa kepedulian kepada orang lain

tidak berkaitan dengan self compassion seseorang. Hal ini dilihat dari

budaya yang dimiliki oleh mahasiswa Fakultas Keperawatan etnis Jawa

Timur bahwa orang yang memiliki compassion yang tinggi kepada orang

lain belum tentu memiliki self compasssion itu sendiri.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka peneliti

memberikan saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak,

antara lain:

1) Mahasiswa Fakultas Keperawatan UPH

Mahasiswa Fakultas Keperawatan UPH diharapkan

dapat meningkatkan pengetahuan mengenai self-compassion

53
melalui acara atau seminar yang dilakukan ataupun dengan

membaca artikel terkait dengan self-compassion. Hal tersebut

akan sangat bermanfaat bagi setiap mahasiswa keperawatan

yang mempersiapkan dirinya menjadi perawat pada masa yang

akan datang, dengan mengenal diri mereka terlebih dahulu

sebelum mengaplikasikan belas kasih kepada orang lain.

2) Peneliti selanjutnya

Melalui hasil yang telah diperoleh dari penelitian ini, maka

paneliti ingin memberikan saran untuk peneliti selanjutnya

untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait tingkat self

compassion seseorang lebih khususnya kepada perawat yang

sudah bekerja di area rumah sakit untuk melihat faktor-faktor

lain yang mungkin bisa mempengaruhi self compassion

seseorang. Hal lain yang disarankan untuk peneliti selanjutnya

adalah penelitian mengenai intervensi yang diterapkan pada

seseorang untuk meningkatkan self compassion, misalnya

dengan melakukan meditasi.

54
DAFTAR PUSTAKA

Akin, A. (2010). Self-compassion and Loneliness. International Online of


Educational Sciences, 2010, 2 (3), 702-718. (online) Diakses dari
http://www.iojes.net/userfiles/article/iojes_253.pdf pada tanggal 10 April
2016.
Allen, A., & Leary, M.R. (2010). Self compassion, stress, and coping. Social and
Personality Psychology Compass, 4(2), 107-118.
Austin, W., Brintnell, E.S., Goble,E., Kagan,I., Kreitzer,K., Larsen,D.J., Leier, B.
(2013). Lying Down in The Ever-Faalling Snow; Canadian Health
Professional’s Experience of Compassion Fatigue. Canada: Wilfrid Laurier.
Ayuningtiyas, K.R., Mustayah., Nataliswati, T (2014). Tingkat Kepuasan Pada
Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit. Jurnal Pendidikan Kesehatan
Volume 4, No. 2.
Badan Pusat Statistik, (2015). Letak, Tinggi Dan Luas Daerah Menurut
Kabupaten/Kota. (Online). Diakses dari
http://www.indonesia.go.id/in/pemerintah-daerah/provinsi-jawa-
timur/profil-daerah. Pada 15 April 2016
Birket, M. (2014). Self-compassion and Emphaty Across Cultures: Comparison of
Young Adults in China and the United States. International Journal of
Research Studies in Pssychology.

Bluth, K., & Blanton, P.W. (2014). The Influence of Self-Compasssion on


Emitional Well-Being Among Earlyand Older Adolescent Males and
Females. The Journal of positive Psychology, (ahead-of-print).

Bradshaw, A. (2011). Compassion: what history teaches us. Nursing Times: May
17-May 30, 2011; 107, 19/20; Proquest Nursing & Allied Health Source pg.
12.
Cingel, M (2009). Compassion and Professional Care: Exploring The Domain.
Nursing Philosophy. Vol. 10 pages 124-136.
Danim, S. (2003). Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi. Jakarta: EGC

Desimawati, D (2013). Hubungan Layanan Keperawatan dengan Tingkat Kepuasan


Pasien Rawat Inap di Puskesmas Sumbersari Kabupaten Jember. (Online).
Diakses dari http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/3179 pada
tanggal 20 April 2016

Faculty of Nursing. (2015). Student Handbook. Pelita Harapan University:


Tangerang

55
Halim, A. R. (2015 ). Pengaruh Self-Compassion Terhadap Subjective Well-Being
pada Mahasiswa Asal Luar Jawa Tahun Pertama Universitas Negeri
Semarang.

Heffernan, M., Griffin, M.T., McNulty, S.R., Fitzpatrick, F.J (2010). Self-
Compassion and Emotional Intelligence in Nurses. International Journal Of
Nursing Practice 2010; 16: 366-373.

Hidayat, A.A. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika.

Kemdikbud, (2015). Sekilas Budaya Provinsi Jawa Timur: Suku Bangsa, Budaya,
&Agama.(Online).Diakses dari
http://petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id/index8.php?id=35# pada 2 Mei
2016.
Kencana, S.J (2014). Studi Deskriptif Mengenai Self-Compassion pada Perawat
Rumah Sakit “X” Kota Bandung.(Online). Diakses dari
http://repository.maranatha.edu/8983/1/0930223_Abstract_TOC.pdf Pada
tanggal 23 April 2016.
Keogh, K (2014). Compassion Benefit Patients, But Can Be Big Emotional Drain
On Staff. Nursing Standard Promoting Excellence In Nursing Care volume
8, issue 20.

Lapau, B. (2013). Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan Skripsi,


Tesis, Dan Disertasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Timur [LPMP]. (2015). Data Pokok
Kebudayaan Indonesia. (Online). Diakses dari
http://118.98.234.35/kebudayaanindonesia_client/ pada tanggal 1 Mei
2016.

Lown, B.A., Rosen, J.,Martila, J (2011). An Agenda for Improving Compassionate


Care: A Survey Shows About Half of Patients Say Such Are Missing.
(online). Diakses dari http://www.theschwartzcenter.org/media/CNA_-
_Compassionate_Healthcare_for-web.pdf. Pada tanggal 21 April 2016.
Luxman., Seli, S., Wartinigsih, A. (2012). Budaya Masyarakat Jawa dalam Novel
Gadis Kretek Karya Ratih Kumala. (Kajian Antropologi Sastra).
Lynn, J (2015). What Are The Benefits Of Comppasion In Nursing.(online).
Diakses dari http://www.ehow.com/info_8672940_benefits-compassion-
nursing.html. Diakses pada tanggal 28 April 2016.
Middleton, J (2012). Ethical and Compassionate Nursing. Nursing Times.

56
Mills, J., Wand, T., & Fraser, J. A (2014). On Self-Compassion and Self Care in
Nursing: Selfish or Essential for Compassionate Care?. International
journal of nursing student.
Missiliana (2014). Self-Compassion dan Compassion for Others pada Mahasiswa
Fakultas Psikologi UK Maranatha. (online). Diakses dari
http://repository.maranatha.edu/5597/1/Self%20Compassion%20dan%20C
ompassion%20for%20Others.pdf. Pada tanggal 21 April 2016.

Nasution, Z (2009). Persepsi Penderita Tb Paru Tentang Pelayanan Perawat di


Rumah Sakit Umum Herna Medan Tahun 2009. (online). Diakses dari
http://uda.ac.id/jurnal/files/Zulkarnain%20Nst2.pdf. Pada tanggal 3 Mei
2016.
Neff, K. D., Kirkpatrick, K. & Rude, S. S. (2007). Self-Compassion and Adaptive
Psychological Functioning. Journal of Research in Personality.

Neff, K. D., Pisitsungkagarn, K., & Hsieh, Y. (2008). Self-Compassion and Self-
Construal In The United States, Thailand, and Taiwan. Journal of Cross-
Cultural Psychology.

Neff, K.D & McGeehee, P. (2010). Self-Compassion and Psychological Resilience


Among Adolescents and Young Adults. Self and Identity, 9,225-240.

Neff, K.D. & Faso, D.J. (2014). Self-Compassion and Well-Being In Parents Of
Children With Autism. Mindfulness, 1-10.

Neff, K.D. (2003a). Develompent and Validation of a Scale To Measure Self-


Compassion. Self And Identity, 2, 223-250.

Neff, K.D. (2003b). Self-compassion: An Alternative Conceptualization Of a


Healthy Attitude Toward Oneself. Self and Identity, 2, 85-102.

Neff, K.D. (2011). Self Compassion: Stop Beating Yourself Up and Leave
Insecurity Behind. London: Hodder and stoughton.

Neff, K.D. (2016). The Self-Compassion Scale is a Valid and Theoretically


Coherent Measure of Self-Compassion. Midfulness, 7, 264-274.

Neff, K.D. (2016). Does Self-Compassion Entail Reduced Self-Judgment,


Isolation, And Over-Identification? A Response To Muris, Otgar, And
Petrocchi (2016). New York: Springer Science+Business Media.
Neff, K.D., Rude, S.S., Kirkpatrick, K.L. (2007). An exammination of self-
compassion in relation to possitive psychological functioning and
personality traits. Journal of Research in Personality 41 (2007) 908-916.

57
Neff., K.D. (2009). Self-compassion, in M.R. Leary & R.H. Hoyle (Eds), Handbook
Of Inddividual Differences In Social Behaviour (pp.561-573). New York:
Guliford Press.

Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2016). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Salemba


Medika.

O’collins, R., Farrugia, E (1996). Kamus Teologi. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.


Polit, F.D & Beck, C.T. (2006). Nursing Research: Principles and Method. (6th
ed). Philadelphia: lippincot Williams and Wilkins.

Portal Nasional RI, (2010). Provinsi Jawa Timur. (Online). Diakses dari
http://www.indonesia.go.id/in/pemerintah-daerah/provinsi-jawa-
timur/profil-daerah pada tanggal 1 Mei 2016.

Post, S (2011). Compassionate Care Enhancement: Benefits and Outcomes. The


International Journal of Person Centered Medicine.
Pram.(2013). Suku Bangsa Dunia & Kebudayaannya. Jakarta Timur: Cerdas
Interaktif (Penebar Swadaya Group).

Raab, K. (2014). Mindfulness, Self-Compassion, and Empathy Among Health Care


Progessionals: A Review Of The Literature. Journal of Helath Care
Chaplaincy, 20 (3), 95-108.
Raes, F., Pommier, E., Neff, K.D., & Van Gucht, D. (2011). Construction and
Factorial Validation of a Short Form of the Self-Compassion Scale. Clinical
Psychology & Psychoterapy. 18, 250-255.
Rudolfsson, G., Berggren, I. (2012). Nursing Student’s Perspectives on The Patient
and the Impact of the Nursing Culture: A Meta-Synthesis. Journal of
Nursing Management, 2012, 20, 771-781.
Sardy, S. (2013). Etika riset & plagiarism. Universitas Al Azhar Indonesia.
Sarwono, J. (2010). Pintar Menulis Karangan Ilmiah. Yogyakarta: Andi
Senyuva, E; Kaya, H; Isik, B; Bodur, G (2014). Relationship Between Self-
Compassion and Emotional Intelligence in Nursing Students. International
Journal Of Nursing Practice 20: 588-596.
Sharma, B., Jiwan, T. (2015). Self compassiom: basis of quality nursing care. Asian
journal of nursing education and research. Volume: 5, Issue 2.
Varcarolis, E (2013). Essentials of Pshychiatric Mental Health Nursing (second
edition). Cina: Saunders Elsevier.
Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Keperawatan. Jakarta: EGC.
Yayasan Lembaga Sabda (YSLA). (2003). Mengabarkan Injil di Seluruh Indonesia.
(Online). Diakses dari http://www.sabda.org/misi/index.php. Pada tanggal
12 Mei 2016.

58
LAMPIRAN D-1
LAMPIRAN E-1
IDENTITAS RESPONDEN

Nama Inisial :

Jenis Kelamin :

Usia :

Asal / Suku :

Angkatan :

(SELF COMPASSION SCALE)

BAGAIMANA BIASANYA SAYA BERTINDAK TERHADAP DIRI SAYA DI MASA-MASA


SULIT
Mohon membaca masing-masing pernyataan berikut dengan seksama sebelum memberikan jawaban.
Pada bagian kiri masing-masing pernyataan, berikan jawaban yang menggambarkan seberapa sering
Anda berperilaku demikian, dengan menggunakan skala berikut:
Beri tanda √ pada kolom yang tersedia.

No Pernyataan Hampir Sese- Kadang- Cukup Hampir


tdk kali selalu
kadang sering
pernah

1 Saya mencela dan menghakimi kekurangan dan


ketidakmampuan saya.
2 Saat saya merasa kecewa, saya cenderung tergoda
dan fokus pada hal-hal yang salah.
3 Saat saya mengalami hal-hal yang buruk, saya
menganggap bahwa kesulitan adalah bagian dari
hidup yang harus dilalui setiap orang.
4 Ketika saya memikirkan kekurangan saya, hal
tersebut cenderung membuat saya merasa
terasingkan dan tersingkirkan dari dunia ini.
5 Saya mencoba untuk mengasihi diri saya, saat saya
mengalami kepahitan.
No Pernyataan Hampir Sese- Kadang- Cukup Hampir
tdk kali selalu
kadang sering
pernah

6 Ketika saya gagal dalam hal yang saya anggap


penting, saya merasa dikuasai oleh rasa tidak
mampu.
7 Saat saya sedang sedih dan tertekan, saya
mengingatkan diri saya bahwa ada banyak orang di
dunia ini yang juga merasakan apa yang saya
rasakan.
8 Saat saya menghadapi kesulitan, saya berusaha
untuk tetap tegar.
9 Saat ada sesuatu hal yang membuat saya sedih atau
marah, saya berusaha untuk tetap
menyeimbangkan kondisi emosi saya.
10 Ketika saya merasa tidak mampu, saya berusaha
mengingatkan diri saya bahwa perasaan tersebut
juga dirasakan oleh kebanyakan orang.
11 Saya tidak toleran dan tidak sabar dengan beberapa
aspek kepribadian saya yang tidak saya sukai.
12 Saya memberikan kepedulian dan kelembutan atau
belas kasih terhadap diri saya, saat saya mengalami
kesulitan.
13 Saat saya kecewa,saya selalu merasa bahwa orang
lain lebih bahagia dari pada saya.
14 Ketika terjadi sesuatu yang menyakitkan, saya
berusaha untuk tetap melihat keadaan secara
seimbang (atau netral).
15 Saya mencoba melihat kegagalan saya sebagai hal
yang manusiawi.
16 Ketika melihat berbagai aspek tentang diri saya
yang tidak saya sukai, saya merasa kecewa dengan
diri saya sendiri.
No Pernyataan Hampir Sese- Kadang- Cukup Hampir
tdk kali selalu
kadang sering
pernah

17 Saat saya gagal dalam suatu hal yang penting, saya


berusaha mempertahan kan cara pandang atau
memiliki perspektif yang benar.
18 Saat saya harus benar-benar berjuang dengan
keras, saya cendrung merasa orang lain mengalami
keadaan yang lebih baik dari saya.
19 Saya memperlakukan diri saya dengan baik, saat
saya sedang mengalami penderitaan atau masalah.
20 Saat saya mengalami masalah (sedih atau marah),
saya terbawa perasaan.
21 Saya bersikap dingin terhadap diri saya, saat saya
mengalami masalah.
22 Saat saya merasa kecewa dan terpuruk, saya berusa
mengenali perasaan-perasaan saya dengn rasa
ingin tahu dan terbuka.
23 Saya dapat mentoleransi berbagai kelemahan dan
kekurangan saya.
24 Saat ada masalah yang terjadi dan menyakitkan,
saya cenderung membesar-besarkan masalah.
25 Saat saya gagal dalam hal yang penting bagi saya,
saya cenderung sedih dalam kegagalan saya.
26 Saya berusaha sabar untuk memahami kepribadian
saya yang tidak saya sukai.
LAMPIRAN F-1

HASIL VALIDITAS DAN REALIBITAS KUESIONER

Hasil Uji Validitas dan Realibitas pertama (19 Juli 2016)


Hasil Uji Validitas dan Realibitas yang kedua (27 Juli 2016)
LAMPIRAN G-1

Informasi Untuk Responden

Judul Penelitian : “Gambaran Self-compassion Mahasiswa Etnis Jawa Timur Fakultas


Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Pelita Harapan ”.

Nama peneliti : Anita Aplonia Ninef, Yakobus Siswadi, BSN, MSN dan Ns. Eva Chris
Veronica Gultom, S.Kep.

Saudara/saudari diundang untuk turut mengambil bagian dalam sebuah studi penelitian.
Sebelum saudara/i menentukan akan ikut serta dalam studi penelitian ini, penting bagi saudara/i
untuk mengerti mengapa penelitian ini diadakan dan yang akan terlibat. Mohon luangkan
waktu saudara/i untuk membaca informasi berikut dengan seksama dan silahkan berdiskusi,
dengan teman dan kerabat jika saudara/i menginginkannya. Tanyalah kami jika ada hal yang
tidak jelas atau jika saudara/i membutuhkan informasi lebih lanjut. Mohon ambil waktu untuk
menentukan apakah saudara/i ingin mengambil bagian atau tidak dalam penelitian ini. Jika
saudara/i memutuskan untuk mengambil bagian dalam penelitian ini, silahkan menyimpan
lembar informasi ini. Terima kasih untuk membaca informasi ini.
Latar Belakang:
Self-compassion adalah memiliki pemahaman, kebaikan dan kasih sayang untuk diri sendiri
ketika mengalami kegagalan ataupun saat melakukan kesalahan dengan tidak mengkritik
kelemahan yang ada dalam diri dan kebaikan ini tidak berbeda dengan belas kasih kepada orang
lain (Neff, 2011). Sebagai seorang calon perawat seseorang perlu untuk mengenal lebih jauh
tentang compassionate care, terutama pada mahasiswa Fakultas Keperawatan dan Ilmu
Kesehatan Universitas Pelita Harapan (UPH) karena salah satu visi dari fakultas ini yaitu bisa
mengaplikasikan compassionate care dalam praktek keperawatan. Self-compassion memiliki
enam komponen secara umum antara lain, self kindness, self judgent, common humanity,
isolation, mindfulness, over identified. Ada beberapa fakor yang mempengaruhi self-
compassion salah satunya adalah budaya. Neff, et all (2008), dalam penelitianya menemukan
perbedaan tingkat self-compassion antara Thailand, Taiwan dengan Amerika Serikat. Hal ini
dilihat dari kebiasaan hidup mereka atau budaya yang mereka terapkan dalam kehidupan
mereka sehari-hari. Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif
dengan pendekatan cross sectional.
Tujuan: Untuk mengetahui Gambaran self-compassion mahasiswa etnis Jawa Timur Fakultas
Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Pelita Harapan.

Durasi Penelitian: Juli-Agustus 2016.


Apa yang terlibat dalam penelitian ini?
Kusioner yang dipakai (self compassion scale) akan di distribusikan pada mahasiswa dari Jawa
Timur angkatan 2013, 2014, dan 2015.
Jumlah subyek yang diikutsertakan : 37 subyek
Tata cara / prosedur penelitian : Peneliti akan melakukan beberapa tahap dalam
pengumpulan data, yakni peneliti menjumpai responden untuk memperkenalkan diri,
menjelaskan tentang tujuan, manfaat secara singkat dan prosedur pengisian kuesioner ,
responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan peneliti dan diberikan kesempatan
untuk bertanya bila ada yang tidak dimengerti, kemudian kuesioner diberikan kepada
responden untuk diisi. Setelah kuesioner diisi kemudian diambil kembali oleh peneliti secara
langsung dan peneliti akan memeriksa kelengkapan pengisian, dan apabila ada data yang
kurang bisa langsung dilengkapi. Setelah itu, data yang telah diambil kemudian akan dianalisa.
Responden juga akan diberikan souvenir berupa satu pena dan snack setelah mengisi kuesioner.
Mengapa anda dipilih sebagai responden?
Saudara dipilih sebagai responden karena saudara merupakan mahasiswa Fakultas
Keperawatan dan Ilmu Kesehatan UPH angkatan 2013, 2014 dan 2015 yang berasal dari Jawa
Timur.
Apakah anda harus mengambil bagian dalam penelitian ini?
Saudara berhak untuk memutuskan ikut serta atau tidak dalam penelitian ini. Jika saudara
memutuskan untuk ikut serta dalam penelitian ini, saudara akan diberikan lembar informasi
ini untuk disimpan dan akan diminta menandatangani lembar persetujuan. Jika saudara telah
memutuskan untuk ikut mengambil bagian dalam penelitian ini, anda tetap bebas untuk
mengundurkan diri menjadi responden kapan pun tanpa harus memberikan alasan.
Apa yang harus saya lakukan?
Saudara harus mengisi kuesioner (self-compassion scale) yang diberikan.
Apakah keterlibatan saya dalam penelitian ini dirahasiakan?
Seluruh informasi yang dikumpulkan mengenai saudara selama penelitian akan disimpan
pada database yang dilengkapi password dan sangat dirahasiakan.
Apa yang akan terjadi dengan hasil penelitian?
Hasil penelitian akan mengidentifikasi gambaran self-compassion berdasarkan enam
komponen yaitu self kindness, self judgment, common humanity, isolation, mindfulness, over-
identification dari mahasiswa etnis Jawa Timur Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan
UPH. Publikasi penelitian ini tidak akan mencantumkan nama, alamat maupun identitas
personal manapun. serta meningkatkan pemahaman saudara self-compassion
Siapa yang telah meninjau penelitian?

Penelitian ini telah ditinjau oleh komite etik MRIN (Mochtar Riady Institute for
Nanotechnology).

Alamat Kontak untuk Informasi Lebih Lanjut

Anita Aplonia Ninef, Yakobus Siswadi BSN, MSN., Ns. Eva Chris Veronica Gultom, S.Kep

Fakultas Ilmu Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Pelita Harapan Jl.Boulevard
Sudirman,Karawaci-Tangerang Indonesia 15811

Email: anita.ninef@gmail.com Mobile: 085239959579


Terima Kasih untuk membaca informasi ini.
LAMPIRAN H-1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Informed Consent)

Judul Penelitian: Gambaran Self-Compassion Mahasiswa Etnis Jawa Timur Fakultas


Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Pelita Harapan

Mahasiswa :

Anita Aplonia Ninef

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa saya bersedia menjadi
responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh Anita Aplonia Ninef dengan judul
penelitian “Gambaran Self-Compassion Mahasiswa Etnis Jawa Timur Fakultas Keperawatan
dan Ilmu Kesehatan Universitas Pelita Harapan”.

Setelah saya membaca informasi yang tertera pada halaman sebelumnya dan mendapat
penjelasan dari peneliti maka saya memahami tujuan dan manfaat dari penelitian ini. saya
menyadari bahwa penelitian yang akan dilakukan tidak akan menimbulkan dampak negatif
bagi saya, dan keikutsertaan saya ini bersifat sukarela tanpa paksaan dari pihak manapun
sehingga saya bisa menolak atau mengundurkan diri (mengembalikan persetujuan dan tidak
menandatangani) sebagai responden dari penelitian ini. saya juga berhak mengajukan
pertanyaan kepada peneliti apabila ada hal-hal yang ingin saya ketahui mengenai penelitian ini.
Saya percaya bahwa keamanan dan kerahasiaan data penelitian ini akan terjamin dan saya
percaya penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan pengetahuan saya.
Berdasarkan pertimbangan di atas, dengan ini saya memutuskan tanpa paksaan dari pihak
manapun juga bahwa saya bersedia berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini.

Setuju Tidak setuju

Demikian pernyataan persetujuan yang telah saya tanda tangani untuk digunakan seperlunya.

Tangerang,.../..../2016

Responden Peneliti

(Inisial) Anita Aplonia Ninef


LAMPIRAN E-1
IDENTITAS RESPONDEN

Nama Inisial :

Jenis Kelamin :

Usia :

Asal / Suku :

Angkatan :

(SELF COMPASSION SCALE)

BAGAIMANA BIASANYA SAYA BERTINDAK TERHADAP DIRI SAYA DI MASA-MASA


SULIT
Mohon membaca masing-masing pernyataan berikut dengan seksama sebelum memberikan jawaban.
Pada bagian kiri masing-masing pernyataan, berikan jawaban yang menggambarkan seberapa sering
Anda berperilaku demikian, dengan menggunakan skala berikut:
Beri tanda √ pada kolom yang tersedia.

No Pernyataan Hampir Sese- Kadang- Cukup Hampir


tdk kali selalu
kadang sering
pernah

1 Saya mencela dan menghakimi kekurangan dan


ketidakmampuan saya.
2 Saat saya merasa kecewa, saya cenderung tergoda
dan fokus pada hal-hal yang salah.
3 Saat saya mengalami hal-hal yang buruk, saya
menganggap bahwa kesulitan adalah bagian dari
hidup yang harus dilalui setiap orang.
4 Ketika saya memikirkan kekurangan saya, hal
tersebut cenderung membuat saya merasa
terasingkan dan tersingkirkan dari dunia ini.
5 Saya mencoba untuk mengasihi diri saya, saat saya
mengalami kepahitan.
No Pernyataan Hampir Sese- Kadang- Cukup Hampir
tdk kali selalu
kadang sering
pernah

6 Ketika saya gagal dalam hal yang saya anggap


penting, saya merasa dikuasai oleh rasa tidak
mampu.
7 Saat saya sedang sedih dan tertekan, saya
mengingatkan diri saya bahwa ada banyak orang di
dunia ini yang juga merasakan apa yang saya
rasakan.
8 Saat saya menghadapi kesulitan, saya berusaha
untuk tetap tegar.
9 Saat ada sesuatu hal yang membuat saya sedih atau
marah, saya berusaha untuk tetap
menyeimbangkan kondisi emosi saya.
10 Ketika saya merasa tidak mampu, saya berusaha
mengingatkan diri saya bahwa perasaan tersebut
juga dirasakan oleh kebanyakan orang.
11 Saya tidak toleran dan tidak sabar dengan beberapa
aspek kepribadian saya yang tidak saya sukai.
12 Saya memberikan kepedulian dan kelembutan atau
belas kasih terhadap diri saya, saat saya mengalami
kesulitan.
13 Saat saya kecewa,saya selalu merasa bahwa orang
lain lebih bahagia dari pada saya.
14 Ketika terjadi sesuatu yang menyakitkan, saya
berusaha untuk tetap melihat keadaan secara
seimbang (atau netral).
15 Saya mencoba melihat kegagalan saya sebagai hal
yang manusiawi.
16 Ketika melihat berbagai aspek tentang diri saya
yang tidak saya sukai, saya merasa kecewa dengan
diri saya sendiri.
No Pernyataan Hampir Sese- Kadang- Cukup Hampir
tdk kali selalu
kadang sering
pernah

17 Saat saya gagal dalam suatu hal yang penting, saya


berusaha mempertahan kan cara pandang atau
memiliki perspektif yang benar.
18 Saat saya harus benar-benar berjuang dengan
keras, saya cendrung merasa orang lain mengalami
keadaan yang lebih baik dari saya.
19 Saya memperlakukan diri saya dengan baik, saat
saya sedang mengalami penderitaan atau masalah.
20 Saat saya mengalami masalah (sedih atau marah),
saya terbawa perasaan.
21 Saya bersikap dingin terhadap diri saya, saat saya
mengalami masalah.
22 Saat saya merasa kecewa dan terpuruk, saya berusa
mengenali perasaan-perasaan saya dengn rasa
ingin tahu dan terbuka.
23 Saya dapat mentoleransi berbagai kelemahan dan
kekurangan saya.
24 Saat ada masalah yang terjadi dan menyakitkan,
saya cenderung membesar-besarkan masalah.
25 Saat saya gagal dalam hal yang penting bagi saya,
saya cenderung sedih dalam kegagalan saya.
26 Saya berusaha sabar untuk memahami kepribadian
saya yang tidak saya sukai.
LAMPIRAN F-1

HASIL VALIDITAS DAN REALIBITAS KUESIONER

Hasil Uji Validitas dan Realibitas pertama (19 Juli 2016)


Hasil Uji Validitas dan Realibitas yang kedua (27 Juli 2016)
LAMPIRAN G-1

Informasi Untuk Responden

Judul Penelitian : “Gambaran Self-compassion Mahasiswa Etnis Jawa Timur Fakultas


Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Pelita Harapan ”.

Nama peneliti : Anita Aplonia Ninef, Yakobus Siswadi, BSN, MSN dan Ns. Eva Chris
Veronica Gultom, S.Kep.

Saudara/saudari diundang untuk turut mengambil bagian dalam sebuah studi penelitian.
Sebelum saudara/i menentukan akan ikut serta dalam studi penelitian ini, penting bagi saudara/i
untuk mengerti mengapa penelitian ini diadakan dan yang akan terlibat. Mohon luangkan
waktu saudara/i untuk membaca informasi berikut dengan seksama dan silahkan berdiskusi,
dengan teman dan kerabat jika saudara/i menginginkannya. Tanyalah kami jika ada hal yang
tidak jelas atau jika saudara/i membutuhkan informasi lebih lanjut. Mohon ambil waktu untuk
menentukan apakah saudara/i ingin mengambil bagian atau tidak dalam penelitian ini. Jika
saudara/i memutuskan untuk mengambil bagian dalam penelitian ini, silahkan menyimpan
lembar informasi ini. Terima kasih untuk membaca informasi ini.
Latar Belakang:
Self-compassion adalah memiliki pemahaman, kebaikan dan kasih sayang untuk diri sendiri
ketika mengalami kegagalan ataupun saat melakukan kesalahan dengan tidak mengkritik
kelemahan yang ada dalam diri dan kebaikan ini tidak berbeda dengan belas kasih kepada orang
lain (Neff, 2011). Sebagai seorang calon perawat seseorang perlu untuk mengenal lebih jauh
tentang compassionate care, terutama pada mahasiswa Fakultas Keperawatan dan Ilmu
Kesehatan Universitas Pelita Harapan (UPH) karena salah satu visi dari fakultas ini yaitu bisa
mengaplikasikan compassionate care dalam praktek keperawatan. Self-compassion memiliki
enam komponen secara umum antara lain, self kindness, self judgent, common humanity,
isolation, mindfulness, over identified. Ada beberapa fakor yang mempengaruhi self-
compassion salah satunya adalah budaya. Neff, et all (2008), dalam penelitianya menemukan
perbedaan tingkat self-compassion antara Thailand, Taiwan dengan Amerika Serikat. Hal ini
dilihat dari kebiasaan hidup mereka atau budaya yang mereka terapkan dalam kehidupan
mereka sehari-hari. Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif
dengan pendekatan cross sectional.
Tujuan: Untuk mengetahui Gambaran self-compassion mahasiswa etnis Jawa Timur Fakultas
Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Pelita Harapan.

Durasi Penelitian: Juli-Agustus 2016.


Apa yang terlibat dalam penelitian ini?
Kusioner yang dipakai (self compassion scale) akan di distribusikan pada mahasiswa dari Jawa
Timur angkatan 2013, 2014, dan 2015.
Jumlah subyek yang diikutsertakan : 37 subyek
Tata cara / prosedur penelitian : Peneliti akan melakukan beberapa tahap dalam
pengumpulan data, yakni peneliti menjumpai responden untuk memperkenalkan diri,
menjelaskan tentang tujuan, manfaat secara singkat dan prosedur pengisian kuesioner ,
responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan peneliti dan diberikan kesempatan
untuk bertanya bila ada yang tidak dimengerti, kemudian kuesioner diberikan kepada
responden untuk diisi. Setelah kuesioner diisi kemudian diambil kembali oleh peneliti secara
langsung dan peneliti akan memeriksa kelengkapan pengisian, dan apabila ada data yang
kurang bisa langsung dilengkapi. Setelah itu, data yang telah diambil kemudian akan dianalisa.
Responden juga akan diberikan souvenir berupa satu pena dan snack setelah mengisi kuesioner.
Mengapa anda dipilih sebagai responden?
Saudara dipilih sebagai responden karena saudara merupakan mahasiswa Fakultas
Keperawatan dan Ilmu Kesehatan UPH angkatan 2013, 2014 dan 2015 yang berasal dari Jawa
Timur.
Apakah anda harus mengambil bagian dalam penelitian ini?
Saudara berhak untuk memutuskan ikut serta atau tidak dalam penelitian ini. Jika saudara
memutuskan untuk ikut serta dalam penelitian ini, saudara akan diberikan lembar informasi
ini untuk disimpan dan akan diminta menandatangani lembar persetujuan. Jika saudara telah
memutuskan untuk ikut mengambil bagian dalam penelitian ini, anda tetap bebas untuk
mengundurkan diri menjadi responden kapan pun tanpa harus memberikan alasan.
Apa yang harus saya lakukan?
Saudara harus mengisi kuesioner (self-compassion scale) yang diberikan.
Apakah keterlibatan saya dalam penelitian ini dirahasiakan?
Seluruh informasi yang dikumpulkan mengenai saudara selama penelitian akan disimpan
pada database yang dilengkapi password dan sangat dirahasiakan.
Apa yang akan terjadi dengan hasil penelitian?
Hasil penelitian akan mengidentifikasi gambaran self-compassion berdasarkan enam
komponen yaitu self kindness, self judgment, common humanity, isolation, mindfulness, over-
identification dari mahasiswa etnis Jawa Timur Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan
UPH. Publikasi penelitian ini tidak akan mencantumkan nama, alamat maupun identitas
personal manapun. serta meningkatkan pemahaman saudara self-compassion
Siapa yang telah meninjau penelitian?

Penelitian ini telah ditinjau oleh komite etik MRIN (Mochtar Riady Institute for
Nanotechnology).

Alamat Kontak untuk Informasi Lebih Lanjut

Anita Aplonia Ninef, Yakobus Siswadi BSN, MSN., Ns. Eva Chris Veronica Gultom, S.Kep

Fakultas Ilmu Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Pelita Harapan Jl.Boulevard
Sudirman,Karawaci-Tangerang Indonesia 15811

Email: anita.ninef@gmail.com Mobile: 085239959579


Terima Kasih untuk membaca informasi ini.
LAMPIRAN H-1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Informed Consent)

Judul Penelitian: Gambaran Self-Compassion Mahasiswa Etnis Jawa Timur Fakultas


Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Pelita Harapan

Mahasiswa :

Anita Aplonia Ninef

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa saya bersedia menjadi
responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh Anita Aplonia Ninef dengan judul
penelitian “Gambaran Self-Compassion Mahasiswa Etnis Jawa Timur Fakultas Keperawatan
dan Ilmu Kesehatan Universitas Pelita Harapan”.

Setelah saya membaca informasi yang tertera pada halaman sebelumnya dan mendapat
penjelasan dari peneliti maka saya memahami tujuan dan manfaat dari penelitian ini. saya
menyadari bahwa penelitian yang akan dilakukan tidak akan menimbulkan dampak negatif
bagi saya, dan keikutsertaan saya ini bersifat sukarela tanpa paksaan dari pihak manapun
sehingga saya bisa menolak atau mengundurkan diri (mengembalikan persetujuan dan tidak
menandatangani) sebagai responden dari penelitian ini. saya juga berhak mengajukan
pertanyaan kepada peneliti apabila ada hal-hal yang ingin saya ketahui mengenai penelitian ini.
Saya percaya bahwa keamanan dan kerahasiaan data penelitian ini akan terjamin dan saya
percaya penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan pengetahuan saya.
Berdasarkan pertimbangan di atas, dengan ini saya memutuskan tanpa paksaan dari pihak
manapun juga bahwa saya bersedia berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini.

Setuju Tidak setuju

Demikian pernyataan persetujuan yang telah saya tanda tangani untuk digunakan seperlunya.

Tangerang,.../..../2016

Responden Peneliti

(Inisial) Anita Aplonia Ninef


LAMPIRAN I-1

TIMELINE NURSING PROJECT PEMBUATAN SKRIPSI


GAMBARAN SELF-COMPASSION MAHASISWA ETNIS JAWA TIMUR
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

JADWAL (BULAN)
NO. KEGIATAN Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Tahap Persiapan Proposal
a. Pembuatan Timeline
b. Penentuan Judul
c. Studi Kepustakaan dan Jurnal
d. Penyusunan Proposal
e. Pengembangan Bab I
f. Pengembangan Bab II
g. Pengembangan Bab III
h. Pengumpulan Proposal
i. Konsul Poster untuk Sidang
j. Sidang Proposal
k. Perbaikan Proposal
2. Tahap Pelaksanaan
a. Ijin Pengumpulan Data Lanjutan
b. Pengumpulan Data
c. Pengolahan dan Analisa Data
3. Penyusunan Laporan
a. Pengumpulan Skripsi
b. Konsul Poster Final Sidang
c. Sidang Skripsi
d. Perbaikan Skripsi

Tangerang, 25 November 2016


Penyusun, Menyetujui,

Anita Aplonia Ninef Yakobus Siswadi, BSN. MSN

También podría gustarte