Está en la página 1de 8

Metode Sugestopedia

Awal mula metode sugestopedia


Metode suggestopedia mulai dirintis pada musim panas tahun 1975 di Bulgaria oleh
sekelompok peminat bahasa di Institut Penelitian Pembelajaran mengenai pelajaran bahasa
asing. Pada awal pertumbuhannya, suggestopedia hanya dicobakan di negara-negara Eropa
Timur seperti Soviet, Rusia, Jerman Timur dan Hongaria (Widjojo, 1987: 213)
Metode sugestopedia ini berasal dari Bulgaria. Metode ini pertaman kali dikembangkan oleh
seorang pendidik, psikoterapi, dan ahli fisika bernama George Lozanov sekitar tahun 1978. Lozanov
percaya bahwa teknik relaksasi dan konsentrasi akan menolong para pelajar membuka sumber bawah
sadar mereka dan memperoleh serta menguasai kuantitas kosakata yang lebih banyak dan juga
struktur-struktur yang lebih mantap daripada yang mereka pikirkan (Tarigan, 2009: 88).
Lozanov mendasarkan metode ini pada berbagai disiplin ilmu seperti yoga, musik klasik,
parapsikologi, dan terapi otogenetik, yang menurut dugaan dapat meningkatkan percepatan
pembelajaran 5 sampai 50 kali dari yang biasa. Melalui latihan dengan teknik khusus, para siswa
dimungkinkan untuk mengembangkan supermemoriesnya dan mempelajari kuantitas materi bahasa
yang lebih besar dalam waktu yang sangat singkat.
Metode ini pertama kali dikembangkan oleh George Lazanov, seorang psikiater dan
pendidik asal Bulgaria, sehingga metode ini biasa juga disebut “The Lazanov Method”.
Dinamakan suggestopedia karena dianggap sebagai aplikasi dari suggestology, yaitu suatu
penerapan dari sugesti ke dalam ilmu mendidik (Arsyad, 1997: 6).
Di Bulgaria dan di Uni Soviet telah terdapat institusi yang mengembangkan metode
ini seperti pada Intitute of Suggestology, juga di Amerika yang didirikan The Society of
Suggestive - Accelarative Learning and Teaching oleh sekelompok peminat pembelajaran
bahasa asing yang dipimpin oleh Donald Scuhster, di Iowa State University (Nababan, 1993:
58)
Pendekatan dalam metode sugestopedia
Menurut Azhar Arsyad (1997: 22), pada dasarnya metode suggestopedia
dimaksudkan untuk membasmi sugesti atau pengaruh negatif yang tidak disadari bersemi
pada diri anak didik dan untuk menghilangkan perasaan takut (fear) yang menurut para ahli
sangat menghambat proses belajar seperti perasaan tidak mampu (feeling of incompotance),
perasaan takut salah (ear of making mistakes) dan keprihatinan serta ketakutan akan sesuatu
yang baru dan belum familiar (apprehension of that which is novel or unfamiliar).
Seperti yang telah dikemukakan Stevick, bahwa The Lazanov Method atau
suggestopedia yang menjadi landasan paling dasarnya adalah suggestology, yakni suatu
konsep yang menggambarkan bahwa manusia bisa diarahkan untuk melakukan sesuatu yang
kita kehendaki dengan cara memberi sugesti. Untuk itu, pikiran harus dibuat setenang
mungkin, santai, terbuka dan rileks, sehingga bahan-bahan yang merangsang saraf penerima
bisa dengan mudah diterima dan dipertahankan untuk jangka waktu yang lama (Richards &
Rodgers, 1995: 42).
Untuk terciptanya kondisi tersebut maka dalam dibuat suatu atmosfir fisik yang
mendukung proses kegiatan belajar mengajar, yaitu dengan memilih ruangan dengan dekorasi
yang kondusif terhadap proses pembelajaran, pengaturan ruangan dan furniture yang baik,
penggunaan musik dan sikap guru atau dosen yang familiar yang mendukung terciptanya
kondisi psikologi bagi anak didik yang dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar.
Sugestopedia merupakan seperangkat rekomendasi pembelajaran yang diturunkan
dari sugestologi yang dimaksudkan oleh Lozanov sebagai suatu ilmu pengetahuan mengenai
telaah bersistem terhadap pengaruh-pengaruh yang tidak rasional atau tidak sadar yang secara
konstan ditanggapi oleh insan manusia (Stevick dalam Richards & Rodgers, 2006:100).
Metode ini mencoba untuk memamfaatkan pengaruh-pengaruh yang tidak rasional tersebut
serta mengalihkan dan mengarahkan untuk mengoptimalkan pembelajaran. Ciri-ciri
sugestopedia yang paling mencolok adalah (Tarigan, 2009: 89):
a. dekorasi kelas;
b. perabot/mebel kelas;
c. penyusunan/ pengaturan kelas;
d. penggunaan musik;
e. pelaku guru yang otoritatif.
Dengan tegas Lozanov mengatakan bahwa tidak ada satu sektor pun dalam
kehidupan umum yang tidak memanfaatkan sugestologi(Richards & Rodgers, 2006:100,
Tarigan,2009:89). Oleh karena itu, tuntutan pembelajaran sugestologi ini bersifat sangat
dramatik. Selanjutnya Lozanov mengatakan memerosisasi dalam pembelajaran yang
menggunakan metode sugestopedia seakan-akan mempercepat 25 kali lipat dari pembelajaran
yang dilaksanakan denga metode konvensional (Richards & Rodgers,2006:100).
Salah satu ciri metode sugestopedia yang mencolok adalah pemusatan musik dan
ritme musik bagi pembelajaran. dengan demikian, sugestopedia mempunyai tali kekerabatan
dengan penggunaan musik fungsional lainnya, khususnya terapi. Gaston (Richards &
Rodgers,2006:100, Tarigan,2009:91) mengemukakan serta membatasi tiga fungsi musik
dalam terapi, yaitu:
a. memberi kemudahan bagi pembentukan serta pemeliharaan hubungan pribadi
atau ralasi-relasi personal;
b. menghasilkan peningkatan harga diri melalui peningkatan kepuasan diri dalam
penampilan musik;
c. menggunakan potensi ritme yang unik untuk membangkitkan daya energi dan
menimbulkan ketentraman.
Fungsi butir ketiga itulah yang merupakan salah satu butir yang dimanfaatkan oleh
Lozanov dalam pengunaan musik untuk membuat para pembelajar santai disamping
memberi struktur, teladan, dan penjelasan penyajian materi linguistik.
Sugestopedia ini dikembangkan untuk menolong para siswa menghilangkan perasaan
bahwa mereka akan gagal. Dengan demikian membantu mereka mengurangi rintangan dan
berbagai hambatan dalam pembelajaran. Lozanov yakin bahwa pembelajaran bahasa dapat
terjadi dalam kecepatan yang lebih tinggi dari pada yang berlangsung seperti biasanya. Dia
menegaskan bahwa ketidak efesienan kita adalah bahwa kita mengadakan aneka rintangan
psikologis bagi pembelajar, sehingga kita tidak menggunakan kekuatan yang penuh dan utuh
yang kita miliki.
Untuk melaksankan metode lazonav ini secara efektif, setidaknya ada tiga unsur
yang dianggap penting yaitu (Tarigan,2009:137):
a. kelas yang aktraktif, yang menarik dan suasana kelas yang menyenangkan
serta menyegarkan;
b. guru yang berpribadi dinamik yang mampu memainkan peranan materi dengan
baik dan dapat mendorong para siswa untuk belajar giat
c. suatu keadaan siap-siaga santai pada diri siswa diperoleh dengan, antara lain,
latihan-latihan fisik untuk menghilangkan rasa bosan serta mengurangi ketegangan jasmani;
latihan-latihan menenangkan pikiran; pernapasan yang dalam dan berirama untuk
meningkatkan konsentrasi penyajian bahan secara berirama sesuai dengan latar belakang
musik.
Menurut Lazanov dalam Nababan (1993: 59), pembelajaran suggestopedia harus
memenuhi kriteria yang diinginkan jika menginginkan hasil yang diharapkan, yaitu :1)
prinsip penekanan yang kuat pada penikmatan dan penganggapan betapa mudahnya belajar
itu, 2) prinsip perpaduan yang mutlak antara faktor-faktor sadar dan di bawah sadar murid, 3)
prinsip interaksi yang familiar dan hidup (lively) antara murid yang mmberi kesan yang
mendalam dalam hati mereka.
Sugesti adalah jantung sugestopedia. Dalam banyak hal dan bagi banyak orang,
sugesti justru menyulap visi tatapan yang tajam, buaian pandangan sayu, dan perintah-
perintah sang hipnotis yang diulang secara monoton. Lozanov mengakui kemungkinan
asosiasi bagi sugestopedia, tetapi menurut pandangannya sendiri justru memisahkan
sugestopedia dari konsep klinis hipnotis yang sempit sebagai jenis pernyataan kesadaran yang
statis, mirip tidur, serta dapat diubah (Tarigan,2009:93). Lebih lanjut Lozanop menegaskan
bahwa yang membedakan modelnya dari hipnotis dan bentuk-bentuk pengawasan pikiran dan
ingatan lainya ialah bahwa bentuk-bentuk lain tersebut kekurangan rasa sugesti desugestif-
sugestif dan gagal menciptakan suatu pendirian yang konstan yang dicadangkan melalui
psiko-releksasi yang konsentratif (Tarigan,2009:94).
Ada enam komponen teoritis penting yang dapat dianggap sebagai tempat
beroprasinya desugesti dan sugesti serta merupakan jalan masuk bagi cadangan-cadangan,
sebagai berikut (Richards & Rodgers,2006:101-102, Tarigan,2009:94-97):
a. Otoritas, wibawa, wewenang (Authority)
Orang akan sangat mudah mengingat dan akansangat terpengaruh oleh informasi
yang datang dari sumber yang berwibawa, dari sumber yang dapat dipercaya.
b. Infantilisasi, sifat kekanak-kanakan (Infantilization)
Otoritas juga dipergunakan untuk menyarankan suatu hubungan guru dengan siswa
seperti hubungan orang tua dengan anaknya sendiri. Dalam peranan sang anak ini, sang
pembelajar turut mengambil bagian dalam bermain peran, permainan, nyanyian, dan latihan-
latihan senam yang membantu siswa.
c. Sumber ganda (Double-planedness).
Sang pembelajar tidak hanya belajar dari pengaruh pengajar langsung tetapi juga dari
lingkungan tempat pengajaran itu berlangsung. Dekorasi kelas yang ceria, latar belakang
musik, bentuk dan potongan kursi-kursi, dan pribadi sang guru dianggap sama pentingnya
dalam pengajaran dengan bentuk pengajaran itu sendiri. Semua itu merupakan sumber ganda
yang turut meningkatkan dan memantapkan hasil pengajaran yang diinginkan oleh pengajar
dan pembelajar.
d. Intonasi, ritme, dan konser pseudo-pasif
Aneka nada dan irama yang mengiringi bahan yang disajikan turut membantu
menghindarkan serta menghilangkan rasa bosan dan jemu melalui kemonotonan, ulangan,
dan mendramatisir serta memberi makna terhadap materi linguistik.
Baik intonasi maupun irama itu dikoordinasikan dengan latar belakang musik. Latar
belakang musik membantu membujuk serta menimbulkan suatu sikap santai, yang oleh
Lozanov diacu sebagai konser pseudo-pasif (Richards & Rodgers,2006:102,
Tarigan,2009:96). Keaadaan dan suasana ini dirasakan sebagai suatu yang optimal bagi
pembelajaran, dan hal bahwa ketegangan dihilangkan dan daya konsentrasi bagi materi baru
semakin meningkat. Karena peranan musik merupakan pusat dalam pembelajaran
sugestopedia, wajar apabila hal itu mendapat perhatian secara lebih terperici.
Jenis ataupun tipe musik memang bersipat kritis bagi keberhasilan pembelajaran.
Gagasan bahwa musik dapat memengaruhi tubuh dan pikiran kita tentu saja bukan
merupakan hal baru. Kuncinya adalah mendapatkan jenis musik yang tepat bagi jenis
pengaruh yang tepat, yang diinginkan. apabila hal itu tidak memenuhi pola yang tidak
diinginkan, perubahan hakikat kesadaran yang diinginkan pun tidak akan terjadi dan hasilnya
sudah tentu jelek dan mengecewakan.
Lozanov (Tarigan,2009:96) menganjurkan serangkaian gerakan-gerakan lambat (60
denyutan dalam satu menit) dalam nada 4/4 bagi konserto-konserto baroque, yang
dirangkaikan bersama menjadi konser yang memakan waktu kira-kira setengah jam. Dia
mencatat bahwa dalam konser-konser seperti itu, tubuh menjadi santai, pikiran menjadi tajan
dan siaga (Ostrander dalam Tarigan, 2009:97).
Kecepatan penyajian bahan yang akan dipelajari dalam pola irama disesuaikan
dengan ritme. Metode sugestopedia menggunakan putara delapan detik untuk pengukuran
data pada waktu jeda lambat. Selama atau setelah empat denyutan pertama putaran tersebut
terdapat keheningan. Selama empat denyutan kedua, sang guru menyajikan bahan. Ostrander
beserta rekan-rekanya (Tarigan,2009:97) menyajikan berbagai kejadian mengenai mengapa
peralihan pada musik Largo Baroque ini ternyata begitu manjur. Mereka mencatat bahwa
ritme musik memengaruhi irama-irama tubuh, seperti denyutan jantung.

Tujuan metode sugestopedia bermaksud menyampaikan keterampilan berbicara yang


lebih baik dan lancar secara cepat. Kelas-kelas dilaksanakan empat jam sehari, enam hari
seminggu. Fokus sentral setiap unit adalah dialog yang terdiri atas sekitar 1200 kata dengan
daftar kosa kata dan komentar tatabahasa. Diaog-dialog itu digolongkan denga leksis dan tata
bahasa. Rupanya, metode ini mendasarkan tuntutan pembelajarannya pada bagaimana
penguasaan siswa terhadap daftar pasangan kosakata yang sangat banyak, dan tentu saja
menyarankan kepada siswa bahwa mereka perlu untuk mencapai tujuan itu untuk
kepentingan mereka sendiri.
Akan tetapi, Lozanov (Tarigan,2009:99) menekankan bahwa peningkatan daya
ingatan bukanlah keterampilan yang terpisah, tetapi merupakan hasil atau akibat dari
stimulasi personalitas yang positif dan konprehensif. Menurut lozanov, tujuan pengajaran
bukanlah penghafalan, tetapi pemahaman dan pemecahan masalah secara kreatif.
Secara ideal,kelompok-kelompok pembelajar menciptakan situasi yang merupakan
wadah pembelajar sehingga dapat disugesti dengan baik dan kemudian menyajikan materi
linguistik sedemikian rupa sehingga dapat mendorong terciptanya penerimaan dan
penyimpanan oleh pembelajar. Lozanov (Tarigan,2009:102) menjabarkan beberapa perilaku
guru yang diharapkan dapat menunjang penyajian tersebut yaitu:
a. tunjukkanlah kepercayaan penuh pada metode itu.
b. perlihatkan perilaku yang tidak mudah puas dalam hal tata krama dan cara
berpakaian;
c. aturlah dengan tepat dan perhatikanlah secara cermat tahap-tahap awal prses
pengajaran; ini menyangkut pemilihan dan penayangan musik serta ketepatan waktu;
d. peliharalah sikap yang serius dan sungguh-sungguh terhadap kursus itu;
berikan dan buatlah tes-tes dan beresponlah secara bijaksana terhadap makalah-makalah yang
jelek;
e. berikan penekanan pada sikap global terhadap materi, bukan pada sikap-sikap
analitis;
f. peliharalah antusiasme yang sopan.
Peranan bahan pengajaran dalam metode ini dalah diharapkan bahan pengajaran
terdiri atas bahan-bahan penunjang langsung, terutaman sekali teks dan rekaman, dan bahan
penunjang tak langsung, seperti peralatan tetap dalam kelas dan musik (Tarigan,2009:104).
Buku teks hendaknya mengandung daya emosional, kualitas leterer, dan bersipat menarik
perhatian. Penggunaan bahasa sebaiknya diperkenalkan sedemikian rupa sehingga tidak
mengalihkan perhatian para siswa dari isi pelajaran dan tidak membingungkan mereka.
Tema-tema traumatik dan materi leksikal yang tidak disukai atau yang menimbulkan
kebencian hendaknya dijauhi (Lozanov dalam tarigan,2009:104).

Prosedur
Prosedur
Bancroft (Tarigan,2009:106) menjelaskah bahwa kelas bahasa yang berlangsung
selama 4 jam itu mempunyai tiga bagian yang berbeda. Bagian pertama, dapat kita sebut oral
revieu section atau bagian tinjauan lisan. Bahan-bahan yang dipelajari sebelumnya dipakai
sebagai dasar untuk diskusi oleh guru dan dua belas siswa di kelas. Semua peserta duduk
dalam satu lingkaran pada kursi mereka yang dirancang-bangun secara khusus, dan diskusi
itupun berlangsung menyerupai satu seminar. Sidang ini dapat mencakup apa yang disebut
studi makro dan studi mikro. Dalam studi mikro, perhatian khusus ditujukan pada tata bahasa,
kosakata dan tanya jawab yang cermat. Sementara dalam studi makro, penekanan diletakkan
pada kegiatan bermain peran dan gerakan yang lebih luas, konstruksi-konstruksi bahasa
enovatif.
Dalam bagian kedua, bahan baru disajikan dan didiskusikan. Ini terdiri atas kegiatan
memeriksa suatu dialog baru beserta terjemahannya dalam B1 dan mendiskusikan setiap
masalah mengenai tata bahasa, kosakata, isi yang dianggap oleh guru memang penting atau
yang ingin diketahui oleh siswa.
Bagian ketiga, yaitu samadi dan penayangan musik merupakan salah satu ciri yang
membuat sugestopedia sangat terkenal. Lozanov (Tarigan, 2009:107) menjelaskan sebagai
berikut:
Pada permulaan pertemuan, semua percakapan berhenti selama satu atau dua
menit, dan guru mendengarkan musik yang datang dari pita rekaman. Dia menunggu dan
menyimak pada beberapa bagian atau paragraf agar dapat masuk kedalam suasana hati
atau jantung musik itu dan kemudian mulai menceritakan teks baru itu. Suaranya diatur
sehingga selaras dengan frasa-frasa musikal. Para siswa mengikuti teks itu pada teks mereka
yang memuat terjemahan setiap pelajaran dalam B1 mereka. Diantara bagian pertama dan
bagian kedua, konser itu terdapat jeda atau kesenyapan yang khidmat beberapa menit.
Dalam beberapa kasus bahkan jeda yang lebih lama dapat diberikan untuk mengizinka para
siswa bergerak sejenak. Sebelum permulaan bagian kedua konser itu,ada lagi beberapa
menit jeda dan beberapa frasa musik diperdengarkan kembali sebelum sang guru melai
membaca teks. Kini para siswa menutup buku teks mereka dan mendengarkan pembacaan
guru. Pada bgian akhir, para siswa secara senyap meninggalkan ruangan. Mereka tidak
disuruh untuk mengerjakan pekerjaan rumah tentang materi itu. Terkecuali diharapkan
membaca teks satu kali secara sekilas sebelum tidur dan sesudah bangun dipagi hari.

6. Falsafah Sugestopedia
Stevick (Tarigan,2009:109) melihat sugestopedia didasarkan pada :
a. Tiga asumsi, yaitu:
ü Pembelajaran melibatkan fungsi-fungsi ketaksadaran pembelajar disamping
fungsi-fungsi kesadaran;
ü bahwa orang dapat belajar lebih cepat daripada yang biasa mereka lakukan;
ü bahwa pembelajar dihalangi oleh : 1) norma-norma yang telah diajarkan
masyarakat kepada kita; 2) tidak adanya keharmonisan; 3) kegagalan memanfaatkan segala
daya akibat adanya kemalasan pada kebanyakan orang dalam kebanyakan waktu
b. Tiga Strategi, yaitu:
ü Menghilangkan norma-norma
ü Menghilangkan tensi-tensi ketegangan;
ü Menghindari pengenalan norma-norma pembatas dan rintangan ketegangan pada
temapat mereka.
c. Tiga jenis sarana, yaitu:
ü Sarana psikomotorik;
ü Sarana artistik;
ü Sarana pedagogik.
d. Tiga jenis kriteria, yaitu
ü Prinsip Kemudahan dan keceriaan;
ü Prinsip kesatuan kesadaran dan ketik sadaran;
ü Prinsip interaksi sugestif.

Sifat-sifat Sugestopedia.
a. Pembelajaran diberi kemudahan dalam lingkungan yang santai serta
menyenagkan.
b. Siswa dapat belajar dari yang tersaji dalam lingkungan itu, sekalipun
perhatiannya tidak diarahkan ke situ (pembelajaran perifeil).
c. Apabila siswa memercayai dan menghargai wibawa guru, maka dia akan
menerima dan mengingat informasi lebih baik.
d. Sang guru hendaknya mengakui bahwa para pembelajar akan membawa
beberapa hambatan psikologis kedalam situasi pembelajaran. Dia akan berupaya men-
desugesti hal tersebut.
e. Mengaktifkan imajinasi para siswa akan membantu pembelajaran.
f. Sang guru berupaya meningkatkan kepercayaan para siswa dan pada dirinya
sendiri bahwa mereka merupakan para pembelajar yang berhasil.
g. Dengan jati diri yang baru ini perasaan aman para pembelajar kian tinggi dan
membuat mereka lebih terbuka.
h. Dialog yang dipelajari siswa merupakan bahasa yang bisa mereka gunakan
segera.
i. Apabila perhatian meeka terlepas dari bentuk bahasa, dan terarah pada proses
komunikasi, para siswa akan belajar lebih baik.
j. Sang guru hendaknya mengintegrasikan sugesti-sugesti positiftak langsung
kedalam situasi pembelajaran.
k. Sang guru hendaknya menyajikan dan menjelaskan tata bahasa dan kosa kata
tetapi tidak memikirkan hal itu terlalu lama.
l. Salah satu cara membuat makna kian jelas adalah melalui terjemahan kedalam
bahasa ibu (B1).
m. Komunikasi berlangsung pada dua sisi: pada satu sisi pesan linguistik disajikan,
pada sisi lain adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pesan linguistik itu.
n. Suasana pseudo-pasif, seperti suasana ketika seseorang mendengarkan konser ,
sangat ideal untuk menanggulangi kendala psikologis dan memperoleh keuntungan yang
memuaskan bagi pengajaran.
o. Pembedaan antara sadar dan setengah sadar memang paling kabur.oleh karena
itu, pembelajaran optimal dapat terjadi.
p. Dramatisasi merupakan cara untuk memanfaatkan materi secara hidup dan
terarah.fantasi mengurangi kendala-kendala terhadap pembelajaran.
q. Seni murni memungkinkan sugesti-sugesti menyelusup kedalam bawah sadar.
Oleh karena itu seni hendaknya diintgrasikan sebanyak mungkin kedalam proses pengajaran.
r. Sang guru hendaknya membantu siswa untuk menggunakan bahan sebaik
mungkin.
s. Musik dan gerakan memperkuat pemahaman materi linguistik.
t. Dalam suasana bermain, perhatian sadar siswa tidak terpusat pada bentuk-
bentuk linguistik, tetapi lebih cenderung pada pemakaian bahasa
u. Kesalahan memang dapat ditolerir, penekanannya pada isi, bukan pada bentuk.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Sugestopedia.


a. Kelebihan.
ü Memberikan ketenangan dan kesantaian;
ü Menyenangkan atau menggembirakan;
ü Mempercepat proses pembelajaran;
ü Memberikan penekanan pada perkembangan kecakapan berbahasa
b. Kelemahan.
ü Hanya dapat dugunakan bagi kelompok kecil;
ü Menjengkelkan dan menggelisahkan bagi orang-orang yang tidak menyukai
hayden dan penggubah lagu klasik lainnya;
ü Biaya yang terlalu mahal;
ü Belum ada ketentuan dan persiapan bagi tingkat menengah dan lanjutan;
ü Untuk pemahaman membaca dan menyimak terlalu terbatas;
ü Bahan masukan secara pedagogis dipersiaokan terlalu bersifat eksklusif;

Widjodjo, Soendjono Dardjo. Linguistik, Teori dan Terapan. Jakarta : Lembaga Bahasa
Universitas Katolik Atma Jaya, 1987.
Nababan, Sri Utari Subyakto. Metodologi Pembelajaran bahasa. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama, 1993.
Arsyad, Azhar. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya; Beberapa Pokok Pikiran. Ujung
Pandang : Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin, 1997.
Richards, Jack C. and Theodore S. Rodgers. Approaches and Methods in Language Teaching. Cet.
XI; Cambridge : University of Cambridge, 1995.

Stevick, Earl W. Memory Meaning and Method; Some Psychological Perspectives on Language
Learning (Rowley : Newbury House, 1976.

Richards, Jack C.2006.Approach and methods in Language Teaching: A Description and Analysis.
Cambridge, London: Cambridge University Press.

Tarigan, Henry Guntur.2009. Metode Pengajaran Bahasa. Bandung: Angkasa Bandung.

También podría gustarte