Está en la página 1de 10

BAB I

PENDHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dengan segala potensi yang dimiliki sebagai bentuk dari
anugerah Tuhan Sang Pencipta selalu berkembang dengan kesesuaian
terhadap kondisi atau situasi yang terjadi secara otomatis. Hal tersebut
merupakan bagian dari perkembangan pengetahuan dan hasil dari
pemberdayaan pola pikir yang secara tradisi dan fakta sejarah telah terjadi dari
beberapa periode dan dekade.
Perkembangan pengetahuan dalam bentuk teori tersebut adalah
penggambaran analisis yang tepat dalam pemahaman terhadap suatu masalah
tertentu yang kemudian dikembangkan ke dalam berbagai bidang atau aspek
kehidupan manusia melalui tradisi lisan dan tulisan, salah satu bentuk di
antara sekian banyaknya manfaat yang dapat dirasakan adalah kajian dalam
bidang manajemen.
Disiplin ilmu manajemen, dalam hal ini dapat diaplikasikan ke dalam
berbagai bidang, karena fungsi dan tujuan dari manajemen itu sendiri adalah
untuk mengatur dan menata dengan sebaik-baiknya sesuatu tersebut menjadi
lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan, karena dalam kajian manajemen
adalah penyesuaian terhadap perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,
pengendalian, diteruskan dengan evaluasi.
Salah satu bentuk integritas ilmu manajemen terhadap disiplin ilmu
lainnya adalah implementasi ilmu manajemen terhadap kajian dakwah versi
Islam, karena merupakan bentuk strategi yang dilakukan untuk keberhasilan
dalam penyampaian dakwah, salah satu bentuknya adalah kajian terhadap
manajemen pers dakwah.
Pers dakwah adalah merupakan sebuah institusi ke-dakwah-an sebagai
bentuk strategi pencapaian keberhasilan dalam menyampaikan dakwah dengan
metode yang berbeda dengan metode Rasulullah, tetapi masih dengan tujuan
yang sama yaitu penyampaian ajaran Islam kepada semua orang dan
menegakkan kalimat Allah di seluruh permukaan bumi.
Keberadaan kajian manajemen pers dakwah sendiri bertujuan untuk
efektifitas pelaksanaan kegiatan dakwah islamiyah melalui jurnalistik, yang
diatur sedemikian rupa agar memperoleh keberhasilan dengan perwujudan S
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna Pengorganisasian meida Dakwah
Organisasi berasal dari kata “organisme”, yang artinya bagian-bagian
yang terpadu dimana hubungan satu sama lain diatur oleh hubungan terhadap
keseluruhannya. Oleh karena itu dalam organisasi paling sedikit terdiri atas
dua orang yang keduanya saling bekerjasama satu sama lain demi tercapainya
suatu tujuan tertentu. Kerjasama tersebut terbentuk karena didorong oleh
kehendak atau motif untuk pencapaian tujuan yang telah disepakati.
Adapun dakwah adalah aktivitas mengajak/menyeru manusia ke jalan
yang benar menurut Islam. Baik melalui lisan, tulisan maupun perbuatan.
Secara terminologis berarti mengajak dan menyeru umat manusia baik
perorangan maupun kelompok kepada agama islam, pedoman hidup yang di
ridlai oleh Allah dalam bentuk amar ma’ruf nahi munkar dan amal shaleh
dengan cara lisan maupun perbuatan untuk mencapai kebahagiaan hidup di
dunia maupun di akhirat nanti
Sehingga, pengorganisasian dakwah berarti keseluruhan proses
pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab, dan
wewenang sedemikian rupa sehingga terciptanya suatu organisasi yang dapat
digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka penciptaan tujuan yang telah
ditentukan.
Sementara itu, Rosyad Saleh mengemukakan bahwa rumusan
pengorganisasian dakwah itu adalah “rangkaian aktivitas menyusun suatu
kerangka yang menjadi wadah bagi setiap kegiatan usaha dakwah dengan
jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan yang harus dilaksanakan serta
menetapkan dan menyusun jalinan hubungan kerja diantara satuan-satuan
organisasi atau petugasnya.
Pengorganisasian sangat erat hubungannya dengan pengaturan struktur
melalui penentuan kegiatan untuk mencpai tujuan, walaupun struktur itu
bukan merupakan tujuan. Oleh karena itu, organizing dakwah sudah barang
tentu disesuaikan dengan bidang garapan dakwah serta lokasi pewilayahan.
Kualitas hubungan antara para pelaku organisasi, lebih-lebih organisasi
dakwah, tidak selamanya bersifat formal tetapi juga informal, dalam bentuk
perilaku pribadi yang bersifat emosional dan kadang-kadang juga irrasional.
Tugas bagi para da’i adalah merancang sebuah struktur organisasi
yang memungkinkan mereka untuk mengerjakan program dakwah secara
efektif dan efisien untuk mencapai sasaran-sasaran dan tujuan-
tujuanorganisasi. Ada dua poin yang harus diperhatikan dalam
pengorganisasian, yaitu:
1. Organizational Design [desain organisasi]
2. Organizational structure [struktur organisasi]
Ketika para manajer menyusun atau mengubah struktur sebuah organisasi,
maka mereka terlibat dalam suatu kegiatan dalam desain organisasi, yaitu
suatu proses yang melibatkan keputusan-keputusan mengenai spesialisasi
kerja, departementalisasi, rantai komando, rentang kendali, sentralisasi dan
desentralisasi, serta formalisasi. Jadi, pengorganisasian dakwah itu pada
hakikatnya adalah sebagai tindakan pengelompokan, seperti subjek, objek
dakwah, dan lain-lain. 1
B. Langkah-Langkah Pengorganisasian Dakwah:
1. Penentuan Spesialisasi Kerja
Spesialisasi kerja diartikan sebagai tingkat kemampuan
seseorang dalam melakukan pekerjaan yang ditekuninya,dan tugas-
tugas organisasi dibagi menjadi pekerjaaan-pekerjaan terpisah
“pembagian kerja”.
Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan yang dinyatakan
dalam tiga komponen, yaitu:
 Keterampilan teknis [technical skill], yaitu pengetahuan mengenai
metode, proses prosedur, dan teknik untuk melakukan kegiatan
khusus, serta kemampuan untuk menggunakan alat-alat dan
peralatan yang relevan bagi kegiatan tersebut.

1
 Keterampilan untuk melakukan hubungan antar pribadi
[interpersonal skill], yaitu pengetahuan perilaku manusia dan
proses-proses hubungan antar pribadi, kemampuan untuk mengerti
perasaan, sikap dari motivasi orang lain tentang apa yang ia
katakana dan lakukan [empati, sensitivitassosial], kemampuan
untuk dapat berkomunikasi secara jelas dan efektif [kemahiran
berbicara, kemampuan persuasive], serta kemampuan untuk
membuat hubungan yang efektif dan kooperatif [kebijaksanaan,
diplomasi, keterampilan mendengarkan, pengetahuan mengenai
perilaku sosial objek dakwah].
 Keterampilan konseptual [conceptual skill], yaitu kemampuan
analitis umum, berpikir nalar, kepandaian dalam membentuk
konsep, serta konseptualisasi hubungan yang kompleks dan berarti
dua, kreativitas dalam mengembangkan ide serta pemecahan
masalah, kemampuan untuk menganalisis peristiwa-peristiwa dan
kecenderungan-kecenderungan yang dirasakan, mengantisipasi
perubahan-perubahan dan melihat peluang, serta masalah-masalah
potensial.2
2. Mendepertementalisasi dakwah
Setelah unit kerja dibagi-bagi melalui spesialisasi kerja maka
selanjutnya diperlukan pengelompokkan pekerjaan –pekerjaan yang
diklasifikasikan melalui departemensiliasi kerja ,sehingga tugas yang
sama atau mirip dapat dikelompokkan secara sama-sama, sehingga
dapat di koordinasikan.3
Pada tataran ini, secara historis pengelompokan kegiatan
dakwah adalah menurut fungsi yang dilakukan atau departementalisasi
fungsional. Sebagai contoh, dalam sebuah lembaga dakwah atau
manajer dakwah dalam mengorganisasikan lembaganya dengan
melakukan rancangan rekayasa umat, departemen finansialnya, bagian
2
http://arshadgraffity.blogspot.co.id/2011/01/makalah-pengorganisasian-
dakwah.html?m=1
3
Bid, hlm. 55
administrasinya, departemen dakwah bil-hal, bil-lisan, sumber daya
manusia, dan lain-lain. Kelebihan atau keuntungan dari
departementalisasi dakwah adalah akan memperolehefisiensi dan
mempersatukan orang-orang yang memiliki keterampilan-
keterampilan, pengetahuan, dan orientasi yang sama ke dalam unit-unit
yang sama.4
3. Menentukan rantai komando
Rantai komando adalah sebuah garis wewenang yang tidak
terputus membentang dari tingkat atas organisasi terus sampai tingkat
paling bawah dan menjelaskan hasil kerja dakwah ke depertemen masing-
masing.rantai ini memberikan sebuah kemudahan bagi para da’i untuk
menentukan siapa siapa yang harus dituju jika mereka menemui
permasalahan dan juga kepada siapa mereka bertanggung jawab.5
Dalam rantai komando ini tidak terlepas dari tiga konsep, yaitu:
 Wewenang
 Tanggungjawab
 Komando
4. Rentang kendali
Rentang kendali merupakan konsep yang merujuk pada jumlah
bawahan yang dapat disurvei oleh seorang manajer secara efisien dan
efektif.6
Dalam memahami rentang kendali yang efektif dan efisien, maka
akan ditentukan dengan melihat variabel kontingensi. Sebagai contoh,
semakin banyak latihan dan pengalaman yang dimiliki para da’i, maka
semakin berkurang pengawasan secara langsung oleh manajer. Pada
variabel-variabel ini juga, sangat menentukan rentang yang pas mencakup
kesamaan tugas para da’i, kerumitan tugas-tugas, kedekatan fisik anak
buah, derajat sampai dimana prosedur-prosedur baku telah berjalan,

4
Ibid, hlm. 45
5
http://andininursyarifah.blogspot.co.id/2016/11/pengorganisasian-dakwah.html?m=1
6
Opcid, hl..45
canggihnya sistem informasi manajemen organisasi tersebut, kesulitan
organisasi tersebut, serta style seorang manajer.7
5. Sentralisasi dan desentralisasi
Sentralisasi diartikan sebagai kadar sampai dimana pengambilan
keputusan terkonsentrasi pada tingkat atas organisasi. Konsep ini hanya
mencakup pada wewenang formal, yaitu hak-hak yang inheren dalam
posisi seseorang. Sementara desentralisasi adalah pengalihan wewenang
untuk membuat keputusan ke tingkat yang lebih rendah dalam suatu
organisasi.8
Secara filosofis, desentralisasi ini dapat dikembalikan pada
pengertian bahwasannya setiap manusia adalah pemimpin dan setiap orang
adalah khalifah, selalu cenderung dalam desentralisasi. Fungsi organisasi
secara efekktif akan terhambat jika semua keputusan hanya diambil oleh
segelintir manajemen puncak dan mereka pun tidak dapat berfungsi secara
efektif apabila semua keputusan dilimpahkan pada anggota-anggota
lainnya (tingkat bawah).9
6. Menformalisasi dakwah
Formalisasi dakwah adalah sejauh mana pekerjaan atau tugas-tugas
dakwah dalam sebuah organisasi dakwah dibakukan dan sejauh man
tingkah laku, skill, dan keterampilan para da’I dibimbing dan diarahkan
secara prosedural oleh peraturan.
Dalam sebuah organisasi dengan tingkat formalisasi yang tinggi,
terdapat uraian pekerjaan yang tegas, banyak peraturan organisasi, serta
prosedur yang telah dirumuskan secara jelas. Dari formalisasi yang tinggi
ini terdapat job-discription yang eksplisit, banyak aturan organisasi yang
terdefinisi dengan jelas, yang meliputi proses kerja dalam organisasi.
Sebaliknya jika formalisasi itu rendah, maka perilaku kerja cenderung

7
Ibid, Hlm 34
8
Op.Cit
[4] http://andininursyarifah.blogspot.co.id/2016/11/pengorganisasian-dakwah.html?m=1
9
untuk tidak terprogram dan para anggota memiliki keleluasaan dalam
menjalankan kerja.
Apabila dalam formalisasi sangan terbatas, maka aktifitas da’I
akan cenderung relative tidak terstruktur dan para da’I juga akan lebih
banyak memiliki kebebasan untuk berimprovisasi tentang bagaimana cara
mereka melakukan pekerjaan.
7. Penentuan Strategi dan struktur dakwah
Struktur organisasi dakwah adalah sarana untuk menolong para
manajer dalam mencapai sasaran, karena sasaran dakwah itu dirumuskan
dari strategi organisasi.tegasnya,struktur organisasi dakwah harus
mengikuti strategi strategi dakwah.10
8. Penyelenggaraan dan desain orhanisasi dakwah
Para da’i baik dalam satu tim atau perorangan membutuhkan
informasi untuk mengambil keputusan dan menentukan strategis dakwah.
”penggunaan teknologi informasi sangat mempengaruhi cara anggota
organisasi dakwah dalam berkomunikasi, menyampaikan informasi, dan
dalam melaksanakan aktivitas mereka.

10
http://noorsyafitriramadhani.blogspot.co.id/2014/02/tanzhim-pengorganisasian-
dakwah.html?m=1
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pembahasan permasalahan yang telah


dirumuskan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

Organisasi adalah sebuah unit kerja yang dilaksanakan oleh dua


orang atau lebih secara terkoordinir dengan tujuan yang sama, kemudian
pengorganisasian adalah bentuk keseluruhan dari kegiatan yang dilakukan
di dalam organisasi, mulai dari pengelompokan, penempatan alat-alat,
tugas, wewenang, tanggung jawab, dan sebagainya, agar dapat bergerak
sebagai bentuk sebuah kesatuan untuk mencapai tujuan
bersama. Pengadaan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan cara
penarikan pelamar, penetapan kebutuhan pegawai, dan penyaringan calon
pegawai, yang semuanya dilandaskan pada karakter orang yang
berkompeten dalam bidang jurnalistik dengan basic seorang yang mampu
menyampaikan dakwah. Departementalisasi atau pengelompokan kerja
dilakukan berdasarkan kebutuhan yang diperlukan, serta penyesuaian
terhadap formasi yang telah dirumuskan untuk pemenuhan kebutuhan dari
instansi atau lembaga.
DAFTAR PUSTKAA
http://www.anneahira.com/pengertian-organisasi.htm (Online: 17 April 2012).

Kustadi Suhandang, Manajemen Pers Dakwah: Dari Perencanaan Hingga


Pengawasan, Bandung: Marja, 2007,

J. Winardi, Teori Organisasi dan Pengorganisasian, Cetakan kedua, Jakarta:


RajaGrafindo Persada, 2003,

id.shvoong.com/writing-and-speaking/copywriting/2073164-definisi-
pengorganisasian-menurut-para-ahli

Lihat juga Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, Jakarta:
Kencana, 2006,

Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk & Kode


Etik, Bandung: Nuansa, 2004, h

Kustadi Suhandang, Manajemen Pers Dakwah…,

Mamduh M. Hanafi, Manajemen Edisi Revisi, Cetakan Kedua (Revisi),


Yogyakarta: Akademi Manajemen Perus

También podría gustarte