Está en la página 1de 6

Review Jurnal Dampak Earnings Reporting Lags terhadap Koefisien Respon Laba

Penulis JASWADI Politeknik Negeri Malang - Universitas Brawijaya

Sumber Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 7 No.3 September 2004

Pertengahan 2002, dalam peraturan SEC mewajibkan emiten NYSE


mempcrcepat penyampaian laporan keuangannya kepada publik. Di lndonesia,
BAPEPAM dengan KEP. No-17 / PM2002 juga memperpendek pelaporan
Latar Belakang keterlambatan dari 120 hari menjadi 90 hari, sedangkan untuk laporan keuangan
tengah-tahun dari 60 hari menjadi 45 hari. Hal ini diperlukan untuk memberikan
bantuan yang lebih cepat dan akurat untuk investor mengenai keuangan emiten
atau perusahaan publik.

Isu pelaporan keterlambatan (reporting lags) atau ketepatan waktu


(timeliness) pada intinya menjelaskan relevansi laporan keuangan. Isu waktu
sebenarnya telah menjadi pertanyaan lama, bersamaan dengan timbulnya masalah
pengisian informasi oleh Ball dan Brown (1968). Selanjumya isu ini mulai
diinvestigasi oleh beberapa peneliti di Australia, Dyer IV dan McHugh (1975),
Whittred (1980), dan Kross (1981), serta Chamber dan Penman (1984). Perioda
berikutnya, isu ketepatan waktu kurang mendapatkan perhatian pada empiris
guna mendukung masalah relevansi atas informasi keuangan publikasian

Masalah penting lain dalam MBAR adalah hubungan antara laba dengan
harga saham. Sebagai ekstensi isu muatan informasi, dalam 2 dekade ini isu
koefisien respon laba banyak diteliti sebagai variabel yang menjelaskan perbedaan
respon harga saham terkait perubahan laba emiten.

Berdasarkan isu ketepatan waktu informasi keuangan pada hubungan laba


akuntansi- harga saham maka penelitian ini didesain untuk menguji dampak
ketetapan waktu pelaporan keuangan tethadap koefisien respon laba. Kedua,
terinspirasi atas perbedaan muatan informasi dan tingkat respons laba atas laba
interim dan tahunan (Lee dan Park, 2000), maka penelitian ini dirancang untuk
menguji perbedaan koefisien respon laba tengah tahun dan koesisien respons laba
tahunan.

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


Rumusan (1) Bagaimana perbedaan reaksi pasar pada laporan keuangan tahun-tengah dan
Masalah laporan keuangan tahunan?
(2) Bagaimana perbedaan koefisien respon laba tengah tahun dan koefisien respon
laba tahunan? dan
(3) Bagaimana dampak kecepatan penyampaian laporan keuangan tengah-tahun
dan laporan keuangan tahunan terhadap koefisien respon laba?
a. Penelitian ini memiliki beberapa tujuan:
Tujuan dan
Manfaat (1) analisis perbedaan reaksi pasar pada laporan keuangan tahun-tengah dan
laporan keuangan tahunan;
(2) menganalisis perbedaan koefisien respon laba tengah tahun dan koefisien
respon laba tahunan; dan
(3) menganalisis dampak kecepatan penyampaian laporan keuangan tengah-
tahun dan laporan keuangan tahunan terhadap koefisien respon laba.
b. Manfaat Penelitian
(I) memberikan kontribusi yang pasti (ketepatan waktu) pada kocfisien respon
laba;
(2) menjadi masukan dan referensi perusahaan dalam rangka memaksimalkan
kemakmuran para pemegang saham dengan menggunakan informasi yag yang
relevan (tepat waku); dan
(3) memberikan bukti empiris atas isu ketepatan waktu laba, dapat digunakan
sebagai pedoman bagi manajemen, para investor dan potensi investor serta
BAPEPAM untuk mengakses kembali atas isi Keputusan No.17/PM/2002.

1. Muatan Informasi
Tinjanan Penelitian-penelitian empiris yang membahas muatan informasi merupakan
Literatur dan pendahulu dari isu koefisien respon laba. Penclitian ini terkait erat dengan teori
Pengembangan hipotesis pasar efisien. Ball dan Brown (1968) menemukan sebuah pola tertentu
Hipotesis atas sampel emiten NYSE, yaitu perubahahan laba akan terkait dengan perolehan
abnormal return tertentu. Penelitian ini mengamati window panjang atas
perubahan harga saham selama 12 bulan sebelum pengumuman laba tahunan.
Foster (1977) menjelaskan bahwa perubahan harga yang terjadi dalam 12 bulan
sebelum tanggal pengumuman dalam Ball dan Brown (1968) dipengaruhi oleh
pengumuman laba interim (laba kuartalan). Sehingga, Foster 977) memperbaiki
model Ball dan Brown (1968) dengan menggunakan data laba kuartalan.
Kelemahan penelitian Ball dan Brown (1968) pada perhitungan news secara rata-
rata, sehingga akan menyembunyikan variasi antar sanupel. Selanjutmya dijelaskan
bahwa hanya 10-15 % muatan informasi pada laba tahunan .

Sejalan dengan isu penelitian muatan informasi diatas, maka dirumuskan


hipotesis sebagai berikut

Hi. Rata-rata abnormal return periode pengumuman laporan keuangan tengah


tahun berbeda secara signifikan dengan perioda pengumuman laporan
keuangan tahunan.

2. Koefisien Respon Laba


Koefisien respon laba (ERC) didefinisikan sebagai ukuran tingkat abnormal
return sekuritas dalam merespon komponen unexpected earnings yang dilaporkan
dari perusahaan yang mengeluarkan sekuritas tersebut (Scott, 1997). Zmijewski
(1989) dan Collins dan Kothari (1989) menemukan bahwa ERC berbeda untuk
masing-masing perusahaan. Beberapa literatur awa' menjelaskan bahwarisiko
sistematik beta (Collins dan Kothari, 1989; Easton dan Zmijewski, 1989), kualitas
laba (Lev dan Thiagarajan, 1993), leverage (Dhaliwal et al., 1991), pertumbuhan
(Collins dan Kothari, 1989), persistensi laba (Kormedi dan Lipe, 1987), besaran
perusahaan (Easton dan Zmijewski, 1989), keterprediksian laba (Lipe, 1990), dan
efck industri (Baginski et al, 1999) adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ERO
Terkait dengan ERC untuk perioda pengumuman laba interim dan tahunan Collins
et al. (1984) melakekan pengujian atas prediktabilitas laba interim pada perioda
kuartalan. Cornell dan Landsman (1989)meginvestigasí respon harga saham pada
saat pengumuman laba kuartalan. Le dan Park (2000) juga melakukan pengujian
atas perbedaan ERC perusahaan pada saat pengumumarn laporan keuangan
kuartal interim dengan kuartal keempat.

Berdasarkan motivasi untuk menguji kembali hasil penelitian terdahulu,


maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2: Koefisien respon laba perioda pengamuman laporan keuangan tengah-tahun


berbeda secara

3. Telaah Signaling dan Ketepatan Waktu


Teori signaling dalam sains komunikasi, digunakan dalam disiplin sains
akuntansi untuk menjelaskan dan memprediksi pola perilaku komunikasi manajer
kepada publik. Teori signaling dalam akuntansi salah satu fungsinya untuk menilai
adanya informasi privat. Dalam pasar modal, pelaku pasar melakukan keputusan
ekonomi dengan dasar informasi publikasian, pengumuman, konferensi pers, dan
filing kepada regulator. Namun demikian, para manajer masih tetap mompunyai
informasi privat yang memuat nilai perusahaan sebenarnya. Informasi privat
kadang-kadang mengindikasikan bahwa nilai perusahaan lebih tinggi dari yang
terefleksikan dalam harga saham saat ini, Sebagai contoh: (1) manajer mempunyai
informasi yang mengindikasikan bahwa laba-jangka panjang akan lebih tinggi dari
ekspektasi pasar; (2) manajer mengetahui bahwa arus kas masa depan perusahaan
tidak terlalu bervolatilitas sehingga dapat menurunkan risiko sistematik (beta).
Upaya manajer untuk meningkatkan kemakmuran pemegarng saham adalah
dengan mengkomanikasikan good mews kepada pasar untuk meningkatkan harga
saham. Untuk mentransfer news manajer dapat mendiclose secara langsung.
Namun, pengungkapan eksplisit mumgkin berbahaya pada perusahaan dengan
alasan kompetitif atau larangan dari klausul perjanjian kerahasian perusahaan.
Ketika pengungkapan langsung tidak mungkin dilakukan, manajer dapat
menggunakan signal tertentu bahwa harga saham underpriced. Berdasarkan teori
signaling, signal dapat diabaikan jika tidak ada konsekuensi negatif (rugi) kepada
manajer yang salah mengumumkan bahwa saham underpriced.

Whitthed (1980) melakukan investigasi atas pengaruh kualifikasi opini audit


terhadap time- liness pemyampaian laporan keuangan tahunan di Australia. Studi
ini menggunakan definisi reporting lag dari Dyer IV dan McHugh (1975). Sampel
diambil dari perpusatakaan Sidney Stock Exchange (SSE) sejumlah 245 perusahaan.
Temuan studi menjelaskan bahwa kualifikasi opini audit mempengaruhi ketepatan
waktu penyampaian preliminary flgure of earnings. Selanjutnya penundaan
penyampaian laporan keuangan, akan diinterprestasikan pasar bahwa emitern
mendapatkan insiden opini auditor (bad news).

Chamber dan Penman (1984) menberikan bukti deskriptif atas adanya


hubungan antara ketepatan waktu pelaporan dengan perilaku harga saham sekitar
tanggal pengumuman. Dalam studi ini, ketepatan waktu didefinsikan dengan dua
cara pengukuran: pertama, dihitung sebagai reporting lags dari tanggal tahun fiskal
sampai dengan tanggal pengumuman; kedua, dengan membandingkan variabilitas
return (perubahan hara) atas emiten yang mengumumkan dekat dengan akhir
tahun fiskal dan yang mengumumkan lebih terlambat. Interpretasi dari semakin
panjangnya jeda waktu pelaporan, maka akan semakin besar peluang harga saham
dipengaruhi oleh sumber selain laba akuntansi.

Beberapa penelitian di Indonesia, semisal Isroah (1999) yang menemukan


adanya reaksi pasar tidak signifikan berbeda antara yang melaporkan laporan
keuangan lebih awal (terlambat). Namun Priyastiwi (2000) menemukan ada
hubungan antara variabel ketepatan wakiu laporan keuangan dengan harga
saham. Temuan penelitian memberikan bukti bahwa pola pelaporan direaksi
pasar. Penyampaian laporan keuangan lebih awal akan dinggap sebagai good news
dan terlambat sebagai bad news. Halim (2000) mengeksplorasi faktor-faktor yang
mempengaruhi audit delay Pcrilaku ermiten dalam pola pelaporan ini merupakan
fungsi dari ukuran perusahaan, industri, jenis opini, profitabilitas, dan lamanya
waktu audit.

Dalam rangka memberikan ekstensi atas penelitian seputar isu ERC pada
perioda interim dan tahunan, maka adanya variabel ketepatan waktu diharapkan
bermanfaat dalam menjelaskan ERC.Berikut hipotesis yang akan diuji:

Hj: earnings reporting lags perioda tengah tahunan dan perioda tahunan
berpengaruh terhadap ERC
a. Populasi dan Sampel
Metode Populasi dalam penelitian ini adalah perusahan-perusahaan yang tercatat di
Penelitian BEJ. Pemilihan sampel ditentukan secara proporsional atas kedelapan kelompok
industri yang ada; yang tercatat di BEJ sejak perioda 1992; selain perbankan dan
jasa keuangan; dan mengabaikan dampak pengumuman deviden serta dampak
pemecahan saham terhadap perubahan.
b. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari beberapa
sumber antara lain: PPA UGM, PACAP MMUGM, Pusat Referensi Pasar Modal
(PRPM) Jakarta dan Laporan Biro PKPI dan H BAPEPAM. Data-data yang digunakan
dalam panelitian ini adalah: (I) data-data pada laporan keuangan perioda yang
berakhir pada tanggal 31 Desember 1991 sampai 30 Juni 2002; (2) tanggal
publikasi laporan keuangan; (3) data emiten dan data pasar
c. Metoda Analisis Data
Sebelum dilakukan analisis, akan dilakukan pemeriksaan awal terhadap
asumsi klasik model regresi. Pengujian tersebut dilakukan dalam rangka
mengetahuí apakah model tersebut telah memenuhi asumsi regresi linear.
Pengujian tersebut terdiri: uji multikolinieritas; uji otokorelasi; dan uji
heteroskedastisitas.

Pengujian hipotesis 1 dilakukan dengan menggunakan uji t pada return


abnormal perioda hari t-3 sampai dengan hari t+3 dari tanggal pengumuman laba
tengah-tahun versus pengumuman laba tahunan. Pengujian hipotesis 1 juga akan
dilakaukan atas beda CAR perioda tengah tahun dan perioda tahunan. Pengujian
hipotesis 2 dengan uji t dilakukan untuk membedakan ERC perioda pengumuman
laba tengah-tahunan versus tahunan. Dan pengujian hipotesis 3 akan memberikan
bukti atas pengaruh reporting lags terhadap koefisien respon laba. Analisis atas
signifikansi statistik masing-masing variabel digunakan uji t serta uji F untuk
menentukan pengaruh secara bersamaan semua variabel independen terhadap
ERC.

Analisis sensitivitas akan dilakukan pada model utama (perhitungan


abnormal return model sesuaian-pasar dengan perioda jendela ± 3 hari) dengan
perioda jendela ± 5 hari. Selanjutnya pendekatan model pasar-beta koreksi
metoda Fowier and Rorke untuk periode koreksi 4 lag dan 4 lead pada perioda
jendela ± 3 dan ± 5 juga akan digunakan dalam rangka memberikan perspektif
pada pendekatan lain.

D. Model Penelitian

Persamaan I mengacu pada Chandrarin (2002) akan digunakan untuk


menentukan ERC . masing-masing sampel, yaitu:
CARit = ao + a.1UEit +a.2Rit +&it ················ (1)
Dalam hal ini:
CAR;, adalah return abnormal kumulatif perusahaan i
selama perioda jendela ± 3 hari dari publikasi
laporan keuangan ·
UE. adalah unexpectedEPS dalam level
R11 adalah return tengah-tahunan/tahunan
perusahaan i perioda t
&;, adalah komponen error dalam model atas
perusahaan i pada perioda t

Untuk mengetahui pengaruh earnings reportinglags


tengah tahun dan tahunan pada ERC, maka digunakan variabel RL
dari masing-masing laporan keuangan emiten. Variabel lain
diperlakukan sebagai kontrol yang digunakan untuk
mempertahankan hubungan detenninan ERC yang telah diteliti
oleh peneliti terdahulu, secara matematis persamaan2 adalah:

ERC1t =Po +J31Rl;t +l32Eflt +J33E~t +J34EPr+


l3sBit + Pslit + J37IEit + PaSIZEit + &i ················ (2)

Dalam hal ini:


ER.Cit adalah koefisien respon laba perusahaan i pada perioda t
RL. adalahjeda waktu pelaporan (reporting lag)
EPit . adalah persistensi laba perusahaan i pada perioda t
EG; adalah kesempatan pertumbuhan perusahaan i pada
perioda t
EPrc adalah keterprediksian laba perusahaan i pada perioda t
Bil adalah risiko beta perusahaan i pada perioda t
Lit adalah struktur modal perusahaan i pada perioda t
IE. adalah pengaruh industri atas perusahaan i pada perioda
t
SIZE adalah besaran perusahaan i pada perioda t adalah
komponen error perusahaan i pada perioda t

(1) Pengujian signifikansi AR model sesuain-pasar atas pengumuman laba


dilakukan secara cross-sectional atas abnormal return pada periode jendela.
Dengan memperhatikan nilai signifikansi pada tabel 5 ( uji t atas Abnormal
Return Perioda Tengah Tahun dan Tahunan), untuk perioda tengah tahunan
disimpulkan h-2 dan h-1 pasar bereaksi atas pengumuman laba secara
signifikan pada p<0,05 sedangkan h0 pasar bereaksi dan signifikan pada p<
Pembahasan
0,10. Untuk perioda tahunan disimpulkan h-2 dan h-I pasar bereaksi atas
pengumuman laba secara statistik signifikan pada p<0,10 dan h 0 dan h-1
secara statistik signifikan pada p < 0,05. Secara statistik tidak ada beda mean
yang signifikan antara AR harian pada perioda jendela tengah tahun dan
tahunan, namun secara kumulatif, CAR tengah tabun lebih besar dibandingkan
tahunan;
(2) Ada perbedaan ERC pada perioda tengah tahunan dan tahunan pada Taswadi
313 p<0,01, dengan memperhatikan arah dari t hitung dan struktur data, ERC
tengah tahun lebih besar dibandingkan pada pcrioda tahuan. Temuan studi ini
konsisten dengan penelitian terdahulu (Lee dan Park, 2000), dan
(3) Variabel reporting lags mempunyai arah negatif dengan ERC tetapi tidak
signifikan, hal ini berarti bahwa (secara tentatif) semakin panjangnya reporting
lags berpengaruh negatif terhadap magnilude reaksi pasar atau ERC. Dengan
analisis sensitivitas, diketahui bahwa pengaruh jeda waktu pelaporan konsisten
dengan model sebelumnya, dan secara statistik param eter ini tidak signifikan
dalam mcnjelaskan ERC.

Secara keseluruhan temuan dalam studi ini sesuai dengan prediksi, dimana
pelaku pasar di BEJ terbukti sebagian tidak naif dalam pengambilan keputusan
Kesimpulan Walaupun secara statistik tidak signifikan, sebagian pelaku pasar bereaksi ataupun
ERC +terhadap informasi laba lebih awal dan atau yang terlambat. Hal ini
mendukung pertanyataan Wolk et at. (2001) yang mendiskusikan bahwa timeliness
adalah determinan atas relevansi dari informasi tetapi bersifat minor

Meskipun peneliti telah berusaha merancang dan mengembangkan


penelitian sedemikian rupa, namun ada beberapa keterbatasan dalam penelitian
ini, antara lain: (1) data penelitian melewati tahun 1997-1998 dimana terjadi
perubahan struktural atas data pasar di BEI, sehingga adanya bias pada hasil
penelitian ini tidak dapat dihindari, dan (2) Dalam rangka mempertahankan
kecukupan sampel, penelitian ini mengesampingkan signifikansi perhitungan ERC
dalam persamaan 1, yang selanjutnya digunakan sebagai variabel dependen pada
persamaan 2.

También podría gustarte