Está en la página 1de 45

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit Hipertensi

1. Pengertian

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan

tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan

selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan

darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama, bila tidak dideteksi secara dini

dan mendapat pengobatan yang memadai dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal,

jantung, dan otak. (Kemenkes RI, 2013).

2. Anatomi Fisiologi

Sistem kardiovaskuler terdiri atas jantung, pembuluh darah (arteri, vena,

kapiler) dan sistem limfatik. Fungsi utama sistem kardiovaskular adalah mengalirkan

darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh dan memompakan darah dari seluruh

tubuh (jaringan) ke sirkulasi paru untuk dioksigenasi.

a. Anatomi Jantung

Jantung merupakan organ utama sistem kardiovaskuler, berotot dan

berongga, terletak di rongga toraks bagian mediastinum. Jantung berbentuk

seperti kerucut tumpul dengan bagian bawah disebut apeks terletak lebih ke kiri

dari garis medial; bagian tepi terletak pada ruang interkosta IV kiri atau sekitar

9 cm dari kiri linea medioklavikularis; bagian atas disebut basis terletak agak ke

kanan pada kosta ke III sekitar 1 cm dari tepi lateral sternum. Memiliki ukuran

panjang sekitar 12 cm, lebar 8 – 9 cm, dan tebal 6 cm. Berat jantung sekitar 200

3
4

– 425 gram, pada laki-laki sekitar 310 gram dan pada perempuan sekitar 225

gram.

Jantung dilapisi oleh selaput yang disebut perikardium. Perikardium

terdiri atas dua lapisan, yaitu perikardium parietal dan perikardium viseral.

Perikardium parietal, yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang dada dan

selaput paru. Perikardium viseral, yaitu lapisan permukaan dari jantung itu

sendiri yang juga disebut epikardium. Di antara kedua lapisan tersebut terdapat

cairan perikardium yang berfungsi mengurangi gesekan akibat gerak jantung

saat memompa.

1) Lapisan jantung

Jantung terdiri atas tiga lapisan, yaitu epikardium, miokardium, dan

endokardium.

a) Epikardium merupakan lapisan terluar, memiliki struktur yang sama

dengan perikardium viseral.

b) Miokardium, merupakan lapisan tengah yang terdiri atas otot yang

berperan dalam menentukan kekuatan kontraksi.

c) Endokardium, merupakan lapisan terdalam terdiri atas jaringan endotel

yang melapisi bagian dalam jantung dan menutupi katup jantung.

2) Katup jantung

Berfungsi untuk mempertahankan aliran darah searah melalui bilik

jantung. Ada dua jenis katup, yaitu katup atrioventrikuler dan katup

semilunar.

a) Katup atrioventrikuler, memisahkan antara atrium dan ventrikel.

b) Katup semilunar, memisahkan antara arteri pulmonalis dan aorta dari

ventrikel.
5

3) Ruang jantung

Jantung memiliki 4 ruang, yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kiri

dan ventrikel kanan. Atrium terletak di atas ventrikel dan saling

berdampingan. Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh katup satu arah.

Antara rongga kanan dan kiri dipisahkan oleh septum.

a) Atrium kanan

b) Ventrikel kanan

c) Atrium kiri

d) Ventrikel kiri

4) Pembuluh Darah

Keseluruhan sistem peredaran (sistem kardiovaskuler) terdiri atas

arteri, arteriola, kapiler, venula dan vena.

a) Arteri

b) Arteriola

c) Kapiler

d) Venula

e) Vena

5) Sirkulasi Jantung

Lingkaran sirkulasi jantung dapat dibagi menjadi dua bagian besar,

yaitu sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal. Namun demikian, terdapat

juga sirkulasi koroner yang juga berperan sangat penting bagi sirkulasi

jantung.

a) Sirkulasi sistemik
6

b) Sirkulasi pulmonal

c) Sirkulasi koroner

b. Fisiologi Jantung

1) Sistem konduksi jantung

Siklus jantung adalah rangkaian kejadian dalam satu irama jantung.

Dalam bentuk yang paling sederhana, siklus jantung adalah kontraksi

bersamaan kedua atrium, yang mengikuti suatu fraksi pada detik berikutnya

karena kontraksi bersamaan kedua ventrikel.

2) Siklus jantung

Merupakan periode ketika jantung kontraksi dan relaksasi. Satu kali

siklus jantung sama dengan satu periode sistole (saat ventrikel kontraksi) dan

satu periode diastole (saat ventrikel relaksasi).

3) Bunyi jantung

Bunyi tidak akan dihasilkan ketika katup membuka karena terjadi

secara pasif. Pada faBunyi jantung terdiri dari bunyi jantung murni dan bunyi

jantung tambahan. Bunyi jantung murni terdiri atas bunyi jantung I (S1)

akibat penutupan katup atrioventrikuler saat sistole ventrikel dan bunyi

jantung II (S2) akibat penutupan katup semilunar saat diastole ventrikel.

Selain dua bunyi tersebut, ada juga bunyi jantung tambahan seperti bunyi

jantung III (S3), bunyi jantung IV (S4), murmur dan irama gallop. S3 dan S4

terjadi akibat vibrasi pada dinding jantung saat darah mengalir dengan cepat

dalam ventrikel. Bunyi murmur terjadi akibat turbulensi aliran darah karena

adanya penutupan katup tidak sempurna atau penyumbatan.


7

Pada orang dewasa S1 dan S2 terdengar dalam keadaan istirahat. S3

biasanya terdengar ketika seseorang berolahraga, bunyi ini dianggap

patologis jika terdengar saat istirahat.

4) Frekuensi jantung

Jantung berdenyut dalam satu menit sekitar 60-100 kali atau rata-rata

75 kali/menit. Jika jantung berdenyut lebih dari 100 kali/menit disebut

takikardia dan jika kurang dari 60 kali/menit disebut brakikardia. Frekuensi

denyut jantung dipengaruhi oleh keadaan aktivitas, umur, jenis kelamin,

endokrin, suhu tekanan darah, kecemasan, stres dan nyeri.

Pada saat aktivitas kebutuhan oksigen dan pengeluaran CO2 meningkat

sehingga meningkatkan denyut jantung. Frekuensi denyut jantung lebih cepat

pada orang yang berusia lebih muda. Wanita memiliki frekuensi denyut

jantung lebih cepat dibandingkan pria.

5) Jantung sebagai pompa

Jantung merupakan organ memompa, yaitu memompa darah melalui

sirkulasi sistemik maupun pulmonal. Pada keadaan normal jumlah darah

yang dipompakan oleh ventrikel kanan dan kiri sama sehingga tidak terjadi

penimbunan. Kerja jantung diperlihatkan melalui curah jantung. Selama

sistole atau relaksasi, tekanan ventrikel lebih rendah dari atrium sehingga

darah mengalir dari atrium ke ventrikel melalui katup atrioventrikuler yang

terbuka dan pada akhir diastole ventrikel, atrium berkontraksi mendorong

darah masuk ke ventrikel. Volume darah dalam setiap ventrikel diakhir

diastole disebut volume diatstole akhir, yang banyaknya sekitar 120 mL.

Pada keadaan ini tekanan ventrikel menjadi lebih tinggi dan mendorong
8

penutupan katup atrioventrikuler. Sementara itu, aktivitas listrik mengalir ke

ventrikel dan menimbulkan kontraksi ventrikel sehingga darah akan

dipompakan keluar, baik ke aorta maupun ke paru. Volume darah yang

dipompakan oleh ventrikel setiap denyutan disebut isi sekuncup atau stroke

volume. Tidak semua volume darah yang ada di ventrikel dikeluarkan pada

saat kontraksi, tetapi hanya sekitar 70 mL yang dikeluarkan dan tersisa

sekitar 50 mL.

6) Curah jantung

Merupakan volume darah yang dipompakan selama satu menit. Curah

jantung ditentukan oleh jumlah denyut jantung per menit dan stroke volume.

7) Tekanan darah

Adalah tenaga yang diupayakan oleh darah untuk melewati setiap unit

atau daerah dari dinding pembuluh darah, timbul dari adanya tekanan pada

dinding arteri. Tekanan arteri terdiri atas tekanan sistolik, tekanan diastolik,

tekanan pulsasi, tekanan arteri rerata.

Tekanan sistolik yaitu tekanan maksimum dari darah yang mengalir

pada arteri saat ventrikel jantung berkontraksi, besarnya sekitar 100-140

mmHg. Tekanan diastolik yaitu tekanan darah pada dinding arteri pada saat

jantung relaksasi, besarnya sekitar 60- 90 mmHg. Tekanan pulsasi

merupakan refleks dari stroke volume dan elastisitas arteri, besarnya sekitar

40-60 mmHg. Sedangkan tekanan arteri rerata merupakan gabungan dari

tekanan pulsasi dan tekanan diastolik yang besarnya sama dengan sepertiga

tekanan pulsasi ditambah tekanan diastolik. Tekanan darah sesungguhnya

adalah ekspresi dari tekanan sistole dan tekanan diastole yang normal
9

berkisar 120/80 mmHg. Peningkatan tekanan lebih dari normal disebut

hipertensi dan jika kurang dari normal disebut hipotensi.

8) Tahanan perifer/resistensi

Adalah hambatan aliran darah terhadap suatu pembuluh darah yang

tidak dapat diukur secara langsung. Tahanan perifer vaskuler adalah keadaan

tahanan pembuluh darah yang ditentukan oleh adanya aliran darah, tonus otot

vaskuler dan diameter pembuluh darah. Makin kecil diameter pembuluh

darah makin besar tahanan perifernya.

9) Aliran darah

Aliran darah pada orang dewasa saat istirahat adalah 5 L/menit. Aliran

darah melalui pembuluh darah dipengaruhi oleh perbedaan tekanan.

Perbedaan tekanan antara dua ujung pembuluh darah menyebabkan darah

mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Apabila

terjadi resistensi/tahanan pada pembuluh (vascular resistance) maka akan

menghambat aliran darah.

10) Volume darah

Volume darah dalam sistem sirkulasi sangat memengaruhi tekanan

darah. Pada pria dewasa volume darah sekitar 5 liter dan normalnya volume

ini dipertahankan dalam keadaan konstan. Jika volume darah tinggi maka

tekanan dalam pembuluh darah meningkat. Pada keadaan volume darah

menurun misalnya karena perdarahan atau dehidrasi maka tekanan darah

akan menurun.
10

11) Viskositasi darah

Keadaan kekentalan darah diukur dengan hematokrit, yaitu presentase

sel darah merah dalam darah. Ketika hematokrit meningkat dan aliran darah

menurun maka tekanan arteri akan meningkat dan jantung akan bekerja lebih

kuat untuk mendorong darah ke sistem sirkulasi.

12) Elastisitas

Normalnya dinding arteri elastis dan dapat berkembang maupun

menguncup. Pada keadaan aterosklerosis, arteri menjadi kurang elastis dan

menyebabkan aliran darah menjadi lambat serta tekanannya menjadi lebih

tinggi.

13) Pengaturan tekanan darah

Tekanan darah diatur oleh sistem saraf dan sistem endokrin.

14) Pengaturan oleh sistem saraf

Pengaturan oleh sistem saraf dilakukan melalui aktivitas saraf otonom,

yaitu saraf simpatis dan parasimpatis. Perubahan aktivitas saraf simpatis dan

parasimpatis merupakan respons yang dikirim oleh reseptor sensoris dari

bagian tubuh. Ada tiga reseptor penting dalam refleks kardiovaskuler, yaitu

baroresptor, stretch receptor dan kemoreseptor.

15) Pengaturan oleh sistem endokrin

Pengaturan tekanan darah juga dilakukan oleh sistem endokrin melalui

peran hormon tertentu, seperti epinefrin, norepinefrin, anti diuretik hormon

(ADH), mekanisme renin-angiotensin-aldosteron (RAA), histamin,

bradikinin, dan serotinin. Norepinefrin berperan sebagai vasokonstriktor,

sedangkan epinefrin berperan sebagai vasokonstriktor atau vasodilator

bergantung pada reseptor otot polos pada pembuluh darah organ.


11

16) Suplai darah miokardium

Otot jantung membutuhkan aliran darah untuk memenuhi kebutuhan

oksigen dan nutrien yang sangat dibutuhkan untuk metabolisme. Miokardium

menerima suplai darah dari arteria koronaria yang merupakan cabang dari

aorta (Aspiani, 2015).

3. Klasifikasi

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut AHA Tahun 2017

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Sistol Tekanan Darah Diastol

Darah (mmHg) (mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-129 <80

Hipertensi Stage 1 130-139 80-89

Hipertensi Stage 2 ≥140 ≥90

Sumber: American Heart Association Tahun 2017

Joint National Comittee on the Prevention, Detection, Evaluation, and

Treatment of High Blood Pressure, yang berpusat di Amerika Serikat telah

menentukan batasan tekanan darah yang berbeda-beda, dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

a. Berdasarkan Penyebab

1) Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial

Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), dapat

dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak

(inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90 % penderita

hipertensi.

2) Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial


12

Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5 – 10 %

penderita hipertensi penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1- 2

% penderita hipertensi penyebabnya adalah kelainan hormonal atau

pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).

b. Berdasarkan Bentuk Hipertensi

Hipertensi diastolik (Diastolic Hypertension), Hipertensi campuran (sistol

dan diastol yang meninggi) dan Hipertensi sistolik (Isolated Systolic

Hypertension).

Terdapat jenis hipertensi yang lain:

1) Hipertensi Pulmonal

Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada

pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing,

dan pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasarkan penyebabnya

hipertensi pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang ditandai dengan

penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan.

Hipertensi pulmonal primer sering didapatkan pada usia muda dan usia

pertengahan, lebih sering didapatkan pada perempuan dengan perbandingan

2 : 1, angka kejadian pertahun sekitar 2- 3 kasus per 1 juta penduduk,

dengan rata-rata survival sampai timbulnya gejala penyakit sekitar 2 – 3

tahun.

Kriteria diagnosis untuk hipertensi pulmonal merujuk pada National

Institute of Health, bila tekanan sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35

mmHg atau rata-rata tekanan darah arteri pulmonalis lebih dari 25 mmHg

pada saat istirahat atau lebih 30 mmHg pada saat aktivitas dan tidak
13

didapatkan adanya kelainan katup pada jantung kiri, penyakit miokardium,

penyakit jantung kongenital, dan tidak adanya kelainan paru.

2) Hipertensi Pada Kehamilan

Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi umumnya terdapat pada saat

kehamilan, yaitu:

a) Preeklampsia – Eklampsia.

b) Hipertensi Kronik.

c) Preeklampsia pada hipertensi.

d) Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat.

Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada

yang mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kelainan pembuluh

darah, ada yang mengatakan karena faktor diet, tetapi ada juga yang

mengatakan disebabkan faktor keturunan, dan lain sebagainya (Infodatin

Kemnkes RI, 2017).

4. Etiologi

Etiologi yang pasti dari hipertensi esensial belum diketahui. Namun, sejumlah

interaksi beberapa energi homeostatik saling terkait. Defek awal diperkirakan pada

mekanisme pengaturan cairan tubuh dan tekanan oleh ginjal. Faktor hereditas

berperan penting bilamana ketidakmampuan genetik dalam mengelola kadar natrium

normal. Kelebihan intake kalium dalam diet dapat meningkatkan volume cairan dan

curah jantung. Pembuluh darah memberikan reaksi atas peningkatan aliran darah

melalui kontriksi atau peningkatan tahanan perifer. Tekanan darah tinggi adalah hasil

awal dari peningkatan curah jantung yang kemudian dipertahankan pada tingkat yang

lebih tinggi sebagai suatu timbal balik peningkatan tahanan perifer.


14

Etiologi hipertensi sekunder pada umumnya diketahui. Berikut ini beberapa

kondisi yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi sekunder.

a. Penggunaan kontrasepsi hormonal (Estrogen)

b. Penyakit parenkim dan vaskuler ginjal

c. Gangguan endokrin

d. Coarctation aorta

e. Neurogenik: tumor otak, encephalitis, dan gangguan psikatrik.

f. Kehamilan

g. Luka bakar

h. Peningkatan volume intravaskuler

i. Merokok

5. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan

tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal

ini berarti hiperensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri

tidak terukur.

b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi

nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim

yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:

1) Mengeluh sakit kepala dan pusing

2) Lemas dan kelelahan


15

3) Sesak nafas

4) Gelisah

5) Mual

6) Muntah

7) Epistaksis

8) Kesadaran menurun (Tambayong, 2000).

6. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak

di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf

simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula

spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf

simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan

asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,

dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh

darah. Berbagai faktor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat memengaruhi respons

pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Klien dengan hipertensi sangat

sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal

tersebut dapat terjadi.

Pada saat bersamaan ketika sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai repons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan

tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal menyekresikan epinefrin, yang

menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid

lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah,


16

vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan

pelepasan renin.

Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang

kemudian diubah menjadi angiotensin II, vasokonstriktor kuat, yang pada akhirnya

merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan

retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume

intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan hipertensi (Brunner &

Suddarth, 2002).
17

7. Pathway

Faktor predisposisi

Merangsang pusat vasomotor

Merangsang neuron pre ganglion untuk melepaskan asetikolin

Merangsang serabut pasca-ganglion ke pembuluh darah untuk


melepaskan norepinefrin

Kortisol dan steroid


lainnya disekresi oleh Kelenjar medula adrenal
kelenjar korteks adrenal juga terangsang untuk
menyekresi epinefrin
Memperkuat

Vasokonstriksi pembuluh darah

Penurunan aliran darah ke ginjal

Pelepasan renin

Merangsang pembentukan angiotensin I menjadi angiotensin II

Merangsang sekresi aldosteron

Retensi natrium dan air di tubulus

Peningkatan volume intravaskular

Hipertensi
18

Kerusakan vaskular

Sistemik Koroner

Otak Ginjal Penurunan suplai O2 ke


koroner
Obstruksi/ruptur Disfungsi ginjal
pembuluh darah Iskemik miokard
otak Gagal ginjal
Nyeri dada
Stroke hemoragik
Diagnosa
keperawatan: Nyeri
Nyeri kepala Vasokonstriksi
akut dan Intoleransi
aktivitas
Diagnosa Peningkatan
keperawatan: Nyeri afterload Diagnosa keperawatan:
akut Penurunan curah jantung

Gambar 2.1 Pathway Hipertensi (Sumber: Aspiani, 2018 dan Nanda, 2016)

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan faktor resiko dilakukan dengan cara pengobatan setara non-

farmakologi, antara lain:

a. Pengaturan diet

Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan/atau

dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat

memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri.

Beberapa diet yang dianjurkan:

1) Rendah garam. Diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada

klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi

stimulasi sistem renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai ganti


19

antihipertensi. Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50 – 100 mmol atau

setara dengan 3 – 6 gram garam per hari.

2) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya

belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat menyebabkan

vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksida nitrat pada dinding

vaskuler.

3) Diet kaya buah dan sayur.

4) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.

b. Penurunan berat badan

Mengatasi obesitas, pada sebagian orang, dengan cara menurunkan berat

badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja

jantung dan volume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas

berhubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi,

penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan

darah. Penurunan berat badan (1 kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat

badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus karena

umumnya obat penurun berat badan yang terjual bebas mengandung

simpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah, memperburuk

angina atau gejala gagal jantung dan terjadinya eksaserbasi aritmia.

c. Olahraga

Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat

untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung. Olahraga

isotonik dapat juga meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan

mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3 –

4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah.
20

Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya

arterosklerosis akibat hipertensi.

d. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat

Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alkohol, penting untuk

mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui

menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja

jantung.

Penatalaksanaan medis yang diterapkan pada penderita hipertensi adalah

sebagai berikut:

1) Terapi oksigen

2) Pemantauan hemodinamik

3) Pemantauan jantung

4) Obat-obatan

(Brunner & Suddarth, 2002)

9. Pemeriksaan Penunjang

a. Hitung darah lengkap (Complete Blood Cells Count) meliputi pemeriksaan

hemoglobin, hematokrit untuk menilai viskositas dan indikator faktor resiko

seperti hiperkoagulabilitas, anemia.

b. Kimia darah

1) BUN (Blood Urea Nitrogen), kreatinin: peningkatan kadar menandakan

penurunan perfusi atau faal renal.

2) Serum glukosa: hiperglisemia (diabetes melitus adalah presipitator hipertensi)

akibat dari peningkatkan kadar katekalomain.

3) Kadar kolesterol atau trigliserida: peningkatan kadar mengindikasikan

prediposisi pembentukan plaque atheromatus.


21

4) Kadar serum aldosteron: menilai adanya aldosteronisme primer.

5) Studi tiroid (T3 dan T4): menilai adanya hipertiroidisme yang berkontribusi

terhadap vasokonttriksi dan hipertensi.

6) Asam urat: hiperuricemia merupakan implikasi faktor resiko hipertensi.

c. Elektrolit

1) Serum potasium atau kalium (hipokalemia mengindikasikan adanya

aldotseronsime atau efek samping terapi diuretik).

2) Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap hipertensi.

d. Urine

1) Analisis urine adanya darah, protein, glukosa dalam urine mengindikasikan

disfungsi renal atau diabetes.

2) Urine VMA (catecholamine metabolic): peningkatan kadar mengindikasikan

adanya pheochromacytoma.

3) Steroid urine: peningkatkan kadar mengindikasikan hipedrenalisme,

pheochromacytoma, atau disfungsi pituitary, sindrom cushing’s; kadar renin

juga meningkat.

e. Radiolagi

1) Intra venous Pyelografi (IVP): mengindentifikasi penyebab hipertensi seperti

renal pharenchymal disease, urolithiasis, benign prostate hyperplasia (BPH).

2) Rontgen toraks: menilai adanya klasifiksi obstruktif katup jantung, deposit

kalsium pada aorta, dan pembesaran jantung.

3) EKG: menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain, gangguan konduksi atau

disritmia (Udjianti, 2013).

10. Komplikasi
22

a. Stroke dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi di otak, atau

akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan

tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis, apabila arteri yang

memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke

area otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yang mengalami arterosklerosis

dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.

b. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri korener yang arterosklerotik tidak

dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus

yang menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis

dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat

dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyababkan infrak. Demikian

juga, hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik

melindungi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan

peningkatan resiko pembentukan bekuan.

c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada

kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke nefron

akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan

rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui urine sehingga

tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang sering

dijumpai pada hipertensi kronis.

d. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna

(hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi

pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong

cairan ke ruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat. Neuron disekitarnya

kolaps dan terjadi koma serta kematian.


23

e. Kejang dapat terjadi pada wanita preeklampsia. Bayi yang lahir mungkin

memiliki berat lahir kecil akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat. Kemudian

dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang selama atau

sebelum proses persalinan (Aspiani, 2015).

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Hipertensi

1. Pengkajian Keperawatan Gerontik

a. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik menggunakan pendekatan “head to toe” dengan cara IPPA

(inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi) pada semua sistem tubuh klien,

didapatkan data sebagai berikut pada pasien dengan hipertensi:

1) Inspeksi : Pasien tampak lelah, pucat, adanya sianosis, pasien

nampak sesak nafas (adanya pernafasan cuping hidung, tampak retraksi

dinding, respirasi >16-20 kali/menit) dan terdapat oedema pada ekstremitas.

2) Palpasi : Tekanan darah >160/90 mm Hg, turgor kulit >3 detik,

CRT >3 detik, nadi teraba kuat, jelas dan cepat, terdapat juga pembesaran

pada ginjal.

3) Perkusi : Suara dullness (redup/pekak) pada paru.

4) Auskultasi : Terdengar bunyi jantung tambahan S3 (gallop) dan S4,

terdengar suara crackles pada paru dan terdengar suara briut (gesekan

friksi) pada abdomen.

b. Pengkajian persyarafan pada Hipertensi

1) Pemeriksaan syaraf cranial:

a) Test nervus I Olfactory (fungsi penciuman)


24

Test pemeriksaan: minta klien tutup mata dan mencium benda yang

baunya mudah dikenal seperti sabun, kopi, dll. Kemudian bandingkan

dengan hidung bagian kiri dan kanan.

b) Test nervus II Optikus (fungsi aktivitas visual dan lapang pandang)

Test aktivitas visual: klien menutup salah satu mata kemudian

instruksikan klien untuk membaca dua baris di koran, dan ulangi untuk

mata lainnya.

Test lapang pandang: minta klien menutup mata kiri, pemeriksa di

kanan, klien memandang hidung pemeriksa yang memegang pena

warna cerah, gerakkan perlahan objek tersebut, informasikan agar klien

langsung memberitahu jika melihat benda tersebut, ulangi untuk mata

sebelah kanan.

c) Test nervus III Oculomotorius, IV Trochlear, dan VI Abducens, (fungsi

koordinasi gerakan mata dan kontriksi pupil mata (N III))

Test N III (respon pupil terhadap cahaya): pemeriksa mengarahkan

senter ke dalam tiap pupil mata, kemudian mulai menyinari dari arah

belakang dari sisi klien dan sinari satu mata (jangan keduanya),

perhatikan kontriksi pupil yang kena sinar.

Test N IV: kepala tegak lurus, letakkan objek kurang lebih 60cm

sejajar dengan mid line mata, gerakkan objek ke arah kanan. Observasi

adanya penglihatan kabur, diplopia dan epistaksis.

Test N VI: minta klien untuk melihat ke arah kiri dan kanan tanpa

menengok.

d) Test Nervus V trigeminus


25

Fungsi sensasi, pemeriksaan: dengan mengusap kapas pada kelopak

mata atas dan bawah. Refleks kornea langsung maka gerakan mengedip

ipsilateral. Gerakan kornea consensual maka gerakan mengedip

kontralateral. Usap pula dengan kapas pada maxilla dan mandibula

dengan mata klien tertutup. Perhatikan apakah klien merasakan adanya

sentuhan.

Fungsi motorik, pemeriksaan: minta klien untuk mengunyah,

pemeriksa melakukan palpasi pada otot temporal dan masseter.

e) Test Nervus VII fasialis

Fungsi sensasi, pemeriksaan: mengkaji sensasi rasa bagian anterior

lidah terhadap asam, manis, asin, dan pahit. Minta klien untuk menutup

mata, usapkan larutan dengan kapas atau teteskan, klien tidak boleh

menarik masuk lidahnya karena akan merangsang pula sisi yang sehat.

Fungsi motorik, pemeriksaan: kontrol ekspresi wajah dengan cara

meminta klien untuk: tersenyum, mengerutkan dahi dan menutup mata

sementara pemeriksa berusaha membukanya.

f) Test Nervus VIII acusticus

Fungsi sensoris, pemeriksaan: cochlear (mengkaji pendengaran), tutup

satu telinga klien, pemeriksa berbisik di satu telinga lain atau

menggesekkan jari bergantian kanan kiri. Vestibulator (mengkaji

keseimbangan), minta klien berjalan lurus, observasi apakah dapat

melakukannya atau tidak.

g) Test Nervus IX Glossopharingeal dan X Vagus


26

N IX, mempersarafi perasaan mengecap pada 1/3 posterior lidah, tapi

bagian ini sulit dites demikian pula dengan M.Stylopharingeus. Bagian

parasimpatik N IX mempersarafi M. Salivarius inferior.

N X, mempersarafi organ viseral dan thoracal, pergerakan ovula,

palatum lunak, sensasi pharynx, dan tonsil.

Pemeriksaan: inspeksi gerakan ovula (saat klien mengucapkan “ah”)

observasi apakah simetris dan tertarik ke atas.

Refleks menelan, pemeriksaan: dengan cara menekan posterior dinding

pharynx dengan tong spatel, akan terlihat klien seperti menelan.

h) Test Nervus XI Accessorius

Pemeriksaan: minta klien menoleh ke samping melawan tahanan.

Observasi apakah Sternocledomastodeus dapat terlihat? Apakah atrofi?

kemudian kekuatannya. Test otot trapezius, pemeriksaan: minta klien

mengangkat bahu dan pemeriksa berusaha menahan.

i) Test Nervus XII Hypoglosus

Pemeriksaan: mengkaji gerakan lidah saat berbicara dan menelan.

Inspeksi posisi lidah (normal, asimetris atau deviasi). Minta klien untuk

mengeluarkan lidahnya, memasukkannya dengan cepat kembali ke

mulut dan minta untuk menggerakkan ke kiri dan ke kanan.

c. Aktivitas/istirahat

Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.

d. Sirkulasi

Gejala :
27

1) Riwayat hipertensi, arterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan

penyakit serebrovaskuler.

2) Episode palpitasi

Tanda :

1) Peningkatan tekanan darah

2) Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, takikardia

3) Murmur stenosis valvular

4) Distensi vena jugularis

5) Kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer)

6) Pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda

e. Integritas ego

Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress multiple

(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).

Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian, tangisan

meledak, otot muka tegang, menghela napas, peningkatan pola bicara.

f. Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau riwayat penyakit

ginjal pada masa yang lalu.

g. Makanan/cairan

Gejala :

1) Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta

kolesterol

2) Mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini ( meningkat/turun)

3) Riwayat penggunaan diuretic


28

Tanda :

1) Berat badan normal atau obesitas

2) Adanya edema

3) Glikosuria

h. Neurosensori

Gejala :

1) Keluhan pening atau pisung, berdenyut, sakit kepala, suboksipital (terjadi

saat bangun dan menghilang secara spontan setelah berapa jam)

2) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur, epistaksis)

Tanda :

1) Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek, proses

piker.

2) Penurunan kekuatan genggaman tangan

i. Nyeri/ ketidaknyamanan

Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung), sakit kepala

j. Pernapasan

Gejala :

1) Dispnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja, takipnea, ortopnea, dispnea

2) Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum

3) Riwayat merokok

Tanda :

1) Distres pernapasan/penggunaan otot aksesori pernapasan.

2) Bunyi napas tambahan (crakles/mengi)

3) Sianosis
29

k. Keamanan

Gejala : Gangguan Koordinasi/ cara berjalan, hipotensi postural.

l. Pembelajaran/penyuluhan

Gejala :

1) Faktor resiko keliuarga : Hipertensi, arterosklerosis, penyakit jantung,

diabetes mellitus.

2) Faktor lain, Deperti orang Afrika-Amerika, Asia tenggara, penggunaan pil

KB atau hormone lain, penggyunaan alkohol/obat.

2. Riwayat Kesehatan Keluarga

Menjelaskan mengenai riwayat keluarga meliputi riwayat penyakit

keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian

keluarga terhadap pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang

biasa digunakan keluarga dan pengalaman terhadapa pelayanan kesehatan.

Genogram Keluarga :

Aturan yang harus dipenuhi dalam pembuatan genogram

(1) Anggota keluarga yang lebih tua berada di sebelah kiri

(2) Umur anggota keluarga ditulis pada simbol laki-laki atau perempuan

(3) Tahun dan penyebab kematian ditulis di sebelah simbol laki-laki

atau perempuan

(4) Penggunaan simbol dalam genogram

Gambar 2.2 Simbol dalam genogram keluarga


30

35 35

Laki-laki Perempuan Menikah Cerai

Pisah
Anak kandung Anak kembar Anak
angkat

Aborsi Tinggal dalam


Klien Meninggal
satu keluarga

Sumber: Suprajitno, 2014)

3. Pengkajian Status Fungsional

Pengkajian status fungsional ini melakukan pemeriksaan dengan instrumen

tertentu untuk membuat penilaian secara objektif yang biasa digunakan dalam

pengkajan status fungsional adalah Indeks Katz, Barthel Indeks, dan Sullivan Indeks

Katz. Alat ini digunakan untuk menentukan hasil tindakan dan prognosis pada lansia

dan penyakit kronis. Lingkup pengkajian meliputi keadekuatan enam fungsi, vaitu

mandi, berpakaian, toileting, berpindah, kontinen dan makan, yang hasilnya untuk

mendeteksi tingkat fungsional klien (mandiri/dilakukan sendiri atau tergantung).

4. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Mucul (NANDA 2015 dan Asuhan

Keperawatan Gerontik)

a. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokontriksi,

hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard

b. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral dan iskemia

c. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan

oksigen.
31

d. Gangguan proses berfikir berhubungan dengan kemunduran atau kerusakan

memori sekunder.

e. Disfungsi seksual berhubungan dengan oerubahan struktur tubuh/fungsi yang

ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.

f. Kelemahan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal

dan neuromuscular yang ditandai dengan perubahan gaya berjalan, gerak

lambat, gerak menyebabkan tremor, dan usaha yang kuat untuk perubahan

gerak.

g. Isolasi sosial berhubungan dengan perubahan penampilan fisik, perubahan

keadaan sejahtera, perubahan status mental.

h. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,

perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.

i. Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, status kesehatan,

pola interaksi, fungsi peran, lingkungan,status ekonomi, yang ditandai

dengan ekspresi yang mendalam dalam perubahan hidup, mudah tersinggung,

dan gangguan tidur.

j. Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, status kesehatan,

pola interaksi, fungsi peran, lingkungan,status ekonomi, yang ditandai

dengan ekspresi yang mendalam dalam perubahan hidup, mudah tersinggung,

dan gangguan tidur.

k. Distress spiritual berhubungan dengan perubahan hidup, kematian atau

sekarat diri atau orang lain, cemas, mengasingkon diri, kesendirian atau

pengasingan sosial, kurang sosiokultural.


32

5. Intervensi keperawatan (NANDA 2015 dan Asuhan Keperawatan Gerontik)

a. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokontriksi,

hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard

Definisi : ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi

kebutuhan metabolic

Batasan karakteristik :

1) Perubahan frekuensi/irama jantung

a) Aritmia

b) Bradikardi. Takikardi

c) Perubahan EKG

d) Palpitasi

2) Perubahan preload

a) Penurunan tekanan vena central (central venous, CVP)

b) Penurunan tekanan arteri paru (pulmonary artery wedge pressure,

PAWP)

c) Edema, keletihan

d) Peningkatan CVP

e) Peningkatan PAWP

f) Distensi vena jugular

g) Murmur

h) Peningkatan berat badan

3) Perubahan afterload

a) Kulit lembab

b) Penurunan nadi perifer


33

c) Penurunan resistansi vascular paru (pulmunary vascular resistence, SVR)

d) Penurunan resistansivaskular sistemik

e) Dipsnea

f) Peningkatan PVR

g) Peningkatan SVR

h) Oliguria

i) Pengisian kapiler memanjang

j) Perubahan warna kulit

k) Variasi pada pembacaan tekanan darah

4) Perubahan kontraktilitas

a) Batuk, crackle

b) Penurunan indeks jantung

c) Penurunan fraksi ejeksi

d) Ortopnea

e) Dispnea paroksismalnokturnal

f) Penurunan LVSWI (left ventricular stroke work index)

g) Penurunan stroke volume index (SVI)

h) Bunyi S3, bunyi S4

5) Perilaku emosi

a) Ansietas, gelisah

Faktor yang berhubungan :

1) Perubahan afterload

2) Perubahan kontraktilitas

3) Perubahan frekuensi jantung


34

4) Perubahan preload

5) Perubahan irama : Perubahan volume sekuncup

NOC

1) Cardiac pump effectiveness

2) Circulation status

3) Vital sign status

Kriteria Hasil :

1) Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, respirasi)

2) Dapat mentoleransi aktivitas,tidak ada kelelahan

3) Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites

4) Tidak ada penurunan kesadaran

NIC

1) Cardiac care

a) Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi)

b) Catat adanya disritmia

c) Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output

d) Monitor status kardiovaskuler

e) Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung

f) Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi


35

g) Monitor adanya perubahan tekanan darah

h) Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia

i) Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan

j) Monitor toleransi aktivitas pasien

k) Monitor adanya dyspneu, fatigue, takipneu dan ortoneu

l) Anjurkan untuk menurunkan stress

2) Vital sign monitoring

a) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

b) catat adanya fluktuasi tekanan darah

c) Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri

d) Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan

e) Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas

f) Monitor kualitas dari nadi

g) Monitor adanya pulsus paradoksus

h) Monitor adanya pulsus alterans

i) Monitor jumlah dan irama jantung

j) monitor irama jantung

k) Monitor bunyi jantung

l) Monitor frekuensi dan irama pernapasan


36

m) Monitor suara paru

n) Monitor pola pernapasan abnormal

o) Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

p) Monitor sianosis perifer

q) Monitor adanya cushing triad

r) Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign.

b. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral dan iskemia

Definisi : pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang

muncul akibat kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau digambarkan

dalam hal kerusakan sedemikian rupa(international association for the study of

pain): awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat

dengan akhir yang dapat diantisipasi atu diprediksi dan berlangsung <6 bulan.

Batasan karakteristik :

1) Perubahan selera makan

2) Perubahan tekanan darah

3) Perubahan frekuensi jantung

4) Perubahan frekuensi pernapasan

5) Laporan isyarat

6) Diaphoresis

7) Perilaku distraksi (mis.,berjalan mondar-mandir mencari orang lain dan

atau aktivitas lain, aktivitas yang berulang).

8) Mengekspresikan perilaku (mis, gelisah, merengek, menangis)


37

9) Masker wajah (mis, mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata

berpencar atau tetap pada satu satu focus meringis)

10) Sikap melindungi area nyeri

11) Focus menyempit (mis, gangguan presepsi nyeri, hambatan proses

berfikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)

12) Indikasi nyeri yang dapat diamati

13) Perubahan posisi untuk menghindari nyeri

14) Sikap tubuh melindungi

15) Dilatasim pupil

16) Melaporkan nyeri secara verbal

17) Gangguan tidur

Faktor yang berhubungan :

1) agen cedera (mis, biologis, zat kimia, fisik, psikologis)

NOC

1) Pain level

2) Pain control

3) Comfort level

Kriteria Hasil :

1) Mampu mengontol nyeri (tahu penyebab nyeri, msmpu menggunakan

teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen

nyeri
38

3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

NIC

1) Pain Management

a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

b) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

c) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman

nyeri pasien

d) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

e) Evaluasi pengalaman nyeri masa lalu

f) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang

ketidakefektifan control nyeri masa lampau

g) Bantu pasien dari keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

h) Control lingkungan ynag dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu

ruangan, pencahayan dan kebisingan

i) Kurangi faktor presipitasi nyeri

j) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan

interpersonal)

k) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi


39

l) Ajarkan tentang teknik non farmakologi

m) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

n) Tingkatkan istirahat

o) Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak

berhasil

p) Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

2) Analgesic Administration

a) tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum

pemberian obat

b) Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi

c) Cek riwayat alergi

d) Pilih analgesic yang diperlukan atau kombinasi dari analgesic ketika

pemberian lebih dari satu

e) Tentukan pilihan analgesic tergantung tipe dan beratnya nyeri

f) Tentukan analgesik piihan, rute pemberian, dan dosis optimal

g) Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara

teratur

h) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama

kali

i) Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri hebat


40

j) Evaluasi efektivitas analgesic, tanda dan gejala

c. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan O2

Definisi: Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan

atau menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin

dilakukan.

Batasan Karakteristik :

1) Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas

2) Respon frekwensi jantung abnormal terhadap aktivitas

3) Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia

4) Perubahan EKG yang mencerminkan iskemia

5) Ketidaknyamanan setelah beraktivitas

6) Dipsnea setelah beraktivitas

7) Menyatakan merasa letih

8) Menyatakan merasa lemah

Faktor Yang Berhubungan:

1) Tirah Baring atau imobilisasi

2) Kelemahan umum

3) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

4) Imobilitas

5) Gaya hidup monoton

NOC

1) Energy conservation

2) Activity tolerance

3) Self Care : ADLs


41

Kriteria Hasil :

1) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan

darah, nadi dan RR

2) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri

3) Tanda-tanda vital normal

4) Energy psikomotor

5) Level kelemahan

6) Mampu berpindah: dengan atau tanpa bantuan alat

7) Status kardiopulmunari adekuat

8) Sirkulasi status baik

9) Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat

NIC

1) Activity Therapy

a) Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan

program terapi yang tepat

b) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

c) Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan

kemampuan fisik, psikologi dan social

d) Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang

diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan

e) Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek

f) Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai


42

g) Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang

h) Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam

beraktivitas

i) Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan.

d. Gangguan proses berfikir berhubungan dengan kemunduran atau kerusakan

memori sekunder

NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2 x 24 jam

diharapkan dapat meningkatkan daya ingat dengan kriteria :

1) Mengingat dengan segera informasi yang tepat

2) Mengingat informasi yang baru saja disampaikan

3) Mengingat informasi yang sudah lalu

NIC : Latihan Daya Ingat

1) Diskusi dengan pasien dan keluarga mengenai beberapa masalah ingatan.

2) Rangsang ingatan dengan mengulang pemikiran pasien kemarin dengan

cepat.

3) Mengenangkan tentang pengalaman di masa lalu dengan pasien.

e. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang

ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.

NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam pasien

diharapkan dapat memperbaiki fungsi seksual dengan kriteria :

1) Mengekspresikan kenyamanan.

2) Mengekspresikan kepercayaan diri.

NIC : Konseling seksual


43

1) Bantu pasien mengekspresikan perubahan fungsi tubuh termasuk organ

seksual sering dengan bertambahnya usia.

2) Diskusikan beberapa pilihan agar dicapai kenyamanan.

f. Kelemahan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal

dan neuromuscular yang ditandai dengan perubahan gaya berjalan, gerak

lambat, gerak menyebabkan tremor, dan usaha yang kuat untuk perubahan

gerak.

NIC : Peningkatan koping (coping enchancement)

1) Dorong aktivitas sosial dan komunitas.

2) Dorong pasien untuk mengembangkan hubungan.

3) Dorong berhubungan dengan seseorang yang memiliki tujuan dan

ketertarikan yang sama.

4) Dukung pasien untuk menggunakan mekanisme pertahanan yang sesuai.

5) Kenaikan pasien kepada seseorang yang mempunyai latar belakang

pengalaman yang sama.

g. Isolasi sosial berhubungan dengan perubahan penampilan fisik, perubahan

keadaan sejahtera, perubahan status mental.

NOC : Lingkungan keluarga internal (family environment : interna)

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam pasien secara

konsisten diharapkan mampu :

1) Berpartisipasi dalam aktivitas bersama.

2) Berpartisipasi dalam tradisi keluarga.

3) Menerima kunjungan dari teman dan anggota keluarga besar.


44

4) Memberikan dukungan satu sama lain.

5) Mengekspresikan perasaan dan masalah kepada yang lain.

6) Mendorong anggota keluarga untuk tidak ketergantungan.

7) Berpartisipasi dalam rekreasi dan acara aktivitas komunitas.

8) Memecahkan masalah.

NIC I : Keterlibatan keluarga (family involvement)

1) Mengidentifikasikan kemampuan anggota keluarga untuk terlibat dalam

perawatan pasien.

2) Menentukan sumber fisik, psikososial dan pendidikan pemberi pelayanan

kesehatan yang utama.

3) Mengidentifikasi defisit perawatan diri pasien.

4) Menentukan tingkat ketergantungan pasien terhadap keluarganya yang

sesuai dengan umur atau penyakitnya.

h. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,

perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.

NOC : Setelah dilakukan tindakan intervensi keperawatan selama 2 x 24 jam

pasien diharapkan akan bisa memperbaiki konsep diri dengan kriteria :

1) Mengidentifikasi pola koping terdahulu yang efektif dan pada saat ini

tidak mungkin lagi digunakan akibat penyakit dan penanganan

(pemakaian alkohol dan obat-obatan, penggunaan tenaga yang

berlebihan).

2) Pasien dan keluarga mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan dan

reaksinya terhadapa penyakit dan perubahan hidup yang diperlukan.


45

3) Mencari konseling profesional, jika perlu, untuk menghadapi perubahan

akibat penyakitnya.

4) Melaporkan kepuasan dengan metode ekspresi seksual.

NIC : peningkatan harga diri

1) Kuatkan rasa percaya diri terhadap kemampuan pasien mengendalikan

situasi.

2) Menguatkan tenaga pribadi dalam mengenal dirinya.

3) Bantu pasien untuk memeriksa kembali presepsi negatif tentang dirinya.

i. Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, status kesehatan,

pola interaksi, fungsi peran, lingkungan,status ekonomi, yang ditandai dengan

ekspresi yang mendalam dalam perubahan hidup, mudah tersinggung, dan

gangguan tidur.

NOC : Anxiety control

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan pasien

dapat :

1) Memonitor intensitas cemas.

2) Melaporkan tidur yang adekuat.

3) Mengontrol respons cemas.

4) Merencanakan strategi koping dalam situasi stress.

NIC : Anxiety reduction

1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi percepatan cemas.

2) Dampingi pasien untuk mempromosikan kenyamanan dan mengurangi

ketakutan.

3) Identifikasi ketika perubahan level cemas.


46

4) Instruksikan pasien dalam teknik relaksasi.

j. Gangguon citra tubuh berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan

fisik (ketidak seimbangan mobilitas) serta psikologis yang disebabkan

penyakit atau terapi

NOC: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2 x 24 jam pasien

diharapkan meningkatkan citra tubuhnya dengan kriteria:

1) Merasa puas dengan penampilan tubuhnya.

2) Merasa puas dengan fungsi anggota badannya.

3) Mendiskripsikan bagian tubuh tambahan

NIC: Peningkatan citra tubuh.

1) Bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan karena penyakit atau

pembedahan.

2) Memutuskan apakah perubahan fisik yang baru saja diterima dapat masuk

dalam citra tubuh pasien.

3) Memudahkan hubungan dengan individu lain yang mempunyai penyakit

yang sama.

4) Aspek spiritual.

k. Distress spiritual berhubungan dengan perubahan hidup, kematian atau sekarat

diri atau orang lain, cemas, mengasingkon diri, kesendirian atau pengasingan

sosial, kurang sosiokultural.

NOC I: Pengaharapan (hope)


47

Setelah di lakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam pasien secara

luas diharapkan mampu:

1) Mengekspresikan orientasi masa depan yang positif.

2) Mengekspresikan arti kehidupan.

3) Mengekspresikan rasa optimis.

4) Mengekspresikan perasaan untuk mengontrol diri sendiri

5) Mengekspresikan kepercayaan.

6) Mengekspresikan rasa percaya pada diri sendiri dan orang lain.

NIC I: Penanaman harapan (hope instillation)

1) Mengkaji pasien atau keluarga untuk mengidentifikasi area pengharapan

dalam hidup.

2) Melibatkan pasien secara aktif dalam perawatan diri.

3) Mengajarkan keluarga tentang aspek positif pengharapan.

4) Memberikan kesempatan pasien atau keluarga terlibat dalam support

group

También podría gustarte