Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Disusun Oleh:
Kelas 6G
1. Loka Wardani (162111273)
2. Latifa Ika A (162111280)
1
Kuat Ismanto.2009. “Asuransi Syariah Tinjauan Asas-Asas Hukum Islam”. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar. hlm. 52.
para peserta untuk mengelola dana tabarru’ dan kontribusi peserta
meupakan milik peserta secara kolektif dalam dana tabarru’.
Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip pengakuan dan pengukuran
akuntansi syariah yang berlandasarkan PSAK No. 108 dengan mengakui
pendapatan yang penerapannya diakui saat direalisasikan, pengakuan
biaya yang penerapannya seiring dengan pengakuan biaya, maka biaya
diterapkan saat melakukan prmbayaran. Dan pengakuan rugi laba yang
penerapannya saat terjadi atau saat direalisasikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud metode Cash Basis dan karakteristiknya?
2. Bagaimana konsep bagi hasil dalam akuntansi Mudharabah?
3. Bagaimana mekanisme perhitungan bagi hasil dan ilustrasinya?
4. Bagaimana ilustrasi pencatatan jurna umum dalam asuransi syariah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu metode Cash Basis dan bagaimana
karakteristiknya.
2. Untuk mengetahui konsep bagi hasil dalam akuntansi Mudharabah.
3. Untuk mengetahui mekanisme perhitungan bagi hasil dan ilustrasinya.
4. Untuk mengetahui ilustrasi pencatatan jurna umum dalam asuransi
syariah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode Cash Basis dan Karakteristikya
Cash Basis merupakan teknik pencatatan akuntansi yang mengakui
transaksi ketika telah terjadi aliran kas. Hal ini berarti kas telah diterima
atau dikeluarkan oleh perusahaan. Pada dasarnya cash basis adalah sitem
pembukuan dimana seluruh pengeluaran dan biaya diakui sebagai
pengeluaran dan biaya pada periode tersebut, berdasarkan realitas
pembayaran tunai. Oleh karena itu, berdasarkan cash basis, maka
pendapatan dan beban akan diakui jika kas telah diterima dan
dikeluarkan.2
Dalam praktik akuntansi takaful atau asuransi syariah, angsuran atau
premi dan laba dari investasi benar-benar diakui sebagai pendapatan jika
perusahaan telah menerimanya secara tunai. Praktik akuntansi ini memiliki
arti yang penting berkaitan dengan sistem bisnis yang berprinsip pada
mudharabah dimana akad mengikat antara peserta dengan perusahaan
dalam kesepakatan bagi hasil.3 Yang dimaksud cash basis disini adalah
pendapatan premi diakui saat polis dibayar tunai, dan biaya tetap dicatat
secara akrual. Demikian juga beban retakaful diakui sebagai utang sampai
angsuran atau premi takaful dibayarkan. Pada sisi laindalam pengakuan
sebagai pendapatan, surplus dari dana investasi hanya dapat diakui sebagai
pendapatan setelah terjadi bagi hasil antara peserta dengan perusahaan.
Cash basis akan mencatat kegiatan keuangan saat kas atau uang telah
diterima misalkan, perusahaan menjual produknya akan tetapi uang
pembayaran belum diterima maka pencatatan pendapatan penjualan
produk tersebut tidak dilakukan, jika kas telah diterima maka transaksi
tersebut baru akan dicatat seperti halnya dengan “dasar akrual”. Hal ini
berlaku untuk semua transaksi yang dilakukan. Jika menggunakan cash
basis maka piutang dagang akan dilaporkan lebih rendah dari yang
2
Hani Werdi Apriyani, Teori Akuntansi, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2018), hlm. 104.
3
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem
Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm. 397.
sebenarnya terjadi. Cash basis juga mendasrkan konsepnya oada dua pilar
yaitu:4
1. Pengakuan Pendapatan
Pengakuan pendapatan pada cash basis adalah saat perusahaan
menerima pembayaran secara kas. Dalam konsep cash basis menjadi
hal yang kurang penting mengenai kapan munculnya hak untuk
menagih. Makanya dalam cash basis penghapusan piutang secara
langsung dan tidak mengenal adanya astimasi piutang tertagih.
2. Pengakuan Biaya
Pengakuan biaya dilakukan pada saat sudah dilakukan pembayaran
secara kas. Sehingga pada saat sudah diterima pembayaraan maka
biaya sudah diakui pada saat itu juga.
Pencatatan akuntansi dengan metode cash basis mempunyai beberapa
keungulan yaitu sebagai berikut:5
1. Metode cash basis digunakan untuk pencatatan pengakuan pendapatan,
belanja, dan pembiayaan
2. Beban atau biaya belum diakui sampai adanya pembayaran secara kas
walaupun beban telah terjadi, sehingga tidak menyebabkan
pengurangan dalam penghitungan pendapatan
3. Pendapatan diakui pada saat diterimanya kas, sehingga benar-benar
mencerminkan posisi yang sebenarnya
4. Penerimaan kas biasanya diakui sebagai pendapatan
5. Laporan keuangan yang disajikan memperlihatkan posisi keuangan
yang ada pada saat laporan tersebut
6. Tidak perlunya suatu perusahaan untuk membuat pencadangan untuk
kas yang belum tertagih.
4
Supriyati, Usaha Kecil dan Menengah Berbasis Akuntansi dan Perpajakan,
(Yogyakarta: ANDI, 2016), hlm. 9-10.
5
Dhycana, Metode Akuntansi Kas Basis dan Akrual Basis,
https://dhycana.wordpress.com/2008/11/21/metode-akuntansi-kas-basis-akrual-basis/, Diakses
pada pukul 15.44 WIB
B. Konsep Bagi Hasil
1. Prinsip Pembagian Hasil Usaha
Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan
prinsip bagi hasil atau bagi laba. Dalam prinsip bagi hasil, dasar
pembagaian hasil usaha adalah laba bruto (grass profit) bukan total
pendapatan usaha (omset). Adapun dalam prinsip bagi hasil laba, dasar
pembagian adalah laba bersih, yaitu laba bruto dikurangi beban yang
berkaitan dengan pengelolaan modal mudharabah.6
2. Penyempurnaan AKuntansi Mudharabah Pada PSAK 105
PSK 105 : Akuntansi mudharabah merupakan penyempurnaan dari
PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah (2001) yang mengatur
mengenai mudharabah. Bentuk penyempuranaan dan penambahan
pengaturannya adalah sebagai berikut :7
a. PSAK 105 berlaku untuk entitas yang melakukan transaksi
mudharabah baik sebgai pemilik dana (shahibul mal) maupun
pengelola dana (mudharib). Namun, PSAK ini tidak berlaku untuk
obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan akad mudharabah.
b. Sistematika penulisan secara garis besar disusun dengan
memisahkan akuntansi untuk pemilik dana dan akuntansi untuk
pengelola dana dalam transaksi mudharabah.
c. Mudharabah yang dimaksud dalam PSAK ini terdiriatas
mudharbah mutlaqah, muqayyadah, dan musytarakah.
d. Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk entitas sebagai
pemilik dana penyempurnaan dilakukan untuk :
1) Pengakuan investasii mudharabah pada saat penyaluran dana
syirkah temporer
2) Pengakukan keuntungan/kerugian atas penyerahan asset nonkas
dalam investasi mudharabah.
6
Juhaya S. Pradja, Akuntansi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2015), hlm. 135
7
Juhaya S. Pradja, Akuntansi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2015), hlm. 134
e. Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk akuntansi pembeli,
penyempurnaan dilakukan untuk :
1) Pengakuan dana syirkah temporer kelolaan
2) Pengakuan modal mudharib bersama-sama dengan
modalpemilik dana (shahibul mal) dalam mudharabah
musytarokah.
Perhitungan:
Premi 10.000.000
Biaya (2.500.000)
Biaya Reas (1.500.000)
Biaya Klaim (2.000.000) _
Surplus 4.000.000
Hasil Investasi 1.000.000_
Surplus yang dibagihasilkan 5.000.000
8
Waldi Nopriansyah, Asuransi Syariah: Berkah Terakhir Yang Tak Terduga,
(Yogyakarta: ANDI, 2016), hlm. 77-78.
- Bag. Perusahaan 40% x 5.000.000 = 2.000.000
- Bag. Peserta 60% x 5.000.000 = 3.000.000 : 10 pesera
= @300.000
Rate Bagi Hasil Peserta:
3.000.000_ x 100% = 30%
10.000.000
9
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem
Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm 346-347.
Total 375.400.000
Bagian Peserta:
60% x 60.000.000 = 36.000.000
60% x 4.000.000 = 2.400.000 +
Total bagi hasil peserta = 38.400.000 : 1000 orang
Bagi hasil per peserta = @38.400
5. Pembayaran claim
Pada tahun pertama Tn. Andi mengalami musibah meninggal dunia
Rekening peserta 980.000 x 12 bulan = 11.760.000
Dana tabarru’ 20.000 x 108 bulan = 2.160.000
Bagi Hasil 12 bulan (830.000 x 60%) = 498.000
Rekening dana peserta 11.760.000
Dana tabarru’ 2.160.000
Bagi hasil Mudh. 498.000
Beban klaim 13.920.000
Sula, Muhammad Syakir. Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan
Sistem Operasional, Jakarta: Gema Insani. 2004.