Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
S
DENGAN CHRONIC KIDNEY DISEASE PRA, INTRA,
DAN POST HEMODIALISA DI RSUD. DR SLAMET
GARUT
Diajukan untuk memenuhi syarat tugas stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
PPN XXXVII
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
1. Chronic Kidney Disease
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penurunan secara bertahap
akan keseluruhan unit-unit nefron (Nair & Peate, 2014). CKD atau gagal
ginjal kronik mengarah pada penurunan fungsi dari ginjal atau kerusakan
ginjal atau penurunan glomerular filtration rate (gfr) kurang dari
60mL/min/1.73m2 selama minimal 3 bulan (National Kidney Foundation,
n.d.)
Menurut Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO) 2012
yang mengacu pada National Kidney Foundation-KDQOL (NKF-KDQOL)
tahun 2002, PGK diklasifikasikan menjadi lima stadium atau kategori
berdasarkan penurunan GFR, yaitu : Klasifikasi penyakit ginjal kronik
berdasarkan GFR
Stadium Penjelasan GFR
(ml/min/1,73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan GFR normal atau ≥ 90
meningkat
2 Kerusakan ginjal dengan penurunan ringan 60-89
3a Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR ringan 45-59
sampai sedang
3b 3b Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR sedang 30-44
hingga berat
4 Kerusakan ginjal dengan penurunan berat GFR 15-29
5 Gagal ginjal < 15
Dikutip dari: KDIGO 2012 clinical practice guideline for the evaluation and
management of chronic kidney disease
Dalam kondisi gagal ginjal kronis, cairan dan elektrolit, serta limbah dapat
menumpuk dalam tubuh. Gejala dapat terasa lebih jelas saat fungsi ginjal sudah
semakin menurun. Pada tahap akhir GGK, kondisi penderita dapat berbahaya jika
tidak ditangani dengan terapi pengganti ginjal, salah satunya hemodialisa.
Penanganan untuk GGK yang bisa dilakukan bertujuan meredakan gejala dan
mencegah kondisi penyakit bertambah buruk akibat limbah yang tidak dapat
dikeluarkan dari tubuh. Jika GGK sudah memasuki tahap akhir, maka terapi
pengganti ginjal merupakan pilihan yang bisa dilakukan untuk menjaga
keberlangsungan hidup penderita (Haryono, 2013).
2. Definisi Hemodialisa
Hemodialisa merupakan dialisis yang dilakukan diluar tubuh dan biasa kita sebut
dengan cuci darah atau pembersihan darah yang dilakukan dengan mesin yang
diasumsikan sebagai ginjal untuk mengganti fungsi ginjal dalam menyaring zat-zat
yang tidak dibutuhka tubuh. Zat zat tersebut dapat berupa zat toksin seperti toksin
ureum, kalium dan zat pelarutnya yatu air ataupun serum darah (Suwitra, 2006).
3. Tujuan Hemodialisa
Hemodialisa dilakukan untuk menurunkan kreatinin dan zat toksik lainnya yang
terdapat dalam darah, hemodialisa juga bertujuan untuk menghilangkan gejala
yakni mengendalikan uremia, kelebihan cairan dan ketidak seimbangan cairan dan
elektrolit yang boasanya terjadi pada pasien denganpenyakit ginjal tahap akhir
(Markum, 2006).
4. Indikasi Hemodialisa
Hemodialisa dindikasikan pada pasien daam keadaan akut yang memerlukan terapi
dialisis jangka pendek juga pada pasien gagal ginjal tahap akhir yang memerlukan
terai jangka panjang atau permanen (Smeltzer et al, 2008). Indikasi dilakukannya
hemodialisa pada penyakit gagal ginjal diantaranya yaitu, laju filtrasi glomerulus
kurang dari 15ml/menit, hyperkalemia, kegagalan terapi knservatif, kadar ureum
lebih dari 200 mg/dl, kelebihan cairan, anuria berkepanjangan lebih dari 5 kali
5. A
6. Komplikasi intradialisis
a. Hipotensi intradialisis, merupakan penurunan tekanan darah sistolik >30%
atau penurunan tekanan diastolik sampai dibawah 60 mmHg yang terjadi
saat pasien menjalani hemodialisis, disebabkan oleh penurunan volume
plasma.
1. Identitas
A. Identitas Pasien
a. Nama : Tn.S
b. Umur : 52 tahun
c. Tanggal lahir : 01 Juli 1965
d. Jenis kelamin : Laki - laki
e. Agama : Islam
f. Suku bangsa : Sunda
g. Pendidikan terakhir :-
h. Alamat : Margawati
i. No. Medrek : 91103
j. Diagnosa medis : CKD
k. HbSAg : Non Reaction
l. Anti HCV : Non Reaction
C. Anamnesa
a. Keluhan utama : Oliguri dan lemas
b. Riwayat penyakit sekarang : Oliguri dirasakan karena penyakit ginjal yang
diderita pasien dirasakan dari dua tahun lalu
c. Riwayat penyakit dahulu : -
D. Pengkajian
a. Tanggal dan jam pengkajian : 5 April 2018, pukul 08.30 WIB
b. Data Fokus :
c. KU pasien : Sedang
d. TTV : TD 160/80 mmHg. HR 86x/menit, RR
20x/menit, T 36,5oC
e. BB sekarang : 55 kg
f. BB yang lalu : 53 kg
g. BB kering : 53 kg
h. IDWG :
i. Riwayat hemodialisa
- HD pertama kali : Januari 2017
- Mulai HD rutin : Januari 2017
- Frekuensi HD : 2x/minggu
- Jadwal HD : Selasa dan Jum’at
- Tujuan HD : Terapi pengganti ginjal, membuang sisa
cairan dan limbah
- Komplikasi : Perdarahan, sumber penularan penyakit
- Alternatif :-
Excema Bruise
Haematoma Edema
B. Data Fokus
1. Data Subyektif : Pasien mengatakan sedikit lemas dan mengantuk
2. Data Obyektif : Kesadaran composmentis GCS E4M6V5
Vital sign : TD 160/80 mmHg Nadi 84x/menit
Suhu 36oC RR 20x/menit
C. Masalah Keperawatan
Kelebihan volume cairan
D. Monitoring Selama HD
Jam Qb Vena TMP UF TD Nadi Suhu
08.00 200 - - 160/80 84 36oC
10.00 200 - - 500 160/80 82 36oC
11.00 200 - - 500 170/10 80 36oC
0
12.00 200 500 160/10 80 36oC
0
13.00 200 500 160/10 82 36oC
0
2. Pengobatan selama HD
a. Transfusi darah : -
1. Golongan darah : -
2. No Kolf : -
b. Inj. Hemapo/ Recormon / Epprex
1. 2000 iu /3000 iu / 5000 iu
2. Diberikan oleh : -
c. Obat yang diberikan
Amodifin, Asam folat, Bicnat
4. Penyulit selama HD
Shunt problem
Perdarahan : tidak ada
Mual muntah : tidak ada
Kejang : tidak ada
Kram : tidak ada
Panas/Menggigil : tidak ada
Koma : tidak ada
Sakit dada : tidak ada
Gatal-gatal : tidak ada
Hipotensi : tidak ada
Hipertensi : ada
Alergi Dializer : tidak ada
1. 05 April 2019 a. Mengkaji adanya tanda kelebihan cairan: a. Tidak terdapat edema, asiter,
edema ekstremitas, edema periorbital, asites, dan bunyi paru normal akan
Pukul 08.30 – 12.15 suara paru ronchi, distensi vena jugularis, BB tetapi terdapat keluhan
meningkat dalam waktu cepat oliguri
D. Catatan Perkembangan
Nama Klien : Tn. S Nama Mahasiswa : Janet Jessica
Ruang : Hemodialisa
No. MR : 911033 Fakultas : Keperawatan
No Dx Tgl/jam Respon Paraf
1. 06 Apil 2019 S : Pasien mengatakan tubuh terasa lebih ringan setekah di hemodialisis.
Smeltzer et al, 2008. Buku Ajar Keperwata Medikal Bedah. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
Suwitra. K. 2006. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam Sudoyo, A.W., dkk., Editor.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi keempat. Penerbit
Depertemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta. Hal. 570-572.