Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Enterobacteriaceae
2.1.1 Definisi
Enterobacteriaceae adalah kelompok batang gram negatif yang
besar dan heterogen, dengan habitat alaminya di saluran cerna manusia
dan hewan (Brooks et al, 2008). Kebanyakan Enterobacteriaceae
merupakan flora normal pada saluran pencernaan meskipun ada juga
yang beberapa tersebar luas di lingkungan sekitar (Tham, 2012).
Enterobacteriaceae dapat menyebabkan beberapa penyakit infeksi
seperti septikemia, infeksi saluran kemih (ISK), pneumonia, kolesistitis,
kolangitis, peritonitis, meningitis dan gastroenteritis (Brooks et al,
2008).
2.1.2 Klasifikasi
Familinya memilki banyak genus (Escherichia, Shigela,
Salmonella, Enterobacter, Klebsiella, Serratia, Proteus, dan lain-lain).
Enterobacteriaceae terdiri dari 25 genus dan 110 spesies, namun hanya
hanya 20-25 spesies yang memiliki arti klinis, dan spesies lainnya jarang
ditemukan (Brooks et al, 2008). Berikut adalah beberapa genus dari
famili Enterobacteriaceae:
a. Enterobacter
Enterobacter terdiri dari 11 spesies, tetapi hanya 8 spesies yang berhasil
diisolasi dari material klinis. Mereka memfermentasikan glukosa dan
juga menghasilkan asam dan gas. Pada umumnya Enterobacter memliki
flagel peritrik. Beberapa strain Enterobacter yang memilki antigen K
mempunyai kapsul sebagai pelindung dari bakteri (NHS, 2014).
b. Escherichia
e. Shigella
Shigella terdiri atas empat spesies, yaitu Shigella dysenteriae, Shigella
flexnerri, Shigella. boydii, dan Shigella sonnei. Keempat spesies ini
bersifat motil dan cenderung infeksius terutama S. dysenteriae (NHS,
2014).
f. Salmonella
Salmonella teridiri dari dua spesies yaitu Salmonella bongori dan
Salmonella enteritica dan memiliki enam buah sub tipe. Hampir seluruh
serotipe bersifat motil kecuali S. typhi yang menghasilkan gas dari
glukosa. Secara umum, Salmonella menghasilkan hidrogen sulfida,
kecuali S. paratyphi (NHS, 2014).
2.1.3 Morfologi
Enterobactericeae adalah bakteri batang gram negatif pendek,
tidak menghasilkan spora, bersifat motil dengan flagel peritrika atau
nonmotil, dan tumbuh secara fakultatif aerob atau anaerob. Morfologi
yang khas terlihat pada pertumbuhan di medium padat in vitro,tetapi
morfologinya sangat bervariasi pada spesimen klinis (Brooks et al, 2008).
2.1.4 Biakan
Secara umum, Enterobactericeae tumbuh pada medium pepton
atau ekstrak daging tanpa penambahan natrium klorida atau suplemen lain
dan juga pada agar MacConcey. E. coli dan sebagian besar bakteri enterik
lainnya membentuk koloni yang sirkular, konveks, dan halus dengan tepi
yang datar. Koloni Enterobacteriaceae sama dengan koloni tersebut
tetapi lebih mukoid. Koloni Klebsiella besar akan terlihat sangat mukoid
dan cenderung bersatu pada inkubasi lama. Salmonella dan Shigela akan
membentuk koloni yang menyerupai E. coli tetapi tidak
memfermentasikan laktosa. Beberapa strain E. coli menyebabkan
hemolisis pada darah (Brooks et al, 2008).
2.1.5 Sifat Pertumbuhan
Pada umumnya, Enterobacteriaceae melakukan fermentasi glukosa
dan sering disertai dengan produksi gas. Enterobacteriaceae juga bersifat
a. Eschericia
E.coli secara khas menunjukkan hasil positif pada tes indol, lisin
dekarboksilase, fermentasi manitol, dan menghasilkan gas dari
glukosa. Pada isolat urin dapat segera diidentifikasi sebagai E.coli
dengan melihat hemolisisnya pada agar darah, morfologi koloni yang
khas dengan warna pelangi yang “berkilau” pada medium diferensial
Eosin Methylen Blue (EMB), dan tes bercak indol positif (Brooks et al,
2008).
b. Klebsiella-Enteobacter-Serratia
Pertumbuhan spesies Klebsiella menghasilkan pertumbuhan yang
bersifat mukoid, kapsul polisakarida yang besar, kurang motil, dan
menunjukkan hasil positif untuk lisin dekarboksilase dan sitrat.
Kebanyakan spesies Enterobacter menunjukkan hasil positif terhadap
uji motilitas, sitrat, dan ornitin dekarboksilase serta menghasilkan gas
dari glukosa. Serratia menghasilkan lipase dan gelatinase. Klebsiella,
Enterobacter dan Serratia biasanya memberikan hasil positif terhadap
reaksi Voges-Proskauer (Brooks et al, 2008).
c. Proteus-Morganella-Providencia
Anggota grup ini mendeaminasi fenilalanin, bersifat motil, tumbuh
pada medium kalium sianida (KCN), dan memfermentasikan xilosa.
Spesies Proteus bergerak sangat aktif dengan menggunakan flagel
peritrika, menghasilkan “swarming” pada medium padat kecuali
swarming dihambat oleh zat-zat kimia seperti medium feniletil alkohol
atau CLED (cystine-lactose-electrolyte-deficient). Spesies Proteus dan
Morganella morganii merupakan urease positif, sedangan spesies
Providencia biasanya urease-negatif. Kelompok Proteus-Providencia
sangat lambat memfermentasi laktosa atau tidak
memfermentasikannya sama sekali (Brooks et al, 2008) .
d. Citrobacter
Bakteri ini secara khas bersifat sitrat positif dan tidak
mendekarboksilasi lisin. Organisme ini sangat lambat memfermentasi
laktosa (Brooks et al, 2008).
e. Shigella
Shigella bersifat nonmotil dan biasanya tidak memfermentasikan
laktosa tetapi memfermentasikan karbohidrat lain, serta memproduksi
asam tetapi tidak H2S (Brooks et al, 2008).
f. Salmonella
Salmonella merupakan bakteri berbentuk batang motil yang secara
khas memfermentasikan laktosa dan manosa tanpa memproduksi gas
tetapi tidak memfermentasikan sukrosa. Sebagian besar Salmonella
menghasilkan H2S. Organisme ini umumnya bersifat patogen untuk
manusia bila termakan (Brooks et al, 2008).
2.1.6 Struktur Antigenik
Enterobacteriaceae memilki struktur antigenik yang kompleks.
Enterobacteriaceae digolongkan berdasarkan lebih dari 150 antigen
somatik O (lipopolisakarida) yang tahan panas, lebih dari 100 antigen K
(kapsular) yang tidak tahan panas, dan lebih dari 50 antigen H (flagella)
(Brooks, 2008).
Antigen O adalah bagian terluar dari lipopolisakarida dinding sel
dan terdiri dari unit polisakarida yang berulang. Beberapa polisakarida
O-spesifik mengandung pola yang unik. Antigen O resisten terhadap panas
dan alkohol dan biasanya terdeteksi oleh aglutinasi bakteri. Antibodi
terhadap antigen O terutama adalah IgM (Brooks et al, 2008).
Antigen K terletak di luar antigen O pada beberapa
Enterobacteriaceae tetapi tidak semuanya. Beberapa antigen K merupakan
polisakarida, termasuk antigen K pada E.coli, sementara yang lainnya
Pada bakteri gram negatif, molekul antibiotik yang kecil dan polar dapat
menembus dinding luar dan masuk ke dalam sel melalui lubang-lubang
kecil yang disebut porin. Bila porin menghilang atau mengalami mutasi
maka masuknya antibiotik ini akan terganggu. Mekanisme lain adalah
bakteri mengurangi mekanisme transport aktif yang memasukkan
antibiotik ke dalam bakteri (misalnya gentamisin). Selain itu ada juga
mekanisme berupa bakteri mengaktifkan pompa keluaran (efflux) untuk
membuang antibiotik yang ada dalam sel (misalnya tetrasiklin).
b. Inaktivasi obat
b. Transduksi
Adalah kejadian dimana suatu bakteri menjadi resisten karena mendapat
DNA dari bakteriofag (virus yang menyerang bakteri) yang membawa
DNA dari bakeri lain yang memilki gen resisten terhadap antibiotik
tertentu. Bakteri yang sering mentransfer resistensi dengan cara ini
adalah S. aureus.
c. Transformasi
Transfer resistensi terjadi karena antibiotik mengambil DNA bebas
yang membawa sifat resisten dari sekitarnya. Transformasi sering
menjadi transfer resistensi terhadap penisilin pada Pneumococcus dan
Neisseria.
d. Konjugasi
Resistensi terjadi secara langsung antara 2 bakteri dengan suatu
“jembatan” yang disebut pilus seks. Konjugasi adalah mekanisme
transfer resistensi yang dapat terjadi pada dua bakteri dengan spesies
yang berbeda. Transfer resisteni dengan cara konjugasi lazim terjadi
antara bakteri gram negatif. Sifat resisteni dibawa oleh plasmid.
Faktor yang memudahkan berkembangnya resistensi bakteri
terhadap antibiotik di klinik adalah (Setiabudy, 2009): penggunaan
antibiotik yang sering, penggunaan antibiotik yang irasional, penggunaan
antibiotik baru yang berlebihan, dan penggunaan antibiotik untuk jangka
waktu lama.
16-20 mm. Seperti yang diketahui, ESBL adalah enzim yang mampu
menghidrolisis antibiotik golongan pencillin, cephalosporin golongan
I,II,III serta aztreonam. Dengan pemberian asam klavulanat sebagai
inhibitor beta laktamase maka enzim beta laktamase dapat dihambat. Oleh
karena itu, interpretasi hasil yang positif ESBL dari metode uji Double
Disk Synergy adalah dengan adanya peningkatan zona hambat dari
cephalosporin ke arah cakram asam klavulanat. Dikarenakan hasil positif
dari uji Double Disk Synergy ini tidak memakai satuan angka yang pasti
sebagai batasan hasil positif dan negatif, tingkat subjektivitas dalam
menginterpretasikan hasil merupakan kelemahan dalam metode in (Rupp
dan Fey, 2003).
Meskipun memiliki kelemahan, metode double disk synergy
memilki tingkat sensitivitas yang cukup baik yaitu berkisar 79%-96%
(Giriyapur et al, 2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Giriyapur (2011) dari 313 sampel Enterobacteriaceae, 176 sampel
(56,23%) merupakan bakteri penghasil ESBL yang diskrining dengan
metode double disk synergy, sementara 200 sampel (63,89%) dinyatakan
bakteri penghasil ESBL dengan metode uji phenotypic confirmatory. Hal
ini menunjukkan bahwa metode double disk synergy dapat diandalkan
untuk skrining bakteri penghasil ESBL.
Gambar 2.2 Hasil positif uji Double Disk Synergy (Dhara et al, 2011)
Tabel. 2.1 Famili, Genus dan Spesies Mikroorganisme (MO) yang Paling Sering
Sebagai Penyebab Infeksi Saluran Kemih (Sukandar, 2004).