Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Respirasi adalah proses penting dalam metabolisme bakteri. Cara respirasi pada bakteri
berbeda dengan respirasi pada organisme eukariotik karena ada bakteri yang dalam proses
respirasinya memerlukan oksigen dan ada pula yang tidak memerlukan oksigen.1,2,3
Karena perbedaan tersebut, maka kebutuhan akan oksigen dijadikan sebagai salah satu
dasar dalam klasifikasi atau penggolongan bakteri. Dasar klasifikasi bakteri ini membagi
bakteri ke dalam dua kelompok yaitu bakteri yang membutuhkan oksigen (bakteri aerob) dan
bakteri yang tidak membutuhkan oksigen (bakteri anaerob). Dan kelompok bakteri anaerob
dibagi lagi menjadi 2 golongan besar yaitu bakteri anaerob obligat dan bakteri anaerob
fakultatif. 1,2,3
Bakteri anaerob adalah bakteri yang bisa tumbuh dalam kondisi tanpa oksigen. Udara
ruangan terdiri dari 21% oksigen dan 1% karbondioksida. Bakteri obligat aerob memerlukan
oksigen untuk metabolisme. Bakteri capnophilic tumbuh baik jika konsentrasi karbondioksida
ditingkatkan menjadi 5% - 10% di inkubator CO2. Bakteri microaerophilic memerlukan
konsentrasi oksigen 5% atau kurang untuk tumbuh. Anaerob fakultatif seperti Escherichia coli
dan Staphylococcus aureus lebih menggunakan oksigen sebagai reseptor elektron tapi bisa juga
tumbuh tanpa ada oksigen. 1,2,3
Bakteri anaerob bervariasi dalam merespon oksigen. Beberapa bakteri anaerob mati
dengan segera jika terpapar dengan oksigen. Untuk menumbuhkan bakteri anaerob,
laboratorium memerlukan lingkungan bebas oksigen. Beberapa bakteri anaerob bisa bertahan
dengan paparan oksigen tapi tidak dapat melakukan metabolisme optimal kecuali ditempatkan
di lingkungan anaerob. Organisme tersebut disebut aerotolerant atau anaerob moderate.
Banyak pathogen dalam mikrobiologi klinik yang dapat digolongkan dalam kelompok tersebut
(contoh Bacteroides fragilis). 1,2,3
1
Tabel 1. Klasifikasi Mikroorganisme Berdasarkan Kebutuhan dengan Oksigen dan
Karbon Dioksida2
Kategori Kebutuhan Contoh
Aerob obligat 15%-20% O2 Mycobacteria, fungi
Microaerophilic 5% O2 Campylobacter,
Helicobacter
Anaerob Dapat tumbuh baik Enterobacteriaceae,
fakultatif dengan atau tanpa O2 kebanyakan
staphylococci
Anaerob toleran Memerlukan konsentrasi Kebanyakan strains
O2 kurang dari 21% streptococci,
Propionibaterium,
Lactobacillus, beberapa
Clostridium
Anaerob obligat Hanya tumbuh dalam Kebanyakan Bacteroides
lingkungan bebas O2 (0% spp., kebanyakan
O2) Clostridium,
Eubacterium,
Fusobacterium,
Peptostreptococcus,
Porphyromonas
Capnophile 5%-10% CO2 Beberapa anaerob,
Neisseria
2
PEMBAHASAN
3
Tabel 2. Toleransi paparan O2 pada beberapa stain anaerob4
48 48
8 8 8 4 2 1 1 0 0
4
Tabel 3. Insidensi Anaerob di Scott & White Memorial Hospital2
Kelompok organisme Total Blood isolates
Bacteroides fragilis group 377 16
Fusobacterium 47 4
Prevotella-Porphyromonas group 244 6
Clostridium 40 13
Propionibacterium 148 60
Peptostreptococci 155 6
Veilonella 7 0
*Kebanyakan kontaminasi
5
Campylobacter,
Fusobacterium,
Prevotella,
Bifidobacterium,
Porphyromonas,
Prevotella
Usus Bifidobacterium,
Eubacterium,
Peptostreptococci,
Bacteroides fragilis
group, Fusobacterium,
Prevotella,
Porphyromonas,
Prevotella
Saluran genitourinaria Peptostreptococci,
Bifidobacterium,
Fusobacterium,
Lactobacillus,
Mobiluncus, Prevotella,
Veilonella
6
lingkungan kondunsif untuk pertumbuhan dan multiplikasi dari beberapa bakteri anaerob. Hal
yang sama bisa terjadi pada jaringan nekrosis karena kerusakan jaringan di sekitar. 1,2,3
7
Klasifikasi Bakteri Anaerob
Secara taksonomi bakteri anaerob yang berhubungan dengan spesimen klinik bisa
dikelompokkan menjadi gram negatif dan gram positif. Gram positif anaerob bisa digolongkan
berdasar adanya endospora (membentuk spora) dan tidak membentuk spora. Ada atau tidak
adannya spora bisa membantu dalam identifikasi bakteri anaerob. 1,2,3
A. Pengambilan sampel
1. Sampel padat
Sampel padat, seperti tinja, disimpan dalam wadah khusus yang mampu menghasilkan
suasana anaerob. Beberapa manufaktur sudah dapat menghasilkan wadah tersebut.
2. Sampel darah
Untuk darah, ada botol khusus untuk bakteri anaerob seperti BD Bactec™ (Becton
Dickinson) atau Bact/ALERT ™ (Biomerieux, Marcy l’Etoile, France) yang umum digunakan.
8
3. Media transport
Media Stuart & Amies dan Cary-Blair adalah media transport yang sering digunakan
dalam mikrobiologi klinik. Media tersebut tidak hanya untuk bakteri anaerob tapi juga untuk
bakteri fastidious seperti Neisseria sp. Pada media ini methylene blue digunakan sebagai
indikator oksigen, natrium thioglycolate untuk mengurangi reaksi oksidasi-reduksi.
Untuk membiakkan bakteri anaerob, langkah terpenting adalah mengeliminasi oksigen dan
media kultur dan mencegah masuknya oksigen. Cara fisika adalah dengan teknik merebus dan
teknik kimia. Enzim bakteri oxyrase dalam media ini dapat mengurangi konsentrasi oksigen
dengan mengkatalis O2 + H+ H2O. Enzim oxyrase ini bisa ditambahkan dalam media cair,
semisolid dan solid. 1,2,3
Resazurin dan methylene blue sering digunakan sebagai indikator media anaerob.
Resazurin akan berwarna pink jika masih terdapat reaksi oksidasi dan akan menjadi tidak
berwarna jika tidak reaksi oksidasi. Begitu juga dengan methylene blue, akan tetap berwarna
biru dalam lingkungan oksidasi dan akan menjadi tidak berwarna jika sudah tidak ada reaksi
oksidasi. 1,2,3
9
Struktur sel dan metabolisme
Strain Prevotella adalah gram negatif, tidak bergerak, berbentuk batang, sel tungal yang
dapat bertahan dalam suasana anaerob. Prevotella merupakan mikrobiota normal rongga mulut.
Prevotella mengkolonisasi dengan jalan melekat dengan bakteri lain pada sel epitel,
membentuk infeksi lebih berat di area yang terinfeksi sebelumnya. 6
Patofisiologi
Peptostreptococcus adalah bagian dari mikrobiota normal permukaan mukosa,
termasuk mulut, saluran cerna, vagina, uretra, dan kulit. Genus ini cukup sering diisolasi dari
specimen rutin. Anaerob kokus gram positif adalah penyebab terbanyak kedua dari bakteri
anaerob yang di kultur atau seperempat dari isolasi bakteri anaerob. Anaerob kokus gram
positif biasa tumbuh bercampur dengan bakteri anaerob lainnya atau bakteri aerob dari
berbagai infeksi di tubuh manusia.7
Infeksi anaerob ini bersifat sinergis dengan infeksi bakteri lain. Karena infeksi anaerob
dapat menginduksi kemungkinan sepsis sehingga meningkatkan angka mortalitas. Infeksi ini
akan menginduksi abses dan menghasilkan produk metabolisme yang dibutuhkan bakteri lain
untuk tumbuh.7
Epidemiologi
Frekuensi tepat infeksi Peptostreptococcus sulit untuk dihitung karena ketidaksesuaian
pengambilan spesimen, transportasi, dan penanaman spesimen. Infeksi ini umum ditemui pada
10
pasien dengan infeksi kronis. Pertumbuhan dari kultur darah sekitar 2-5% dan lebih tinggi pada
pasien dengan kondisi predisposisi. Di Mayo Clinic USA laporan isolasi infeksi anaerob kokus
gram positif mencapai angka 8.5-31% dari seluruh spesimen anaerob yang dicurigai. 7
Manifestasi klinis
Infeksi SSP
Anaerob kokus gram positif dan streptococcus mikroaerofilik bisa diisolasi dari
empyema subdural dan dari abses otak yang merupakan lanjutan dari sekuel infeksi kronis
telinga, mastoid, sinus, dan gigi. Anaerob kokus gram positif yang diisolasi dari infeksi SSP
adalah 46% (18 isolat positif dari 39 kasus abses otak).7
11
Infeksi kulit dan jaringan lunak
Kokus anaerob gram positif sering diisolasi dari infeksi polimikrobial kulit dan jaringan
lunak. Seperti necrotizing fasciitis, ulckus decubitus, gangrene diabetic, paronikia, luka bakar,
infeksi akibat gigitan binatang. Peptostreptococcus biasa ditemukan pada infeksi tropik.7
Terapi
Terapi antimikroba yang umum digunakan adalah antibiotik spektrum luas yang dapat
mengatasi bakteri anaerob, beberapa diantaranya golongan karbapenem, tigecycline, dan
kombinasi penisilin dengan beta lactamase inhibitor (kluvulanat) atau kuinolon dengan
aktifitas anaerob (moxifloxacin).7
2. Streptococcus mutans
Streptococcus mutans adalah bakteri kokus gram positif. Termasuk fakultatif anaerob
biasa ditemukan pada rongga mulut manusia, dan merupakan penyebab utama karang gigi.
Akibat dari karang gigi ini sangat berpengaruh pada kesehatan individual. S. mutans adan
mesofilik dan tumbuh pada suhu antara 18-400c. Streptococcus mutans adalah mikroorganisme
kariogenik yang memecah gula untuk energi dan menghasilkan produk asam laktat, yang
mengakibatkan demineralisasi struktur luar gigi. 7
Patogenesis
S. mutans merupakan mikrobiota flora normal rongga mulut, namun di sisi lain
merupakan penyebab utama karies gigi. Karies gigi adalah infeksius dan berhubungan dengan
penyakit gigi di segala usia. S. mutans dapat berpindah dari satu orang ke orang lain. Transmisi
S. mutans adalah untuk mengkolonisasi manusia sebagai pejamu. Pada anak dan bayi lebih
mudah untuk mendiagnosis S. mutans dan penelitian menunjukkan transmisi berasal dari
pelayanan gigi primer. 7
Gambar 2.
Biofilm di gigi
12
Pertumbuhan dan metabolisme S. mutans memungkinkan organisme fastidious untuk
tumbuh dan memudahkan terjadinya pembentukan plak gigi. Streptococcus mutans adalah
organisme unik yang memiliki reseptor yang memungkinkan untuk melekat pada permukaan
gigi dan membentuk lingkungan mukoid. Setelah melekat dengan gigi, S. mutans mulai
bertambah banyak dan menghasilkan mikrokoloni dengan lapisan lendir untuk membentuk
biofilm. S. mutans mulai tumbuh dan memproduksi dextran dengan bantuan enzim
dextransucrase. Dextran kemudian melekat pada enamel dan membentuk biofilm yang berisi
300-500 sel bakteri. Biofilm membantu metabolisme S. mutans dan memungkinkan
pembentukan lebih banyak sukrosa dengan bantuan enzim Glucansucrase melalui reaksi : : n
sucrose -------> (glucose) n + n fructose. Dengan produk tadi maka fruktosa difermentasikan
menjadi energi untuk pertumbuhan sementara glukosa mengalami proses polimerisasi menjadi
polimer dextran ekstrseluler. Ini penting karena lapisan polimer S. mutans di enamel akan
membentuk matriks di plak gigi. Selanjutnya dextrin akan mengalami depolimerisasi menjadi
glukosa dan akan digunakan sebagai sumber karbon, yang mana akan menghasilkan asam
laktat di biofilm dengan cara mendekalsikasikan enamel dan membentuk karies gigi.
Kombinasi asam dan plak akan menjadi penyebab kerusakan gigi. 7
Kriteria infeksi
Bakteri adalah mikrobiota terbanyak di mulut. Diperkirakan ada lebih dari 100 juta di setiap
mililiter saliva dengan lebih dari 600 spesies berbeda. Dalam usaha untuk menurunkan
ancaman bakteri, setiap individu membutuhkan hanya 10.000 CFU per ml Streptococcus
mutans di saliva. 7
In the table, class 0-3 is referring to how many Streptococcus mutans reside in the mouth with class 0-1 acting as best
case with good oral hygiene, while class 3 acts as the worst case
13
Faktor virulensi
Terapi
Terapi dari kerusakan gigi tergantung dari tingkat keparahan kerusakannya. Yang
paling mudah untuk mengurangi laju kerusakan gigi adalah dengan penggunaan fluoride.
Karena fluoride dapat mencegah proses demineralisasi akibat asam. Fluoride bekerja dengan
menempel di area demineralisasi dan memperkuat enamel melalui proses yang disebut
remineralisasi. Sementara untuk memperbaiki kavitas karena akibat Streptococcus mutans,
dokter gigi memerlukan tindakan composite filling atau amalgam filling. 7
Streptococcus mutans adalah patogen utama dari karies gigi karena mempunyai
kemampuan akumulasi dan menempel di permukaan gigi. Respon imun innate dan respon imun
adaptif adalah 2 hal utama dari sistem imun yang merespon infeksi pada karies gigi.
Streptococcus mutans masuk ke pejamu melalui rute oral. Jaringan mukosa memiliki kelenjar
eksokrin dan saliva berperan dalam produksi kelenjar di rongga mulut. Antibodi sekretorik
yang melindungi karies gigi adalah IgA dan IgG. Makrofag dari respon imun innate akan
memfagositosis bakteri.7
14
Propionibacterium acnes, yang sering dianggap sebagai patogen oportunis,
menyebabkan penyakit akne vulgaris dan berhubungan dengan berbagai macam kondisi
inflamasi. Bakteri ini menyebabkan akne dengan menghasilkan lipase yang membebaskan
asam lemak bebas dari lemak pada kulit. Asam lemak ini dapat menyebabkan inflamasi
jaringan yang berperan dalam timbulnya akne.7
Sebagai tambahan, P. acnes sering menjadi penyebab infeksi luka pasca bedah,
terutama pembedahan yang melibatkan pemasangan alat, seperti infeksi pada sendi prostetik,
terutama di bahu, infeksi pada shunt sistem saraf pusat, osteomyelitis, endocarditis, dan
endoftalmitis. Karena merupakan bagian mikrobiota kulit normal, P. acnes dapat mencemari
biakan darah atau cairan kulit normal, P. acnes terkadang mencemari biakan darah atau cairan
serebrospinal yang diambil dengan penetrasi kulit. Oleh sebab itu, penting untuk membedakan
biakan yang terkontaminasi dengan yang benar-benar positif dan mengindikasikan infeksi. 7
Clostridium
Clostridium merupakan kelompok bakteri berbentuk batang, anaerobik, gram-positif.
Mayoritas bakteri ini motil dengan flagela peritrichous. Jika membentuk spora maka posisinya
di sentral, subterminal atau terminal. Sebagian memiliki kemampuan mendekomposir protein
atau memproduksi toksin dan sebagian memiliki kemampuan keduanya. Habitat alami adalah
di tanah dan di usus manusia atau hewan sebagai saprofit. Spesies yang patogen dapat
menyebabkan botulism, tetanus, gangren gas dan pseudomembranous colitis. 1,2,3
Clostridium tumbuh dalam suasana anaerob seperti dalam blood-enriched media, hanya
sebagian kecil yang aerotolerant dan hidup pada keadaan ada sedikit oksigen. Koloni C.
15
perfringens berukuran besar sedangkan koloni C. tetani berukuran kecil. Sebagian Clostridium
mampu membentuk zona hemolisis. C. perfringens khas memperlihatkan zona hemolisis
multipel di sekitar koloni. Clostridium dapat memfermentasi berbagai karbohidrat dan mampu
mencerna protein. Clostridium memiliki antigen yang bersifat umum dan spesifik yang dapat
diidentifikasi dengan uji precipitin. 1,2,3
B. Biakan
Clostridium sp. bersifat anaerob dan tumbuh pada kondisi anaerob; beberapa spesies
bersifat aerotolerant dan juga tumbuh dalam udara sekitar. Secara umum, clostridia tumbuh
baik pada media yang diperkaya dengan darah dan media lainnya yang digunakan untuk
menumbuhkan bakteri anaerob. 1,2,3
C. Bentuk Koloni
Beberapa Clostridium sp. menghasilkan koloni yang tumbuh besar (misalnya C.
perfringens), yang lainnya menghasilkan koloni yang lebih kecil (contohnya C. tetani).
Beberapa clostridia membentuk koloni yang menyebar atau berkelompok di permukaan
agar (C. septicum). Banyak clostridia menghasilkan zona beta hemolisis pada agar darah.
16
C. perfringens secara khas memproduksi zona beta hemolisis ganda di sekeliling koloni.
1,2,3
D. Karakteristik Pertumbuhan
Clostridium sp. dapat melalukan fermentasi berbagai gula (sakarolitik) dan dapat
mencerna protein (proteolitik), beberapa dapat melakukan keduanya. Karakter metabolik
ini digunakan untuk membagi clostridia menjadi beberapa kelompok. Susu diubah menjadi
asam oleh beberapa spesies dan dicerna oleh spesies lainnya serta mengalami “fermentasi
badai”: yaitu bekuan dihancurkan oleh grup ketiga (misalnya C. perfringens). Berbagai
enzim diproduksi oleh spesies yang berbeda. Clostridium sp. menghasilkan lebih banyak
toksin daripada kelompok bakteri lainnya. 1,2,3
1. Clostridium botulinum
Clostridium botulinum menyebabkan botulism, sporanya tahan panas higga 100°C dalam
beberapa jam, tetapi dapat hilang kemampuan resistensi panas ini bila dimasukkan dalam
larutan asam atau tinggi garam. Selama fase pertumbuhan dan autolisis, bakteri akan
menyebarkan toksin ke lingkungan. 1,2,3
A. Toksin
Ada 7 toksin yaitu A-G. Toksin A, B dan E serta kadang-kadang F adalah penyebab
utama botulism pada manusia. Toksin A dan B berhubungan dengan berbagai makanan,
sedangkan toksin E berhubugan dengan ikan, toksin C dengan burung. Berat molekul toksin
adalah 150,000 Dalton yang tersusun atas 100,000 dan 50,000 yang dihubungkan dengan
jembatan disulfida. Toksin botulinum akan diserap usus dan berikatan dengan reseptor
presinaptik pada membran motor neuron saraf tepi dan saraf kranial. Toksin tersebut mencegah
penglepasan acetylcholine sehingga kontraksi tidak terjadi dan paralisis. Toksin akan rusak
pada suhu 100°C selama 20 menit. 1,2,3
17
terjadi bahkan pasien tetap sadar saat sebelum meninggal. Angka mortalitasnya tinggi. Pasien
yang sembuh tidak memiliki antibodi terhadap toksin tersebut. 1,2,3
Infant botulism umumnya terjadi pada bulan pertama sehingga susah makan, lemah dan
paralisis (floppy baby). Penyakit ini merupakan salah satu penyebab sudden infant death
syndrome. C. botulinum dan toksin botulinum ditemukan di feses tetapi tidak di serum yang
menunjukkan bahwa spora terdapat pada makanan dan produksi toksin terjadi di usus. Toksin
dapat dideteksi dengan passive hemagglutination atau radioimmunoassay.
D. Pengobatan
Antitoksin poten diproduksi dari serum kuda yaitu trivalen A, B, E, diberikan secara
intravena. Ventilasi bila perlu bantuan nafas diperlukan. Kedua tindakan tersebut dapat
menurunkan angka kematian dari 65% menjadi 25%. Meskipun infant botulism umumnya
sembuh dengan terapi suportif, tetapi pemberian antitoksin dianjurkan. Kebersihan dan
pengolahan makanan yang baik yaitu merebus atau memanaskan 100°C hingga 20 menit sangat
dianjurkan. Makanan kaleng seperti daging harus benar-benar bersih dari kemungkinan toksin
bakteri ini dan jika mungkin dapat dipanaskan sebelum dikonsumsi. Toksin ini juga sering
dijadikan sebagai senjata biologi. 1,2,3
18
dengan cukup untuk memastikan destruksi spora atau dididihkan selama 20 menit sebelum
dikonsumsi. Faktor resiko utama botulisme terdapat pada makanan kaleng rumahan atau
makanan yang dikemas secara vakum di dalam kantong plastic. Resiko tersebut dapat dikurangi
jika dipanasi selama lebih dari 20 menit sebelum dikonsumsi. 1,2,3
2. Clostridium tetani
Clostridium tetani penyebab tetanus, tersebar di seluruh dunia pada tanah yang
terkontaminasi kotoran hewan terutama kuda. 1,2,3
Gambar 4. Spora
terminal C. tetani dilihat
dengan mikroskop
A. Toksin
Semua galur memiliki antigen somatik O dan memproduksi neurotoksin yang disebut
tetanospasmin dengan berat molekul 150.000 Dalton yang dihubungkan jembatan disulfida
dari dua komponen 100.000 dan 50.000 Dalton. Mula-mula toksin berikatan dengan reseptor
pada membran presinaptik pada motor neuron, kemudian berpindah secara retrograde ke
axonal transport sistem pada spinal cord dan batang otak (brain stem). Toksin menyebar ke
ujung sel inhibitor termasuk glycinergic interneurons dan aminobutyric acid-secreting neuron
dari batang otak menyebabkan degradasi synaptobrevin sehingga terjadi hambatan
penglepasan glycine dan gama-aminobutyric acid tetapi tidak terjadi hambatan motor neuron
sehingga terjadi hiperefleksi, spasme otot dan paralisis spastik dan dapat mematikan. 1,2,3
B. Patogenesis
Clostridium tetani bukan organisme invasive. Infeksi diawali dari luka, luka bakar,
potongan umbilicus atau luka operasi yang tercemar spora. Germinasi spora menjadi bentuk
19
vegetatif akan menghasilkan toksin dengan dukugan jaringan nekrosis, kalsium dan luka
bernanah semua dalam keadaan rendah oksigen. 1,2,3
C. Gambaran Klinis
Masa inkubasi sekitar 4–5 hari hingga beberapa pekan. Gejala klinis khas adalah
kontraksi tonik dari otot lurik. Kekakuan otot pertama terjadi di area infeksi kemudian pada
otot rahang terjadi trismus atau lockjaw sehingga mulut tidak dapat membuka. Stimulus apapun
dapat memicu spasme general. Pasien tetap sadar dan merasakan sakit, kematian terjadi karena
kegagalan nafas. 1,2,3
D. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan riwayat luka. Diagosis banding
adalah keracunan strychnine. Biakan aerobik jaringan dari luka yang terkontaminasi bisa
menghasilkan C. tetani, tetapi pemberian antitoksin preventif maupun terapeutik tidak boleh
ditunda demi menunggu hasil kultur. Bukti isolasi C. tetani harus didasarkan pada produksi
toksin dan netralisasinya oleh antitoksin spesifik. 1,2,3
20
F. Pengendalian
Tetanus adalah penyakit yang mutlak harus dicegah dengan imunisasi toksoid
yang merupakan toksin yang dilemahkan dengan larutan formalin. Imunisasi diberikan
tiga kali yaitu masa balita, 1 tahun kemudian dan pada masa usia sekolah dasar. 1,2,3
Tindakan pengendalian lingkungan tidak mungkin dilakukan karena
penyebaran organisme yang luas di tanah dan daya tahan sporanya yang lama.
3. Clostridium perfringens
Clostridium perfringens merupakan 90% penyebab myonecrosis dan gas gangrene jika
mengenai luka atau jaringan yang rusak. 1,2,3
A. Toksin
Toksin alfa C. perfringens adalah suatu enzim lecithinase yang dapat merusak lecithin
membrane sel. Toksin teta memiliki pengaruh hemolitik dan nekrotik seperti toksin alfa tetapi
tidak memiliki aktivitas lecithinase. Selain kedua toksin, bakteri ini juga memproduksi Dnase,
hyaluronidase dan collagenase. Pada gas gangrene (clostridial myonecrosis) umumnya terjadi
infeksi campuran dengan bakteri Gram negatif dan Gram positif kokus. 1,2,3
B. Patogenesis
Luka yang terkontaminasi seperti patah tulang terbuka, antara 1-3 hari akan terjadi
krepitasi subkutan dan otot, berbau busuk, kemudian segera terjadi nekrosis, demam, toksemia,
syok dan kematian. Terapi umumnya adalah amputasi bagian yang mengalami gangren. 1,2,3
Beberapa galur C. perfringens mampu memproduksi enterotoksin terutama pada daging
atau makanan yang mengandung daging. Bila seseorang tertelan 108 sel vegetatif maka akan
segera membentuk toksin di usus yang dapat mengakibatkan diare dalam waktu 6-18 jam. C.
21
perfringens food poisoning umunya karena memakan daging tidak matang yang terkontaminasi
bakteri ini, kemudian terjadi diare dan penyakit akan berlangsung 1-2 hari. 1,2,3
22
Gambar 6. Antibiotik yang
dapat menginduksi terjadinya
diare dan colitis akibat infeksi
C. difficile2
23
Gambar 6. Ringkasan spesies Clostridium5
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Mahon, C.R., Lehman, D.C. and Manuselis, G., 2014. Textbook of diagnostic
microbiology-E-Book. Elsevier Health Sciences.
2. Jawetz, E., Melnick, J.L., Adelberg, E.A., 2016. Mikrobiologi kedokteran. Jakarta:
EGC.
3. Tille, P., 2015. Bailey & Scott's Diagnostic Microbiology-E-Book. Elsevier Health
Sciences.
4. Guilhot, E., Khelaifia, S., La Scola, B., Raoult, D. and Dubourg, G., 2018. Methods for
culturing anaerobes from human specimen. Future microbiology, 13(3), pp.369-381.
5. Gupta, S., Allen-Vercoe, E. and Petrof, E.O., 2016. Fecal microbiota transplantation:
in perspective. Therapeutic advances in gastroenterology, 9(2), pp.229-239.
6. https://emedicine.medscape.com/article
7. https://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Streptococcus_mutans-_Tooth_Decay
25