BERSIH JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG TAHUN 2019 I. Pendahuluan Bioetanol adalah etanol yang bahan utamanya dari tumbuhan dan umumnya menggunakan proses farmentasi. Etanol atau ethyl alkohol (C2H5OH) berupa cairan bening tak berwarna, terurai secara biologis (biodegradable), toksisitas rendah dan tidak menimbulkan polusi udara yang besar bila bocor. Penggunaan bioetanol dimungkinkan sebagai bahan bakar pengganti bensin karena karakteristik etanol yang mirip bensin (gasoline). Selain itu, bioetanol bersifat ramah lingkungan karena memiliki hasil pembakaran relatif bersih. Hal ini disebabkan di dalam struktur kimiawinya terdapat atom oksigen inheren di dalamnya. Hal ini akan membantu menyempurnakan reaksi pembakaran antara etanol dengan udara. II. Bahan Baku Tanaman yang berpotensi untuk dijadikan bahan baku pembuatan bioetaol adalah singkong. Singkog memiliki perbandingan biomassa:bioethanol sebesar 6,5:1 (kg/liter). Komposisi bahan baku ditunjukan pada table 1 Table 1. Komposisi Kandungan Singkong Komposisi (%w/w) Moisture 14 Pati 77 Lemak 1,1 Protein 3,1 Fiber/cell wall materials 3,1 Ash 1,4
III. Proses Produksi Bioetanol
Secara umum proses pembuatan bioethanol adalah sebagai berikut Gambar 1. Diagram alir pembuatan bioetanol secara umum Produksi etanol/bioetanol (alkohol) dengan bahan baku tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat, dilakukan melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air. Glukosa dapat dibuat dari pati-patian, proses pembuatannya dapat dibedakan berdasarkan zat pembantu yang dipergunakan, yaitu hidrolisa asam dan hidrolisa enzyme. Hidolisa enzyme lebih banyak digunakan. Dalam proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air dilakukan dengan penambahan air dan enzyme; kemudian dilakukan proses peragian atau fermentasi gula menjadi etanol dengan menambahkan yeast atau ragi. Reaksi yang terjadi pada proses produksi bioethanol ditunjukan pada reaksi berikut. H2O + (C6H10O5)n N C6H12O6 (pati) enzim (glukosa) (C6H12O6)n 2 C2H5OH + 2 CO2 (glukosa) yeast (etanol) Singkong
Pre Treatment
Liquifikasi
Sakarifikasi
Distilasi
Dehidrasi
Bioetanol 99,8%
Gambar 2. Diagram blok pembuatan bioetanol
3.1 Pre Treatment
Persiapan bahan baku yaitu dilakukan proses pengeringan kemudian singkong yang telah kering dihaluskan dan diayak pada proses dry milling kemudian dicampurkan dengan air dan diekstrak patinya pada proses wet milling. 3.2 Hidrolisis Asam Proses liquifikasi adalah proses pemasakan bubur singkong menjadi dekstrin dengan bantuan enzim alpha-amylase. Proses ini dilakukan pada temperatur 85-105oC. Proses ini akan mengubah pati (Polisakarida) menjadi oligosakarida. Proses sakarifikasi adalah proses untuk merubah dekstrin menjadi gula dengan bantuan enzim glukoamylase. Proses sakarifikasi akan memecah Oligosakarida menjadi molekul gula sederhana (Glukosa) dengan bantuan enzim glukoamilase. Temperatur optimal proses ini adalah pada 50-55 oC. Pada umumnya, kedua proses ini dilakukan secara bersama (simulatan) terutama pada industri skala kecil. Enzim yang digunakan biasa berasal dari cendawan Aspergillus sp. yang mampu menghasilkan kedua jenis enzim tersebut. 3.3 Fermentasi Proses fermentasi dimaksudkan untuk mengubah glukosa menjadi etanol (alkohol) dengan menggunakan bakteri Saccharomyces. Persamaan reaksi pada proses ini ditunjukan pada reaksi berikut. C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP Setiap mol dari glukosa akan menghasilkan 2 mol etanol dan 2 mol karbon dioksida. Proses fermentasi berlangsung selama 3 hari, dengan temperatur optimal pada 32 oC. Pada akhir proses fermentasi akan dihasilkan larutan dengan kadar 10%v/v etanol. 3.4 Distilasi Proses distilasi etanol merupakan proses pemisahan atau ekstraksi etanol dari campuran hasil fermentasi (disebut beerfeed) yang mengandung etanol dengan kadar 10% v/v. Pada proses distilasi, etanol akan dipisahkan dari air dengan memanfaatkan perbedaan titik didih antara air dan etanol. Proses distilasi tersebut akan berlangsung pada kolom distilasi Proses distilasi etanol dibagi menjadi dua tahap yaitu distilasi biasa dan distilasi azeotrop. Pada distilasi biasa, kadar etanol maksimum yang dihasilkan hanya mencapai 95%, sedangkan kadar etanol untuk MFGE (Motor Fuel Grade Ethanol) adalah 99,6% - 99,8%. Untuk mendapat etanol dengan kadar diatas 95%, diperlukan proses distilasi lanjutan berupa distilasi Azeotrop. Proses distilasi Azeotrop dilakukan dengan bantuan zat entrainer, berupa benzena, aseton, dietil eter dan beberapa jenis hidrokarbon seperti pentana, heksana, heptana, oktana dan iso-oktana. Penambahan zat entrainer ke dalam campuran etanol dengan air akan menghilangkan titik Azeotrop sehingga etanol dapat dipisahkan dengan air sampai kadar diatas 99,6%. Proses pemisahan tersebut disebut juga proses dehidrasi 3.5 Dehidrasi Proses dehidrasi terjadi pada kolom distilasi yang disebut dehydration tower. Produk dari dehydration tower berupa campuran etanol yang mengandung zat entrainer dan fuel grade ethanol. Campuran yang mengandung zat entrainer akan dipompa menuju Entrainer Recovery Tower untuk dipisahkan zat entrainer dan etanol. Zat entrainer kemudian akan digunakan kembali pada proses distilasi, sedangkan fuel grade ethanol yang dihasilkan merupakan produk akhir dari proses distilasi ini. Produk etanol yang dihasilkan memiliki konsentrasi 99,8% DAFTAR PUSTAKA Malisi, dkk. 2016. Pembuatan Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Alternatif Dari Singkong Karet (Manihot Glaziovii) Dengan Hidrolisis Asam Sulfat Dan Fermentasi Menggunakan Variasi Ragi. Jakarta. Universitas Muhammadiyah Jakarta Marco Aurielo Pinheiro Lima(Ed.). 2012. Bioethanol. Rijeka Croatia. Intech Verdian, dkk. 2016. Laporan Presentasi Ms-4012 Proses Pembuatan Bahan Bakar Bioetanol Dari Singkong Dengan Fokus Peralatan Penyulingan. Bandung. Institut Teknologi Negeri Bandung.