Está en la página 1de 24

Assalammualaikum Wr.

Wb
Alhamdulillah…..
Tiada kata yang paling indah selain puji dan puja syukur kehadirat Allah SWT yang mana
dengan limpahan rahmat dan karunianyalah sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabiyaullah Muhammad
saw beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah rela mempertaruhkan harta, jiwa dan
raganya untuk membawa umat manusia dari dunia kegelapan menuju dunia yang terang
benderang dan penuh dengan ilmu pengetahuan.
Kami sadari peyusunan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan maka
berpegang dari itu semua kami sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang
konstruktif dari para pembaca pada umumnya dan dosen bidang studi pada khususnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat menambah referensi kita semua.
Wassalammualaikum Wr.Wb
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................
Daftar Isi ...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................
B. Rumusan Masalah ....................................................................................
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................
BAB II KONSEP MEDIS
A. Pengertian .................................................................................................
B. Anatomi dan fisiologi ...............................................................................
C. Aspek epidemiologi ..................................................................................
D. Etiologi .....................................................................................................
E. Patofisiologi ..............................................................................................
F. Pathway ....................................................................................................
G. Manifestasi klinis......................................................................................
H. Klasifikasi .................................................................................................
I. Pencegahan ...............................................................................................
J. Penatalaksanaan ........................................................................................
K. Komplikasi ...............................................................................................
BAB III PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian ................................................................................................
B. Diagnosa keperawatan ..............................................................................
C. Intervensi dan rasional ..............................................................................
D. Discharge planning ...................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................
B. Saran .........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penyakit infeksi di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan yang
utama. Salah satu penyakit tersebut adalah infeksi susunan saraf pusat. Penyebab
infeksi susunan saraf pusat adalah virus, bakteri atau mikroorganisme lain. Meningitis
merupakan penyakit infeksi dengan angka kematian berkisar antara 18-40% dan
angka kecacatan 30-50%.
Bakteri penyebab meningitis ditemukan di seluruh dunia, dengan angka
kejadian penyakit yang bervariasi. Di Indonesia, dilaporkan bahwa Haemophilus
influenzae tipe B ditemukan pada 33% diantara kasus meningitis. Pada penelitian
lanjutan, didapatkan 38% penyebab meningitis pada anak kurang dari 5 tahun. Di
Australia pada tahun 1995 meningitis yang disebabkan Neisseria meningitidis 2,1
kasus per 100.000 populasi, dengan puncaknya pada usia 0 – 4 tahun dan 15 – 19
tahun . Sedangkan kasus meningitis yang disebabkan Steptococcus pneumoniae
angka kejadian pertahun 10 – 100 per 100.000 populasi pada anak kurang dari 2
tahun dan diperkirakan ada 3000 kasus per tahun untuk seluruh kelompok usia,
dengan angka kematian pada anak sebesar 15%, retardasi mental 17%, kejang 14%
dan gangguan pendengaran 28%.
Meningitis merupakan peradangan dari meningen yang menyebabkan
terjadinya gejala perangsangan meningen seperti sakit kepala, kaku kuduk, fotofobia
disertai peningkatan jumlah leukosit pada liquor cerebrospinal (LCS). Berdasarkan
durasi dari gejalanya, meningitis dapat dibagi menjadi akut dan kronik. Meningitis
akut memberikan manifestasi klinis dalam rentang jam hingga beberapa hari,
sedangkan meningitis kronik memiliki onset dan durasi berminggu-minggu hingga
berbulan-bulan. Pada banyak kasus, gejala klinik meningitis saling tumpang tindih
karena etiologinya sangat bervariasi.
Meningitis juga dapat dibagi berdasarkan etiologinya. Meningitis bakterial
akut merujuk kepada bakteri sebagai penyebabnya. Meningitis jenis ini memiliki
onset gejala meningeal dan pleositosis yang bersifat akut. Penyebabnya antara
lain Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis, Haemophilus
influenzae.Jamur dan parasit juga dapat menyebabkan meningitis seperti
Cryptococcus, Histoplasma, dan amoeba.Meningitis aseptik merupakan sebutan
umum yang menunjukkan respon selular nonpiogenik yang disebabkan oleh agen
etiologi yang berbeda-beda. Penderita biasanya menunjukkan gejala meningeal
akut, demam, pleositosis LCS yang didominasi oleh limfosit. Setelah beberapa
pemeriksaan laboratorium, didapatkan peyebab dari meningitis aseptik ini
kebanyakan berasal dari virus, di antaranya Enterovirus, Herpes Simplex Virus
(HSV).Pada referat ini akan dibahas mengenai meningitis bakterialis. Meningitis
bakterialis merupakan penyakit yang mengancam jiwa disebabkan oleh infeksi
lapisan meningen olehbakteri. Insidensi meningitis bakterialis di Amerika Serikat
sudah menurun sejak diterapkannya penggunaan rutin vaksinHaemophilus
influenzae tipe B (HIB). Umumnya penderita berusia di bawah 5 tahun dan pada
70% kasus terjadi pada anak-anak usia 2 tahun.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu penyakit menginitis ?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi menginitis ?
3. Apa penyebab penyakit menginitis ?
4. Bagaimana proses patofisiologi penyakit menginitis ?
5. Apa saja tanda dan gejala dari penyakit menginitis ?
6. Apa saja komplikasi yang terjadi pada pasien degan penyakit menginitis ?
7. Bagaimana cara pengobatan dari penyakit menginitis ?
8. Bagaimana proses pemeriksaan penyakit menginitis ?
9. Bagaimana pencegahan menginitis
BAB 11
KONSEP MEDIS

A. Definisi
Menginitis bakterialis adalah suatu infeksi purulen lapisan otak yang pada
orang dewasa biasanya hanya terbatas di dalam ruang subaraknoid,namun pada bayi
cenderung meluas samapi kerongga subdural sebagai suatu efusi atau empyema
subdural (leptomeningitis),atau bahkan kedalam otak (meningoensefalitis).
(Satyanegara,2010)
B. Anatomi dan Fisiologi

Meningen (selaput otak) mrupakan selaput yang membungkus otak dan


sumsum tulang belakang, melindungi struktur saraf halus yang membawa pembuluh
darah dan cairan sekresi (serebro spinal), memperkecil terjadinya benturan atau
getaran yang terdiri dari 3 lapisan:
1. Durameter (lapisan sebelah luar) : Selaput keras pembungkus otak yang berasal
dari jaringan ikat tebal dan kuat. Durameter pada tempat tertentu mengandung
rongga yang mengalirkan darah vena ke otak yang dinamakan sinus
longitudunal superior, terletak diantara kedua hemisfer otak.
2. Arakhnoid (lapisan tengah) : Arakhnoid merupakan selaput halus yang
memisahkan durameter dengan piameter membentuk sebuah kantong atau
balon yang berisi cairan otak yang meliputi seluruh susunan saraf pusat.
3. Piameter (lapisan sebelah dalam) : Piameter merupakan selaput tipis yang
terdapat pada permukaan jaringan otak, piameter berhubungan dengan
arakhnoid melalui struktur-struktur jaringan ikat yang disebut trabekel.
Adapun fungsi meningeal sebagai berikut :
1. Menyelubungi dan melindungi susunan saraf pusat
2. Melindungi pembuluh darah dan menutupi sinus venus
3. Berisi cairan serebrospinal.
C. Aspek Epidemiologi
Meningitis meningokokus adalah endemik di beberapa bagian Afrika, India,
dan negara-negara berkembang lainnya. Epidemi periodik disebut terjadi di sub-
Sahara maupun di antara peziarah agama bepergian ke Arab Saudi untuk ibadah haji.
Sebuah peningkatan yang signifikan dalam kejadian resisten S pneumoniae-
meningitis penisilin telah terjadi di seluruh dunia. Kejadian infeksi HIV di seluruh
dunia telah mengakibatkan peningkatan frekuensi yang sesuai meningitis yang
disebabkan oleh organisme dienkapsulasi (terutama S pneumoniae), bersama dengan
organisme-oportunistik terkait AIDS dan TBC.
Di Amerika Serikat, kejadian meningitis bakteri menurun 1,9-1,5 kasus per
100.000 dari 1998 hingga 2010, sebagian karena pengenalan dari Haemophilus
influenzae tipe b conjugate dan vaksin konjugat pneumokokus. Ada terus menjadi
peningkatan insiden meningitis bakteri antara orang-orang berusia 60 tahun dan lebih
tua, independen dari faktor lain.
D. Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan
pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang
tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti meningitis itu
disebabkan oleh virus dan bakteri.

a. Meningitis Bakteri
Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah haemofilus
influenza, Nersseria,Diplokokus pnemonia, Sterptokokus group A, Stapilokokus
Aureus, Eschericia colli, Klebsiela dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon
terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya peradangan
dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari
bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul
di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis
menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan
intrakranial. Hal ini akan menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark.

b. Meningitis Virus
Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya
disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti;
gondok, herpez simplek dan herpez zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada
meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan
organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh koteks
cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap
virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat. .(satyanegara,2010).
E. Patofisiologi
Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di organ
atau jaringan tubuh yang lain. Virus / bakteri menyebar secara hematogen sampai kes
elaput otak, misalnya pada penyakit Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia,Broncho
pneumonia dan Endokarditis. Penyebaran bakteri/virus dapat pula secara
perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan yang ada di dekat selaput
otak,misalnya Abses otak, Otitis Media, Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus
danSinusitis. Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan
fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak. Invasi kuman-kuman ke dalam
ruangsubaraknoid menyebabkan reaksi radang pada araknoid CSS
(CairanSerebra ospinal) dan sistem ventrikulus.
Mula-
mulapembuluhdarahmeningealyangkecildansedangmengalamihiperemi;dalamwaktuy
angsangatsingkatterjadi penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklearke dalam
ruangsubarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi
pembentukan limfosit dahistiosit dan dalam minggu kedua sel-sel plasma. Eksudat
yang terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian luar mengandung leukosit
polimorfonuklear dan fibrin sedangkan dilapisan dalam terdapat makrofag.
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dandapat
menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron
neuron.Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrino-purulen
menyebabkankelainan kraniales. Pada Meningitis yang disebabkan oleh virus, cairan
serebrospinaltampak jernih dibandingkan Meningitis yang disebabkan oleh
bakteri.(Ngastiyah. Perawatan Anak sakit, ed.2, 2015)
G. Manifestasi klinis
Trias klasik gejala meningitis adalah demam, sakit kepala, dan kaku kuduk.
Namun pada anak di bawah usia dua tahun, kaku kuduk atau tanda iritasi meningen
lain mungkin tidak ditemui. Perubahan tingkat kesadaran lazim terjadi dan ditemukan
pada hingga 90% pasien. (Jay Tureen. Buku Ajar Pediatri Rudolph, vol.1, 2010)
Pada bukunya, Wong menjabarkan manifestasi dari meningitis berdasarkan
golongan usia sebagai berikut:
Anak dan Remaja
a. Awitan biasanya tiba-tiba
b. Demam
c. Mengigil
d. Sakit kepala
e. Muntah
f. Perubahan pada sensorium
g. Kejang (seringkali merupakan tanda-tanda awal )
h. Peka rangsang
i. Agitasi
j. Dapat terjadi: Fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif atau maniak,
mengantuk, stupor, koma.
k. Kekakuan nukal, dapat berlanjut menjadi opistotonus
l. Tanda Kernig dan Brudzinski positif
m. Hiperaktif tetapi respons refleks bervariasi

Tanda dan gejala bersifat khas untuk setiap organisme:


a. Ruam ptekial atau purpurik (infeksi meningokokal), terutama bila berhubungan
dengan status seperti syok.
b. Keterlibatan sendi (infeksi meningokokal dan H. influenzae)
c. Drain telinga kronis (meningitis pneumokokal)
Bayi dan Anak KecilGambaran klasik terlihat pada anak-anak antara usia 3
bulan hingga 2 tahun :
a. Muntah
b. Peka rangsangan yang nyata
c. Sering kejang (seringkali disertai dengan menangis nada tinggi)
d. Fontanel menonjol
e. Kaku kuduk dapat terjadi dapat juga tidak
f. Tanda Brudzinski dan Kernig bersifat tidak membantu dalam diagnose
g. Sulit untuk dimunculkan dan dievaluasi dalam kelompok usia
h. Empihema subdural (infeksi Haemophilus influenza)
Neonatus Tanda-tanda Spesifik :
a. Secara khusus sulit untuk didiagnosa
b. Manifestasi tidak jelas dan tidak spesifik
c. Baik pada saat lahir tetapi mulai terlihat menyedihkan dan berperilaku buruk
dalam beberapa hari
d. Menolak untuk makan
e. Kemampuan menghisap buruk
f. Muntah atau diare
g. Tonus buruk
h. Kurang gerakan
i. Menangis buruk
j. Fontanel penuh, tegang, dan menonjol dapat terlihat pada akhir perjalanan
penyakit
k. Leher biasanya lemas
H. Klasifikasi
Jenis-jenis menginitis yaitu :
1. Menginitis bacterial
Melalui invasi langsung atau invasi tidak langsung dan infeksi pada lokasi tubuh
yang lain (gigi,sinus,paru,tonsil)
2. Menginitis Purulenta
Adalah radang bernanah arachnoid dan piameter yang meliputi otak dan medulah
spinalis.Penyebabnya antara lain Diplococcus pneumonia (pneumokok),Neisseris
eningitis (meningokok), streptococcus haemolyticuss staphylococcus aureus,
haemophilus influenza, Escherichia coli, klebsiella pneumonia, pseudomonas
aeruginosa.
3. Menginitis Virus adalah infeksi pada meningen: cenderung jinak dan bisa sembuh
sendiri, virus biasanya bereplikasi sendiri ditempat terjadinya infeksi awal
(misalnya sistem nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar kesistem
saraf pusat melalui sistem vaskuler. Ini terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh
virus : campak, herpes simplek dan herpes zoster. Virus herpes simplek
mengganngu metabolisme sel sehingga sell cepat mengalami nekrosis. Jenis lainnya
juga mengganggu produksi enzim atau neurotransmitter yang dapat menyebabkan
disfungsi sel dan gangguan neurologic.
4. Menginitis Jamur : Menginitis cryptococcal adalah infeksi jamur yang
mempengaruhi sistem saraf pusat pada klien dengan AIDS. Gejala klinisnya
bervariasi tergantung dari system kekebalan tubuh yang akan berefek pada respon
inflamasi Respon inflamasi yang ditimbulkan pada klien dengan menurunnya sistem
imun antara lain : bisa demam,sakit kepalah,mual,muntah,dan menurunnya status
mental.
I. Komplikasi Menginitis
1. Meningkatan tekanan intracranial.
2. Hydrosephalus
3. Infark serebral
4. Defisit saraf kranial
5. Ensepalitis
6. Syndrome of inappropriate secretion of antidiuretic hormone (SIADH).
7. Abses otak
8. Kerusakan visual
9. Defisit intelektual
10. Kejang
11. Endokarditis
12. Pnumonia
J. Pencegahan
a. Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor resiko meningitis
bagi individu yang belum mempunyai faktor resiko dengan melaksanakan pola
hidup sehat.36 Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi
meningitis pada bayi agar dapat membentuk kekebalan tubuh.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan penyakit sejak awal, saat
masih tanpa gejala (asimptomatik) dan saat pengobatan awal dapat
menghentikan perjalanan penyakit. Pencegahan sekunder dapat dilakukan
dengan diagnosis dini dan pengobatan segera. Deteksi dini juga dapat
ditingkatan dengan mendidik petugas kesehatan serta keluarga untuk mengenali
gejala awal meningitis.
c. Tersier
Pencegahan tertier merupakan aktifitas klinik yang mencegah kerusakan lanjut
atau mengurangi komplikasi setelah penyakit berhenti. Pada tingkat pencegahan
ini bertujuan untuk menurunkan kelemahan dan kecacatan akibat meningitis,
dan membantu penderita untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisikondisi
yang tidak diobati lagi, dan mengurangi kemungkinan untuk mengalami
dampak neurologis jangka panjang misalnya tuli atau ketidakmampuan untuk
Universitas Sumatera Utara belajar.
K. Penatalaksanaan
1. penatalaksaan umum
b) Pasien diisolasi
c) Pasien diistirahatkan / bedrest
d) Kontrol hipertermia dengan kompres, pemberian antipiretik seperti
parasetamol, asam sallsilat
e) Kontrol kejang : Diazepam,fenobarbital.
f) Kontrol peningkatan tekanan intracranial : Manitol, kortikosteroid
g) Pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi
2. Pembersihan antibiotic.
a) Diberikan 10-14 hari atau sedikitnya 7 hari bebas panas.
b) Antibiotic yang umum diberikan : Ampisillin, gentamisin,
kloromfenikol,sefalosporin
L. Komplikasi
Serta sequelle yang timbul biasanya berhubungan dengan proses inflamasi pada
meningen dan pembuluh darah cerebral (kejang, parese nervus cranial,lesi cerebral
fokal, hydrasefalus) serta disebabkan oleh infeksi meningococcus pada organ tubuh
lainnya (infeksi okular, arthritis, purpura, pericarditis, endocarditis, myocarditis,
orchitis, epididymitis, albuminuria atau hematuria, perdarahan adrenal). DIC dapat
terjadi sebagai komplikasi dari meningitis. Komplikasi dapat pula terjadi karena
infeksi pada saluran nafas bagian atas, telinga tengah dan paru-paru, Sequelle
biasanya disebabkan karena komplikasi dari nervous system.
BAB III
PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat/tanggal lahir, NO. MR
penanggungjawab, dll.
2. Keluhan utama
3. Keluhan utama yang sering adalah panas badan tinggi, koma, kejang dan
penurunan kesadaran.
4. Riwayat Kesehatan
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan adanya
hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah
pasien mengalami infeksi jalan napas bagian atas, otitis media, mastoiditis,
tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh immunologis
pada masa sebelumnya.
Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan pada pasien terutama apabila ada
keluhan batuk produktif dan pernah menjalani pengobatan obat anti TB yang
sangat berguna untuk mengidentifikasi meningitis tuberculosia.
Pengkajian pemakaian obat obat yang sering digunakan pasien, seperti
pemakaian obat kortikostiroid, pemakaian jenis jenis antibiotic dan reaksinya
(untuk menilai resistensi pemakaian antibiotic).
6. Riwayat kesehatan sekarang
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis
kuman penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul
seperti kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk. Pada pengkajian
pasien meningitis biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan
akibat dari infeksi dan peningkatann. Keluhan tersebut diantaranya, sakit kepala
dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala berhubungan dengan
meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam
umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit.
Keluhan kejang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan pengkajian lebih
mendalam, bagaimana sifat timbulnya kejang, stimulus apa yang sering
menimbulkan kejang dan tindakan apa yang telah diberikan dalam upaya
menurunkan keluhan kejang tersebut.
Pengkajian lainnya yang perlu ditanyakan seperti riwayat selama menjalani
perawatan di RS, pernahkah mengalami tindakan invasive yang memungkinkan
masuknya kuman ke meningen terutama tindakan melalui pembuluh darah.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya di dapatkan data adanya infeksi yang dialami ibu pada akhir
kehamilan.
8. Pengkajian Fisik
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise), keterbatasan yang ditimbulkan
kondisinya.
Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter,
kelemahan secara umum, keterbatasan dalam rentang gerak.
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiologi, seperti endokarditis, beberapa
penyakit jantung conginetal (abses otak).
Tanda : Tekanan darah meningkat, nadi menurun dan tekanan nadi berat
(berhubungan dengan peningkatan dan pengaruh dari pusat vasomotor) :
takikardi, distritmia (pada fase akut) seperti distrimia sinus (pada
meningitis ).
c. Tanda : Tekanan darah meningkat, nadi menurun dan tekanan nadi berat
(berhubungan dengan peningkatan pengaruh dari pusat takikardi, distritmia
(pada fase akut) seperti distrimia sinus (pada meningitis ).
d. Eliminasi
Tanda : Adanya inkotinensia dan retensi.
e. Makanan dan Cairan
Gejala : Kehilangan napsu makan, kesulitan menelan (pada periode akut).
Tanda : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membrane mukosa kering.
f. Hygiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri ( pada
periode akut).
g. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala (mungkin merupan gejala pertama dan biasanya
berat), Pareslisia, kaku pada semua persarafan yang terkena, kehilangan
sensasi (kerusakan pada saraf cranial). Hiperalgesia / meningkatnya
sensitifitas (minimitis). Timbul kejang ( minimitis bakteri atau abses otak )
gangguan dalam penglihatan, seperti diplopia (fase awal dari beberapa
infeksi ). Fotopobia (pada minimtis). Ketulian (pada minimitis /
encephalitis) atau mungkin hipersensitifitas terhadap kebisingan, Adanya
halusinasi penciuman / sentuhan.
Tanda : Status mental / tingkat kesadaran : letargi sampai kebingungan
yang berat hingga koma, delusi dan halusinasi / psikosis organic (encephali
tis ). Kehilangan memori, sulit mengambil keputusan (dapat merupakan
gejala berkembangnya hidrosephalus komunikan yang mengikuti
meningitis bacterial). Afasia / kesulitan dalam berkomunikasi. Mata (ukura
n / reaksi) : unisokor atau tidak berespon terhadap cahaya (peningkatan),
nistagmus (bola mata bergerak terus menerus).Ptosis (kelopak mata atas
jatuh). Karakteristik fasial (wajah) : perubahan pada fungsi motorik dan
sensorik (saraf cranial V dan VII terkena). Kejang umum atau lokal (pada
abses otak). Kejang lobus temporal Otot mengalami hipotonia/
flaksid paralisis (pada fase akut meningitis. Spastik (encephalitis).
Hemiparese hemiplegic (meningitis / encephalitis). Positif dan atau tanda
kernig positif merupakan iritasi meningeal (fase akut). Regiditas muka (iri
tasi meningeal). Refleks tendon dalam terganggu, Refleks abdominal
menurun.
h. Nyeri / Kenyamanan indikasi adanya
Gejala : Sakit kepala (berdenyut dengan hebat, frontal) mungkin akan
diperburuk oleh ketegangan leher / punggung kaku,nyeri pada gerakan
ocular, tenggorokan nyeri.
Tanda : Tampak terus terjaga, perilaku distraksi / gelisah menangis/
mengeluh.
i. Pernapasan
Gejala : Adanya riwayat infeksi sinus atau paru
Tanda : Peningkatan kerja pernapasan (tahap awal), perubahan mental
(letargi sampai koma) dan gelisah.
j. Keamanan
Gejala : Adanya riwayat infeksi saluran napas atas atau infeksi lain,
meliputi mastoiditis telinga tengah sinus, abses gigi, abdomen atau kulit,
fungsi lumbal, pembedahan, fraktur pada tengkorak / cedera
kepala.Imunisasi yang baru saja berlangsung : terpajan pada meningitis,
terpajan oleh campak, herpes simplek, gigitan binatang, benda asing yang
terbawa.Gangguan penglihatan atau pendengaran
Tanda : Suhu badan meningkat,diaphoresis, menggigil.
Kelemahan secara umum ; tonus otot flaksid atau plastic.
Gangguan sensoris.
9. Data Psikososial
Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien juga
penting untuk menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan
peran pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya
dalam kehidupan sehari harinya baik dalam keluarga ataupun dalam
masyarakat.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial.
2. Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi.
3. Potensial terjadinya injuri sehubungan dengan adanya kejang, perubahan status
mental dan penurunan tingkat kesadaran
4. Resiko Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual,
muntah
5. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral
6. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi
7. Kurangnya pengatahuan keluarga sehubungan dengan keterbatasan informasi
1. Intervensi
NO DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan 1. Pasien bed rest total dengan 1. Perubahan pada tekanan
sehubungan dengan posisi tidur terlentang tanpa intakranial akan dapat
peningkatan tekanan intrakr bantal. meyebabkan resiko
anial. untuk terjadinya herniasi
otak. Dapat mengurangi
kerusakan otak lebih
lanjut.
2. Monitor tanda-tanda status
2. Pada keadaan normal
neurologis dengan GCS.
autoregulasi
mempertahankan
keadaan tekanan darah
3. Monitor tanda-tanda vital
sistemik
seperti TD, Nadi, Suhu,
3. berubah secara fluktuasi.
Respirasi, dan hati-hati pada
Kegagalan autoreguler
hipertensi sistolik
akan menyebabkan
kerusakan vaskuler
cerebral yang dapat
dimanifestasikan dengan
peningkatan sistolik dan
diiukuti oleh penurunan
tekanan diastolik.
Sedangkan peningkatan
suhu dapat
menggambarkan
perjalanan infeksi.

2 Resiko terjadi kejang ulang 1. Longgarkan pakaian, berikan 1. Proses konveksi akan ter
berhubungan dengan pakaian tipis yang mudah halang oleh pakaian yan
hipertermi. menyerap keringat g

2. Berikan kompres dingin


2. Ketat dan tidak menyera
p keringat.
3. Perpindahan panas secar
3. Berikan ekstra cairan (susu,
a konduksi saat demam
sari buah, dll)
kebutuhan akan cairan
tubuhmeningkat

4. Observasi kejang dan tanda


4. Pemantauan yang teratur
vital tiap 4 jam
menentukan tindakan ya
ng
akan dilakukan aktivitas
dapat meningkatkan
metabolism dan meningk
aan panas

3 Potensial terjadinya injuri 1. Monitor kejang pada tangan, 1. Gambaran tribalitas


sehubungan dengan adanya kaki, mulut dan otot-otot sistem saraf pusat
kejang, perubahan status muka lainnya. memerlukan evaluasi
mental dan penurunan yang sesuai dengan
tingkat kesadaran intervensi yang tepat
untuk mencegah
terjadinya komplikasi.
2. Persiapkan lingkungan yang
2. Melindungi pasien bila
aman seperti batasan ranjang,
kejang terjadi
papan pengaman, dan alat
3. Mengurangi resiko jatuh
suction selalu berada dekat
terluka jika vertigo,
pasien
sincope, dan ataksia
3. Pertahankan bedres ttotal
terjadi
selama fase akut
4. Untuk mencegah atau
4. Berikan terapi sesuai advis
mengurangi kejang.
dokter seperti ; diazepam,
phenobarbital,dll.
4 Resiko Perubahan nutrisi : 1. Kaji kemampuan pasien 1. Berpengaruh terhadap
kurang dari kebutuhan untuk pemilihan jenis makanan
tubuh berhubungan mengunyah,menelan,batuk
dengananoreksia, mual, dan,mengatasi sekresi
muntah. 2. Menunjukakkan status
2. Timbang BB setiap hari nutrisi

5 Resiko tinggi terhadap 1. Observasi tingkat kesadaran 1. Berguna untuk


perubahan perfusi jaringan dan nilai status neurology menentukanl okasi dan
serebral berhubungan denga setiap 1-2 jam luasnya penyebaran
nedema serebral kerusakan serebral

2. Kaji adanya gemetar,kegelisa 2. Merupakan indikasi


han yang meningkat, kejang iritasi meningeal

6 Gangguan rasa nyaman 1. Kaji faktor-faktor terjadinya 1. Mengetahui penyebab


berhubungan dengan hiperthermi terjadinya hiperthermi
hiperthermi karenapenambahan
pakaian/selimut dapat
menghambat penurunan
suhu tubuh

2. Anjurkan untuk menggunaka 2. Proses hilangnya panas


n baju tipis dan terbuat dari akan terhalangi oleh
kain katun pakaian tebal,dan tidak
dapat menyerap

7 Kurangnya pengetahuan 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Mengetahui sejauh mana


keluarga sehubungan keluarga. pengetahuan yang
keterbataaan informasi. 2. Jelaskan setiap tindakan dimiliki keluarga dan
perawatan yang akan kebenaran informasi
dilakukan yang didapat
2. Agar keluarga
mengetahui
tujuan setiap tindakan.
C. Discharge Planning
1. intervensi yang tercantum pada penatalaksanaan akut juga berlaku untuk perawatan
jangka panjang
2. Ajarkan pada orang tua tentang pemberian obat dan pemantauan efek samping
3. Konsultasikan komplikasi jangka panjang yang akan terjadi serta tanda dan
gejalanya serta bagaimana untuk mempertahankan nutrisi yang adekuat (makanan
rendah lemak)
4. Pelajari cara mencegah infeksi, penyebab dan tanda gejala penyakit. Istirahat yang
cukup
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Meningitis merupakan peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal
dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat. Yang
disebabkan oleh bakteri, virus, faktor predisposisi, faktor maternal dan faktor imunologi.
Meningitis dibagi menjadi 2 yaitu Meningitis purulent (pus) adalah radang bernanah
arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis dan Meningitis serosa
(bakteri) merupakan peradangan yang disebabkan oleh organisme pada bakteri seperti
meningococcus, staphylococcus, Baccilus influenza, Baccilus tubercula, Neiserria
meningitides, sreptococus pnemoniae (pada dewasa), haimopilus influenza (pada anak-
anak dan remaja).
B. SARAN
Pembaca diharapkan dapat mengerti dan memahami gejala meningitis sangat
penting untuk dapat menegakkan diagnosis sedini mungkin karena diagnosis dan
pengobatan dini dapat mencegah terjadinya komplikasi yang bersifat fatal serta
mengetahui penyebab meningitis sangat penting untuk menentukan jenis pengobatan
yang diberikan. Sekedar menambah informasi, vaksin untuk mencegah terjadinya
meningitis bakterial telah tersedia, dan sangat dianjurkan untuk diberikan jika berada
atau akan berkunjung kedaerah epidemik.
DAFTAR PUSTAKA

Keperawatan Medical Bedah. Salembah Medika. Jakarta. 2011 Nasronudin Penyakit inf
eksi di Indonesia dan solusi kini dan mendatang edisi kedua.UAP, Surabaya,
2011
Nanda -1. (2015). Diagnosis keperawatan: Definisi klasifikasi 2015-2017, ed. 10.
Jakarta: penerbit buku Kedokteran EGC.
Springhouse Corporation. (2011). Kapita Selekta penyakit dengan implikasi
keperawatan, ed. 2. Jakarta penerbit Buku Kedokteran EGC

También podría gustarte