Está en la página 1de 20

PERUBAHAN SEKSUALITAS PADA MASA LANJUT USIA

Diajukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik
Dosen Pengampu : Yuni Sapto ER, M.Kep

Disusun Oleh :

1. Erma Mauliddiant T (108116001)


2. Badriatus Sa’diyah (108116012)
3. Sukma Wardhana (1081160

S1 KEPERAWATAN 3A
STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat yang
diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Penyusunan makalah ini atas dasar tugas matakuliah “Keperawatan
Gerontik” untuk melengkapi materi berikutnya. Penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada nara sumber yang telah membantu penulis dalam penyusunan
makalah ini. Mohon maaf penulis sampaikan apabila terdapat kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, karena kami masih dalam tahap belajar. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat sebagai referensi untuk menambah wawasan kepada pembaca.
Penulis sadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan,
maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik guna perbaikan di masa yang
akan datang. Terima kasih.

Cilacap, 25 April 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................i
KATA PENGANTAR ........................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... 3
A. Definisi masa usia lanjut ...................................................... 3
B. Perubahan fisiologis ............................................................. 5
C. Masalah yang menyebabkan gangguan seksual ................... 6
D. Perubahan seksual pada lansia .............................................. 8
E. Perubahan seksual pada wanita .......................................... 10
F. Upaya mengatasi masalah seksual pada lansia ................... 11
G. Asuhan keperawatan ........................................................... 12
BAB III PENUTUP ...............................................................................
A. Kesimpulan ..............................................................................
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4
yaitu : Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74
tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90
tahun.

Sesuai dengan UU.23 tahun 1992 (pasal 19) dijelaskan bahwa “ manusia
lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik,
kejiwaan dan sosial, perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh
aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan lansia perlu
mendapat perhatuan khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama
mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga
dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan”.
Di sini pada lansia sering memiliki masalah dengan fungsi seksualnya.
Pengaruh utama proses menua pada seksualitas wanita dihubungkan dengan
perubahan pada saat menopause. Faktor penting adalah reduksi yang menandai
sirkulasi estrogen yang ditemukan pada wanita sesudah menopause. Hormon
estrogen penting untuk mempertahankan keadaan normal vagina dan untuk
tanggapan seksual. Selaput lendir vagina sesudah menopause mengalami
penipisan. Di samping itu, terjadi pengurangan pelumasan selama bangkitnya
gairah seksual. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan selama
bersenggama.
B. Rumusan masalah
1. Apa Definisi masa usia lanjut?
2. Apa saja Perubahan fisiologis?

1
3. Apa saja Masalah yang menyebabkan gangguan seksual?
4. Apa saja Perubahan seksual pada lansia?
5. Apa saja Perubahan seksual pada wanita?
6. Bagaimana Upaya mengatasi masalah seksual pada lansia?
7. Bagaimana Asuhan keperawatan masalah seksualitas masa lansia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi masa usia lanjut.
2. Untuk mengetahui Perubahan fisiologis.
3. Untuk mengetahui Masalah yang menyebabkan gangguan seksual.
4. Untuk mengetahui Perubahan seksual pada lansia.
5. Untuk mengetahui Perubahan seksual pada wanita.
6. Untuk mengetahui Upaya mengatasi masalah seksual pada lansia.
7. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi masa usia lanjut
Masa usia lanjut merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang,
yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang
lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi,
aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998).
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami
proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan
fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ.
Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari
pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua
tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa
kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga
dan masyarakat Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok
sosial sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah
kaum muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi,
pengaruh terhadap pengambilan keputuan serta luasnya hubungan sosial yang semakin
menurun.
Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua
adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Tetapi
bagi orang lain, periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai
masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa
ini. Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah

3
kelompok orang yang homogen . Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda. Ada
orang berusia lanjut yang mampu melihat arti penting usia tua dalam konteks eksistensi
manusia, yaitu sebagai masa hidup yang memberi mereka kesempatan-kesempatan
untuk tumbuh berkembang dan bertekad berbakti . Ada juga lanjut usia yang
memandang usia tua dengan sikapsikap yang berkisar antara kepasrahan yang pasif dan
pemberontakan , penolakan, dan keputusasaan. Lansia ini menjadi terkunci dalam diri
mereka sendiri dan dengan demikian semakin cepat proses kemerosotan jasmani dan
mental mereka sendiri.
Disamping itu untuk mendefinisikan lanjut usia dapat ditinjau dari
pendekatan kronologis. Menurut Supardjo (1982) usia kronologis merupakan usia
seseorang ditinjau dari hitungan umur dalam angka. Dari berbagai aspek
pengelompokan lanjut usia yang paling mudah digunakan adalah usia kronologis,
karena batasan usia ini mudah untuk diimplementasikan, karena informasi tentang usia
hampir selalu tersedia pada berbagai sumber data kependudukan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4
yaitu : Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,
lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap
orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas,
tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan
pokok bagi kehidupannya sehari-hari.
Saparinah ( 1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun
merupakan kelompok umur yang mencapai tahap praenisium pada tahap ini akan
mengalami berbagai penurunan daya tahan
tubuh/kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul
perubahan-perubahan dalam hidupnya.
Demikian juga batasan lanjut usia yang tercantum dalam Undang-Undang
No.4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan penghidupan orang jompo, bahwa yang
berhak mendapatkan bantuan adalah mereka yang berusia 56 tahun ke atas. Dengan

4
demikian dalam undang-undang tersebut menyatakan bahwa lanjut usia adalah yang
berumur 56 tahun ke atas. Namun demikian masih terdapat perbedaan dalam
menetapkan batasan usia seseorang untuk dapat dikelompokkan ke dalam penduduk
lanjut usia.

B. Perubahan fisiologi dari aktivitas seksual yang diakibatkan oleh proses menua
menurut Kaplan:
Fase Tanggapan Pada Wanita Lansia Pada Pria Lansia
Seksual
Fase Desire Terutama dipengaruhi oleh Interval untuk
penyakit baik dirinya sendiri meningkaatkan hasrat
atau pasangan, masalah melakukan kontak
hubungan antar keduanya, seksual meningkat; hasrat
harapan kultural dan hal-hal sangat dipengaruhi oleh
tentang harga diri. Desire penyakit; kecemasan
pada lansia wanita mungkin akan kemampuan seks
menurun dengan makin dan masalah hubungan
lanjutny usia, tetapi hal ini antara pasangan. Mulai
bisa bervariasi. usia 55 tahun testosteron
menurun bertahap yang
akan mempengaruhi
libido.
Fase arousal Pembesaran payudara M embutuhkan waktu
berkurang, semburat panas lebih lama untuk ereksi;
dikulit menurun; elastisitas ereksi kurang begitu kuat;
dinding vagina menurun; testosteron
iritasi uretra dan kandung menurun; produksi
kemih meningkat;otot-otot sperma menurun bertahap

5
yang menegang pada fase ini mulai usia 40 th; elevasi
menurun. testis ke perinium lebih
lambat dan sedikit;
penguasaan atas ejakulasi
biasanya membaik.
Fase Tanggapan orgasmik Kemampuan mengontrol
orgasmik(fase mungkin kurang intens ejakulasi membaik;
muskular) disertai sedikit kontraksi; kekuatan kontraksi otot
kemampuan untuk dirasakan berkurang;
mendapatkan orgasme jumlah kontraksi
multipel berkurang dengan menurun; volume
makin lanjutnya usia. ejakulat menurun.
Fase pasca Mungkin terdapat periode Periode refrakter
orgasmik refrakter, dimana memanjang secara
pembangkitan gairah secara fisiologis, dimana ereksi
segera lebih sukar dan orgasme berikutnya
lebih sukar terjadi.

C. Beberapa masalah yang menyebabkan gangguan seksual pada lansia


1. Infark miokard
Mungkin mempunyai efek yang kecil pada fungsi seksual. Banyak pasien segan
untuk terlibat dalam hubungan seksual karena takut menyebabkan infark.
2. Pasca stroke
Masalah seksual mungkin timbul setelah perawatan di rumah sakit karena pasien
mengalami anxietas akibat perubahan gambaran diri, hilangnya kapasitas, takut
akan kehilangan cinta atau dukungan relasi serta pekerjaan atau rasa bersalah dan
malu atas situasi. Pola seksual termasuk kuantitas dan kualitas aktivitas seksual

6
sebelum stroke sangat penting untuk diketahui sebelum nasehat spesifik tentang
aktivitas seksual ditawarkan. Karena sistem saraf otonomik jarang mengalami
kerusakan pada stroke, maka respon seksual mungkin tidak terpengaruh.
Libido biasanya tidak terpengaruh secara langsung. Jika terjadi hemiplegi
permanent maka diperlukan penyesuaian pada aktivitas seksual. Perubahan
penglihatan mungkin membatasi pengenalan orang atau benda-benda, dalam
beberapa kasus, pasien dan pasangannya mungkin perlu belajar untuk
menggunakan area yang tidak mengalami kerusakan. Kelemahan motorik dapat
menimbulkan kesulitan mekanik, namun dapat diatasi dengan bantuan fisik atau
tehnik “bercinta” alternatif. Kehilangan kemampuan berbicara mungkin
memerlukan sistem non-verbal untuk berkomunikasi.
3. Kanker
Masalah seksual tidak terbatas pada kanker yang mengenai organ-organ seksual.
Baik operasi maupun pengobatan mengubah citra diri dan dapat menyebabkan
disfungsi seksual (kekuatan dan libido) untuk sementara waktu saja, walaupun
tidak ada kerusakan saraf.
4. Diabetes mellitus
Diabetes menyebabkan arteriosklerosis dan pada banyak kasus menyebabkan
neuropati autonomik. Hal ini mungkin menyebabkan disfungsi ereksi dan disfungsi
vasokonstriksi yang memberikan kontribusi untuk terjadinya disfungsi seksual.
5. Arthritis
Beberapa posisi bersenggama adalah menyakitkan dan kelemahan atau kontraktur
fleksi mungkin mengganggu apabila distimulasi secara memadai. Nyeri dan kaku
mungkin berkurang dengan pemanasan, latihan, analgetik sebelum aktivitas
seksual.
6. Rokok dan alcohol
Pengkonsumsian alkohol dan rokok tembakau mengurangi fungsi seksual,
khususnya bila terjadi kerusakan hepar yang akan mempengaruhi metabolisme

7
testoteron. Merokok juga mungkin mengurangi vasokongesti respon seksual dan
mempengaruhi kemampuan untuk mengalami kenikmatan.
7. Penyakit paru obstruktif kronik
Ada penyakit paru obstruktif kronik, libido mungkin terpengaruh karena adanya
kelelahan umum, kebutuhan pernafasan selama aktivitas seksual mungkin dapat
menyebabkan dispnoe, yang mungkin dapat membahayakan jiwa.
8. Obat-obatan
Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi seksual, antara lain
beberapa obat anti hipertensi, estrogen, anti psikotik, sedatif, dan lain-lain.

D. Perubahan Seksual Pada Pria Lansia


Seiring proses penuaan, kemampuan seksualitasi juga akan mengalami penurunan.
Kemampuan untuk mempertahankan seks yang aktif sampai usia lanjut bergantung
hanya pada beberapa factor yaitu kesehatan fisik dan mental, dan eksistensi yang aktif
serta pasangan yang menarik. Perubahan perilaku pada seks pada pria yang memasuki
masa tua meliputi berkurangnya respon erotis terhadap orgasme, ejakulasi premature,
dan sakit pada alat kelamin sewaktu masturbasi.
Beberapa perubahan masalah seksualitas yang terjadi pada pria lansia adalah :
1. Produksi testosterone menurun secara bertahap. Penurunan ini mungkin juga akan
menurunkan hasrat dan kesejahteraan. Testis menjadi lebih kecil dan kurang
produktif. Tubular testis akan menebal dan berdegenerasi. Perubahan ini akan
menurunkan proses spermatogenesis, dengan penurunan jumlah sperma tetapi
tidak mempengaruhi kemampuan untuk membuahi ovum.
2. Kelenjar prostat biasanya membesar, dimana hipertrofi prostat jinak terjadi pada
50% pria diatas usia 40 tahun dan 90% pria diatas usia 80 tahun. Dan hipertrofi
prostat jinak ini memerlukan terapi.
3. Respon seksual terutama fase penggairahan, menjadi lambat dan ereksi yang
sempurna mungkin juga tertunda. Elevasi testis dan vasokongesti kantung
skrotum berkurang, mengurangi intensitas dan durasi tekanan pada otot sadar

8
serta ereksi mungkin kurang kaku dan bergantung pada sudut dibandingkan pada
usia lebih muda. Dan juga dibutuhkan stimulasi alat kelamin serta langsung untuk
menimbulkan respon. Pendataran fase pengarahan akan berlanjut untuk periode
yang lebih lama sebelum mencapai orgasmed an biasanya pengeluaran pre-
ejakulasi berkurang bahkan tidak terjadi.
4. Fase orgasme, lebih singkat dengan ejakulasi yang tanpa disadari. Intensitas
sensasi orgasme menjadi berkurang dan tekanan ejakulasi serta jumlah cairan
sperma berkurang. Kebocoran cairan ejakulasi tanpa adanya sensasi ejakulasi
yang kadang-kadang dirasakan pada lansia pribadi sebut sebagai ejakulasi dini
atau premature dan merupakan akibat dari kurangnya pengontrolan yang
berhubungan dengan miotonia dan vasokongesti, serta masa refrakter memanjang
pada lansia pria. Ereksi fisik frekuensinya berkurang termasuk selama tidur.
5. Penurunan tonus otot menyebabkan spasme pada organ genital eksternal yang
tidak biasa. Frekuensi kontraksi sfingter ani selama orgasme menurun.
6. Kemampuan ereksi kembali setelah ejakulasi semakin panjang, pada umumnya
12 sampai 48 jam setelah ejakulasi. Ini berbeda pada orang muda yang hanya
membutuhkan beberapa menit saja.
7. Ereksi pagi hari (morning erection) juga semakin jarang terjadi. Hal ini
tampaknya berhubungan dengan semakin menurunnya potensi seksual. Oleh
karena itu, jarang atau seringnya ereksi pada pagi hari dapat menjadi ukuran yang
dapat dipercaya tentang potensi seksual pada seorang pria. Penelitian Kinsey, dkk
menentukan bahwa frekuensi ereksi pagi rata-rata 2,05 perminggu pada usia 31-
35 tahun dan hal ini menurun pada usia 70 tahun menjadi 0,50 perminggu. Meski
demikian, berdasarkan penelitian banyak golongan lansia tetap menjalankan
aktivitas seksual sampai usia yang cukup lanjut, dan aktivitas tersebut hanya
dibatasi oleh status kesehatan.

9
E. Perubahan Seksualitas Wanita Lansia
Pengaruh utama proses menua pada seksualitas wanita dihubungkan dengan
perubahan pada saat menopause. Faktor penting adalah reduksi yang menandai
sirkulasi estrogen yang ditemukan pada wanita sesudah menopause. Hormon estrogen
penting untuk mempertahankan keadaan normal vagina dan untuk tanggapan seksual.
Selaput lendir vagina sesudah menopause mengalami penipisan. Di samping itu,
terjadi pengurangan pelumasan selama bangkitnya gairah seksual. Faktor-faktor ini
dapat menyebabkan ketidaknyamanan selama bersenggama. Terdapat beberapa bukti
bahwa jika seorang wanita tetap aktif secara seksual, perubahan tersebut kurang
nyata. Proses menua juga mengakibatkan beberapa penyusutan vagina dan labia
minora. Kepekaan vagina berkurang (Hawton, 1993). Perubahan-Perubahan
Fisiologis pada Wanita berkaitan dengan bertambahnya usia :
1. Penurunan Sekresi estrogen setelah menopause
2. Hilangnya kelenturan/elastisitas jaringan payudara
3. Cerviks yang menyusut ukurannya
4. Dinding vagina atropi ukurannya memendek
5. Berkurangnya pelumas vagina
6. Matinya steroid seks secara tidak Iangsung mempengaruhi aktivitas seks
Perubahan “ageing” meliputi penipisan bulu kemaluan, penyusutan bibir kemaluan,
penipisan selaput lendir vagina dan kelemahan utot perineal Secara umum pengaruh
penuaan fungsi seksual wanita sering dihubungkan dengan penurunan hormon,seperti
berikut ini :
1. Lubrikasi vagina memerlukan waktu lebih lama
2. Pengembangan dinding vagina berkurang pada panjang dan lebarnya
3. Dinding vagina menjadi tipis dan mudah teriritasi
4. Selama hubungan seksual dapat terjadi iritasi pada kandung kemih dan uretra
5. Sekresi vagina berkurang keasamannya, meningkat kemungkinan terjadi infeksi
6. Penurunan elivasi uterus
7. Atrofi labia mayora dan ukuran klitoris menurun

10
8. Fase orgasme lebih pendek
9. Fase resolusi muncul lebih cepat
10. Kemampuan multipel orgasme masih baik

F. Upaya mengatasi permasalahan seksual pada lansia


Untuk mengatasi beberapa gangguan baik fisik maupun psikis termasuk
masalah seksual diperlukan penanganan yang serius dan terpadu. Proses penanganan
ini memerlukan waktu yang cukup lama tergantung dari keluhan dan kerjasama antara
pasien dengan konselor. Dari ketiga gangguan tersebut, masalah seksual merupakan
masalah yang penanganannya memerlukan kesabaran dan kehati-hatian, karena pada
beberapa masyarakat Indonesia terutama masyarakat pedesaan membicarakan masalah
seksual adalah masalah yang tabu.
Manajemen yang dilakukan tenaga kesehatan untuk mengatasi gangguan
seksual pada lansia adalah sebagai berikut :
1. Anamnesa Riwayat Seks
a Gunakan bahasa yang saling menguntungkan dan memuaskan
b Gunakan pertanyaan campuran antara terbuka dan teutup
c Mendapatkan gambaran yang akurat tentang apa yang sebenarnya salah
d Uraikan dengan panjang lebar permasaIahanya
e Dapatkan latar belakang medis mencakup daftar lengkap tentang obat-obatan
yang dikonsumsi oieh pasien.
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dihadapan pasangannya. Anamnese
harus rinci, meliputi awitan, jenis maupun intensitas gangguan yang dirasakan.
Juga anamnese tentang ganguan sistemik maupun organik yang dirasakan.
Penelaahan tentang gangguan psikologik, kognitif harus dilakukan. Juga
anamneses tentang obat-obatan. Pemeriksaan fisik meliputi head to toe.
Pemeriksaan tambahan yang dilakukan meliputi keadaan jantung, haati,
ginjal dan paru-paru. Status endokrin dan metaboliuk meliputi keadaan gula darah,
status gizi dan status hormonal tertentu. Apabila keluhan mengenai disfungsi ereks

11
pada pria, pemeriksaan khas juga meliputi a.l pemeriksaan dengan snap gauge atau
nocturnal penile tumescence testing. (Hadi-Martono, 1996)
2. Pengobatan yang diberikan mencakup :
a Konseling Psikoseksual
b Therapi Hormon
c Penyembuhan dengan obat-obatan
d Peralatan Mekanis
e Bedah Pembuluh
3. Bimbingan Psikososial
Bimbingan dan konseling sangat dipentingkan dalam rencana manajemen
gangguan seks dan dikombinasikan dengan penyembuhan pharmakologi.
4. Penyembuhan Hormon
a Pada pria lansia : Penggunaan suplemen testosteron untuk menyembuhkan
viropause/andropause pada pria (pemanasan dan ejakulasi).
b Pada wanita lansia : Terapi pengganti hormon (HRT) dengan pemberian
estrogen pada klimakterium.
5. Penyembuhan dengan Obat
a Yohimbine, Pemakaian Krim vasoaktif
b Oral phentholamin
c Tablet apomorphine sublingual
d Sildenafil, suntik intra-carporal obat vasoaktif
e Penempatan intra-uretral prostaglandin

G. Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan Masalah Fungsi Seksual


Kasus
Seorang pria (Tn.Y ) mengalami masalah dengan kebutuhan seksualnya, tn.Y
mengatakan jika dia sedang berhubungan dengan istrinya dia merasa jika dalam
pencapaian orgasmenya kurang. sebelumnya Tn. Y pernah menderita stroke dan
mengakibatkan kerusakan pada bagian penglihatannya setelah itu dia merasa malu

12
jika sedang berhubungan dengan istrinya karena kurangnya penglihatan. Karena
penglihatannya kurang dia jarang melakukan berhubungan dengan istrinya.
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
1) Nama Klien :Tn. Y
2) Umur : 49 th
3) Agama : Islam
4) Suku : Jawa
5) Pendidikan : SD
6) Alamat :
7) Pekerjaan
8) Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
9) Status social ekonomi keluarga

b. Dapatkan riwayat seksual:


1) Pola seksual biasanya
2) Kepuasan (individu, pasangan)
3) Pengetahuan seksual
4) Masalah (seksual, kesehatan)
5) Harapan
6) Suasana hati, tingkat energi

2. Diagnosa Keperawatan
a Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang
ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.
Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan struktur tubuh terutama pada fungsi
seksual yang dialaminya

13
Kriteria hasil:
1) Mengekspresikan kenyamanan
2) Mengekspresikan kepercayaan diri
Intervensi:
1) Bantu pasien untuk mengekspresikan perubahan fungsi tubuh termasuk organ
seksual seiring dengan bertambahnya usia.
2) Diskusikan beberapa pilihan agar dicapai kenyamanan.
3) Berikan pendidikan kesehatan tentang penurunan fungsi seksual.
4) Motivasi klien untuk mengkonsumsi makanan yang rendah lemak, rendah
kolestrol, dan berupa diet vegetarian
5) Anjurkan klien untuk menggunakan krim vagina dan gel untuk mengurangi
kekeringan dan rasa gatal pada vagina, serta untuk megurangi rasa sakit pada
saat berhubungan seksual
b Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota
tubuh.
Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu angota tubuhnya
secara positif
Kriteria hasil:
1) Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan tanpa rasa malu
dan rendah diri
2) Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki
Intervensi:
1) Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri berhubungan
dengan keadaan angota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal
2) Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien
3) Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien
4) Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain
5) Beri kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan

14
6) Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan hargai
pemecahan masalah yang konstruktif dari pasien.
c Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan efek penyakit akut dan kronis
Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan pola seksualitas yang disebabkan
masalah kesehatannya.
Kriteria Hasil :
1) Mengidentifikasi keterbatasannya pada aktivitas seksual yang disebabkan
masalah kesehatan
2) Mengidentifikasi modifikasi kegiatan seksual yang pantas dalam respon
terhadap keterbatasannya
Interversi :
1) Kaji factor-faktor penyebab dan penunjang, yang meliputi
a) Kelelahan
b) Nyeri
c) Nafas pendek
d) Keterbatasan suplai oksigen
e) Imobilisasi
f) Kerusakan inervasi saraf
g) Perubahan hormone
h) Depresi
i) Kurangnya informasi yang tepat
2) Hilangkan atau kurangi factor-faktor penyebab bila mungkin. Ajarkan
pentingnya mentaati aturan medis yang dibuat untuk mengontrol gejala
penyakit
3) Berikan informasi terbatas dan saran khusus
a) Berikan informasi yang tepat pada pasien dan pasangannya tentang
keterbatasan fungsi seksual yang disebabkan oleh keadaan sakit
b) Ajarkan modifikasi yang mungkin dalam kegiatan seksual untuk membantu
penyesuaian dengan keterbatasan akibat sakit (saran khusus)

15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Di sini pada lansia sering memiliki masalah dengan fungsi seksualnya.
Pengaruh utama proses menua pada seksualitas wanita dihubungkan dengan
perubahan pada saat menopause. Faktor penting adalah reduksi yang menandai
sirkulasi estrogen yang ditemukan pada wanita sesudah menopause. Hormon
estrogen penting untuk mempertahankan keadaan normal vagina dan untuk
tanggapan seksual. Selaput lendir vagina sesudah menopause mengalami
penipisan. Di samping itu, terjadi pengurangan pelumasan selama bangkitnya
gairah seksual. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan selama
bersenggama.

16
DAFTAR PUSTAKA
https://sehatsehatiweb.wordpress.com/2017/04/10/makalah-perubahan-psikososial-
dan-seksualitas-pada-lansia/ Diunduh Pada Tanggal 2 April 2019 Pukul 07.30
WIB

17

También podría gustarte