Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
NIM : 31116152
KELAS : 2D FARMASI
Clavulanate
Efek Terapi
Amoxicillin-clavulanate terbukti berguna untuk terapi otitis
media pada anak-anak yang disebabkan oleh kuman penghasil
β-laktamase seperti H. Influenzae dan M. Catarrhalis. Juga
dipergunakan untuk pengobatan sinusitis ataupun pneumonia
yang disebabkan oleh kuman penghasil β-laktamase yang masih
susceptible maupun untuk kuman 15 non penghasil β-laktamase.
Juga sangat berguna untuk pengobatan polymicrobial infection.
Ticarcillin-clavulanate (Timentin) memiliki spektrum
pengobatan yang mencakup gram positif cocci selain
enterococci dan methicillinresintant staphlococci,
enterobacteriaceae, termasuk pula strain resisten obat,
P.aeruginosa dan gram positif dan gram negatif anaerob.
Terbukti sangat efektif pula untuk mengatasi berbagai macam
infeksi, termasuk pula community acquired pneumonia, hospital
acquired dan ventilator associated pneumonia. Infeksi
ginekologi, infeksi intraabdominal, infeksi kulit dan jaringannya
serta osteomyelitis.
Efek Samping
Tidak ada efek samping yang bermakna dalam penggunaan
clavulanate yang dikombinasikan dengan amoxicillin maupun
ticarcillin. Insiden reaksi kulit sama besarnya dengan pengunaan
penicillin lainnya secara tunggal. Diare merupakan efek samping
tersering, terutama jika diberikan dosis oral selama beberapa
hari. Dosis clavulanate yang dianjurkan adalah tidak boleh
melebihi 125 mg dua atau tiga kali pemberian per hari
Sulbactam
Efek Terapi
Ampicillin-sulbactam memiliki spektrum antibakterial yang
serupa dengan amoxicillin-clavulanate. Biasa digunakan untuk
mixed bacterial infections seperti pada infeksi intra abdominal.
Infeksi dalam bidang obsteri dan ginekologi, infeksi jaringan
lunak dan infeksi pada tulang.
Efek Samping
Hasil uji klinis menunjukkan bahwa kombinasi sulbactam
dengan ampicillin memiliki efek terhadap sistem hematologi,
ginjal, hati ataupun sistem saraf pusat. Diare bukanlah suatu
persoalan setelah pemberian secara intra vena. Terkadang terjadi
peningkatan nilai transaminase.
Cephalosporins
Efek Samping
Sama halnya dengan obat-obat antibiotik golongan β-laktam
lainnya, efek samping cephalosporin yang paling sering
dijumpai adalah reaksi hipersensitive. Namun angka kejadian
reaksi hipersensifitas akibat cephalosporin tidaklah sebesar pada
penicillin. Reaksi hipersensitifitas yang berat dapat
menyebabkan anaphylaxis, serum sickness ataupun angiodema.
Reaksi silang antar obat-obat cephalosporin sedang dalam tahap
penelitian. Penggunaan skintest untuk memprediksi
kemungkinan terjadinya reaksi hipersensitifitas tidaklah cukup
meyakinkan. Pada saluran cerna dapat muncul berbagai keluhan,
diantaranya diare. Efek pada susunan saraf sangat jarang dan
sama seperti pada beta lactam lainnya.
Efek Terapi
Terutama digunakan sebagai alternatif pengganti penicillin
untuk mengatasi imfeksi staphylococcal dan nonenterococcal
streptococcal termasuk pula infeksi pada kulit dan jaringan lunak
(soft issue). Cefazolin yang dikombinasikan dengan probenecid
dalam dosis sehari sekali sangat
efektif untuk infeksi kulit dan soft issue, cefazolin juga
direkomendasi untuk antibiotika profilaksis untuk prosedur
implantasi serta berbagai prosedur bedah lainnya.
Efek Terapi
Karena memiliki potensi untuk melawan S. Pneumoniae, H.
Influenzae dan M. Catarrhalis, maka cephalosporin generasi II
banyak dipergunakan untuk mrngtasi berbagai infeksi saluran
pernapasan. Cefuroxine dapat digunakan untuk penatalaksnaan
meningitis, community acquired pneumonia (walau sudah tak
direkomendasikan lagi) juga untuk berbagai infeksi yang serius
yang disebabkan oleh kuman yang susceptible. Tetapi
cefuroxime tidak dapat digunakan untuk penatalaksnaan infeksi
nosokomial. Sedian oral cephalosporin generasi II efektif untuk
berbagai infeksi dan sedang di masyarakat.
Efek Terapi
Generasi III cephalosporin digunakan untuk berbagaia
infeksi yang berat yang disebabkan oleh organisme yang telah
resisten terhadap berbagai macam antibiotik. Tetapi strain yang
mengekspresikan “extended spectrum β-laktamase” (ESBL)
tidaklah termasuk yang bisa ditangani oleh antibiotik ini.
Penggunaan generasi ketiga cephalosporin untuk infeksi oleh
kuman golongan enterobacter haruslah dihindari walaupun jika
hasil pemeriksaan secara in vitro terhadap isolat menunjukkan
masih susceptible karena adanya resiko resistensi. Ceftriaxone
dan cefotaxime dapat digunakan untuk mengatasi meningitis,
termasuk meningitis yang disebabkan oleh pneumococci,
meningococci, H. Influenzae dan kuman enteric batang gram
negatif yang susceptible tetapi tidak untuk L. Monocytogenes.
Efek Terapi
Antibiotik golongan β-laktama yang mempunyai
kemampuan untuk melewan MRSA ini sedang dalam
pengembangan. Ceftaroline dan cefrobiprole keduanya memiliki
peningkatan kemampuan untuk terikat dengan PBP 2a yang
biasanya berperan dalam mekanisme resistensi methicillin pada
staphylococcci.
Carbapenem
Efek Samping
Carbapenem umumnya dapat ditoleransi dangan baik dan
memiliki profil toksisitas yang serupa dengan penicillin. Rash,
Urticaria, immidiate hipersensitivy, seaksi silang, diare dan mual
merupakan efek samping yang biasa terjadi. Semua carbapenem
dikaitkan dengan terjadinya kejang terutama imipenem.
Ertapenem dan meropenem tampaknya kurang bersifat
epileptogenic.
Efek Terapi
Carbapenem diindikasi untuk infeksi yang disebabkan oleh
kuman yang masih susceptible namun resisten terhadap obat-
obat lain yang tersedia. Misalnya untuk infeksi oleh
pseudomonas aeruginosa dan untuk penatalaksanaan infeksi
campuran antara aerob dan anaerob. Carbapenem juga aktif
terhadap banyak kuman tergolongan “highly penicillin resistant
strain of pneumococcus”
A. Sejarah tetrasiklin
Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita tentang
Tetrasiklin yang dipatenkan pertama kali tahun 1955. Tetrasiklin merupakan
antibiotika yang memberi harapan dan sudah terbukti menjadi salah satu penemuan
antibiotika penting.
Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah
klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens. Kemudian
ditemukan oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat
secara semisintetik dari klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari spesies
Streptomyces lain.
Para tetrasiklin adalah suatu keluarga besar antibiotik yang ditemukan
sebagai produk alami oleh Benjamin Minge Duggar dan pertama kali dijelaskan
pada 1948.Di bawah Yellapragada Subbarao , Benjamin Duggar membuat
penemuan pertama dunia antibiotik tetrasiklin, Aureomycin , pada tahun 1945.
Pada tahun 1950, Profesor Harvard Robert Woodward menentukan struktur
kimia Terramycin, nama merek untuk anggota keluarga tetrasiklin; paten
perlindungan untuk fermentasi dan produksi juga pertama kali diterbitkan pada
tahun 1950. Sebuah tim riset dari tujuh ilmuwan di Pfizer, bekerja sama dengan
Woodward, berpartisipasi dalam dua tahun penelitian yang mengarah ke penemuan
tersebut.
Nubia mumi telah dipelajari pada 1990-an dan ditemukan mengandung level
signifikan tetracycline; ada bukti bahwa bir brewed pada saat itu bisa saja
sumbernya.Tetracycline memicu pengembangan banyak antibiotik kimiawi
berubah dan dalam melakukannya terbukti menjadi salah satu penemuan paling
penting yang dibuat dalam bidang antibiotik. Hal ini digunakan untuk mengobati
bakteri gram positif dan gram-negatif banyak dan beberapa protozoa. Ini, seperti
beberapa antibiotik lainnya, juga digunakan dalam pengobatan jerawat.
B. Definisi Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam
natrium atau garam HClnya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan
garam HCl tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin
sangat labil sehingga cepat berkurang potensinya.
Tetrasiklin adalah zat anti mikroba yang diperolah denga cara deklorrinasi
klortetrasiklina, reduksi oksitetrasiklina, atau denga fermentasi.
Tetrasiklin mempunyai potensi setara dengan tidak kurang dari 975 μg
tetrasiklin hidroklorida,(C22H24N2O8.HCl),per mg di hitung terhadap zat
anhidrat.
Gugus
Jenis tetrasiklin
R1 R2 R3
Tetrasiklin mempunyai kelarutan sangat sukar larut dalam air, larut dalam
50 bagian etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dan dalam eter P.
Larut dalam asam encer, larut dalam alkali disertai peruraian.
C. EFEK TERAPI
Tetrasiklin merupakan antibiotik berspektrum luas dan bersifat
bakteriostatik yang efektif melawan baakteri gram positif dan gram negatif.
Tetrasiklin adalah obat pilihan untuk infeksi bakteri berikut :
1. Reaksi Kepekaan
Reaksi kulit yang mungkin timbul akibat pemberian golongan tetrasiklin
ialah erupsi mobiliformis, urtikaria dan dermatitis eksfoliatif. Reaksi yang
lebih hebat ialah edema angioneurotik dan reaksi anafilaksis. Demam dan
eosinofilia dapat pula terjadi pada waktu terapi berlangsung. Sensitisasi silang
antara berbagai derivat tetrasiklin sering terjadi.
Terapi dalam waktu lama dapat menimbulkan kelainan darah tepi seperti
leukositosis, limfosit atipik, granulasi toksik pada granulosit dan
trombositopenia.
E. CONTOH OBAT
Contoh sediaan obat yang mengandung tetrasiklin dipasaran antara lain:
1. Conmycin
Dosis : 1 kaps 4 x/ hr. Brucellosis 500 mg 4 x/hr selama 3 minggu. Sifilis
30-40 g dalam dosis terbagi selama 15 hr.
2. Corsamycin
Dosis :Dewasa 250-500mg tiap 6 jam selama 5-10 hari (untuk kebanyakan
infeksi). Infeksi nafas seperti eksaserbasi akut bronkitis dan
pneumonia karena mikoplasma 500 mg 4 x/hr. Profilaksis infeksi
saluran respiratorius 250 mg 2-3 x/hr. GO dan sifilis, bruselosis total
dosis 2-3 g/hr.
3. Corsatet
Dosis : Dewasa 250 mg 4 x/hr. Infeksi berat 1500-2000 mg/hr. Anak 20-
40 mg/kg/BB/hr, dosis terbagi. Sifilis dosis total 30-40 g dalam dosis
terbagi rata selam 10-15 hari. Bruselosis kombinasi dengan
streptomisin.
ANTIBIOTIKA GOLONGAN RIFAMPICIN
2. Efek terapi
Rifampicin adalah antibiotik spektrum luas untuk mengobati
berbagai penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Obat ini sering
diandalkan sebagai salah satu komponen dari obat TBC (Tuberkulosis)
kombinasi karena efektifitasnya dalam membunuh bakteri Mycobacterium
tuberculosis.
3. Sediaan yang ada di pasaran
Merimac, Rafamtibi, RIF 300/450/600, TB RIF, Rifampin,
Corifam, Kalrifam,Rifampicine,Rimactane,Rifampicin Indo Farma
KOMPOSISI
Rifampicin 300 mg : Setiap tablet mengandung Rifampicin 300 mg.
Rifampicin 450 mg : Setiap tablet mengandung Rifampicin 450 mg.
Rifampicin 600 mg : Setiap tablet mengandung Rifampicin 600 mg.
FARMAKOLOGI
Rifampicin (rifampisin) merupakan antibiotik semisintetik yang
mempunyai efek bakterisid terhadap mikobakteri dan organisme
gram positif. Pada dosis tinggi, rifampisin juga efektif terhadap
organisme gram negatif. Mekanisme kerja Rifampisin dengan
menghambat sintesa RNA dari mikobakterium.
INDIKASI
Untuk pengobatan tuberkulosis atau TBC dalam kombinasi obat
tuberkulosis lainnya.
Untuk pengobatan lepra, digunakan dalam kombinasi dengan
senyawa leprotik lain.
KONTRAINDIKASI
Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini,Penderita
jaundice,Penderita porfiria.
Tuberkulosa :
dewasa : dosis tunggal sebesar 600 mg/hari.
anak-anak : 10-20 mg/kg berat badan/hari sebagai dosis
tunggal.
Tidak boleh melebihi 600 mg/hari jika dikombinasikan dengan
antituberkulosa lainnya.
Lepra :
dewasa : dosis tunggal sebesar 450-600 mg/hari.
anak-anak : 10-15 mg/kg berat badan/hari sebagai dosis tunggal.
Tidak boleh melebihi 600 mg/hari jika dikombinasikan dengan
antilepra lainnya.
Sebaiknya obat Rifampisin diminum 30 menit – 1 jam sebelum
makan atau 2 jam sesudah makan.
EFEK SAMPING
1. Gangguan saluran pencernaan seperti mual dan muntah.
2. Gangguan fungsi hati.
3. Pernah dilaporkan timbulnya ikterus, purpura, reaksi
hipersensitivitas atau alergi.
4. Trombositopenia, leukopenia.
5. Dapat terjadi abdominal distress (ketidaknyamanan pada perut)
dan pernah dilaporkan terjadinya kolitis pseudo membran. Juga
pernah dijumpai keluhan-keluhan seperti influenza (flu
syndrome), demam, nyeri otot dan sendi.
ANTIBIOTIKA GOLONGAN AMINOGLIKOSIDA
Struktur kimia
golongan aminoglikosida
a. Gentamisin
b. Kanamisin
c. Neomisin
d. streptomisin
Commented [L1]:
Commented [L2R1]:
Efek terapi
Efek samping
1. Ototoksisitas
Ototoksisitas berhubungan langsung dengan kadar puncak yang tinggi
dalam plasma dan durasi pengobatan. Akumulasi antibiotic di dalam
endolimfa dan perilimfa telinga bagian dalam mengganggu fungsi organ
korti pada telinga yang memengaruhi indra pendengaran. Ototoksitas bisa
bersifat irreversibel dan telah diketahui dapat memengaruhi janin dalam
kandungan. Pasien yang secara bersamaan menerima obat lain, seperti
sisplatin, furosemid, bumentanid, atau asam etakrinat, dapat meningkatkan
efek toksiknya. Vertigo dan kehilangan keseimbangan (terutama pada
pasien yang menerima streptomisin) dapat terjadi karena obat ini
memengaruhi system vestibular.
2. Nefrotoksisitas
Retensi aminoglikosida oleh sel tubulus proksimal mengganggu proses
transport yang dimediasi kalsium yang dapat mengakibatkan kerusakan
ginjal ringan hingga berat.
3. Paralisis neuromoskular
Efek samping ini paling sering terjadi setelah pemberian aminoglikosida
dalam dosis tinggi secara intraperitoneal atau intrapleural langsung. Hal ini
disebakan oleh penurunan pelepasan asetilkolin pada ujung saraf dan
penurunan sensitivitas pascasinapsis. Pemberian aminoglikosida pada
pasien dengan miestenia gravis sebaiknya dihindari.
4. Reaksi alergi
Dermatitis merupakan reaksi umum terhadap neomisin yang digunakan
secara topical.
1. ERITROMISIN
Struktur Eritromisin
Efek Terapi
Mampu membunuh bakteri gram positif maupun negatif. Mekanisme kerja
Erythromycin dalam mengobati penyakit infeksi yaitu dengan cara menghambat
pertumbuhan bakteri (bakteriostatik). Antibiotik ini akan mengikat sub unit 50s dan
70s dari ribosom bakteri sehingga terjadi penghambatan translasi mRNA. Ketika
hal ini berhasil dilakukan, maka bakteri tidak mensistesis protein sehingga
pertumbuhannya akan terhambat bahkan mati.
Efek Samping
Ruam Gatal Pusing Efek Samping Eritromisin yang serius (lebih jarang):
Radang usus besar yang parah akibat penggunaan antibiotik (kolitis
pseudomembran) Peradangan hati Kebingungan atau halusinasi Peradangan ginjal
atau infeksi Sakit perut Biduran
2. AZITHROMISIN
Struktur Azithromisin
Efek Terapi
Efek Samping
Nafsu makan berkurang
Sakit kepala.
Mual
Sakit perut
Diare
Efek Terapi
Untuk pengobatan infeksi di tempat-tempat tersebut yang sering kali
sukar dicapai oleh antibiotika lain. Begitu pula terhadap toksoplasmosis
pada wanita hamil dan bayi sebagai alternatif bagi sulfadiazin dan
primetamin.
Efek Samping
Efek sampingnya ringan
GOLONGAN LINKOSAMID
Efek Terapi
Klindamisin dapat bekerja sebagai bakteriostatik maupun
bakterisida tergantung konsentrasi obat pada tempat infeksi dan
organisme penyebab infeksi. Klindamisin menghambat sintesa
protein organisme dengan mengikat subunit riboso, 50 s yang
mengakibatkan terhambatnya pembentuka ikatan peptida.
Klindamisin diabsorbsi dengan cepat oleh saluran pencernaan.
Klindamisin efektif untuk pengobatan infeksi serius yang di
sebabkan oleh bakteri anaerob, streptokokus, pnemokokus dan
stafilokokus, seperti:
1. Infeksi saluran nafas yang serius.
2. Infeksi tulang dan jaringan lunak yang serius.
3. Septikemia.
4. Abses intra abdominal.
5. Infeksi pada panggul wanita dan saluran kemih.
Efek Samping
Saluran pencernaan, seperti mual, muntah, dan diare. Reaksi
hipersensitif, seperti rash dan urtikaria.
Hati : Penyakit kuning, abnormalitas pemeriksaan fungsi hati.
Ginjal : Neutropenia (leukopenia dan eosinofilia sementara).
Muskuloskeletal : Poliartritis.
Linkomisin
Efek Terapi
Linkomisin diindikasikan untuk pegobatan infeksi serius yang
disebabkan oleh stafilokokus, streptokokus, pneumokokus.
Efek Samping
a. Saluran pencernaan, seperti mual, muntah, dan diare.
b. Reaksi hipersensitif, seperti rash dan urtikaria.
c. Rasa yang tidak umum seperti haus, letih dan kehilangan
bobot tubuh (psedomembranous colitis). Hematopoietik:
neutropenia, leukopenia, agranulositosis.
Linkomisin
Dewasa : 500 mg setiap 6 – 8 jam.
Anak-anak berumur lebih dari 1 bulan : 30 – 60 mg/kg BB sehari
dalam dosis terbagi 3-4
Untuk infeksi yang disebabkan oleh kuman streptokokus betha-
haemolitikus, pengobatan paling sedikit 10 hari. Pasien dengan
gangguan fungsi ginjal, dosis 25-30% dari dosis penderita dengan
penderita ginjal normal.
Struktur Polimiksin - B
Efek Terapi
Obat ini jarang digunakan per oral pada infeksi usus dengan kuman gram
negatif untuk terapi setempat.
Efek Samping
2. BASITRASIN
Struktur Basitrasin
EfekTerapi
Diigunakan sebagai salep dan tetes mata biasanya bersamaan dengan neomisin dan
atau polimiksin untuk memperluas spektrum kerjanya , juga bersama hidrokortison.
Efek Samping
Sedangkan efek samping yang bisa saja terjadi setelah diberikan bacitracin suntik
adalah rasa sakit di area yang disuntik, ruam (reaksi hipersensitivitas), mual, dan
muntah.
Dosis lazim: Bayi > 1 bulan dan anak-anak: 10-15 mg/kg setiap 6 jam.
Dewasa: IV: 2-3 g/hari (20-45 mg/kg/hari) dalam dosis terbagi setiap 6-12 jam,
maksimum 3 g/hari.
Efek terapeutik
Resistensi dapatan jarang terjadi pada vankomisin tetapi beberapa laporan
menunjukan bahwa hal ini sudah mulai sering terjadi.
Sediaan dipasaran
Targocid
Efek samping
Eritema, nyeri lokal, abses pada tempat injeksi, tromboflebitis, ruam kulit,
pruritus, demam, rigor (kekakuan sendi), bronkospasme, reaksi/syok anafilaksis,
urtikaria,a ngioedema, mual, muntah, diare, peningkatan kadar transaminase serum
&ul;/atau fosfatase aklain serum, peningkatan sementara kadar kreatinin
serum, pusing, sakit kepala, hilangnya daya pendengaran, tinitus, gangguan
vestibuler, superinfeksi.
Dosis pemakaian
Dws Infeksi sedang: 400 mg IV untuk dosis awal. Pemeliharaan: 200 mg/hari
IV/IM. Infeksi berat: 400 mg IV dalam 12 jam terbagi dalam 3 dosis diikuti dengan
400 mg/hari IV/IM. Anak 10 mg/kgBB/12 jam terbagi dalam 3 dosis.
Pemeliharaan: 6 mg/kgBB tiap 12 jam untuk 3 dosis. Neonatus 16 mg/kgBB dosis
tunggal. Pemeliharaan: 8 mg/kgBB 1 x/hari.
VANKOMISIN
A. Sejarah antibiotik
Vankomisin pertama kali diisolasi pada tahun 1953 oleh Edmund Kornfeld
(bekerja di Eli Lilly) dari sampel tanah yang diambil dari hutan pedalaman
Kalimantan oleh seorang misionaris. Organisme yang menghasilkan itu
akhirnya dinamakan orientalis Amycolatopsis. Indikasi original untuk
vankomisin adalah untuk pengobatan penisilin tahan Staphylococcus
aureus.
Senyawa awalnya bukan vankomisin, namun akhirnya diberi vankomisin
nama generik, berasal dari "menaklukkan" panjang. Salah satu keuntungan
yang cepat terlihat adalah bahwa staphylococci tidak mengembangkan
resistensi yang signifikan meskipun bagian serial dalam media kultur yang
mengandung vankomisin. Pesatnya perkembangan penisilin resistensi oleh
stafilokokus menyebabkan senyawa yang cepat dilacak untuk disetujui oleh
Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 1958. Eli Lilly pertama
kali dipasarkan hidroklorida vankomisin dengan nama dagang Vancocin
dan sebagai COVANC dari Nucleus, India.
Vankomisin pernah menjadi pengobatan lini pertama untuk Staphylococcus
aureus karena beberapa alasan:
Ia memiliki bioavailabilitas mulut yang buruk, melainkan harus diberikan
intravena untuk sebagian besar infeksi.
β-laktamase-tahan semi-sintetik penisilin seperti methicillin (dan
penerusnya, nafcillin dan kloksasilin ) yang kemudian dikembangkan, yang
memiliki kegiatan yang lebih baik terhadap non-MRSA staphylococci.
Uji coba awal menggunakan bentuk murni awal vankomisin ("Mississippi
lumpur"), yang ditemukan menjadi racun bagi telinga dan ke ginjal. Temuan
menyebabkan ini vankomisin diturunkan ke posisi obat of last resort.
Pada tahun 2004, Eli Lilly lisensi Vancocin ke ViroPharma di AS, Flynn
Pharma di Inggris, dan Aspen Pharmacare di Australia. The paten berakhir
pada awal tahun 1980, FDA berwenang penjualan versi generik beberapa di
Amerika Serikat, termasuk dari produsen Bioniche Pharma, Baxter
Healthcare , Sandoz , Kemajuan Akorn dan Hospira.
Sebuah bentuk lisan dari vankomisin awalnya disetujui oleh FDA pada
tahun 1986 untuk pengobatan Clostridium difficile diinduksi kolitis
pseudomembranosa. Hal ini tidak secara lisan diserap ke dalam darah dan
tetap dalam saluran pencernaan untuk memberantas C. difficle. Produk ini
untuk saat dipasarkan oleh ViroPharma di Amerika Serikat.
DAFTAR PUSTAKA
Mandell GL, Bannett JE, Dollin R. Mandell, Douglas, and Bennett’s. 2010.
Principle and Practice of Infectious Diseases, 7th ed. Philadelphia: Elsevier
Churchil Livingstone.
Cohen J, Powderly WG, Opal SM. 2010. Infectious Disease 3rd ed. Elsevier
Mosby.
Bannet PM, Brown MJ. 2003. Clinical Pharmacology 9th ed. Churchil Livingstone.
Guilfoile Patrick. 2007. Antibiotik-Resistant Bacteria. Infobase Publishing.
Bauman RW. 2012. Microbiology: with diseases by Body System 3rd ed. Pearson.
Anonim. 2008. Customer Education: Antibitics Classification and Modes of Action.
Biomerieux.
Katzung BG, Masters BS, Trevor AJ. 2009. Basic and Clinical Pharmacology, 11th
ed. Lange.
Anonim, 2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, Jakarta : Universitas Indonesia
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi 3, Depkes RI, Jakarta
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi 4, Jakarta : Depkes RI
Anonim, 2007, Obat-Obat Penting Untuk Pelayanan Kefarmasian, Edisi Revisi,
Yogyakarta: UGM-Press.
Istriyati , Bejo Basuki, 2006, Pengaruh Pemberian Tetrasiklin Pada Induk Mencit
(Mus musculus L.) Terhadap Struktur Skeleton Fetus, Berkala Ilmiah Biologi,
Volume 5, Nomor 1, Juni 2006, halaman 45-50