Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
BAB I
PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi dan adanya perbaikan prosedur pencitraan dan teknik pembedahan
memungkinkan ahli bedah neuro melokalisasi dan mengatasi lesi intrakranial dengan ketepatan
lebih besar dari pada sebelumnya. Meningkatnya teknik pencitraan, pencahayaan dan
pembesaran yang telah di buat memungkinkan mendapat gambaran tiga dimensi daerah yang di
operasi. Alat-alat bedah mikro diperkenankan digunakan untuk memisahkan jaringan yang sulit
tanpa trauma. Sistem diseksi ultrasonik memungkinkan otak tertentu dan tumor medula spinalis
diangkat dengan cepat dan tepat. Probe ditempatkan di dalam jaringan otak untuk radiasi
interstisial, hipertermia atau kemoterapi. Bahan penjahit lebih kecil dari sehelai rambut, yang
digunakan untuk menjahit syaraf-syaraf kecil dan pembuluh darah dan anastomosis.
Terdapat beberapa gejala / kumpulan gejala yang karakteristik pada penyakit intrakranial
yang sering merupakan masalah utama bagi pasien untuk memperoleh pertolongan medis. Gejala
/ kumpulan gejala tersebut tidak jarang menimbulkan persepsi atau interpretasi yang berbeda di
antara yang mengeluh (Pasien). Dengan yang mendengarkannya dalam hal ini tenaga kesehatan.
Tidak jarang pula suatu gejala medis tertentu diekspresikan secara berbeda – beda, bergantung
latar belakang pendidikan / sosial budaya pasien sehingga diperlukan teknik anamnesis yang
spesifik untuk menyamakan persepsi. Tindakan bedah Intrakranial atau disebut juga kraniotomi,
merupakan suatu intervensi dalam kaitannya dengan masalah-masalah pada Intrakranial. Artinya
kraniotomi dilakukan dengan maksud pengambilan sel atau jaringan intrakranial yang dapat
terganggunya fungsi neorologik dan fisiologis manusia atau dapat juga dilakukan dengan
1.2 Tujuan
3. Menggunakan proses keperawatan sebagai kerangka kerja untuk perawatan pasien pre, intra dan
pasca kraniotomi.
2.1 DEFINISI
o Kraniotomi adalah setiap operasi terhadap cranium. (Dorland,1998 )
o Kraniotomi adalah operasi membuka tulang tengkorak untuk mengangkat tumor, mengurangi
TIK, mengeluarkan bekuan darah atau menghentikan perdarahan. (Hinchliff, Sue. 1999).
o Kraniotomi mencakup pembukaan tengkorak melalui pembedahan untuk meningkatkan akses
pada struktur intrakranial. (Brunner & Suddarth. 2002)
o Jadi post kraniotomi adalah setelah dilakukannya operasi pembukaan tulang tengkorak untuk,
untuk mengangkat tumor, mengurangi TIK, mengeluarkan bekuan darah atau menghentikan
perdarahan.
2.2 INDIKASI
Indikasi tindakan kraniotomi atau pembedahan intrakranial adalah sebagai berikut :
o Pengangkatan jaringan abnormal baik tumor maupun kanker.
o Mengurangi tekanan intrakranial.
o Mengevakuasi bekuan darah .
o Mengontrol bekuan darah, dan
o Pembenahan organ-organ intrakranial.
o Tumor otak
o Perdarahan (hemorrage)
o Kelemahan dalam pembuluh darah (cerebral aneurysms)
o Peradangan dalam otak
o Trauma pada tengkorak.
2.3 PATHWAy
Untuk menunjukkan lesi dan memperlihatkan derajat edema otak sekitarnya, ukuran ventrikel,
Catatan : pemeriksaan berulang mungkin diperlukan karena pada iskemia/infark mungkin tidak
Sama dengan skan CT, dengan tambahan keuntungan pemeriksaan lesi di potongan lain.
Electroencephalogram (EEG)
Angiografy Serebral
Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan otak akibat edema,
perdarahan trauma
Sinar-X
Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran struktur dari garis tengah
Brain Auditory Evoked Respon (BAER) : menentukan fungsi korteks dan batang otak
Positron Emission Tomography (PET) : menunjukkan perubahan aktivitas metabolisme pada otak
meningkatkan TIK
TIK/perubahan mental
Pemeriksaan toksikologi : mendeteksi obat yang mungkin bertanggung jawab terhadap penurunan
kesadaran
Kadar antikonvulsan darah : dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup efektif
2.5.1 PRAOPERASI
Pada penatalaksaan bedah intrakranial praoperasi pasien diterapi dengan medikasi antikonvulsan
(deksametason) dapat diberikan untuk mengurangai edema serebral. Cairan dapat dibatasi. Agens
hiperosmotik (manitol) dan diuretik (furosemid) dapat diberikan secara intravena segera sebelum
dan kadang selama pembedahan bila pasien cenderung menahan air, yang terjadi pada individu
yang mengalami disfungsi intrakranial. Kateter urinarius menetap di pasang sebelum pasien
dibawa ke ruang operasi untuk mengalirkan kandung kemih selama pemberian diuretik dan
untuk memungkinkan haluaran urinarius dipantau. Pasien dapat diberikan antibiotik bila serebral
Kulit kepala di cukur segera sebelum pembedahan (biasanya di ruang operasi) sehingga adanya
Jalur arteri dan jalur tekanan vena sentral (CVP) dapat dipasang untuk memantau tekanan darah
dan mengukur CVP. Pasien mungkin atau tidak diintubasi dan mendapat terapi oksigen
tambahan.
Mengurangi Edema Serebral : Terapi medikasi untuk mengurangi edema serebral meliputi
pemberian manitol, yang meningkatkan osmolalitas serum dan menarik air bebas dari area otak
(dengan sawar darah-otak utuh). Cairan ini kemudian dieksresikan malalui diuresis osmotik.
Deksametason dapat diberikan melalui intravena setiap 6 jam selama 24 sampai 72 jam
Meredakan Nyeri dan Mencegah Kejang : Asetaminofen biasanya diberikan selama suhu di atas
37,50C dan untuk nyeri. Sering kali pasien akan mengalami sakit kepala setelah kraniotomi,
biasanya sebagai akibat syaraf kulit kepala diregangkan dan diiritasi selama pembedahan.
Kodein, diberikan lewat parenteral, biasanya cukup untuk menghilangkan sakit kepala. Medikasi
antikonvulsan (fenitoin, deazepam) diresepkan untuk pasien yang telah menjalani kraniotomi
supratentorial, karena resiko tinggi epilepsi setelah prosedur bedah neuro supratentorial. Kadar
Memantau Tekanan Intrakranial : Kateter ventrikel, atau beberapa tipe drainase, sering
dipasang pada pasien yang menjalani pembedahan untuk tumor fossa posterior. Kateter
cairan dalam selang. TIK dapat di kaji dengan menyusun sistem dengan sambungan stopkok ke
selang bertekanan dan tranduser. TIK dalam dipantau dengan memutar stopkok. Perawatan
diperlukan untuk menjamin bahwa sistem tersebut kencang pada semua sambungan dan bahwa
stopkok ada pada posisi yang tepat untuk menghindari drainase cairan serebrospinal, yang dapat
mengakibatkan kolaps ventrikel bila cairan terlalu banyak dikeluarkan. Kateter diangkat ketika
tekanan ventrikel normal dan stabil. Ahli bedah neuro diberi tahu kapanpun kateter tanpak
tersumbat.
Pirau ventrikel kadang dilakuakan sebelum prosedur bedah tertentu untuk mengontrol hipertensi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pasien pascabedah intrakranial atau kraniotomi
4. Infeksi
5. Kejang
2.7 PENGKAJIAN
Listen (dengar) adanya suara-suara abnormal. Pernapasan yang berbunyi (suara napas
tambahan) adalah pernapasan yang tersumbat.
Feel (raba)
2. Breathing. Tanda-tanda objektif-ventilasi yang tidak adekuat
Look (lihat) naik turunnya dada yang simetris dan pergerakan dinding dada yang adekuat.
Asimetris menunjukkan pembelatan (splinting) atau flail chest dan tiap pernapasan yang
dilakukan dengan susah (labored breathing) sebaiknya harus dianggap sebagai ancaman
terhadap oksigenasi penderita dan harus segera di evaluasi. Evaluasi tersebut meliputi inspeksi
terhadap bentuk dan pergerakan dada, palpasi terhadap kelainan dinding dada yang mungkin
mengganggu ventilasi, perkusi untuk menentukan adanya darah atau udara ke dalam paru.
Listen (dengar) adanya pergerakan udara pada kedua sisi dada. Penurunan atau tidak
terdengarnya suara napas pada satu atau hemitoraks merupakan tanda akan adanya cedera dada.
Hati-hati terhadap adanya laju pernapasan yang cepat-takipneu mungkin menunjukkan
kekurangan oksigen
Gunakan pulse oxymeter. Alat ini mampu memberikan informasi tentang saturasi oksigen dan
perfusi perifer penderita, tetapi tidak memastikan adanya ventilasi yang adekuat.
3. Circulation dengan kontrol perdarahan
a. Respon awal tubuh terhadap perdarahan adalah takikardi untuk mempertahankan cardiac output
walaupun stroke volum menurun
b. Selanjutnya akan diikuti oleh penurunan tekanan nadi (tekanan sistolik-tekanan diastolik)
c. Jika aliran darah ke organ vital sudah dapat dipertahankan lagi, maka timbullah hipotensi
d. Perdarahan yang tampak dari luar harus segera dihentikan dengan balut tekan pada daerah
tersebut
e. Ingat, khusus untuk otorrhagia yang tidak membeku, jangan sumpal MAE (Meatus Akustikus
Eksternus) dengan kapas atau kain kasa, biarkan cairan atau darah mengalir keluar, karena hal ini
membantu mengurangi TTIK (Tekanan Tinggi Intra Kranial)
f. Semua cairan yang diberikan harus dihangatkan untuk menghindari terjadinya koagulopati dan
gangguan irama jantung.
4. Disability.
a. GCS setelah resusitasi
b. Bentuk ukuran dan reflek cahaya pupil
c. Nilai kuat motorik kiri dan kanan apakah ada parese atau tidak
5. Expossure dengan menghindari hipotermia. Semua pakaian yang menutupi tubuh penderita
harus dilepas agar tidak ada cedera terlewatkan selama pemeriksaan. Pemeriksaan bagian
punggung harus dilakukan secara log-rolling dengan harus menghindari terjadinya hipotermi
(America College of Surgeons ; ATLS)
b) Secondary survey
1. Kepala dan leher
Kepala. Inspeksi (kesimetrisan muka dan tengkorak, warna dan distribusi rambut kulit kepala),
palpasi (keadaan rambut, tengkorak, kulit kepala, massa, pembengkakan, nyeri tekan, fontanela
(pada bayi)).
Leher. Inspeksi (bentuk kulit (warna, pembengkakan, jaringan parut, massa), tiroid), palpasi
(kelenjar limpe, kelenjar tiroid, trakea), mobilitas leher.
2. Dada dan paru
Inspeksi. Dada diinspeksi terutama mengenai postur, bentuk dan kesimetrisan ekspansi serta
keadaan kulit. Inspeksi dada dikerjakan baik pada saat dada bergerak atau pada saat diem,
terutama sewaktu dilakukan pengamatan pergerakan pernapasan. Pengamatan dada saat bergerak
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi, sifat dan ritme/irama pernapasan.
Palpasi. Dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan,
massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi, dan tactil vremitus (vibrasi yang dapat teraba yang
dihantarkan melalui sistem bronkopulmonal selama seseorang berbicara)
Perkusi. Perhatikan adanya hipersonor atau ”dull” yang menunjukkan udara (pneumotorak) atau
cairan (hemotorak) yang terdapatb pada rongga pleura.
Auskultasi. Berguna untuk mengkaji aliran udara melalui batang trakeobronkeal dan untuk
mengetahui adanya sumbatan aliran udara. Auskultasi juga berguna untuk mengkaji kondisi
paru-paru dan rongga pleura.
3. Kardiovaskuler
Inspeksi dan palpasi. Area jantung diinspeksi dan palpasi secara stimultan untuk mengetahui
adanya ketidaknormalan denyutan atau dorongan (heaves). Palpasi dilakukan secara sistematis
mengikuti struktur anatomi jantung mulai area aorta, area pulmonal, area trikuspidalis, area
apikal dan area epigastrik
Perkusi. Dilakukan untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung. Akan tetapi dengan adanya
foto rontgen, maka perkusi pada area jantung jarang dilakukan karena gambaran jantung dapat
dilihat pada hasil foto torak anteroposterior. (Priharjo, 1996)
4. Ekstermitas
Beberapa keadaan dapat menimbulkan iskemik pada ekstremitas bersangkutan, antara lain yaitu ;
a. Cedera pembuluh darah
b. Fraktur di sekitar sendi lutut dan sendi siku
c. Crush injury
d. Sindroma kompartemen
e. Dislokasi sendi panggul
Keadaan iskemik ini akan ditandai dengan :
a. Pusasi arteri tidak teraba
b. Pucat (pallor)
c. Dingin (coolness)
o Bermanfaat sebagai
indikator dari cairan
total tubuh terintegrasi
dengan pefusi
jaringan.
o Mengobati hipoksia
dan asidosis laktat
selama perdarahan
akut.
o Mengidentifikasi
hipoksemia,
keefektifan atau
kebutuhan untuk
terapi.
o Mempertahankan
volume sirkulasi dan
perfusi.
5. Gangguan Menunjukkn Mandiri
pola napas perbaikan ventilasi
1. o
Pantau frekuensi, Perubahan dapat
dan oksigenasi irama, kedalaman menandakan awitan
jaringan adekuat pernafasan. Catat komplikasi pulmunal
dengan GDA dalam napas sesuai (umumnya mengikuti
rentang normal dan indikasi. cedera otak
bebas gejala distres postoperasi) atau
pernafasan. menandakan
lokasi/luasna
keterlibatan otak.
2. Catat kompetensi Pernapasan lambat,
refleks gangguan periode apnea dapat
menelan dan menandakan perlunya
kemampuan pasien ventilasi mekanis.
untuk o
melindungi Kemampuan
jalan napas sendiri. memobilisasi atau
Pasang jalan napas membersihkan sekresi
sesuai indikasi. penting untuk
pemeliharaan jalan
3. Angkat kepala nafas. Kehilangan
tempat tidur sesuai refleks menelan atau
aturannya, posisi batuk menandakan
miring sesuai perlunya jalan napas
indikasi. buatan atau intubasi.
o Untuk memudahkan
4. Anjurkan pasien ekspansi paru/ventilasi
untuk melakuakan paru dan menurunkan
napas dalam yang adanya kemungkinan
efektif jika pasien lidah jatuh yang
sadar. menyumbat jalan
5. Lakukan perhisapan napas.
dengan ekstra hati-
o Mencegah dan
hati, jangan lebih menurunkan
dari 10-15 detik. atelektasis.
Catat karakter,
warna dan
kekeruhan dari
o Penghisapan biasanya
sekret. dibutuhkan jika pasien
koma atau dalam
keadaan imobilisasi
dan tidak dapat
membersihkan jalan
napasnya sendiri.
Penghisapan pada
trakea yang lebih
dalam harus dilakukan
6. Auskultasi suara dengan ekstra hati-hati
napas, perhatikan karena hal tersebut
daerah hipoventilasi dapat menyebabkan
dan adanya suara- atau meningkatkan
suara tambahan hipoksia yang
yang tidak normal menimbulkan
(seperti adanya vasokonstriksi yang
suara tambahan padda akhirnya akan
yang tidak normal berpengaruh cukup
seperti krekels, besar pada perfusi
ronki dan mengi). serebral.
o Untuk mengidentifikasi
7. Pantau penggunaan adanya masalah paru
obat-obat depresan seperti atelektasis
pernapasn, seperti kongesti atau
sedatif. obstruksi jalan napas
Kolaborasi yang membahayakan
1. Pantau atau oksigenasi serebral
gambarkan analisan dan menandakan
gas darah, tekanan terjadinya infeksi paru
oksimetri. (umumnya merupakan
koplikasi dari
2. Lakukan rotgen craniotomi
toraks ulang. postoperasi).
o Dapat meningkatkan
gangguan/ komplikasi
pernapasan.
3. Berikan oksigen.
o Menentukan kecukupan
pernapasan,
4. Lakukan fisioterapi keseimbangan asam-
dada jika ada basa dan kebutuhan
indikasi. akan terapi.
o Melihat kembali
keadaan ventilasi dan
tanda-tanda
komplikasi yang
berkembang (seperti
atelektasis atau
bronkopneumonia)
o Memaksimalkan
oksigen pada darah
arteri dan membantu
dalam pencegahan
hipoksia. Jika pusat
pernapasan tertekan
mungkin diperlukan
ventilasi mekanik.
o Walaupun merupakan
kontraindikasi pada
pasien dengan
peningkatan TIK fase
akut namun tindakan
ini seringkali berguna
pada fase akut
rehabilisasi untuk
memobilisasi dan
membersihkan jalan
napas dan
menurunkan risiko
atelektasis atau
komplikasi paru
lainnya.
6. Gangguan Setelah dilakukan
1. Inspeksi o
seluruh Kulit biasanya
integritas asuhan keperawatan area kulit, catat cenderung rusak
kulit selama 1 x 24 jam pengisian kapiler, karena perubahan
berhubungan diharapakan klien adanya kemerahan, sirkulasi perifer,
dengan dapat pembengkakan. ketidakmampuan
kerusakan mempertahankan untuk merasakan
jaringan integritas kulit
2. Lakukan massase tekanan.
o Meningkatkan sirkulasi
dengan kriteria hasil dan lubrikasi pada
: kulit dengan dan melindungi
1. kulit klien tidak losion/minyak permukaan kulit,
menunjukkan mengurangi terjadinya
kemerahan atau ulserasi.
iritasi. 3. Hindari pakaian
2. Mengidentifikasi ketat o Karena dapat
faktor resiko menyebabkan area
individual tertekan
3. Mengungkapkan
4. Bersihkan dan
pemahaman tentang bedaki permukaan
o Untuk mencegah
kebutuhan tindakan. kulit beberapa kali kerusakan kulit
4. Berpartisipasi pada per hari
tingkat kemampuan
5. Pisahkan
o Untuk mencegah
untuk mencegah permukaan kulit
kerusakan kulit dengan kapas halus kerusakan kulit
5. Menunjukkan
6. Gunakan
perilaku o Untuk mencegah ulkus.
penghilang tekanan
peningkatan atau matras atau
penyembuhan. tempat tidur
penurun o Untuk melindungi kulit
tekanan
sesuai kebutuhan. dari iritasi (tipe salep
7. Beri salep seperti dapat bervariasi untuk
seng oksida setiap klien dan
memerlukan periode
percobaan.
8. Hindari
o Karena akan
menggunakan tissue menyebabkan rasa
basah yang dijual menyengat.
bebas yang
mengandung
alkohol.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kraniotomi adalah setiap operasi terhadap kranium. Kraniotomi mencakup operasi atau
pembukaan tulang tengkorak untuk mengangkat tumor, mengurangi TIK, mengeluarkan bekuan
darah atau menghentikan perdarahan dan serta untuk meningkatkan akses pada struktur
intrakranial.
kraniotomi yaitu : Pengangkatan jaringan abnormal baik tumor maupun kanker, mengurangi
tekanan intrakranial, mengevakuasi bekuan darah, mengontrol bekuan darah, dan pembenahan
organ-organ intrakranial.
Kraniotomi atau sering lebih disebut sebagai bedah kranial merupakan salah satu
tindakan operasi untuk penanganan pengambilan jaringan abnormal (kanker, tumor dan lain
Pembedahan dilakukan untuk menghilangkan gejala atau manifestasi tersebut yang tidak
mungkin diatasi dengan obat-obatan biasa. Selain itu hal yang perlu dilakukan sebelum
dilakukannya bedah kranial ini tentunya pelaksanaan pemeriksaan penunjang yaitu foto
roentgen, angiografi serebral, brain auditory evoked respons (BAER) CT-scan serta gas darah
arteri, untuk mengetahui masalah intrakranial perlu dilakukan pembedahan atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Poppy Kumala dkk. 1996. Kamus Kedokteran Dorland. Copy editor, edisi Bahasa Indonesia;
http://en.wikipedia.org/wiki/Craniotomy