Está en la página 1de 3

Naskah Debat Trauma Room Scene For Living Proof

Pro: X

1. Rofita
2. Retno
3. Niken
4. Ana

Kontra : Y

1. Elyta
2. Senja
3. Wahyuni

Pembukaan

X : Diperhadapkan dengan kasus yang sering terjadi di Instalasi Rawat Darurat (IRD) yakni
banyak pasien yang tiba dalam kondisi tidak sadar dan tanpa keluarga yang mengantar.
Hal ini tentunya membuat perawat kebingungan dalam mengambil keputusan tentang
hal mana yang harus didahulukan, apakah mendahulukan informed consent sebagai
pelindung hukum dalam praktik keperawatan padahal pasien dalam kondisi terancam
nyawanya, ataukah perawat menolong pasien terlebih dahulu dan untuk sementara
mengenyampingkan informed consent? Dari kelompok kami, kami lebih menganjurkan
agar petugas medis tetap mendahulukan informed consent

Y : terima kasih atas pendapat yang telah anda sampaikan. Akan tetapi perlu diingat bahwa
dalam penanganan penderita gawat darurat yang terpenting bagi tenaga kesehatan
adalah mempertahankan jiwa penderita, mengurangi penyulit yang mungkin timbul,
meringankan penderitaan korban, dan melindungi diri dari kemungkinan penularan
penyakit menular dari penderita. Jadi, penanganan sangat penting dilakukan terlebih
dahulu.

X : okey, terima kasih atas sanggahannya. Perlu diingat juga bagwa pernyataan
persetujuan/informed consent sangat penting terkait legalitas kita melakukan tindakan
kepada pasien. Memang benar bahwa banyak pasien yang datang ke Instalasi Rawat
Darurat (IRD) dalam kondisi tidak sadar, dalam kondisi yang mengancam nyawa dan
butuh pertolongan segera. Namun di satu sisi, kita harus mendapat persetujuan dari
pasien/orang terdekat apabila kita akan melakukan tindakan.

Y : Sesuai dengan kaidah dasar bioetik, kewajiban menolong pasien gawat darurat termasuk
dalam konsep beneficence. Dalam penanganan pasien gawat darurat, dokter dan tenaga
kesehatan lainnya seperti perawat tentu akan memperhatikan standar profesi dan standar
prosedur operasional. Jadi, Pelayanan terhadap pasien gawat darurat harus dilaksanakan
sesegera mungkin, mengingat jiwa pasien mungkin saja gagal diselamatkan apabila
penanganan terlambat.

X : Tenaga kesehatan yang melakukan tindakan medik tanpa persetujuan apapun dapat dianggap
melakukan penganiayaan, diatur dalam pasal 351 KUHP. Apabila mengakibatkan
matinya orang, maka yang bersalah dipidana penjara paling lama tujuh tahun.

Y: Namun, dokter dalam melaksanakan praktik kedokteran juga memperoleh perlindungan


hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional. Dan hal ini sudah dijelakan dalam UU Pradok tahun 2004.

X : disitu anda hanya menjelaskan mengenai perlindungan terhadap dokter. Sedang bagi tenaga
medis yang lainnya? Padahal dalam penanganan pasien tidak hanya dokter yang
menangani akan tetapi banya tenaga medis lainnya. Seperti perawat.

Y : Hukum kesehatan termasuk hukum lex specialis yang melindungi secara khusus tugas profesi
kesehatan (provider) dalam program pelayanan kesehatan manusia ke arah tujuan
deklarasi Health for All dan perlindungan secara khusus terhadap pasien (receiver)
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Jadi dalam hal ini tenaga kesehatan lain juga
mendapat perlindungan. Termasuk perawat.

X : Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 585 Tahun 1989, Persetujuan Tindakan Medik adalah
Persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai
tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Jadi kami sangat menekankan
bahwa adanya informed consent sangat perlu untuk dilakukan.

Y : memang informed consent perlu dilakukan, akan tetapi bisa pasien tidak sadar dan tidak
disertai keluarganya, maka dokter dan tenaga kesehatan lain berhak untuk memutuskan
tindakan medik yang akan diambil tanpa persetujuan siapapun, dan didasarkan pada
kebutuhan medik pasien.

X : bila tindakan tetap dilakukan tanpa informed consent ini akan beresiko terhap tenaga
kesehatan yang menangani. Bagaimana bila pasien meninggal? Apakah tenaga medis
tidak dituduh melakukan malpraktik?

Y : Apabila setelah dilakukan tindakan medis pasien meninggal, berarti hal ini merupakan suatu
kejadian yang tidak diinginkan (KTD). Perlu analisis lebih lanjut, apakah kejadian ini
akibat dari medical error atau tidak. Mungkin saja KTD terjadi akibat risiko tindakan
medis yang telah dianggap paling aman dan efektif dalam pengobatan pasien. Dalam hal
seperti ini, KTD tidak dapat digolongkan sebagai malpraktik.

Y : saya akan menambahkan penjelasan dari teman saya. Bahwa Dokter dan tenaga kesehatan
lain juga memperoleh perlindungan hukum, sepanjang tindakan yang diambil sudah
didasarkan pada standar profesi dan standar prosedur operasional yang sesuai. Berbagai
macam aspek dapat menjadi dasar pertimbangan keputusan medis, dari etika, hukum
(yuridis─pemerintah dan instansi, maupun agama), dan disiplin profesi

Kesimpulan : Sesuai dengan sesuai standar profesi dan standar prosedur operasional kedokteran,
penatalaksanaan pasien gawat darurat dapat dilaksanakan tanpa persetujuan tindakan
medik (informed consent) dari siapapun. Tenaga kesehatan harus mengusahakan
seoptimal mungkin agar pasien dapat bertahan hidup dan pulih dari keadaan gawat
darurat. Sepanjang dokter dan paramedis telah berpegang pada konsep standar profesi
dan prosedur operasional, tindakan medis yang dilakukan tidak dapat disebut
malpraktik, dan tenaga kesehatan terlindung dari sanksi hukum oleh peraturan
kesehatan yang berlaku.

También podría gustarte