Está en la página 1de 30

UTS

Pengertian Suku Bangsa Dan Adat Istiadat

Nama: Rizky Fajar Firmansyah

Kelas: Kelas C Ruang F305

NBI: 1111800139

Universitas 17 Agustus 1945 Semester Ganjil

2018

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik


UTS

Suku Bugis

Suku Bugis tergolong ke dalam suku-suku Melayu Deutero.Masuk ke Nusantara setelah

gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan.Kata “Bugis” berasal dari kata To

Ugi, yang berarti orang Bugis.Penamaan “ugi” merujuk pada raja pertama kerajaan Cina yang

terdapat di Pammana, Kabupaten Wajo saat ini, yaitu La Sattumpugi.Ketika rakyat La

Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka.Mereka menjuluki

dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang atau pengikut dari La Sattumpugi. La Sattumpugi

adalah ayah dari We Cudai dan bersaudara dengan Batara Lattu, ayah dari Sawerigading.

Sawerigading sendiri adalah suami dari We Cudai dan melahirkan beberapa anak termasuk La

Galigo yang membuat karya sastra terbesar di dunia dengan jumlah kurang lebih 9000 halaman

folio.Sawerigading Opunna Ware (Yang dipertuan di Ware) adalah kisah yang tertuang dalam

karya sastra I La Galigo dalam tradisi masyarakat Bugis.Kisah Sawerigading juga dikenal dalam

tradisi masyarakat Luwuk, Kaili, Gorontalo dan beberapa tradisi lain di Sulawesi seperti Buton.

Adat Istiadat Suku Bugis

Dalam budaya suku bugis terdapat tiga hal yang bisa memberikan gambaran tentang budaya

orang bugis, yaitu konsep ade, siri na pesse dan simbolisme orang bugis adalah sarung sutra.

1. Konsep ade

Ade yang dalam bahasa Indonesia adalah adat istiadat. Bagi masyarakat bugis, ada empat jenis

adat yaitu :

 Ade maraja, yang dipakai dikalangan Raja atau para pemimpin.


UTS

 Ade puraonro, yaitu adat yang sudah dipakai sejak lama di masyarakat secara turun

temurun,

 Ade assamaturukeng, peraturan yang ditentukan melalui kesepakatan.

 Ade abiasang, adat yang dipakai dari dulu sampai sekarang dan sudah diterapkan dalam

masyarakat.

Menurut Lontara Bugis, terdapat lima prinsip dasar dari ade yaitu ade, bicara, rapang, wari, dan

sara. Konsep ini lebih dikenal sebagai pangngadereng.Ade merupakan manifestasi sikap yang

fleksibel terhadap berbagai jenis peraturan dalam masyarakat.Rapang lebih merujuk pada model

tingkah laku yang baik yang hendaknya diikuti oleh masyarakat. Sedangkan wari adalah aturan

mengenai keturunan dan hirarki masyarakat sara yaitu aturan hukum Islam. Siri memberikan

prinsip yang tegas bagi tingkah laku orang bugis.

Menurut Pepatah orang bugis, hanya orang yang punya siri yang dianggap sebagai manusia.

Naia tau de’e sirina, de lainna olokolo’e. Siri’ e mitu tariaseng tau.Artinya Barang siapa yang

tidak punya siri, maka dia bukanlah siapa-siapa, melainkan hanya seekor binatang.

Namun saat ini adat istiadat tersebut sudah tidak dilakukan lagi dikarenakan pengaruh budaya

Islam yang masuk sejak tahun 1600-an


UTS

2. Konsep siri’

Makna “siri” dalam masyarakat bugis sangat begitu berarti sehingga ada sebuah pepatah bugis

yang mengatakan “SIRI PARANRENG, NYAWA PA LAO”, yang artinya : “Apabila harga diri

telah terkoyak, maka nyawa lah bayarannya”.Begitu tinggi makna dari siri ini hingga dalam

masyarakat bugis, kehilangan harga diri seseorang hanya dapat dikembalikan dengan bayaran

nyawa oleh si pihak lawan bahkan yang bersangkutan sekalipun.

Siri’ Na Pacce secara lafdzhiyah Siri’ berarti : Rasa Malu (harga diri), sedangkan Pacce atau

dalam bahasa Bugis disebu Pesse yang berarti : Pedih/Pedas (Keras, Kokoh pendirian). Jadi

Pacce berarti semacam kecerdasan emosional untuk turut merasakan kepedihan atau kesusahan

individu lain dalam komunitas (solidaritas dan empati).

Kata Siri’, dalam bahasa Makassar atau Bugis, bermakna “malu”. Sedangkan Pacce (Bugis:

Pesse) dapat berarti “tidak tega” atau “kasihan” atau “iba”. Struktur Siri’ dalam Budaya Bugis

atau Makassar mempunyai empat kategori, yaitu :

 Siri’ Ripakasiri’, Adalah Siri’ yang berhubungan dengan harga diri pribadi, serta harga

diri atau harkat dan martabat keluarga. Siri’ jenis ini adalah sesuatu yang tabu dan

pantang untuk dilanggar karena taruhannya adalah nyawa.

 Siri’ Mappakasiri’siri’, Siri’ jenis ini berhubungan dengan etos kerja. Dalam falsafah

Bugis disebutkan, “Narekko degaga siri’mu, inrengko siri’.” Artinya, kalau Anda tidak

punya malu maka pinjamlah kepada orang yang masih memiliki rasa malu (Siri’). Begitu

pula sebaliknya, “Narekko engka siri’mu, aja’ mumapakasiri’-siri.” Artinya, kalau Anda

punya malu maka jangan membuat malu (malu-maluin).


UTS

 Siri’ Tappela’ Siri (Bugis: Teddeng Siri’), Artinya rasa malu seseorang itu hilang

“terusik” karena sesuatu hal. Misalnya, ketika seseorang memiliki utang dan telah

berjanji untuk membayarnya maka si pihak yang berutang berusaha sekuat tenaga untuk

menepati janjinya atau membayar utangnya sebagaimana waktu yang telah ditentukan

(disepakati). Ketika sampai waktu yang telah ditentukan, jika si berutang ternyata tidak

menepati janjinya, itu artinya dia telah mempermalukan dirinya sendiri.

 Siri’ Mate Siri’, Siri’ yang satu berhubungan dengan iman. Dalam pandangan orang

Bugis/Makassar, orang yangmate siri’-nya adalah orang yang di dalam dirinya sudah

tidak ada rasa malu (iman) sedikit pun. Orang seperti ini diapakan juga tidak akan pernah

merasa malu, atau yang biasa disebut sebagai bangkai hidup yang hidup.

Kritik : Dalam adat istiadat siri’ Ripakasiri yang dianut oleh suku Bugis sangat tidak sesuai

dengan kaidah yang ada. Dimana peraturan itu berkonsep bahwa adanya kasus yang memalukan

pihak keluarga seperti; kawin lari, pembunuhan, penganiayaan dsb.Maka orang yang berkaitan

dalam kasus itu harus dibunuh.Yang berpedoman bahwa nyawa harus dibayar nyawa.Karena

mereka berpikiran bahwa seseorang yang mampu menegakkan siri’ maka jika ia terbunuh dan

meninggal, ia akan dianggap mati syahid atau dalam suku Bugis disebut Mate Risantangi yang

artinya kematiannya adalah ibarat kematian yang terbalut santan atau gula (kesatria). Pedoman

itu sangat tidak masuk akal bagaimana mungkin orang yang sudah membunuh secara terencana

dan mampu menghilangkan nyawa orang lain disebut sebagai kesatria.


UTS

Saran: Menurut saya, seharusnya adat itu jangan diterapkan lagi karena tidak sesuai dengan

kaidah/peraturan yang ada di Indonesia. Indonesia adalah Negara hukum tidak sepatutnya

sebagai warga Negara kita menghakimi orang lain atau bahkan menghilangkan nyawa orang lain

secara terencana, bukankah hal itu malah merugikan diri mereka sendiri karena harus dihukum

dan mendkam di dalam penjara. Padahal sudah banyak aparat yang bertugas untuk menangani

kasus seperti itu.


UTS

Suku Minahasa

SEJARAH Asal Usul Suku Minahasa- Daerah Minahasa di Sulawesi Utara diperkirakan pertama

kali telah dihuni oleh manusia sejak ribuan tahun sebelum Masehi. Para peneliti memperkirakan

suku bangsa Minahasa berasal dari Formosa Taiwan, keturunan suku bangsa Austronesia dari

Formosa Taiwan, yang melakukan perjalanan panjang melalui Filipina dan terus ke Sulawesi.

Banyak terdapat kemiripan bahasa dari bahasa Minahasa dengan bahasa-bahasa di Formosa

Taiwan.

Menurut pendapat Tandean, seorang ahli bahasa dan huruf Tionghoa Kuno, 1997, melakukan

penelitian pada Watu Pinawetengan. Melalui tulisan “Min Nan Tou” yang terdapat di batu itu, ia

mengungkapkan, tou Minahasa diperkirakan merupakan keturunan Raja Ming yang berasal dari

tanah Mongolia, yang datang berimigrasi ke Minahasa. Arti dari Min Nan Tou adalah “orang

turunan Raja Ming”. Tapi pendapat tersebut dianggap lemah menurut David DS Lumoindong,

karena kalau Minahasa memang berasal dari keturunan Raja Ming, maka ilmu pengetahuan dan

kebudayaan Kerajaan Ming yang sudah pada taraf maju seharusnya terlihat pada Peninggalan

Arsitektur Minahasa ditahun 1200-1400, tetapi kenyataannya peninggalan atau kebudayaan

zaman Ming tidak ada satupun di Minahasa, jadi pendapat Tandean lemah untuk digunakan

sebagai dasar dalam penulisan Sejarah Asal Usul Suku Minahasa. Sedangkan berdasarkan

pendapat para ahli A.L.C Baekman dan M.B Van Der Jack, orang Minahasa berasal dari ras

Mongolscheplooi yang sama dengan pertalian Jepang dan Mongol ialah memiki lipit Mongoloid

dan kesamaan warna kulit, yaitu kuning langsat. Persamaan dengan Mongol dalam sistem

kepercayaan dapat dilihat pada agama asli Minahasa Shamanisme sama seperti Mongol.Dan juga

dipimpin oleh walian (semacam pendeta/pemimpin agama) yang langsung dimasuki oleh opo.
UTS

Agama Shamanisme ini memang dipegang teguh secara turun temurun oleh suku Mongol dan

terlihat juga kemiripan dengan agama asli suku Dayak di Kalimantan, dan Korea. Berdasarkan

pendapat para ahli diantaranya A.L.C Baekman dan M.B Van Der Jack yaitu berasal dari ras

Mongolscheplooi yang sama dengan pertalian Jepang dan Mongol ialah memiki lipit Mongolia.

Memang bangsa mongol terkenal dengan dengan gaya hidup berperang dengan menguasai 1/2

dunia saat dipimpin oleh Genghis Khan, dan bangsa Mongol menyebar tidak terkecuali pergi ke

Manado. Persamaan dengan Mongol dalam sistem kepercayaan dapat dilihat pada agama asli

Minahasa Shamanisme sama seperti Mongol. Dan juga dipimpin oleh Walian yang langsung

dimasuki oleh opo.Agama Shamanisme ini memang dipegang teguh secara turun temurun oleh

suku Mongol.Dapat dilihat juga di Kalimantan Dayak, dan Korea, Jadi orang Minahasa memang

berasal dari keturunan ras Mongoloid, tetapi bukan orang Mongol.Ras ini juga terdapat pada

suku Dayak, Nias dan Mentawai.Ras Mongoloid tersebut diperkirakan berasal dari Formosa

Taiwan. Namun memang orang Minahasa sudah tidak murni dari Mongol saja, namun sudah

campuran Spanyol, Portugis, dan Belanda yang diketahui keturunan Yahudi, namun lebih

dipengaruhi oleh Kristen. Sebenarnya aslinya Suku Minahasa dari Mongol yang terkenal dengan

kehebatan perang, dan Yahudi yang terkenal dengan kecerdasannya.Memang Belanda sebagi

Yahudi yang masuk ke Indonesia hanya mendirikan 1 tempat ibadah di Indonesia silahkan lihat

Sinagog di Tondano.Seperti kita tahu Manado dalam prosesnya oleh Indonesia dibilang bangsa

asing karena sangat dimanja oleh Belanda dan Sekutu.Serta sangat berbeda dengan ciri orang

Indonesia pada umumnya. Suku Minahasa terbagi atas sembilan subsuku yaitu: 1.Babontehu,

2.Bantik, 3.Pasan Ratahan (Tounpakewa), 4.Ponosakan, 5.Tonsea, 6.Tontemboan, 7.Toulour,

8.Tonsawang, 9.Tombulu. Nama Minahasa mengandung suatu kesepakatan mulia dari para

leluhur melalui musyarawarah dengan ikrar bahwa segenap tou Minahasa dan keturunannya
UTS

akanselalu seia sekata dalam semangat budaya Sitou Timou Tumou Tou. Dengan kata lain tou

Minahasa akan tetap bersatu (maesa) dimanapun ia berada dengan dilandasi sifat maesa-esaan

(saling bersatu, seia sekata), maleo-leosan (saling mengasihi dan menyayangi), magenang-

genangan (saling mengingat), malinga-lingaan (saling mendengar), masawang-sawangan (saling

menolong) dan matombo-tomboloan (saling menopang). Inilah landasan satu kesatuan tou

Minahasa yang kesemuanya bersumber dari nilai-nilai tradisi budaya asli Minahasa (Richard

Leirissa, Manusia Minahasa, 1995).

Jadi walaupun orang Minahasa ada di mana saja pada akhirnya akan kembali dan bersatu, waktu

itu akan terjadi pada akhir jaman, yang tidak seorangpun yang tahu. Seperti Opo Karema pernah

kasih amanat “Keturunan kalian akan hidup terpisah oleh gunung dan hutan rimba. Namun, akan

tetap ada kemauan untuk bersatu dan berjaya.

Pada tahun masehi kira-kira awal abad 6, orang Minahasa telah membangun Pemerintahan

Kerajaan di Sulawesi Utara yang berkembang menjadi kerajaan besar.Kerajaan ini memiliki

pengaruh yang luas ke luar Sulawesi hingga ke Maluku.Pada sekitar tahun 670, para pemimpin

dari suku-suku yang berbeda, dengan bahasa-bahasa yang berbeda, bertemu di sebuah batu yang

dikenal sebagai Watu Pinawetengan. Di sana mereka mendirikan sebuah komunitas negara

merdeka, yang membentuk satu unit dan tetap bersatu untuk melawan setiap musuh dari luar jika

mereka diserang. Bagian anak suku Minahasa yang mengembangkan pemerintahannya sehingga

memiliki pengaruh luas adalah anak suku Tonsea pada abad 13, yang pengaruhnya sampai ke

Bolaang Mongondow dan daerah lainnya.Kemudian keturunan campuran anak suku Pasan

Ponosakan dan Tombulu membangun pemerintahan kerajaan yang terpisah dari ke empat suku

lainnya di Minahasa. Daerah Minahasa dari Sulawesi Utara diperkirakan telah pertama kali
UTS

dihuni oleh manusia dalam ribuan tahun SM an ketiga dan kedua. [6] orang Austronesia awalnya

dihuni China selatan sebelum pindah dan menjajah daerah di Taiwan, Filipina utara, Filipina

selatan, dan ke Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Indonesia, Sulawesi Utara, Manado. Suku

asli di sana adalah Minahasa, lalu dari mana asalnya nenek moyang suku Minahasa? menurut

cerita mitos, mitos adalah cerita suci, sakral dan tidak sembarang di ceritakan. Nenek moyang

suku Minahasa adalah Dewi Bumi dan Dewa Matahari yang akhirnya melahirkan keturunan

Minahasa, cerita ini diceritakan dalam bahasa daerah dan yang mengetahui hanyalah para Walian

yang memang ditunjuk oleh Opo secara turun – temurun.Biasanya cerita ini diceritakan secara

umum pada saat upacara Rumages, menjadi cerita Toar Lumimu’ut.Toar Dewa Matahari yang

selalu menyinari Minahasa dan Lumimu’ut Dewi Bumi yang memberikan kesuburan pada tanah

Minahasa dan keturunan.

Adat istiadat Suku Minahasa

Adat dari Manado sangat terkenal adalah Monondeaga yang menjadi sebuah upacara adat yang

umumnya dilakukan oleh suku Manado/Minahasa terutama yang bermukim di daerah Bolaang

Mongondow. Pelaksanaan upacara adat ini bertujuan memperingati dan mengukuhkan seorang

anak perempuan ketika dia memasuki masa pubertas yang ditandai dengan adanya haid pertama

Secara garis besar, upacara adat Manado dilakukan sebagai ekspresi rasa syukur dan juga

semacam uwar-uwar bahwa seorang anak gadis dari seseorang yang melaksanakan upacara adat

ini telah menginjak ke masa pubertas. Oleh karena itu, agar kecantikan dan sikap kedewasaan

sang anak gadis lebih mencorong, maka pada upacara adat ini sang gadis kecil itu daun

telinganya ditindik dan dipasangi anting-anting layaknya seorang gadis yang mulai bersolek ria,
UTS

kemudian giginya diratakan (dikedawung) sebagai perlengkapan kecantikan dan suatu pertanda

bahwa yang bersangkutan sudah menginjak masa dewasa.

Kritik: Monondeaga adalah upacara adat yang diselenggarakan untuk anak gadis yang sudah

beranjak dewasa, yang dikenal dengan istilah uwar-uwar. Kita sebagai warga masyarakat yang

mungkin tidak mempunyai sanak saudara yang berasal dari Manado/Minahasa, pasti merasa

heran apakah dengan menginjak akal balig seorang anak gadis baru boleh ditindik dan dipasangi

anting-anting. Padahal yang kita ketahui dijaman modern seperti ini banyak sekali anak yang

baru dilahirkan telinganya sudah ditindik dan dipasangi anting-anting. Namun, semua itu

memang sudah menjadi tradisi secara turun-menurun dan sangat sulit untuk dihilangkan karena

sebagian besar masyarakatnya sudah mempercayai ajaran nenek moyang mereka.

Saran : Menurut saya, sebagai Warga Negara Indonesia yang memang mempunyai perbedaan

dalam hal suku, adat-istiadat, kepercayaan dan sebagainya. Kita harus tetap menghargai dan

menghormati tradisi tersebut. Selagi tradisi yang dijalankan masih sesuai dengan ajaran dan tidak

bertentangan dengan norma yang ada.


UTS

Suku Toraja

Suku Toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan,

Indonesia.Populasinya diperkirakan sekitar 1 juta jiwa, dengan 500.000 di antaranya masih

tinggal di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara, dan Kabupaten Mamasa. Mayoritas

suku Toraja memeluk agama Kristen, sementara sebagian menganut Islam dan kepercayaan

animisme yang dikenal sebagai Aluk To Dolo. Pemerintah Indonesia telah mengakui

kepercayaan ini sebagai bagian dari Agama Hindu Dharma.

Kata toraja berasal dari bahasa Bugis, to riaja, yang berarti "orang yang berdiam di negeri

atas".Pemerintah kolonial Belanda menamai suku ini Toraja pada tahun 1909. Suku Toraja

terkenal akan ritual pemakaman, rumah adat tongkonan dan ukiran kayunya. Ritual pemakaman

Toraja merupakan peristiwa sosial yang penting, biasanya dihadiri oleh ratusan orang dan

berlangsung selama beberapa hari.

Sebelum abad ke-20, suku Toraja tinggal di desa-desa otonom.Mereka masih menganut

animisme dan belum tersentuh oleh dunia luar.Pada awal tahun 1900-an, misionaris Belanda

datang dan menyebarkan agama Kristen.Setelah semakin terbuka kepada dunia luar pada tahun

1970-an, kabupaten Tana Toraja menjadi lambang pariwisata Indonesia.Tana Toraja

dimanfaatkan oleh pengembang pariwisata dan dipelajari oleh antropolog.

Masyarakat Toraja sejak tahun 1990-an mengalami transformasi budaya, dari masyarakat

berkepercayaan tradisional dan agraris, menjadi masyarakat yang mayoritas beragama Kristen

dan mengandalkan sektor pariwisata yang terus meningkat. Demikianlah ulasan mengenai adat

suku toraja baca juga Artikel mengenai adat suku bugis


UTS

Adat dan Istiadat

Suku Toraja selama ini dikenal sebagai salah satu suku yang sangat taat dalam menjalankan

ritual adatnya, yang terbagi dalam dua golongan besar.Masing-masing adalah tradisi untuk

menghadapi kedukaan atau sering disebut Rambu Solok dan tradisi untuk menyambut

kegembiraan yang dinamakan dengan Rambu Tuka.Masing-masing tradisi ini masih mempunyai

tujuh tahapan upacara.

Dalam masyarakat Suku Toraja, sampai saat ini masih banyak yang memegang kepercayaan

peninggalan para leluhurnya.Maka tidak mengherankan bila kedua tradisi tersebut masih sering

diadakan sampai saat ini.

Upacara Tambu Tuka, selalu berhubungan dengan meninggalnya seseorang. Maka upacara ini

dimulai dengan mempersiapkan penguburan bagi orang yang meninggal. Dalam upacara ini

sering dilaksanakan dengan mengadakan adu ayam, kerbau serta menyembelih binatang babi

yang jumlahnya cukup besar.

Kuburan yang digunakan untuk menguburkan jenasah terbilang istimewa. Karena jenasah

tersebut diletakan pada tempat yang khusus, yaitu di sebuah gunung yang berbatu dan diberi

lubang dan bentuknya seperti gua kecil. Jadi jenasah tersebut tidak dikubur sebagaimana

umumnya, namun diletakan di dalam lubang gua tersebut.

Sementara itu untuk upacara tradisi Rambu Tuka yang merupakan pesta kebahagiaan, biasanya

diadakan untuk menyambut kelahiran seorang bayi, pesta pernikahan dan lain-lain.
UTS

Rumah Adat Suku Toraja

Rumah Suku Toraja dibangun dengan menggunakan kayu yang ditumpuk serta diberi hiasan

ukiran yang mengambil warna dominan merah, kuning serta hitam.Nama rumah ini adalah

Tongkonan yang artinya duduk.Tongkonan atau rumah bagi suku ini bukan merupakan tempat

tinggal saja.Melainkan juga untuk menjalankan kehidupan spiritual atau rohani.Karena menurut

kepercayaan mereka, Tongkonan pada jaman dulu ketika pertama kali dibangun, lokasinya

berada di surga dan memakai tiang utama yang jumlahnya ada empat.Maka ketika berada di

bumi, bangunan tersebut juga difungsikan untuk berkomunikasi dengan arwah leluhur mereka.

Kritik: Rambu Solo merupakan kebudayaan Suku Toraja dalam hal pemakaman dan biaya

yang dihabiskan mencapai triliunan rupiah. Biaya itu untuk kurban puluhan kerbau, bekal

perjalan jenazah berupa pernak-pernik perhiasan jenazah dan didalam petinya juga diisi uang,

perhiasan, dsb. Menurut saya, biaya itu bisa dibilang tidak masuk akal untuk sebuah proses

pemakan. apalagi seluruh biaya pemakan di bebankan pada pihak keluarga dan jika belum

menjalankan hal tersebut, orang yang meninggal akan diperlakukan sebagai orang sakit, bukan

meninggal.

Saran: Saya sangat memahami akan kepercayaan yang dianut oleh Suku Toraja. Namun,

bagaimana jika keluarga yang tertimpa musibah tersebut adalah keluarga yang kurang mampu.

Pasti akan menyusahkan pihak keluarga karena tidak bisa memakamkan jenazah itu sesuai

dengan tradisi yang sudah ada. Jika tradisi pemakaman itu diharuskan seharusny seluruh

tetangganya bisa membantu biaya proses pemakaman dan tidak hanya membebankan dari pihak

keluarga yang bersangkutan saja.


UTS

Suku Minangkabau

Minangkabau (Minang) adalah kelompok etnis Nusantara yang berbahasa dan menjunjung adat

Minangkabau. Wilayah kebudayaannya Minang meliputi daerah Sumatera Barat, separuh daratan

Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, pantai barat Sumatera Utara, barat daya Aceh,

dan juga Negeri Sembilan di Malaysia. Sebutan orang Minang seringkali disamakan sebagai

orang Padang, hal ini merujuk pada nama ibu kota provinsi Sumatera Barat yaitu kota Padang.

Namun, masyarakat ini biasanya akan menyebut kelompoknya dengan sebutan urang awak, yang

bermaksud sama dengan orang Minang itu sendiri.

Etnis Minang juga telah menerapkan sistem proto-demokrasi sejak masa pra-Hindu dengan

adanya kerapatan adat untuk menentukan hal-hal penting dan permasalahan hukum. Prinsip adat

Minangkabau tertuang singkat dalam pernyataan Adat basandi syarak, syarak basandi

Kitabullah(Adat bersendikan hukum, hukum bersendikan Al-Qur’an) yang berarti adat

berlandaskan ajaran Islam. Etnis ini juga sangat menonjol di bidang perniagaan, sebagai

profesional dan intelektual.Mereka merupakan pewaris terhormat dari tradisi tua Kerajaan

Melayu dan Sriwijaya yang gemar berdagang dan dinamis.Hampir separuh jumlah keseluruhan

anggota masyarakat ini berada dalam perantauan.

Nama Minangkabau berasal dari dua kata, minang dan kabau.Nama itu dikaitkan dengan suatu

legenda khas Minang yang dikenal di dalam tambo.Dari tambo yang diterima secara turun

temurun, menceritakan bahwa nenek moyang mereka berasal dari keturunan Iskandar

Zulkarnain.Walau tambo tersebut tidak tersusun secara sistematis dan lebih kepada legenda

berbanding fakta serta cendrung kepada sebuah karya sastra yang sudah menjadi milik

masyarakat banyak. Namun kisah tambo ini sedikit banyaknya dapat dibandingkan dengan
UTS

Sulalatus Salatin yang juga menceritakan bagaimana masyarakat Minangkabau mengutus

wakilnya untuk meminta Sang Sapurba salah seorang keturunan Iskandar Zulkarnain tersebut

untuk menjadi raja mereka.

Masyarakat Minang merupakan bagian dari masyarakat Deutro Melayu (Melayu Muda) yang

melakukan migrasi dari daratan China Selatan ke pulau Sumatera sekitar 2.500–2.000 tahun yang

lalu.Diperkirakan kelompok masyarakat ini masuk dari arah timur pulau Sumatera, menyusuri

aliran sungai Kampar sampai ke dataran tinggi yang disebut darek dan menjadi kampung

halaman orang Minangkabau. Beberapa kawasan darek ini kemudian membentuk semacam

konfederasi yang dikenal dengan nama luhak, yang selanjutnya disebut juga dengan nama Luhak

Nan Tigo, yang terdiri dari Luhak Limo Puluah, Luhak Agam, dan Luhak Tanah Data. Pada

masa pemerintahan Hindia-Belanda, kawasan luhak tersebut menjadi daerah teritorial

pemerintahan yang disebut afdeling, dikepalai oleh seorang residen yang oleh masyarakat

Minangkabau disebut dengan nama Tuan Luhak.

Awalnya penyebutan orang Minang belum dibedakan dengan orang Melayu, namun sejak abad

ke-19, penyebutan Minang dan Melayu mulai dibedakan melihat budaya matrilineal yang tetap

bertahan berbanding patrilineal yang dianut oleh masyarakat Melayu umumnya.Kemudian

pengelompokan ini terus berlangsung demi kepentingan sensus penduduk maupun politik.
UTS

Adat Istiadat Suku Minangkabau

1. Adat nan sabana adat.

Adat nan sabana Adat, adalah ketentuan hukum, sifat yang terdapat pada alam benda, flora dan

fauna, maupun manusia sebagai ciptaan-Nya (Sunatullah). Adat nan sabana Adat ini adalah

sebagai SUMBER hukum Adat Minangkabau dalam menata masyarakat dalam segala hal.

Dimana ketentuan alam tersebut adalah aksioma tidak bisa dibantah kebenarannya. Sebagai

contoh dari benda Api dan Air, ketentuannya membakar dan membasahkan. Dia akan tetap abadi

sampai hari kiamat dengan sifat tersebut, kecuali Allah sebagai sang penciptanya menentukan

lain (merobahnya).

Alam sebagai ciptaan-Nya bagi nenek moyang orang Minangkabau yakni Datuak perpatiah nan

sabatang dan datuak ketumanggungan diamati, dipelajari dan dipedomani dan dijadikan guru

untuk mengambil iktibar seperti yang disebutkan dalam pepatah-petitih Adat :

Panakiak pisau sirawik, ambiak galah batang lintabuang,

silodang ambiakkan niru, nan satitiak jadikan lawik,

nan sakapa jadikan gunuang, Alam Takambang Jadi Guru.

2. Adat nan diadatkan oleh nenek-moyang.

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya diatas yakni dengan meneliti, mempedomani,

mempelajari alam sekitarnya oleh nenek-moyang orang Minangkabau, maka disusunlah

ketentuan-ketentuan alam dengan segala fenomena-fenomenanya menjadi pepatah-petitih,


UTS

mamang, bidal, pantun dan gurindam Adat dengan mengambil perbandingan dari ketentuan alam

tersebut, kemudian dijadikan menjadi kaidah-kaidah sosial untuk menyusun masyarakat dalam

segala bidang seperti : ekonomi, sosial budaya, hukum, politik, keamanan, pertahanan dan

sebagainya.

Karena pepatah-petitih tersebut dicontoh dari ketentuan alam sesuai dengan fenomenanya

masing-masing, maka kaidah-kaidah tersebut sesuai dengan sumbernya tidak boleh dirobah-

robah walau dengan musyawarah mufakat sekalipun. Justru kedua jenis Adat pada huruf a dan

bkarena tidak boleh dirobah-robah disebut dalam pepatah :

Adat nan tak lakang dek paneh, tak lapuak dek hujan,

dianjak tak layua, dibubuik tak mati,

dibasuah bahabih aia, dikikih bahabih basi.

Artinya adalah Kebenaran dari hukum alam tersebut . Selama Allah SWT, sebagai sang pencipta

ketentuan alam tersebut tidak menentukaan lain, maka ketentuan alam tersebut tetap tak berobah.

contoh pepatah :lawik barombak, gunuang bakabuik,

lurah baraia, api mambaka,

aia mambasahkan,batuang babuku,

karambia bamato, batuang tumbuah dibukunyo,

karambia tumbuah dimatonyo .


UTS

3. Adat Teradat

Adat teradat adalah peraturan-peraturan yang dibuat oleh penghulu-penghulu Adat dalam suatu

nagari, peraturan guna untuk melaksanakan pokok-pokok hukum yang telah dituangkan oleh

nenek moyang (Dt. Perpatiah Nan Sabatang dan Dt. Ketumanggungan) dalam pepatah-petitih

Adat.Bagaimana sebaiknya penetapan aturan-aturan pokok tersebut dalam kehidupan sehari-hari

dan tidak bertentangan dengan aturan-aturan pokok yang telah kita warisi secara turun-temurun

dari nenek-moyang dahulunya. Sebagai contoh kita kemukakan beberapapepatah-petitih,

mamang, bidal, Adat yang telah diadatkan oleh nenek moyang tersebut diatas seperti : Abih

sandiang dek Bageso, Abih miyang dek bagisiah. Artinya nenek-moyang melalui pepatah ini

melarang sekali-kali jangan bergaul bebas antara dua jenis yang berbeda sebelum nikah (setelah

Islam) atau kawin (sebelum Islam)..

Begitupun peresmian SAKO(gelar pusaka) kaum atau penghulu, ada nagari yang memotong

kerbau, ada banteng, ada kambing, ada dengan membayar uang adat kenagari yang bersangkutan.

Semuanya adalah aturan pelaksanaan dari peresmian satu gelar pusaka kaum (Sako) yang

diambil keputusannya melalui musyawarah mufakat.dan lain sebagainya.

4. Adat Istiadat

Adat Istiadat adalah peraturan-peraturan yang juga dibuat oleh penghulu-penghulu disuatu nagari

melalui musyawarah mufakat sehubungan dengan sehubungan dengan KESUKAAN anak nagari

seperti kesenian, olah raga, pencak silat randai, talempong, pakaian laki-laki, pakaian wanita,

barang-barang bawaan kerumah mempelai, begitupun helat jamu meresmikan S a k o itu tadi.

Begitu pula Marawa, ubur-ubur, tanggo, gabah-gabah, pelamina dan sebagainya yang berbeda-
UTS

beda disetiap nagari. Juga berlaku pepatah yang berbunyi :Lain lubuak lain ikannyo, lain padang

lain balalangnyo,

lain nagari lain adatnyo (Istiadatnya) .

Adat teradat adalah peraturan-peraturan yang dibuat oleh penghulu-penghulu Adat dalam suatu

nagari, peraturan guna untuk melaksanakan pokok-pokok hukum yang telah dituangkan oleh

nenek moyang (Dt. Perpatiah Nan Sabatang dan Dt. Ketumanggungan) dalam pepatah-petitih

Adat.Bagaimana sebaiknya penetapan aturan-aturan pokok tersebut dalam kehidupan sehari-hari

dan tidak bertentangan dengan aturan-aturan pokok yang telah kita warisi secara turun-temurun

dari nenek-moyang dahulunya.

Sistem Kepercayaan Suku Minang kabau

Sebagian besar masyarakat Minangkabau beragama Islam.Masyarakat desa percaya dengan

hantu, seperti kuntilanak, perempuan menghirup ubun-ubun bayi dari jauh, dan menggasing

(santet), yaitu menghantarkan racun melalui udara. Upacara-upacara adat di Minangkabau

meliputi:Upacara Tabuik adalah upacara peringatan kematian Hasan dan Husain di Padang

Karabela;

Upacara Kitan dan Katam berhubungan dengan lingkaran hidup manusia, seperti:

upacara Turun Tanah/Turun Mandi adalah upacara bayi menyentuh tanah pertama kali,

upacara Kekah adalah upacara memotong rambut bayi pertama kali.

Upacara selamatan orang meninggal pada hari ke-7, ke-40, ke-100, dan ke-1000.
UTS

Kritik: Menurut saya, salah satu adat Minangkabau yang paling kontroversi adalah pembagian

harato pusako. Maka saat si pengelola meninggal, hartanya tidak diwariskan kepada ahli

warisnya, melainkan dikembalikan kepada kaum, kemudian pimpinan adat (datuak) akan

memutuskan bagaimana nasib tanah ini kemudian. Namun, para datuak banyak yang berpindah

ke daerah lain. Dan para datuak juga beranggapan bahwa tanah di Minangkabau adalah haram

maka jika ada orang yang meninggal harta (tanah) itu adalah milik kaum (bersama).

Saran: Seharusnya ajaran itu tidak harus dilakukan lagi karena akan menimbulkan banyak

perselisihan apalagi banyak para datuak yang berpindah di daerah lain, sehingga amanahnya sia-

sia. Dan pembagian harta waris orang yang meninggal seharusnya jatuh pada pihak keluarga,

bukan kepada oranglain. Hal tersebut sudah jelas sesuai ajaran mawaris dalam fikih.
UTS

Sejarah dan Kebudayaan Suku Sasak Lombok NTB

Suku Sasak adalah salah satu suku bangsa di Indonesia yang mendiami pulau Lombok.Mayoritas

suku Sasak beragama Islam, namun ada sebagian dari mereka yang berbeda dalam menjalankan

ibadahnya, dan mereka disebut sebagai Islam Wetu Telu. Jumlah islam Wetu Telu hanya

berjumlah sekitar 1% yang melakukan praktik ibadah seperti itu. Selain itu ada pula sedikit

warga suku Sasak yang masih menganut kepercayaan pra-Islam yang disebut dengan nama

"Sasak Boda".

Suku Sasak telah menghuni Pulau Lombok sejak 4.000 Sebelum Masehi.Ada pendapat yang

mengatakan bahwa orang Sasak berasal dari percampuran antara penduduk asli Lombok dengan

para pendatang dari Jawa.Ada juga yang menyatakan leluhur orang sasak adalah orang Jawa.

Sejarah

Asal mula nama Sasak kemungkinan berasal dari kata sak-sak yang artinya sampan. Dalam Kitab

Negara Kertagama kata Sasak disebut menjadi satu dengan Pulau Lombok.Yakni Lombok Sasak

Mirah Adhi. Dalam tradisi lisan warga setempat kata sasak dipercaya berasal dari kata "sa'-saq"

yang artinya yang satu. Kemudian Lombok berasal dari kata Lomboq yang artinya lurus. Maka

jika digabung kata Sa' Saq Lomboq artinya sesuatu yang lurus. banyak juga yang

menerjemahkannya sebagai jalan yang lurus. Lombo Mirah Sasak Adi adalah salah satu kutipan

dari kakawin Nagarakretagama (Desawarnana), sebuah kitab yang memuat tentang kekuasaan

dan kepemerintahaan kerajaan Majapahit, gubanan Mpu Prapanca. kata "lombok" dalam bahasa

kawi berarti lurus atau jujur, "Mirah" berarti permata, "sasak" berarti kenyataan dan "adi" artinya
UTS

yang baik atau yang utama. Maka Lombok Mirah Sasak Adi berarti kejujuran adalah permata

kenyataan yang baik atau utama.

Pendapat lain Menurut Goris S., “Sasak” secara etimologi, berasal dari kata “sah” yang berarti

“pergi” dan “shaka” yang berarti “leluhur”. Dengan begitu Goris menyimpulkan bahwasasak

memiliki arti “pergi ke tanah leluhur”.Dari pengertian inilah diduga bahwa leluhur orang Sasak

itu adalah orang Jawa. Bukti lainnya merujuk kepada aksara Sasak yang digunakan oleh orang

Sasak disebut sebagai “Jejawan”, merupakan aksara yang berasal dari tanah Jawa, pada

perkembangannya, aksara ini diresepsi dengan baik oleh para pujangga yang telah melahirkan

tradisi kesusasteraan Sasak.

Adat

Salah satu adat istiadat suku Sasak yang menonjol adalah adat dalam proses perkawinan.

Perempuan yang mau dinikahkan oleh seorang lelaki maka yang perempuan harus dilarikan dulu

kerumah keluarganya dari pihak laki laki, ini yang dikenal dengan sebutan merarik atau pelarian.

Dalam proses pelarian gadis tidak perlu memberitahukan kepada orang tuanya. Namun dalam

pelarian ini memiliki aturan yang perlu diikuti.Salah satu aturan dalam mencuri gadis biasanya

dilakukan dengan membawa beberapa orang kerabat atau teman.Selain sebagai saksi kerabat

yang dibawa untuk mencuri gadis itu sekalian sebagai pengiring dalam prosesi itu.Gadis yang

dibawa lari juga tidak langsung ke rumah laki-laki tetapi harus dititip di rumah kerabat lelaki

tersebut.
UTS

StrukturdanSistemMasyarakat

Suku Sasak pada masa lalu secara sosial-politik, digolongkan dalam dua tingkatan sosial utama,

yaitu

1. Golongan bangsawan yang disebut perwangsa

2. Bangsa Ama atau jajar karang sebagai golongan masyarakat kebanyakan.

Golongan perwangsa ini terbagi lagi atas dua tingkatan, yaitu:

1.Perwangsa

Bangsawan penguasa (perwangsa) umumnya menggunakan gelar datu. Selain itu mereka juga

disebut Raden untuk kaum laki-laki dan Denda untuk perempuan.Seorang Raden jika menjadi

penguasa maka berhak memakai gelar datu.Perubahan gelar dan pengangkatan seorang

bangsawan penguasa itu umumnya dilakukan melalui serangkaian upacara kerajaan.

2.Triwangsa

Bangsawan rendahan (triwangsa) biasanya menggunakan gelar lalu untuk para lelakinya dan

baiq untuk kaum perempuan. Tingkatan terakhir disebut jajar karang atau masyarakat

biasa.Panggilan untuk kaum laki-laki di masyarakat umum ini adalah loq dan untuk perempuan

adalah.Golongan bangsawan baik perwangsa dan triwangsa disebut sebagai permenak.Para

permenak ini biasanya menguasai sejumlah sumber daya dan juga tanah.Ketika Kerajaan Bali

dinasti Karangasem berkuasa di Pulau Lombok, mereka yang disebut permenak kehilangan

haknya dan hanya menduduki jabatan pembekel (pejabat pembantu kerajaan).

Masyarakat Sasak sangat menghormati golongan permenak baik berdasarkan ikatan tradisi dan

atau berdasarkan ikatan kerajaan.Di sejumlah desa, seperti wilayah Praya dan Sakra, terdapat hak
UTS

tanah perdikan (wilayah pemberian kerajaan yang bebas dari kewajiban pajak).Setiap penduduk

mempunyai kewajiban apati getih, yaitu kewajiban untuk membela wilayahnya dan ikut serta

dalam peperangan. Kepada mereka yang berjasa, Kerajaan akan memberikan beberapa imbalan,

salah satunya adalah dijadikan wilayah perdikan.

Landasan sistem sosial masyarakat dalam kehidupan suku Sasak umumnya mengikuti garis

keturunan dari pihak laki-laki (patrilineal).Akan tetapi, dalam beberapa kasus hubungan

masyarakatnnya terkesan bilateral atau parental (garis keturunan diperhitungkan dari kedua belah

pihak; ayah dan ibu).

Pola kekerabatan yang dalam tradisi suku sasak disebut Wiring Kadang ini mengatur hak dan

kewajiban anggota masyarakatnya.Unsur-unsur kekerabatan ini meliputi Kakek, Ayah, Paman

(saudara laki-laki ayah), Sepupu (anak lelaki saudara lelaki ayah), dan anak-anak mereka.

Wiring Kadang juga mengatur tanggung jawab mereka terhadap masalah-masalah keluarga;

pernikahan, masalah warisan dan hak-kewajiban mereka.Harta warisan disebut pustaka dapat

berbentuk tanah, rumah, dan juga benda-benda lainnya yang merupakan peninggalan leluhur.

Orang-orang Bali memiliki pola kekerabatan yang hampir sama disebut purusa dengan harta

waris yang disebut pusaka.

SistemKepercayaan

Kepercayaan asli suku Sasak adalah Boda, beberapa menyebutnya Sasak Boda.Walapun ada

kesamaan pelafalan dengan Buddha, namun sistem kepercayaan Boda tidak memiliki kesamaan

dan hubungan dengan Buddhisme.Agama Boda orang Sasak ini justru ditandai dengan

penyembahan roh-roh leluhur mereka sendiri.

Beberapa agama seperti Hindu-Budha masuk kedalam suku ini ketika kerajaan Majapahit masuk.

Dan kemudian suku Sasak memeluk agama islam setelah peran Sunan Giri dalam dakwahnya
UTS

menyebarkan islam. Setelah perkembangan Islam, kepercayaan Suku Sasak sebagian berubah

dari Hindu menjadi penganut Islam.Selanjutnya kepercayaan Suku Sasak diklasifikasikan tiga

kelompok utama; Boda, Wetu Telu, dan Islam (Wetu Lima).

Penganut Boda sebagai komunitas kecil yang berdiam di wilayah pegunungan utara dan di

lembah-lembah pegunungan Lombok bagian selatan.Kelompok Boda ini konon adalah orang-

orang Sasak yang dari segi kesukuan, budaya, dan bahasa menganut kepercayaan asli.Mereka

menyingkir ke daerah pegunungan melepaskan diri dari islamisasi di Lombok.

Sedangkan Agama Wetu telu awalnya memiliki ciri sama dengan Hindu-Bali dan Kejawen. Di

antara unsur-unsur umum, peran leluhur begitu menonjol.Hal itu didasarkan pada pandangan

yang berakar pada kepercayaan tentang kehidupan senantiasa mengalir.

Pada perkembangannya Wetu telu justru lebih dekat dengan Islam. Konon, sekarang hampir

semua desa suku Sasak sudah menganut Agama Islam lima waktu dan meninggalkan Wetu telu

sepenuhnya. Sementara sinkretisme Islam-Wetu telu kini berkembang terbatas di beberapa

bagian utara dan selatan Pulau Lombok. Meliputi Bayan, dataran tinggi Sembalun, Suranadi di

Lombok Timur, Pujut di Lombok Tengah, dan Tanjung di Lombok Barat.

Istilah Islam-Wetu Telu diberikan karena penganut kepercayaan ini beribadah tiga kali di bulan

puasa, yaitu waktu Magrib, Isya, dan waktu Subuh.Di luar bulan puasa, mereka hanya satu hari

dalam seminggu melakukan ibadah, yaitu pada hari Kamis dan atau Jumat, meliputi waktu

Asar.Untuk urusan ibadah lainnya biasanya dilakukan oleh pemimpin agama mereka; para kiai

dan penghulu.
UTS

Tradisi dan Seni

Dari sejarahnya yang panjang, Suku Sasak bisa saja diidentifikasikan sebagai budaya yang

banyak mendapat pengaruh dari Jawa dan Bali.Namun, kenyataannya kebudayaan Suku Sasak

memiliki corak dan ciri budaya yang khas, asli dan sangat mapan hingga berbeda dengan budaya

suku-suku lainnya di Nusantara.

Berikut beberapa jenis seni dan tradisi yang cukup terkenal dari suku Sasak:

Bau Nyale

Nyale adalah sejenis binatang laut, termasuk jenis cacing (anelida) yang berkembang biak

dengan bertelur. Dalam alam kepercaan Suku Sasak, Nyale bukan sekedar binatang, beberapa

legenda dari Suku ini yang menceritakan tentang putri yang menjelma menjadi Nyale.Lainnya

menyatakan bahwa Nyale adalah binatang anugerah, bahkan keberadaannya dihubungkan

dengan kesuburan dan keselamatan.

Ritual Bau Nyale atau menangkap nyale digelar setahun sekali.Biasanya pada tanggal 19 atau 20

pada bulan ke-10 atau ke-11 menurut perhitungan tahun suku Sasak, kurang lebih berkisar antara

bulan Februari atau Maret.

Rebo Bontong

Suku Sasak percaya bahwa hari Rebo Bontong merupakan hari puncak terjadi bencana dan atau

penyakit (Bala) sehingga bagi mereka sesuatu yang tabu jika memulai pekerjaan tepat pada hari

Rebo Bontong. Kata Rebo dan juga Bontong kurang lebih artinya “putus” atau “pemutus”.

Upacara Rebo Bontong dimaksudkan untuk dapat menghindari bencana atau penyakit.Upacara

ini digelar setahun sekali yaitu pada hari Rabu di minggu terakhir bulan Safar dalam kalender

Hijriah.
UTS

Bebubus Batu

Dari kata “bubus”, yaitu sejenis ramuan obat berbahan dasar beras yang dicampur berbagai jenis

tanaman, dan dari kata batu yang merujuk kepada batu tempat melaksanakan upacara.Bebubus

Batu adalah upacara yang digelar untuk meminta berkah kepada sang Kuasa. Upacara ini

dilaksanakan tiap tahun, dipimpin oleh Penghulu (pemangku adat) dan Kiai (ahli

agama).Masyarakat ramai-ramai mengenakan pakaian adat serta membawa dulang, sesajen dari

hasil bumi.

Sabuk Beleq Merujuk kepada sebuah pustaka sabuk yang besar (Beleq) bahkan panjangnya

mencapai 25 meter, masyarakat Lombok khususnya mereka yang berada di wilayah Lenek Daya

akan menggelar upacara pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Hijriah. Tradisi pengeluaran Sabuk

Bleeq ini mereka awali dengan mengusung Sabuk Beleq mengelilingi kampung diiringi dengan

tetabuhan gendang beleq.Ritual upacara kemudian dilanjutkan dengan menggelar praja mulud

hingga diakhiri dengan memberi makan berbagai jenis makhluk.Upacara ini dilakukan untuk

mempererat ikatan persaudaraan, persatuan dan gotong royong antar masyarakat, serta cinta

kasih di antara makhluk Tuhan.

Lomba Memaos

Memaos kurang lebih artinya membaca dan orang yang membaca di sebut pepaos.Lomba

memaos adalah lomba untuk membaca lontar yang menceritakan hikayat dari leluhur

mereka.Tujuan lomba pembacaan cerita ini adalah agar generasi selanjutnya dapat mengetahui

kebudayaan dan sejarah masa lalu.Selain itu, Lomba ini juga dapat berfungsi sebagai regenerasi

nilai-nilai sosia, budaya, dan tradisi pada generasi penerus.Satu kelompok pepaos biasanya

terdiri dari 3-4 orang; pembaca, pejangga, dan pendukung vokal.


UTS

Tandang Mendet

Tandang Mendet adalah tarian perang Suku Sasak.Konon Tarian ini telah ada sejak zaman

Kerajaan Selaparang.Tarian yang menggambarkan keperkasaan dan perjuangan ini dimainkan

oleh belasan orang dengan berpakaian dan membawa alat-alat keprajuritan lenggap; kelewang

(pedang), tameng, tombak.Tarian diiringi dengan hentakan gendang beleq serta pembacaan

syair-syair perjuangan.

Peresean

Kadang ada yang menulisnya Periseian dan atau Presean adalah seni bela diri yang dulu

digunakan oleh lingkungan kerajaan.Peresean awalnya adalah latihan pedang dan perisai bagi

seorang prajurit.Pada perkembangannya, latihan ini menjadi pertunjukan rakyat untuk menguji

ketangkasan dan “keberanian”.

Senjata yang digunakan adalah sebilah rotan yang dilapisi pecahan kaca.Dan untuk menangkis

serangan, pepadu (pemain) biasanya membawa sebuah perisai (ende) yan terbuat dari kayu

berlapis kulit lembu atau kerbau.Setiap pepadu memakai ikat kepala dan mengenakan kain

panjang.

Festival peresean diadakan setiap tahun terutama di Kabupaten Lombok Timur yang akan diikuti

oleh pepadu dari seluruh Pulau Lombok.

Begasingan

Permainan rakyat yang mempunyai unsur seni dan olahraga, bahkan termasuk permainan

tradisional yang tergolong tua di masyarakat Sasak. Permainan tradisional ini juga dikenal di

beberapa wilayah lain di Indonesia. Hanya saja, Gasing orang sasak ini berbeda baik bentuk

maupun aturan permainannya. Gasing besar, mereka namai pemantok, digunakan untuk

menghantam gasingpengorong atau pelepas yang ukurannya lebih kecil.


UTS

Begasingan berasal dari kata gang yang artinya “lokasi”, dan dari kata sing artinya “suara”.

Permainan tradisional ini tak mengenal umur dan tempat, bisa siapa saja, bisa di mana saja.

Kritik: Adat yang dianut oleh Suku Sasak adalah merari’ suatu ritual memulai perkawinan.

Tradisi ini sangat unik yaitu melarikan anak gadis untuk dijadikan istri, setelah dilarikan gadis

itu harus menginap dirumah kerabat calon suaminya. Menurut Suku Sasak merari’ tradisi yang

sangat penting dalam perkawinan Sasak. Bahkan, meminta anak perempuan secara langsung

kepada ayahnya tidak ada bedanya dengan meminta seekor ayam.

Saran: Kita harus menghargai tradisi yang dijalankan meskipun sedikit unik. Tetapi hal

tersebut mempunyai tujuan untuk melanjutkan keturunan, memperkokoh ikatan kekerabatan dan

memperluas hubungan kekeluargaan. Dan tujuan tersebut sesuai dengan ajaran Islam dalam

perkawinan yaitu mawaddah wa rahmat.

También podría gustarte