Está en la página 1de 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah teknik pendinginan berkembang sejalan dengan perkembangan


peradaban manusia di wilayah sub-tropik. Secara alamiah, manusia yang tinggal
di wilayah sub-tropik menyadari bahwa bahan pangan yang mudah rusak ternyata
dapat disimpan lebih lama dan lebih baik pada saat musim dingin dibandingkan
dengan pada saat musim panas. Kesadaran inilah yang memandu manusia pada
saat itu mulai memanfaatkan “es alam” untuk memperpanjang masa simpan bahan
pangan yang mudah rusak.

Teknik pendinginan mulai berkembang secara ilmiah sejak abad ke-17,


dimulai dari penelitian tentang pemantulan melalui efek panas dan dingin yang
dilakukan oleh Robert Boyle (1627-1691) di Inggris dan Mikhail Lomonossov
(1711-1765) di Rusia. Selanjutnya, penelitian mengenai termometri yang dimulai
oleh Galileo dikembangkan kembali oleh Guillaume Amontons (1663-1705) di
Perancis, Isaac Newton (1642-1727) di Inggris, Daniel Fahrenheit (1686-1736)
orang German yang bekerja di Inggris dan Belanda, René de Réaumur (1683-
1757) di Perancis dan Anders Celsius (1701-1744) di Swedia. Tiga ilmuwan yang
disebutkan terakhir merupakan penemu sistem skala pengukuran suhu, dan
masing-masing namanya diabadikan pada sistem skala tersebut yaitu Fahrenheit,
Reaumur dan Celsius. Setelah Anders Celsius menemukan termometer skala
centesimal pada tahun 1742 di Swedia, disepakati bahwa sistem skala yang
digunakan pada Sistem Internasional adalah Celsius.

Penemuan-penemuan di atas menjadi awal yang sangat berharga dalam


sejarah penemuan mesin-mesin pendinginan dan zat-zat pendinginnya.
Perkembangan ini dimulai dengan mesin pendingin mekanis, setelah seorang
Amerika bernama Oliver Evans (1755-1819) mampu menjelaskan siklus
refrigerasi kompresi uap. Pada tahun 1835, seorang Amerika lainnya yang bekerja
di Inggris yaitu Jacob Perkins (1766-1849) berhasil mendapatkan paten untuk

1
mesin pendingin temuannya yang bekerja berdasarkan siklus kompresi uap
tersebut.

Dari hal tersebutlah sistem pendinginan terus dikembangkan hingga saat ini,
sehingga kita dapat menikmati hasil dari inovasi yang dilakukan oleh para peneliti
ataupun ilmuan pada zaman dahulu.

1.2 Tujuan

- Untuk mengetahui pengertian dan cara kerja cooler


- Untuk mengetahui jenis-jenis cooler pada industri migas
- Untuk mengetahui Masalah yang sering terjadi pada cooler dan cara
perawatannya.
- (Refreshment) Menghitung efisiensi cooler

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Cooler

Cooler adalah suatu alat yang berfungsi untuk mencegah terjadinya over
heating (panas berlebihan) dengan cara mendinginkan suatu fraksi panas dengan
menggunakan media cairan dingin, sehingga akan terjadi perpindahan panas dari
fluida yang panas ke media pendingin tanpa adanya perubahan suhu. Alat
pendingin biasanya menggunakan media air, dalam prosesnya air pendingin tidak
mengalami kontak langsung dengan fraksi panas tersebut, karena fraksi panas
mengalir di dalam pipa sedangkan air pendingin berada di luar pipa.

2.2 Prinsip Kerja Cooler

Prinsip kerjanya ada pada prinsip pindah panas (konduksi, konveksi, dan
radiasi), dan material pembuatannya haris mencegah masuknya panas dengan
ketiga cara tersebut. Misal, untuk mencegah konduksi, digunakan bahan yang
tidak memiliki konduktivitas termal (kuat rambat panas) yang tinggi, misalnya
styrofoam. Sama seperti prinsip termos.

Namun jika yang dimaksud adalah mesin pendingin, maka prinsip kerjanya
adalah dengan menggunakan siklus Carnot yang dibalik. Siklus Carnot, seperti
yang kita ketahui, adalah prinsip termodinamika yang mengubah panas menjadi
kerja. Siklus Carnot yang dibalik, yaitu menggunakan kerja untuk memindahkan
panas. Seperti yang kamu ketahui, hukum termodinamika menyatakan bahwa
panas tidak dapat berpindah secara spontan dari wilayah bertemperatur rendah ke
wilayah temperatur tinggi. Secara spontan dapat terjadi sebaliknya, dari
temperatur tinggi ke temperatur rendah. Tidak bisa dilakukan secara spontan,
berarti dibutuhkan sesuatu untuk memindahkan panas dari wilayah bertemperatur
rendah ke temperatur tinggi, sehingga wilayah bertemperatur rendah tersebut akan
semakin rendah (atau setidaknya tetap rendah) temperaturnya dan wilayah
bertemperatur panas akan semakin panas (atau setidaknya tetap panas)
temperaturnya.

3
Pada siklus Carnot terbalik, kerja digunakan untuk memindahkan panas. Dan
kerja yang diberikan pada akhirnya juga akan menjadi panas, namun dibuang ke
wilayah bertemperatur tinggi, bukan ke wilayah bertemperatur rendah di mana
panas akan dipindahkan dari wilayah tersebut. Jadi, total panas yang dibuang =
kerja + panas yang dipindahkan.

2.3 Jenis-jenis Cooler

2.3.1 Sistem pendingin menggunakan air

- Sistem pendingin sekali pakai (Once Through Cooling System)

Air dipompa dari sumber melalui peralatan pertukaran panas dan kemudian
dialirkan ke peralatan operasi. Sistem pendingin sekali pakai dirancang
pada suhu air rendah dan pendinginan cepat serta umumnya dapat dicapai dengan
jumlah minimum, dapat digunakan untuk berbagai aplikasi mulai dari oil cooler
kecil untuk kondenser utilitas besar. Keuntungan utama dari-melalui sistem
pendingin sekali adalah sederhana dan fleksibilitas.

- Sistem pendingin sirkulasi terbuka (Open Recirculating System)

Air tawar yang berasal dari sungai atau danau dipompakan sebagai make-up
cooling tower setelah sebelumnya dilakukan treatment (sedimentasi dan
koagulasi) terlebih dahulu. Air tersebut digunakan untuk mendinginkan proses-
proses di dalam pabrik, Air pendingin yang telah panas kemudian didinginkan di
cooling tower untuk kemudian disirkulasikan kembali ke dalam pabrik.

4
- Sistem pendingin sirkulasi tertutup (Closed Recirculating System)

Sistem tertutup, air bersirkulasi dalam siklus tertutup dan terkena alternatif
pendinginan dan pemanasan tanpa kontak udara. Panas, diserap oleh air di sistem
tertutup, biasanya ditransfer oleh exchanger pada sistem resirkulasi terbuka, dari
yang panas yang hilang ke atmosfer, Sistem air pendingin resirkulasi tertutup
sangat cocok untuk pendinginan mesin gas dan kompresor.

2.3.2 Sistem pendingin menggunakan udara

Sistem pendingin udara terdiri sirif-sirif pendingin dan kipas pendingin (fan).
Cara kerja sistem pendingin ini sangat sederhana. Sirif-sirif pendingin dipasang
pada blog silinder guna memindahkan panas dari blog silinder ke sirif-sirif
pendingin tersebut. Cara kerja sistem pendingin udara yaitu ketika mesin
dihidupkan kipas pendingin (fan) yang dipasang pada poros engkol (crean shaft)
ikut berputar, sehingga udara dihembuskan ke sirif-sirif pendingin. Sirkulasi udara
pada sirif pendingin mengakibatkan panas terika oleh udara. Maka panas dari sirf-
sirif pendingin berpindah ke udara.

2.4 Cooler pada Industri Migas

Jenis pertama adalah sheel dan tube cooler. Pada cooler jenis ini, proses
pendinginan fraksi dilakukan dengan cara mengalirkan fraksi panas melalui pipa,
sedangkan air pendingin dialirkan melalui shell sehingga akan mengalami kontak
langsung dengan dengan permukaan pipa yang berisi fraksi panas dan panas dari
fraksi tersebut akan diserap oleh aliran air.
Jenis kedua adalah box cooler. Jenis cooler ini sangat efisien karena
prosesnya yang cukup mudah, di dalam alat ini terdapat coil ( sejenis pipa tetapi
memiliki banyak lubang-lubang kecil) yang digunakan untuk mengalirkan fluida
panas, sedangkan air pendingin akan mengisi box cooler dan menutupi coil

5
tersebut, maka akan terjadi penyerapan panas oleh air pendingin, sehingga fraksi
yang keluar dari box cooler telah sesuai dengan panas yang diinginkan.
2.5 Masalah pada cooler

Alat pendingin pada industri migas ini sering mengalami masalah,


permasalahan yang sering muncul biasanya disebabkan oleh sumber bahan baku
air pendingin tersebut, misalnya saja dari laut maupun dari waduk. Apabila
pengontrolan sumber air bahan baku tidak dilakukan dengan efektif makan akan
menimbulkan efek negatif pada proses seperti kerusakan pada alat, meningkatnya
biaya perawatan alat dan dapat mengurangi transfer panas. Berikut beberapa
masalah yang disebabkan oleh air pendingin pada Industri Migas:
2.5.1 Korosi
Korosi merupakan proses elektrokimia dimana logam kembali ke bentuk
alaminya sebagai oksida. Kerusakan yang disebabkan oleh korosi pada sistem
pendingin ialah terjadinya penyumbatan pada pipa, adanya kontaminasi terhadap
fraksi yang diinginkan akibat dari kebocoran karena korosi dan menurunnya
proses perpindahan panas. Cara untuk mengatasi korosi ini bisa dilakukan dengan
penambahan bahan kimia ke dalam aliran seperti kromat, silikat dan nitrat
ferosianida yang dapat meleberkuan lapisan penyebab korosi sehingga terbawa
keluar oleh arus aliran.
Faktor utama yang mempangaruhi terjadinya korosi adalah kondisi air
pendingin itu sendiri. Beberapa kondisi tersebut antara lain :

1. Oksigen atau dissolved gas yang lain.


2. Dissolved dan suspended solid.
3. Alkalinitas (pH).
4. Suhu.
5. Aktifitas mikroba.

Metode yang digunakan untuk mencegah / meminimalisir korosi antara lain :

1. Memililih material anti korosi saat mendesain proses.

6
2. Menggunakan protective coatings seperti cat, metal plating, tar, atau
plastik.
3. Melindungi dari substansi yang bersifat katiodik, menggunakan anoda dan
atau yang lain.
4. Menambahkan corrosion inhibitor (anodic : molybdate, orthophosphate,
nitrate, silicate – katiodik : PSO, bicarbonate, polyphosphate, zinc –
general : soluble oils, triazoles copper).

2.5.2 Scale
Scale ialah munculnya lapisan padat berupa materi inorganik seperti
magnesium silicate, calsium carbonat dan silica yang terbentuk karena adanya
pengendapan. Penyebab dari adanya pengendapan ini yaitu terhambatnya proses
pengaliran dalam pipa dan menghambat perpindahan panas. Cara untuk mengatasi
scale yaitu dengan menambah kuat arus aliran dan dapat juga ditambahkan bahan
kimia seperti calsium carbonat.

2.5.3 Fouling
Yaitu adanya akumulasi material solid atau pembentukan lapisan deposit
pada permukaan pipa seperti lapisan kristal dan lapisan sedimen yang tentunya
dapat menghambat proses perpindahan panas. Fouling ini dapat dicegah maupun
dikendalikan dengan menggunakan klorin, garam arganometal dan ammonium
kuartener.

2.5.4 Biological Contamination


Masalah ini disebabkan oleh pertumbuhan mikroba yang tidak terkontrol
yang dapat menyebabkan pembentukan deposit padat. Mikroba dapat masuk
kedalam alat melalui makeup water atau bisa juga melalui udara. Cara mengatasi
masalah ini ialah dengan melakukan steriliasi untuk merendahkan potensi
melekatnya mikrooganisme seperti lumut serta membuuh mikroorganisme
tersebut menggunakan bahan kimia misalnya saja dengan klor, peroksida dan
senyawa amina yang dapat mengikis lumut tersebut.

7
2.6 Menghitung Efisiensi Cooler (Refreshment)
Contoh ini diambil dari tugas khusus saat praktik kerja lapangan di PT.
Pupuk Sriwidjaja
- Untuk mengetahui efisensi dari cooler yang digunakan untuk
mendinginkan produk komersil menggunakan udara kering pendingin di
Pabrik dengan cara menghitung neraca massa dan neraca panas
- Untuk mengetahui hal yang perlu dilakukan agar efisiensi menjadi 100%

Hasil Pengamatan dan Pembahasan

Hasil Pengamatan
Data yang diperoleh langsung dari lapangan :
 Total produk NPK per jam : 20.833 kg/jam
 Kadar Nitrogen (N ) : 15%
 Kadar Phosfate (P2O5) : 15%
 Kadar Kalium ( K2O) : 15%
 Kadar Sulfur ( S ) : 10%
 Kadar H2O : 1,5%
 Filler : 43,5%
 Temperatur produk masuk : 65℃

 Temperatur produk keluar : 53℃


 Kapasitas blower : 52.000 m3/jam
 Temperatur udara disekitar coller : 30℃

Neraca Massa Coller

Produk masuk COLLER Produk keluar


N : 15%
P₂O₅ : 15%
K₂O :15%
S :10%
H₂O : 1,5%
Filler : 43,5%

8
Menghitung neraca massa komponen produk masuk:
 Perhitungan neraca massa solid :

Total produk NPK IV dalam kg/jam = 20.833 kg/jam

Massa air dalam produk NPK IV = 0,015 x 20.833 kg/jam

= 312,495 kg/jam

 Komposisi umpan masuk Coller :


% air = 1,5%
% NPK IV Kering = 100% - 1,5% = 98,5%
 Neraca massa komponen Nitrogen ( N ) :
Laju alir massa Nitrogen (N) = Kadar produk x Total produk masuk
= 0,15 x 20.833 kg/jam
= 3.124,95 kg/jam

Laju alir molar Nitrogen (N) = Laju alir massa nitrogen : BM Nitrogen
= 3.124,95 kg/jam : 14 kg/kmol
= 223,2 kmol/jam
 Neraca komponen Phosfate (P2O5) :
Laju alir massaPhosfate (P2O5) = Kadar produk x Total produk masuk
= 0,15 x 20.833 kg/jam
= 3.124,95 kg/jam

Laju alir molar Phosfate (P2O5) = Laju alir massa (P2O5) : BM (P2O5)
= 3.124,95 kg/jam : 141,94 kg/kmol
= 22,0159 kmol/jam
 Neraca komponen K2O :

Laju alir massaK2O = Kadar produk x Total produk masuk

= 0,15 x 20.833 kg/jam

= 3.124,95 kgjam

9
Laju alir molar K2O = Laju alir massa K2O : BM K2O

= 3.124,95 kg/jam : 94,2 kg/kmol


= 33,17357 kmol/jam
 Neraca komponen Sulfur (S) :

Laju alir massa Sulfur (S) = Kadar produk x Total produk masuk

= 0,1 x 20.833 kg/jam


= 2.083,3 kmol/jam

Laju alir molar Sulfur(S) = Laju alir Sulfur : BM Sulfur

= 2.083,3 kg/jam : 32,07 kg/kmol


= 64,96 kmol/jam
 Neraca komponen air (H2O) :

Laju alir massaair (H2O) = Kadar produk x Total produk masuk

= 0,015 x 20.833 kg/jam


= 3.124,95 kmol/jam

Laju alir molar air (H2O) = Laju alir massa air (H2O) : BM (H2O)
= 3.124,95kmol/jam : 18 kg/kmol
= 173,6083333kmol/jam
 Neraca komponen filler :

Laju alir massa filler = Kadar produk x Total produk masuk

= 0,435 x 20.833 kg/jam


= 9.062,355 kmol/jam

Laju alir molar filler = Laju alir massa filler : BM filler

= 9.062,355kmol/jam : 0 kg/kmol

10
= 0 kmol/jam

 Neraca massa udara kering:


Untuk perhitungan massa jenis udara diasumsikan sebagai gas ideal.
𝑉1 𝑉2
=
𝑇1 𝑇2
22,4 𝑉2
=
298 𝐾 303,15𝐾
𝑉2 = 22,787
𝐵𝑀𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 =
𝑉2
28,951
=
22,787
= 1,27 𝑘𝑔/𝑚3

Volume udara kering = massa udara kering / 𝜌 udara kering


= (1 Kg) / 1,27 kg/m3
= 0, 787 kg/m3

Berat udara kering = kapasitas udara kering x 𝜌udara kering


= 52.000 m3/jam x 1,27 kg/m3
= 66.040 kg/jam

Laju alir molar udara masuk = Berat udara kering : BM udara kering
= 66.040 kg/jam : 28,951 kg/jam
= 2.281,095644
= 2281,01 kmol/jam
Neraca Massa Cooler
Laju alir molar masuk = Laju alir molar keluar

Massa (masuk) Rate (kg/jam) Massa(keluar) Rate (kg/jam)


N 223,2 N 223,2
P₂O₅ 22,0159 P₂O₅ 22,0159

11
K₂O 33,17357 K₂O 33,17357
Sulfur (S) 64,96 Sulfur (S) 64,96
H₂O 173,61 H₂O 173,61
Udara kering 2281,01 Udara kering 2281,01
Filler 0 filler 0
TOTAL 2797,967803 2797,967803

NERACA PANAS COOLER AKTUAL

Perhitungan panas granul NPK (HS)


 Entalpi granul NPK masuk cooler
HS = {( Fraksi berat produk x Cp NPK) + (Fraksi berat air x Cp air )} x ∆𝑇
= { ( 0,985 x 20.833 ) + ( 0,01 x 4,184)} x (65℃ - 0 ℃)
= ( 20.520,505 + 0,04184) x 65℃
= 1.333.835,545kj/kg
 Panas granul NPK masuk cooler
QF = massa produk masuk coller x HS
= 2.797,967803 kg/jam x1.333.835,545 kj/kg
= 3.732.028.908 kj/jam
 Udara kering masuk
Cp udara kering = 0,24 kal/kg℃
T = 30 ℃
Rate massa = 2.281,095644 kg/jam

Q masuk = m x Cp x dT
= 2.281,095644 kg/jam x 0,24 kal/kg℃ x (30℃ − 0℃)
= 16.423,88864 kcal/jam
= 68.980,33227 kj/jam
 Panas granul NPK keluar cooler
HS = {(Fraksi berat produk x Cp NPK) + (Fraksi berat air x Cp air)} x ∆𝑇
= { ( 0,985 x 20.833) + ( 0,01 x 4,184)} x (53℃ - 0 ℃)
= ( 20.520,505+ 0,04184) x 53℃

12
= 1.087.588,983 kj/kg
 Panas granul NPK keluar cooler
QF = massa produk masuk coller x HS
= 2.797,967803 kg/jam x 1.087.585,983kj/kg
=3.043.038.956 kj/jam
 Udara kering keluar
Cp udara kering = 0,24 kal/kg℃
T = 45 ℃
Rate massa = 2.281,095644 kg/jam

Q keluar = m x Cp x dT
= 2.281,095644 kg/jam x 0,24 kal/kg℃ x (45℃ − 0℃)
= 24.635,83296 kcal/jam
= 103.470,4984 kj/jam

Neraca panas cooler aktual

panas masuk panas keluar


komponen ( kj/jam) (kj/jam)
NPK 3.732.028.908,00 3.043.038.956,00
Udara kering 68.980,33 103.470,50
Total 3.732.097.888,33 3.043.142.426,50

𝑄𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = 𝑄𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝 + 𝑄𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟

𝑄𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝 = 𝑄𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 − 𝑄𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟

= 3.732.097.888,33 − 3.043.142.426,50
= 688.955.461,83 kj/jam

NERACA PANAS COOLER Desain


Perhitungan panas granul NPK (HS)

13
 Entalpi granul NPK masuk cooler
HS = {(Fraksi berat produk x Cp NPK) + (Fraksi berat air x Cp air )} x ∆𝑇
= { ( 0,985 x 20.833) + ( 0,01 x 4,184)} x (63℃ - 0 ℃)
= (20.520,505+ 0,04184) x 63℃
= 1.292.794,451 kj/kg
 Panas granul NPK masuk cooler
QF = massa produk masuk coller x HS
= 2.797,967803 kg/jam x 1.292.794,451 kj/kg
= 3.617.197.250kj/jam
 Udara kering masuk
Cp udara kering = 0,24 kal/kg℃
T = 30℃
Rate massa = 2.281,095644 kg/jam

Q masuk = m x Cp x dT
= 2.281,095644 kg/jam x 0,24 kal/kg℃ x (30℃ − 0℃)
= 16.423,88864 kcal/jam
= 68.980,33227 kj/jam
 Entalpi granul NPK keluar cooler
HS = {(Fraksi berat produk x Cp NPK) + (Fraksi berat air x Cp air)} x ∆𝑇
= { ( 0,985 x 20.833) + ( 0,01 x 4,184)} x (50℃ - 0 ℃)
= (20.520,505+ 0,04184) x 50℃
= 1.026.027,342kj/kg
 Panas granul NPK keluar cooler
QF = massa produk keluar coller x HS
= 2.797,967803 kg/jam x 1.026.027,342 kj/kg
= 2.870.791.468 kj/jam
 Udara kering keluar
Cp udara kering = 0,24 kal/kg℃
T = 45℃
Rate massa = 2.281,095644 kg/jam

14
Q keluar = m x Cp x dT
= 2.281,095644 kg/jam x 0,24 kal/kg℃ x (45℃ − 0℃)
= 24.635,83296 kcal/jam
= 103.470,4984 kj/jam

Neraca panas cooler desain

panas masuk panas keluar


komponen ( kj/jam) (kj/jam)
NPK 3.617.197.250,00 2.870.791.468,00
Udara kering 68.980,33 103.470,4984
Total 3.617.266.230,33 2.870.894.938,50

𝑄𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = 𝑄𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝 + 𝑄𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟

𝑄𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝 = 𝑄𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 − 𝑄𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟


= 33.617.266.230,33 − 2.870.894.938,50

= 746.371.291,83 kj/jam

𝑄
Efisiensi cooler = (𝑄𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 ) ∗ 100%
𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝 𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛

688.955.461,83 𝑘𝑗/𝑗𝑎𝑚
=( )* 100%
746.371.291,83 kj/jam

= 92,31 %

Pembahasan
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh efisiensi Cooler
sebesar 92,31 % yang menunjukkan harga yang relatif baik, Hal ini
menunjukan bahwa bagian-bagian saluran udara pendingin pada cooler
masih befungsi dengan baik. Penurunan efisiensi tersebut merupakan

15
hal yang wajar khususnya jika alat tersebut sudah beroperasi selama
beberapa tahun. Efisiensi yang tidak mencapai 100% ini disebabkan
oleh adanya panas yang hilang ke lingkungan. Kehilangan panas
disebabkan oleh :
1. Adanya perpindahan panas konduksi dimana terjadi
perpindahan panas dari dalam cooler menembus isolasi sampai
dinding cooler dan perpindahan panas konveksi yaitu
perpindahan panas dari dinding cooler ke lingkungan.
2. Adanya kebocoran atau kemungkinan masuknya udara luar ke
dalam cooler yang kemudian membawa panas dari dalam
cooler. Selain itu castable yang berfungsi sebagai isolasi akan
terkikis seiring dengan waktu sehingga sebagian panas akan
hilang.
3. Kondisi Isolasi yang kurang bagus sehingga ada panas yang hilang,
terutama pada saat hujan. Karena pada saat hujan temperaturnya
turun, sehingga suhu yang di inginkan pada proses kurang tercapai.

16
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Cooler adalah suatu alat yang berfungsi untuk mencegah terjadinya over
heating (panas berlebihan) dengan cara mendinginkan suatu fraksi panas dengan
menggunakan media cairan dingin, sehingga akan terjadi perpindahan panas dari
fluida yang panas ke media pendingin tanpa adanya perubahan suhu. Alat
pendingin biasanya menggunakan media air, dalam prosesnya air pendingin tidak
mengalami kontak langsung dengan fraksi panas tersebut, karena fraksi panas
mengalir di dalam pipa sedangkan air pendingin berada di luar pipa.
Ada beberapa permasalahan yang sering terjadi pada sistem air pendingin,
yaitu Korosi, Scaling dan Fouling. Korosi adalah proses elektrokimia dimana
logam kembali ke bentuk alaminya sebagai oksida. Scale adalah lapisan padat dari
material inorganik yang terbentuk karena pengendapan. Beberapa scale yang
sering terjadi berupa calcium carbonat, calcium phosphate, magnesium silicate,
dan silica. Sedangkan fouling adalah akumulasi dari material solid yang berbeda
dari scale. Beberapa tipe korosi yang sering terjadi antara lain general attack,
pitting, dan galvanic attack. Kerugian yang ditimbulkan oleh korosi pada sistem
air pendingin adalah penyumbatan dan kerusakan pada sistem perpipaan.
Kontaminasi produk yang diinginkan karena adanya kebocoran-kebocoran, dan
menurunnya efisiensi perpindahan panas. General attack terjadi apabila korosi
yang muncul terdistribusi merata dan sama di semua permukaan logam.
Sedangkan pitting terjadi ketika hanya sebagian kecil dari logam yang mengalami
korosi. Walaupun begitu, pitting sangat berbahaya karena hanya terpusat di
sebagian area saja. Galvanic attack terjadi ketika dua logam yang berbeda
berkontak. Logam yang lebih aktif akan terkorosi secara cepat.
Berdasarkan hasil didapat panas yang diserap secara aktual dan teoritis, maka
didapat nilai efisiensinya yaitu 92,31% yang menunjukkan harga yang relatif
baik. Untuk meningkatkan effisiensi pendinginan, perlu dilakukan perbaikan pada
sistem isolasinya agar tidak ada panas yang hilang.

17
DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2015. Cooler Atau Alat Pendingin Pada Industri Migas. (Online). http://
www. Proses industri.com/2015/01/ cooler- atau-alat-pendingin-pada.html.
(Diakses pada tanggal 25 September 2016).
Dylan,Moore. 2011. Cement Kilns. (Online). http://www .cementkilns .co.uk /
cooler_ rotary.html. (Diakses pada tanggal 25 September 2016).
Lachigau. 2009. Grate Cooler Pabrik Semen. (Online). https://lachigau. Wordpres
.com /2009/02/24/grate-cooler-pabrik-semen/. (Diakses pada tanggal 25
September 2016).
Maulhidayat. 2013. Cooler System. (Online) . https://maulhidayat. wordpress. com
/2013/01/15/cooler- system/. (Diakses pada tanggal 25 September 2016).
Putri,Anggi. 2014. Grate Cooler Proses Semen Cooling. (Online) . https://www.
academia.edu/9194430/GRATECOOLER_PROSES_SEMENCOOLING_
(Diakses pada tanggal 25 September 2016).
Rahman,Hidayatul. 2009. Sistem Pendingin (cooling system).. (Online). http://
rahman informatika. blogspot.co.id /2009/05/ sistem- pendingin-cooling-
system . html. (Diakses pada tanggal 25 September 2016).

18

También podría gustarte