Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
ASKEP OBESITAS
Oleh:
Kelompok 5
Syamsuri ( 713.6.2.0496 )
Rahmatullah (716.6.2.0764 )
Moh.Rendy asep triawan (716.6.2.0792)
Suryani (716.6.2.0778)
iii
Maret, 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah “ KEPERAWAN ANAK “. Dalam makalah ini kami
membahas tentang “Obesitas” .
Masukkan dan informasi, juga kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan
Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis membuka diri untuk
menerima berbagai masukan dan kritikan dari semua pihak. Namun, penulis menyadari makalah
ini tidak dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak, Oleh
karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Zakiyah Yasin S.Kep, Ns. M.Kep Selaku dosen mata kuliah Kep.anak
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik material maupun spiritual.
Teman- teman yang banyak memberikan masukkan dan informasi, juga kepada semua pihak
yang tidak dapat disebutkan
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
ii
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang terjadi akibat akumulasi jaringan
lemak berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan. Obesitas terjadi bila besar dan
jumlah sel lemak bertambah pada tubuh seseorang. Bila seseorang bertambah berat
badannya, maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan kemudian jumlahnya
bertambah banyak. Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan
metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. Faktor genetik
diketahui sangat berpengaruh bagi perkembangan penyakit ini. Secara fisiologis, obesitas
didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau
berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan. Keadaan obesitas ini,
terutama obesitas sentral, meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular karena keterkaitannya
dengan sindrom metabolik atau sindrom resistensi insulin yang terdiri dari resistensi 10
insulin/hiperinsulinemia, hiperuresemia, gangguan fibrinolisis, hiperfibrinogenemia dan
hipertensi (Sudoyo, 2009).
Obesitas timbul sebagai akibat masukan energi yang melebihi pengeluaran energi. Bila
energi dalam jumlah besar (dalam bentuk makanan) yang masuk ke dalam tubuh melebihi
jumlah yang dikeluarkan, maka berat badan akan bertambah dan sebagian besar kelebihan energi
tersebut akan di simpan sebagai lemak. Oleh karena itu, kelebihan adipositas (obesitas)
disebabkan masukan energi yang melebihi pengeluaran energi. Untuk setiap kelebihan energi
sebanyak 9,3 kalori yang masuk ke tubuh, kira-kira 1 gram lemak akan disimpan. Lemak
disimpan terutama di aposit pada jaringan subkutan dan rongga intraperitoneal, walaupun hati
dan jaringan tubuh lainnya seringkali menimbun cukup lemak pada orang obesitas.
Perkembangan obesitas pada orang dewasa juga terjadi akibat penambahan jumlah adiposit dan
peningkatan ukurannya. Seseorang dengan obesitas yang ekstrem dapat memiliki adiposit
sebanyak empat kali normal, dan setiap adiposit memiliki lipid dua kali lebih banyak dari orang
yang kurus (Guyton, 2007).
iii
2.2 Etiologi Obesitas
ii
pengeluaran energi orang normal. Meski aktivitas fisik hanya mempengaruhi sepertiga
pengeluaran energi seseorang dengan berat normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan
berat badan aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting. Pada saat berolahraga kalori
terbakar, makin banyak berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang. Kalori secara
tidak langsung mempengaruhi sistem metabolisme basal. Orang yang duduk bekerja seharian
akan mengalami penurunn metabolisme basal tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak akan
menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat kegiatan olahraga menjadi sangat sulit
dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya olahraga secara tidak langsung akan mempengaruhi
turunnya metabolisme basal tubuh orang tersebut. Jadi olahraga sangat penting dalam penurunan
berat badan tidak saja karena dapat membakar kalori, melainkan juga karena dapat membantu
mengatur berfungsinya metabolisme normal (Guyton, 2007).
c. Perilaku makan
Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak baik. Perilaku makan yang
tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah karena lingkungan dan sosial. Hal
ini terbukti dengan meningkatnya prevalensi obesitas di negara maju. Sebab lain yang
menyebabkan perilaku makan tidak baik adalah psikologis, dimana perilaku makan agaknya
dijadikan sebagai sarana penyaluran stress. Perilaku makan yang tidak baik pada masa
kanak-kanak sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi dalam obesitas, hal ini
didasarkan karena kecepatan pembentukan sel-sel lemak yang baru terutama meningkat
pada tahun-tahun pertama kehidupan, dan makin besar kecepatan penyimpanan lemak, makin
besar pula jumlah sel lemak. Oleh karena itu, obesitas pada kanak-kanak cenderung
mengakibatkan obesitas pada dewasanya nanti (Guyton, 2007).
d. Neurogenik
Telah dibuktikan bahwa lesi di nukleus ventromedial hipotalamus dapat menyebabkan
seekor binatang makan secara berlebihan dan menjadi obesitas. Orang dengan tumor hipofisis
yang menginvasi hipotalamus seringkali mengalami obesitas yang progresif. Hal ini
memperlihatkan bahwa, obesitas pada manusia juga dapat timbul akibat kerusakan pada
hipotalamus. Dua bagian hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makan yaitu hipotalamus
lateral (HL) yang menggerakkan nafsu makan (awal atau pusat makan) dan hipotalamus
ventromedial (HVM) yang bertugas menintangi nafsu makan (pemberhentian atau pusat
kenyang). Dan hasil penelitian didapatkan bahwa bila HL rusak/hancur maka individu menolak
iii
untuk makan atau minum, dan akan mati kecuali bila dipaksa diberi makan dan minum (diberi
infus). Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bagian HVM, maka seseorang akan menjadi rakus
dan kegemukan. Dibuktikan bahwa lesi pada hipotalamus bagian ventromedial dapat
menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan obesitas, serta terjadi perubahan
yang nyata pada neurotransmiter di hipotalamus berupa peningkatan oreksigenik seperti NPY
dan penurunan pembentukan zat anoreksigenik seperti leptin dan α-MSH pada hewan obesitas
yang dibatasi makannya (Guyton, 2007) .
e. Hormonal
Dari segi hormonal terdapat leptin, insulin, kortisol, dan peptida usus. Leptin adalah sitokin
yang menyerupai polipeptida yang dihasilkan oleh adiposit yang bekerja melalui aktivasi
reseptor hipotalamus. Injeksi leptin akan mengakibatkan penurunan jumlah makanan yang
dikonsumsi. Insulin adalah anabolik hormon, insulin diketahui berhubungan langsung dalam
penyimpanan dan penggunaan energi pada sel adiposa. Kortisol adalah glukokortikoid yang
bekerja dalam mobilisasi asam lemak yang tersimpan pada trigliserida, hepatic
glukoneogenesis, dan proteolisis (Wilborn et al, 2005).
f. Dampak penyakit lain
Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma dari penyakit lain.
Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas adalah hypogonadism, Cushing syndrome,
hypothyroidism, insulinoma, craniophryngioma dan gangguan lain pada hipotalamus.
Beberapa anggapan menyatakan bahwa berat badan seseorang diregulasi baik oleh endokrin
dan komponenen neural. Berdasarkan anggapan itu maka sedikit saja kekacauan pada regulasi
ini akan mempunyai efek pada berat badan (Flieretal,2005).
Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan masukan dan keluaran kalori dari tubuh serta
penurunan aktifitas fisik (sedentary life style) yang menyebabkan penumpukan lemak di
sejumlah bagian tubuh (Rosen,2008). Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa
pengontrolan nafsu makan dan tingkat kekenyangan seseorang diatur oleh mekanisme neural dan
humoral (neurohumoral) yang dipengaruhi oleh genetik, nutrisi,lingkungan, dan sinyal
psikologis. Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses
ii
fisiologis, yaitu pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi
dan regulasi sekresi hormon. Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui
sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari
perifer (jaringan adiposa, usus dan jaringan otot).
Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta menurunkan
pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik(anoreksia, meningkatkan pengeluaran
energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek
mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor distensi
lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai
stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormon
leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi (Sherwood, 2012).
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat
disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Kemudian, leptin merangsang
anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptida Y (NPY) sehingga
terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari
asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di
hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita
obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan
nafsu makan (Jeffrey, 2009).
iii
woc
Faktor resiko: Herediter, Lingkungan, gaya hidup, sosiokultural, dan psikologias
Intake kalori (+) : Nafsu makan (+), Asupan nutrisi (+), & Metabolisme Kalori lebih cepat
Output kalori (-): Kurang aktivitas
ii
2.4 Manifestasi Klien
Obesitas dapat terjadi pada semua golongan umur, akan tetapi pada anak biasanya timbul
menjelang remaja dan dalam masa remaja terutama anak wanita, selain berat badan meningkat
dengan pesat, juga pertumbuhan dan perkembangan lebih cepat (ternyata jika periksa usia
tulangnya), sehingga pada akhirnya remaja yang cepat tumbuh dan matang itu akan mempunyai
tinggi badan yang relative rendah dibandingkan dengan anak yang sebayanya.
Bentuk tubuh, penampilan dan raut muka penderita obesitas :
a. Paha tampak besar, terutama pada bagian proximal, tangan relatif kecil dengan jari – jari yang
berbentuk runcing.
b. Kelainan emosi raut muka, hidung dan mulut relatif tampak kecil dengan dagu yang berbentuk
ganda.
c. Dada dan payudara membesar, bentuk payudara mirip dengan payudara yang telah tumbuh
pada anak pria keadaan demikian menimbulkan perasaan yang kurang menyenangkan.
d. Abdomen, membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk bandul lonceng, kadang –
kadang terdapat strie putih atau ungu.
e. Lengan atas membesar, pada pembesaran lengan atas ditemukan biasanya pada biseb dan
trisebnya.
Pada penderita sering ditemukan gejala gangguan emosi yang mungkin merupakan penyebab
atau keadaan dari obesitas. Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam
dinding dada bisa menekan paru - paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas,
meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi
pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu),
sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan
memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang
sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh
yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat
dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema
(pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.
iii
2.5 Komplikasi
Mortalitas yang berkaitan dengan obesitas, terutama obesitas apple shaped, sangat erat
hubungannya dengan sindrom metabolik. Sindrom metabolik merupakan satu kelompok kelainan
metabolik selain obesitas, meliputi resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa, abnormalitas
lipid dan hemostasis, disfungsi endotel dan hipertensi yang kesemuanya secara sendiri-sendiri
atau bersama-sama merupakan faktor resiko terjadinya aterosklerosis dengan manifestasi
penyakit jantung koroner dan/atau stroke. Mekanisme dasar bagaimana komponen- komponen
sindrom metabolik ini dapat terjadi pada seseorang dengan obesitas apple shaped dan bagaimana
komponen-komponen ini dapat menyebabkan terjadi gangguan vaskular, hingga saat ini masih
dalam penelitian (Soegondo,2007).
ii
2.7 Penatalaksanaan
iii
Farmakoterapi merupakan salah satu komponen penting dalam program manajemen berat
badan. Sirbutramine dan orlistat merupakan obat-obatan penurun berat badan yang telah disetujui
untuk penggunaan jangka panjang. Sirbutramine ditambah diet rendah kalori dan aktifitas fisik
efektif menurunkan berat badan dan mempertahankannya. Orlistat menghambat absorpsi lemak
sebanyak 30 persen. Dengan pemberian orlistat, dibutuhkan penggantian vitamin larut
lemak karena terjadi malabsorpsi parsial (Sugondo,2008).
1. Pengkajian
Identitas Pasien
Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
2. Riwayat kesehatan
Riwayat Kesehatan sekarang : keluhan pasien saat ini
Riwayat Kesehatan masa lalu : kaji apakah ada keluarga dari pasien yang pernah menderita
obesitas
Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada ada di antara keluarga yang mengalami penyakit
serupa atau memicu
Riwayat psikososial,spiritual : kaji kemampuan interaksi sosial , ketaatan beribadah ,
kepercayaan.
3. Pemerikasaan fisik :
Sistem kardiovaskuler :Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi
vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.
Sistem respirasi :Untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesulitan napas
Sistem hematologi :Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan.
Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit
pinggang.
Sistem musculoskeletal :Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam pergerakkan,
sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak.
ii
Sistem kekebalan tubuh :Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah
bening.
4. Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan metabolik / endokrin dapat menyatakan tak normal, misal : hipotiroidisme,
hipopituitarisme, hipogonadisme, sindrom cushing (peningkatan kadar insulin).
Pola fungsi kesehatan
a) Aktivitas istirahat :Kelemahan dan cenderung mengantuk, ketidakmampuan /
kurang keinginan untuk beraktifitas.
b) Sirkulasi :Pola hidup mempengaruhi pilihan makan, dengan makan akan
dapat menghilangkan perasaan tidak senang.
c) Makanan / cairan : Mencerna makanan berlebihan
d) Kenyamanan :Pasien obesitas akan merasakan ketidaknyamanan berupa
nyeri dalam menopang berat badan atau tulang belakang
e) Pernafasan : Pasien obesitas biasanya mengalami dipsnea
f) Seksualitas : Pasien dengan obesitas biasanya mengalami gangguan
menstruasi dan amenouria.
1. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan denganintake makanan yang
lebih.
2. Gangguan pencitraan diri yang berhubungan dengan biofisika atau psikosial pandangan px
tehadap diri.
3. Hambatan interaksi sosial yang berhubungan dengan ungkapan atau tampak tidak nyaman
dalam situasi sosial.
4. Pola napas tak efektif yang berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, nyeri, ansietas,
kelemahan dan obstruksi trakeobronkial.
iii
2.10 Perencanaan
Setelah pengumpulan data, megelompokkan dan menentukan diagnosa keoerawatan yang mungkin muncul, maka tahapan selanjutnya adalah
menentukkan prioritas, tujuan dan rencana tindakkan keperawatan.
NO. DIAGNOSA TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWAT
AN
1 Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan 1. Kecepatan biasanya meningkat, dispnea dan
efektifb.d keperawatan pola nafas dan ekspansi dada. terjadi peningkatan kerja nafas.
hambatan upaya menjadi efektif atau normal, 2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya 2. Ronchi menyertai obstruksi jalan nafas atau
napas akibat dengan kriteria hasil: bunyi nafas ronchi kegagalan pernafasan.
spasme otot-otot Menunjukkan pola nafas 3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah 3. Duduk tinggi memungkinkan pengembangan
pernapasan. efektif dan paru jelas dan posisi. paru dan memudahkan pernafasan diafragma.
bersih. 4. Bantu pasien mengatasi takut atau 4. Perasaan takut dan ansietas berat
ansietas. berhubungan dengan ketidakmampuan
5. Ajarkan keluarga tentang tekhnik bernafas atau terjadinya hipoksemia.
relaksasi pada anak. 5. Untuk mengurangi sesak.
6. Kolaborasi dalam pemberian oksigen 6. Memaksimalkan bernafas dan menurunkan
tambahan. kerja nafas.
2 Nyeri b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien 1. Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang
inflamasi. keperawatn 1 X 30 menit, 2. Berikan posisi yang nyaman, usahakan dialami pasien.
anak tidak mengalami nyeri situasi ruangan yang tenang. 2. Untuk mengurangi rasa nyeri.
dengan kriteria hasil: 3. Ajarkan tekhnik relaksasi. 3. Untuk mengurangi nyeri yang dialami pasien.
1. Nyeri berkurang atau 4. Ajarkan tekhnik distraksi. 4. Dengan melakukan aktivitas lain pasien dapat
hilang. 5. Berikan obat-obat analgetik. melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang
2. Pasien tampak rileks. dialami.
5. Analgetik dapat menekan atau mengurangi
nyeri pasien.
3 Perfusi perifer Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji TTV 1. Mengetahui status kardiorespirasi pasien.
tidak efektif b.d keperawatan selama di rumah
ii
kekurangan sakit perfusi perifer kembali 2. Kaji secara komprehensif sirkulasi 2. Sirkulasi perifer dapat menunjukan tingkat
volume cairan. efektif dengan kriteria hasil: perifer. keparahan penyakit
3. Evaluasi nadi perifer dan edema. 3. Pulsasi yang lemah menimbulkan penurunan
1. Tidak ditemukan sianosis
4. Elevasi anggota badan 200 ataulebih. kardiak output.
dan edema
2. CRT<2 detik 5. Ubah posisi pasien setiap 2 jam 4. Untuk meningkatkan venous return.
6. Dorong latihan ROM sebelum bedrest. 5. Mencegah komplikasi dekubitus.
7. Instruksikan keluarga untuk 6. Menggerakan otot dan sendi agar tidak kaku.
mengobservasi kulit jika ada laserasi. 7. Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat
8. Kolaborasi dalam pemeriksaan laserasi.
laboratorium (Hb, hmt.) 8. Nilai laboratorium dapat menunjukan
komposisi darah.
4 Intolerasi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji factor yang menyebabkan 1. Salah satu penyebabnya adalah meningkatnya
aktivitas b.d keperawatan selama dirumah
kelemahan. TIK.
kelemahan. sakit tidak terjadi intoleransi
2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi 2. Memudahkan dalam proses terapi.
aktivitas dengan kriteria hasil:
1. Berpartisipasi dalam aktivitas yang mampu dilakukan. 3. Memudahkan untuk melakukan ADL secara
aktivitas fisik tanpa disertai 3. Bantu untuk mendapatkan alat bantu mandiri.
peningkatan tekanan darah,
aktivitas. 4. Untuk meningkatkan keseimbangan pelatihan
nadi, RR.
2. Mampu melakukan ADL 4. Bantu klien untuk membuat jadwal di ADL dengan istirahat pasien.
secara mandiri. waktu luang. 5. Untuk meningkatkan semangat pasien.
3. Keseimbangan aktivitas
5. Bantu pasien mengembangkan motivasi. 6. Agar keluarga dapat membantu pasien untuk
dan istirahat
6. Ajarakan keluarga tentang aktivitas yang embantu aaktivitas yang tidak bisa dilakukan.
tidak boleh dilakukan pasien. 7. Agar pasien mendapat program terapi yang
7. Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi tepat.
medik dalam merencanakan program
terapi yang tepat.
iii
5 Ansietas b.d Setelah dialkukan tindakan 1. Identifikasi tingkat kecemasan pada 1. Mengetahui tingkat kecemasan pada anak.
kurang terpapar keperawatan selama di rumah anak. 2. Mengurangi kecemasan pada anak.
informasi. sakit, pasien tidak cemas 2. Menciptakan lingkungan yang tenang 3. Mengalihkan perhatian anak agar tidak
dengan kriteria hasil: dan nyaman. cemas.
Postur tubuh, ekspresi wajah, 3. Gunakan pendekatan melalui terapi 4. Membantu memberikan ketenangan pada
bahasa tubuh dan tingkat bermain. anak.
aktivitas menunjukkan 4. Dorong keluarga untuk menemani anak. 5. Untuk mengetahui permainan yang disukai
berkurangnya kecemasan. 5. Kolaborasi dengan keluarga dalam oleh anak.
menentukan terapi bermain.
6 Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan 1.Pantau keadaan umum pasien dan TTV 1.Mengetahui kesadaran, dan kondisi tubuh
tidur b.d kurang kep selama 2x24 jam 2.kaji pola tidur dalam ke adaan normal atau tidak .
kontrol tidur diharapkan pasien dapat 3.kaji fungsi pola RR ;bunyi nafaskecepatan 2.untuk mengetahui kemudahan dalam tidur
istirahat tidur. Dengan irama 3.untuk mengetahui tingkat kegelisahan
kriteria hasil : 4.kaji faktor yg menyebabkan gannguan 4.untuk mengedentifikasi penyebab aktual dari
1.melaporkan istirahat tidur tidur(nyeri takut gangguan tidur
yg optimal ,sters,asietas,immobilitas,gannguan 6.untuk membantu relaksasi saat tidur
2wajah tidak pucat dan eliminasi seprti sering brkemih’gannguan 7.untuk menenangkan pikiran dari kegelisahan
konjungtiva mata tidak metabolisme,gannguan trnasportasi dan mengurangi ketegangan oto
anemis karena kurang tidur lingkungan yam asing,temperature aktifitas 8.pemberian obat sesuai jadwalnya.
3.mempertahankan atau yang tidak adekuat).
membentuk pola tidur yang 5.ciptakan suasana nyaman , kurangi atau
memberikan energi yg cukup hilangkan distraksi lingkungan dan
untuk menjalani aktifitas gannguan tidur
sehari-hari. 6. gunakan alat bantu tidur misal ;air hangat
untukkompres rilaksasi otot ,bahan
bacaan,pijatan di punggung ,musik yang
lembut,dll )
7. ajarkan reklasasi distraksi
8 beri obat dengan berkolaborasi dng dokter.
ii
ASKEP KASUS
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : Melki
2. Tempat tgl lahir/usia : jakarta,28,11,2005
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. A g a m a : Islam
5. Pendidikan : SD
6. Alamat : Cikarang jawa barat
7. Tgl masuk : 13 juni (jam 16.00)
8. Tgl pengkajian : 13 juni 2014
9. Diagnosa medik : 0besitas
B. Identitas Orang tua
1. Ayah
a. N a m a : Moh.Rusdi
b. U s i a : 30 thn
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Wiraswasta
e. A g a m a : Islam
f. Alamat : Cikarang jawa barat
2. Ibu
a. N a m a : Eka
b. U s i a : 28 thn
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
e. Agama : Islam
f. Alamat : Cikarang jawa barat
C. Identitas Saudara Kandung
Klien tidak memiliki saudara kandung (anak tunggal)
II. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Keluhan Utama : BB Bertambah
Riwayat Keluhan Utama : ibu klien mengatakan pasien datang dengan keluhan BB
bertambah,sesak nafas dan susah bergerak dan pencitraan diri menurun.
Keluhan Pada Saat Pengkajian : BB bertambah,sesak nafas dan sulit bergerak
ii
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
Genogram
Ket :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
No Usia Jenis nutrisi Lama pemberian
1. 0-24 bulan ASI 4-5 kali/hari
G. Riwayat Psikososial
1. Anak tinggal bersama : Orang tua di : Rumah pribadi
2. Lingkungan berada di : Kota
3. Rumah dekat dengan : Pemukiman
4. kamar klien : 1 kamar dengan orang tua
5. Rumah ada tangga : Tidak
6. Hubungan antar anggota keluarga : Harmonis
7. Pengasuh anak : Orang tua
H. Riwayat Spiritual
1. Support sistem dalam keluarga : Orang tua
2. Kegiatan keagamaan : Diselenggarakan dirumah dan dimesjid
ii
I. Reaksi Hospitalisasi
1. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
a. Ibu membawa anaknya ke RS karena : Berat badan beertambah dan sesak
nafas
b. Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : iya
c. Perasaan orang tua saat ini : cemas
d. Orang tua selalu berkunjung ke RS : Iya
2. Yang akan tinggal dengan anak : ayah, ibu
3. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
a. Anak belum mengerti bahwa ia dibawah dirumah sakit karena sakit
b. Klien belum mengerti apa yang menyebabkan dia sakit
J. Aktivitas sehari-hari
1. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Selera makan Baik Menurun
b. Menu makan Biskuit bayi,nasik,sayur,ikan Disediakan ruma sakit
c. Frekuensi 5x perhari 4x/hari
d. Pantangan makan Tidak ada Tidak ada
e. Cara makan Di suapin Di suapin
2. Cairan
3. Eliminasi (BAB&BAK)
4. Istirahat tidur
5. Olah Raga
6. Personal higine
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Mandi
ii
- Cara Mandi sendiri Di lap basah
- Frekuensi 3x /hari 2x /hari
- Alat mandi Seperti biasa Kain, air hangat
b. Cuci rambut ,baskom
- Frekuensi 3x dalam seminngu
- Cara Sendiri
c. Gunting kuku
- Frekuensi 1x seminngu
- Cara Di bantu ibu
d. Gosok gigi
- Frekuensi 2x dalam sehari pagi malam
- Cara Mandiri 1x /hari yaitu pagi
Mandiri
7. Aktifitas/Mobilitas Fisik
8. Rekreasi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Perasaan saat sekolah Tidak di dentifikasi Tidak di dentifikasi
b. Waktu luang Tidak di dentifikasi Tidak di dentifikasi
c. Perasaan setelah Tidak di dentifikasi Tidak di dentifikasi
rekreasi
d. Waktu senggang klg Tidak di dentifikasi Tidak di dentifikasi
e. Kegiatan hari libur Tidak di dentifikasi Tidak di dentifikasi
K. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : klien tampak lemas
2. Kesadaran : compas matis
3. Tanda – tanda vital :
a. Tekanan darah : 130/90mmHg
b. Denyut nadi : 135 x / menit
c. Suhu : 36,5o C
d. Pernapasan :35 x/ menit
4. Berat Badan : 42kg
5. Tinggi Badan : 131 cm
6. Kepala
Inspeksi
Keadaan rambut & Hygiene kepala :Baik
Warna rambut : coklat
a. Penyebaran : merah
b. Mudah rontok : tidak
c. Kebersihan rambut : halus
Palpasi
Benjolan : ada / tidak ada : tidak ada
Nyeri tekan : ada / tidak ada : tidak ada
Tekstur rambut : kasar/halus : halus
7. Muka
Inspeksi
a. Simetris / tidak : Simetris
b. Bentuk wajah : Bulat
c. Gerakan abnormal : tidak ada
d. Ekspresi wajah : sesuai yamg dirasakan pasien
Palpasi
Nyeri tekan / tidak : tidak
Data lain
8. Mata
Inspeksi
a. Pelpebra : Edema / tidak
Radang / tidak
ii
b. Sklera : Icterus / tidak
c. Conjungtiva : Radang / tidak
Anemis / tidak
d. Pupil : - Isokor / anisokor
- Myosis / midriasisnor
- Refleks pupil terhadap cahaya : normal
e. Posisi mata :
Simetris / tidak : simetris
f. Gerakan bola mata : normal
g. Penutupan kelopak mata : baik
h. Keadaan bulu mata : 1 menyebur
i. Keadaan visus : tidak di dentifikasi
j. Penglihatan : - Kabur / tidak
- Diplopia / tidak
Palpasi
Tekanan bola mata : normal
Data lain : Tidak ada
9. Hidung & Sinus
Inspeksi
a. Posisi hidung : Simetris
b. Bentuk hidung : Sedang
c. Keadaan septum : Normal
d. Secret / cairan : Tidak ada
Data lain : Tidak ada
10. Telinga
Inspeksi
a. Posisi telinga : normal
b. Ukuran / bentuk telinga : normal
c. Aurikel : tidak di dentifikasi
d. Lubang telinga : Bersih / serumen/ nanah
e. Pemakaian alat bantu : tidak ada
Palpasi
Nyeri tekan / tidak
Pemeriksaan uji pendengaran
a. Rinne : tidak didentifikasi
b. Weber : tidak didentifikasi
c. Swabach :tidak didentifikasi
d. Pemeriksaan vestibuler : tidak didentifikasi
Data lain : Tidak ada
11. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
- Keadaan gigi :baik
- Karang gigi / karies :tidak ada
- Pemakaian gigi palsu : tidak ada
b. Gusi
Merah / radang / tidak : merah
c. Lidah
Kotor / tidak : tidak
d. Bibir
- Cianosis / pucat / tidak
- Basah / kering / pecah
- Mulut berbau / tidak
- Kemampuan bicara : baik
Data lain : Tidak ada
12. Tenggorokan
a. Warna mukosa : Tidak ada
b. Nyeri tekan : Tidak ada
c.Nyeri menelan : Tidak ada
13. Leher
Inspeksi
Kelenjar thyroid : Membesar / tidak
Palpasi
a. Kelenjar thyroid : Teraba / tidak
b. Kaku kuduk / tidak : Tidak
c. Kelenjar limfe : Membesar atau tidak
Data lain : Tidak ada
14. Thorax dan pernapasan
ii
a. Bentuk dada : normochest
b. Irama pernafasan :vesikuler
c. Pengembangan di waktu bernapas : tidak ada
d. Tipe pernapasan : pernafasan dada
Data lain : Tidak ada
Palpasi
a. Vokal fremitus : tidak didentifikasi
b. Massa / nyeri : tidak ada
Auskultasi
a.Suara nafas :Vesikuler Bronchial/Bronchovesikuler
b. Suara tambahan : Ronchi / Wheezing / Rales
Perkusi
Redup / pekak / hypersonor / tympani
Data lain : Tidak ada
15. Jantung
Palpasi
Ictus cordis : Tidak didentifikasi
Perkusi
Pembesaran jantung : Tidak ada
Auskultasi
a. BJ I : BJ1 “Lup “
b. BJ II : “ DUP”
c. BJ III :tidak didentifikasi
d. Bunyi jantung tambahan : tidak didentifikasi
Data lain : Tidak ada
16. Abdomen
Inspeksi
a. Membuncit : ya
b. Ada luka / tidak : tidak
Auskultasi
Peristaltik :tidakdidentifikasi
Palpasi
a. Hepar : Tidak teraba
b. Lien : Tidak teraba
c. Nyeri tekan : Tidak
Perkusi Tidak didentifikasi
a. Tympani : Tidak
b. Redup : Tidak
Data lain : Tidak ada
17. Genitalia dan Anus : Normal tidak ada abses
18. Ekstremitas
Ekstremitas atas
a. Motorik
- Pergerakan kanan / kiri : Baik
- Pergerakan abnormal : tidak ada
- Kekuatan otot kanan / kiri : lemah
- Tonus otot kanan / kiri : lemah
- Koordinasi gerak : normal
b. Refleks
: Tidak
c. Sensori
- Nyeri : Tidak di dentifikasi
- Rangsang suhu : Tidak di dentifikasi:
- Rasa raba : Tidak di dentifikas
Ekstremitas bawah
a. Motorik
- Gaya berjalan : Buruk
- Kekuatan kanan / kiri : lemah
b. Tonus otot kanan / kiri : lemah
c. Refleks
: Tidak dudentifikasi
d. Sensori
- Nyeri :Tidak
- Rangsang suhu :Tidak
- Rasa raba :Tidak
Data lain : Tidak ada
ii
19. Status Neurologi.
Saraf – saraf cranial
a. Nervus I (Olfactorius) : penghidu : Tidak ada kelainan
b. Nervus II (Opticus) : Penglihatan : Tidak ada kelainan
c. Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)
- Konstriksi pupil : Normal
- Gerakan kelopak mata : Baik
- Pergerakan bola mata : Baik
- Pergerakan mata ke bawah & dalam ;Baik
d. Nervus V (Trigeminus)
- Sensibilitas / sensori : Klien dapat merasakan
- Refleks dagu : Baik
- Refleks cornea : Baik
e. Nervus VII (Facialis)
- Gerakan mimik : Klien dapat tersenyum, menutup mata
dengan rapat,
- Pengecapan 2 / 3 lidah bagian depan : Klien dapat merasakan rasa manis,
asin, asam, dan pahit.
-
f. Nervus VIII (Acusticus)
Fungsi pendengaran : Klien dapat mendengar
g. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)
- Refleks menelan : Baik
- Refleks muntah : Baik
- Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : Klien dapat merasakan fungsi
pengecapan pada 1/3 posterior lidah.
- Suara : Normal
h. Nervus XI (Assesorius)
- Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan : ya
- Mengangkat bahu : ya
i. Nervus XII (Hypoglossus)
- Deviasi lidah : Dadat menggerakkan lidah
Tanda – tanda peradangan selaput otak
a. Kaku kuduk : Tidak di dentifikasi
b. Kernig Sign : Tidak di dentifikasi
c. Refleks Brudzinski : Tidak di dentifikasi
d. Refleks Lasequ :Tidak di dentifikasi
Data lain : Tidak ada
ii
Analisa Data
Data Masalah Penyebab
Ds : Ibu mengatakan anaknya Resiko berat badan Nutrisi intake makanan
berat badan berlebih lebih yang lebih.
Do : BB : 42 Kg
Ds :Ibu mengatakan anaknya Pola nafas tidak efektif Perasaan takut dan ansietas
sesak nafas berat berhubungan dengan
Do : RR : 35x/m ketidakmampuan bernafas
atau terjadinya hipoksemia
Ds. Ibu mengatakan kurang HDR Gangguan dalam
percaya diri jika bersosialiasi dengan orag
berinteraksi /bersosialisasi lain dan pandangan negatif
denagan orang lain terhadap diri
Do.ibu mengatakan kelihatan
minder saat berkomunikasi
dan bergaul gengan
temannya.
Dx 1 -Setelah dilakukan tindakan 2x Monitor berat badan Untuk mengetahui berat badan pasien
Obesitas b.d 24 jam berat badan berkurang -Memberitahukan keluarga tentang -Untuk mengetahui keluarga tentang
gangguan -Kriteria hasil IMT : 18,5 -23 diet pasien duet pasien
kebiasaan makan -Menginformasikan kepada keluarga -Untuk menginformasikan kepada
tentang makanan yang rendah keluarga tentang makanan yang
karbohidrat mengandung karbohidrat
-Berkolaborasi dengan keluarga -Untuk mengetahui tentang nutrisi
tentang nutrisi
ii
Dx.3 -Setelah dilakukan tindakan Monitor fisik pasien -Untuk mengetahui fisik pasieN
I ntoleransi 2x24 jam anak bisa berjalan - bantu pasien menngunakan kursi -Agar pasien dapat beraktifitas
aktifitas b.d -Latihan hasil anak bisa berjalan roda -Agar keluarga mengetahui cara
imobilitas normal. -Anjurkan keluarga untuk menngunakan kursi roda
menngunakan kursi roda -Agar pasien mendapat program terapi
-Kolaborasi dengan tenaga yang tepat
rehabilitasi medik dalam merencakan
terapi yg tepat.
Dx.4 -Setelah dilakukan perawatan Diskusikan emosi kejadian - Membantu mengidentifikasi kapan
Gangguan rasa diharap mampu melaksanakan sehubungan dengan makan dan buat pasien makan unttuk memuaskan
nyaman b.d berat diet rencana makan dengan pasien. kebutuhan emosi dari pada lapar
badan yang di -menunjukkan perubahan pola -tekankan pentingnya menghindari -hilangkan kebutuhan komponen yang
tandai dengan makan dan keterlibatan individu diet berlemak dan diskusikan dapat menimbulkan ketidak
kesusahan dalam dalam program latihan. tambahan tujuan nyata untuk seimbangan metabolik ex : penurunan
beraktfitas penurunan BB karbohidrat berlebih
-Diskusikan pada pasien pandangan
menjadi gemuk dan apa artinya bagi
individu.
-kolaborasi dengan ahli gizi
35
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep
Dx.5 -Setelah dilakukan perawatan
Resiko terhadap diharap mampu melaksanakan -Borong pasien untuk mengespresikan -pandangan mental termasuk ideal kita
kerusakan interaksi diet persaan dan persepsi masalah dan biasanya tidak terbaru ,gemuk
sosial yang b.d -menunjukkan perubahan pola -Bantu dalam megidentifikasi dapat mempunyai akar dalam
ketidak mampuan makan dan keterlibatan individu tanggung jawab sendiri dan kontrol psikologo.
CATATAN PERKEMBANGAN
ii
Dx. 1 -Memonitor berat badan agar keluarga S : ibu mengatakan Bbmasih tidak
mengetahui tentang diet. normal
-agar keluarga mengetahui tentang O : Pasien berat badanya masih
makanan yang renda karbohidrat berlebih
-berkelaborasi dengan keluarga tentang A : masalah belom terasi
nutrisi P : intervensi di lanjutkan
37
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep
DX.4 S : Pasien mengatakan menerima
tentang anjuran untuk menurunkan BB
-Memberikan nasehat kepada pasien dan berkeinginan diet secara teratur
agar melaksanakn diet teratur dan O : Pasien masih tampak ragu untuk
optimal. berkonsultasi dengan ahli diet karena
-Menganjurkan kepada pasien untuk belum yakin Bbnya bisa kembali
berkonsultasi kepada ahli diet normal.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan
DX.5 S : Pasien masih tampak ragu
O : bisa menerima dan percaya bahwa
-Memberi semangat bahwa berat badan itu adalah yang terbaik untuknya
pasien masih bisa diturukan A : Masalah belum teratasi
-Memberi dukungan bahwa itu adalah P : Intervensi di lanjutkan
anugerah dari tuhan.
-Memberi pengertian kalau hanya diri
kita yamg mampu merubah ke adaan
yang ada pada dari kita sendiri.
ii
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, R., & Sartika, D. (2011). FAKTOR RISIKO OBESITAS PADA ANAK 5-15 TAHUN DI
INDONESIA, 15(1), 37–43.
Hariyanto, D., Madiyono, B., Sjarif, D. R., & Sastroasmoro, S. (2009). Hubungan Ketebalan
Tunika Intima Media Arteri Carotis dengan Obesitas pada Remaja, 11(3).
39
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep