Está en la página 1de 39

MAKALAH

ASKEP OBESITAS

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi


TugasMata Kuliah Keperwatan Keperawatan anak
Yang DibimbingOleh :
Zakiyah Yasin S. Kep, Ns. M.Kep

Oleh:
Kelompok 5
Syamsuri ( 713.6.2.0496 )
Rahmatullah (716.6.2.0764 )
Moh.Rendy asep triawan (716.6.2.0792)
Suryani (716.6.2.0778)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP
Jl. Raya Sumenep-Pamekasan Km 05 PateanSumenep

iii
Maret, 2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah “ KEPERAWAN ANAK “. Dalam makalah ini kami
membahas tentang “Obesitas” .
Masukkan dan informasi, juga kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan
Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis membuka diri untuk
menerima berbagai masukan dan kritikan dari semua pihak. Namun, penulis menyadari makalah
ini tidak dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak, Oleh
karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Zakiyah Yasin S.Kep, Ns. M.Kep Selaku dosen mata kuliah Kep.anak
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik material maupun spiritual.
Teman- teman yang banyak memberikan masukkan dan informasi, juga kepada semua pihak
yang tidak dapat disebutkan

Sumenep,10 April 2018

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN................................................

1.1 Latar Belakang..............................................................


BAB 2 TINJAUAN TEORI..........................................................................
2.1 Definisi Obesitas................................................................................
2.2 Etiologi Obesitas................................................................................
2.3 Patofisiologi Obesitas.........................................................................
2.4 Manifestasi Klien...............................................................................
2.5 Komplikasi..........................................................................................
2.6 Pemeriksaan Penunjang...................................................................
2.7 Penatalaksanaan...............................................................................
2.8 Konsep Askep Obesitas....................................................................
2.9 Diagnosa Keperawatan yang mungkin Muncul..........................
2.10 Perencanaan.......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Dewasa ini masalah kegemukan (obesitas) merupakan masalah global yang melanda
masyarakat dunia baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia.
Perubahan gaya hidup termasuk kecenderungan mengkonsumsi makanan yang
mengandung lemak tinggi merupakan faktor yang mendukung terjadinya
obesitas.Sebagian besar kegemukan dan obesitas adalah karena makan berlebihan. Hal ini
tergolong dalam obesitas primer. Sisanya, disebabkan karena penyakit atau gangguan
hormonal atau kelainan genetis yang tergolong dalam obesitassekunder.Berbagai upaya
untuk melangsingkan tubuh telah banyak dilakukan diantaranya dengan pengaturan
makanan, merubah gaya hidup, pemberian obat dan pembedahan untuk mengurangi
lemak atau mengangkat sebagian usus.Asupan makanan harus selalu cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh dan juga tidak berlebihan sehingga
menyebabkan obesitas.Juga, karena makanan yang berbeda mengandung proporsi
protein, karbohidrat, dan lemak yang berbeda-beda, maka keseimbangan yang wajar juga
harus dipertahankan diantara semua jenis makanan ini sehingga semua segmen sistem
metabolisme tubuh dapat dipasok dengan bahan yang dibutuhkan.
1.3 . TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah menambah wawasan mahasiswa mengenai asuhan
keperawatan pada pasien dengan obesitas.
1.4 Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui obesitas
b. Untuk mengetahui teori Asuhan Keperawatan (Askep) pada penyakit obesitas
c. Untuk mengetahui aplikasi Asuhan Keperawatan (Askep) pada penyakit obesitas

ii
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Obesitas

Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang terjadi akibat akumulasi jaringan
lemak berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan. Obesitas terjadi bila besar dan
jumlah sel lemak bertambah pada tubuh seseorang. Bila seseorang bertambah berat
badannya, maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan kemudian jumlahnya
bertambah banyak. Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan
metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. Faktor genetik
diketahui sangat berpengaruh bagi perkembangan penyakit ini. Secara fisiologis, obesitas
didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau
berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan. Keadaan obesitas ini,
terutama obesitas sentral, meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular karena keterkaitannya
dengan sindrom metabolik atau sindrom resistensi insulin yang terdiri dari resistensi 10
insulin/hiperinsulinemia, hiperuresemia, gangguan fibrinolisis, hiperfibrinogenemia dan
hipertensi (Sudoyo, 2009).
Obesitas timbul sebagai akibat masukan energi yang melebihi pengeluaran energi. Bila
energi dalam jumlah besar (dalam bentuk makanan) yang masuk ke dalam tubuh melebihi
jumlah yang dikeluarkan, maka berat badan akan bertambah dan sebagian besar kelebihan energi
tersebut akan di simpan sebagai lemak. Oleh karena itu, kelebihan adipositas (obesitas)
disebabkan masukan energi yang melebihi pengeluaran energi. Untuk setiap kelebihan energi
sebanyak 9,3 kalori yang masuk ke tubuh, kira-kira 1 gram lemak akan disimpan. Lemak
disimpan terutama di aposit pada jaringan subkutan dan rongga intraperitoneal, walaupun hati
dan jaringan tubuh lainnya seringkali menimbun cukup lemak pada orang obesitas.
Perkembangan obesitas pada orang dewasa juga terjadi akibat penambahan jumlah adiposit dan
peningkatan ukurannya. Seseorang dengan obesitas yang ekstrem dapat memiliki adiposit
sebanyak empat kali normal, dan setiap adiposit memiliki lipid dua kali lebih banyak dari orang
yang kurus (Guyton, 2007).

iii
2.2 Etiologi Obesitas

Penyebab obesitas sangatlah kompleks. Meskipun gen berperan penting dalam


menentukan asupan makanan dan metabolisme energi, gaya hidup dan faktor lingkungan
dapat berperan dominan pada banyak orang dengan obesitas. Diduga bahwa sebagian besar
obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara
lain aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional (Guyton, 2007 )
a. Genetik
Obesitas jelas menurun dalam keluarga. Namun peran genetik yang pasti untuk
menimbulkan obesitas masih sulit ditentukan, karena anggota keluarga umumnya memiliki
kebiasaan makan dan pola aktivitas fisik yang sama. Akan tetapi, bukti terkini menunjukkan
bahwa 20-25% kasus obesitas dapat disebabkan faktor genetik. Gen dapat berperan dalam
obesitas dengan menyebabkan kelainan satu atau lebih jaras yang mengatur pusat makan dan
pengeluaran energi serta penyimpanan lemak. Penyebab monogenik (gen tunggal) dari obesitas
adalah mutasi MCR-4, yaitu penyebab monogenik tersering untuk obesitas yang ditemukan
sejauh ini, defisiensi leptin kongenital, yang diakibatkan mutasi gen, yang sangat jarang dijumpai
dan mutasi reseptor leptin, yang juga jarang ditemui.
Semua bentuk penyebab monogenik tersebut hanya terjadi pada sejumlah kecil persentase dari
seluruh kasus obesitas. Banyak variasi gen sepertinya berinterakasi dengan faktor lingkungan
untuk mempengaruhi jumlah dan distribusi lemak (Guyton, 2007).
b. Aktivitas fisik
Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama obesitas. Hal ini didasari
oleh aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan massa otot dan mengurangi
massa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat dapat menyebabkan
pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena itu pada orang obesitas,
peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan pengeluaran energi melebihi asupan
makanan, yang berimbas penurunan berat badan (Guyton, 2007).
Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap pengendalian berat tubuh. Pengeluaran
energi tergantung dari dua faktor: 1) tingkat aktivitas dan olahraga secara umum; 2) angka
metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi minimal
tubuh. Dari kedua faktor tersebut metabolisme basal memiliki tanggung jawab duapertiga dari

ii
pengeluaran energi orang normal. Meski aktivitas fisik hanya mempengaruhi sepertiga
pengeluaran energi seseorang dengan berat normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan
berat badan aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting. Pada saat berolahraga kalori
terbakar, makin banyak berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang. Kalori secara
tidak langsung mempengaruhi sistem metabolisme basal. Orang yang duduk bekerja seharian
akan mengalami penurunn metabolisme basal tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak akan
menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat kegiatan olahraga menjadi sangat sulit
dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya olahraga secara tidak langsung akan mempengaruhi
turunnya metabolisme basal tubuh orang tersebut. Jadi olahraga sangat penting dalam penurunan
berat badan tidak saja karena dapat membakar kalori, melainkan juga karena dapat membantu
mengatur berfungsinya metabolisme normal (Guyton, 2007).
c. Perilaku makan
Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak baik. Perilaku makan yang
tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah karena lingkungan dan sosial. Hal
ini terbukti dengan meningkatnya prevalensi obesitas di negara maju. Sebab lain yang
menyebabkan perilaku makan tidak baik adalah psikologis, dimana perilaku makan agaknya
dijadikan sebagai sarana penyaluran stress. Perilaku makan yang tidak baik pada masa
kanak-kanak sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi dalam obesitas, hal ini
didasarkan karena kecepatan pembentukan sel-sel lemak yang baru terutama meningkat
pada tahun-tahun pertama kehidupan, dan makin besar kecepatan penyimpanan lemak, makin
besar pula jumlah sel lemak. Oleh karena itu, obesitas pada kanak-kanak cenderung
mengakibatkan obesitas pada dewasanya nanti (Guyton, 2007).
d. Neurogenik
Telah dibuktikan bahwa lesi di nukleus ventromedial hipotalamus dapat menyebabkan
seekor binatang makan secara berlebihan dan menjadi obesitas. Orang dengan tumor hipofisis
yang menginvasi hipotalamus seringkali mengalami obesitas yang progresif. Hal ini
memperlihatkan bahwa, obesitas pada manusia juga dapat timbul akibat kerusakan pada
hipotalamus. Dua bagian hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makan yaitu hipotalamus
lateral (HL) yang menggerakkan nafsu makan (awal atau pusat makan) dan hipotalamus
ventromedial (HVM) yang bertugas menintangi nafsu makan (pemberhentian atau pusat
kenyang). Dan hasil penelitian didapatkan bahwa bila HL rusak/hancur maka individu menolak

iii
untuk makan atau minum, dan akan mati kecuali bila dipaksa diberi makan dan minum (diberi
infus). Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bagian HVM, maka seseorang akan menjadi rakus
dan kegemukan. Dibuktikan bahwa lesi pada hipotalamus bagian ventromedial dapat
menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan obesitas, serta terjadi perubahan
yang nyata pada neurotransmiter di hipotalamus berupa peningkatan oreksigenik seperti NPY
dan penurunan pembentukan zat anoreksigenik seperti leptin dan α-MSH pada hewan obesitas
yang dibatasi makannya (Guyton, 2007) .
e. Hormonal
Dari segi hormonal terdapat leptin, insulin, kortisol, dan peptida usus. Leptin adalah sitokin
yang menyerupai polipeptida yang dihasilkan oleh adiposit yang bekerja melalui aktivasi
reseptor hipotalamus. Injeksi leptin akan mengakibatkan penurunan jumlah makanan yang
dikonsumsi. Insulin adalah anabolik hormon, insulin diketahui berhubungan langsung dalam
penyimpanan dan penggunaan energi pada sel adiposa. Kortisol adalah glukokortikoid yang
bekerja dalam mobilisasi asam lemak yang tersimpan pada trigliserida, hepatic
glukoneogenesis, dan proteolisis (Wilborn et al, 2005).
f. Dampak penyakit lain
Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma dari penyakit lain.
Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas adalah hypogonadism, Cushing syndrome,
hypothyroidism, insulinoma, craniophryngioma dan gangguan lain pada hipotalamus.
Beberapa anggapan menyatakan bahwa berat badan seseorang diregulasi baik oleh endokrin
dan komponenen neural. Berdasarkan anggapan itu maka sedikit saja kekacauan pada regulasi
ini akan mempunyai efek pada berat badan (Flieretal,2005).

2.3 Patofisiologi Obesitas

Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan masukan dan keluaran kalori dari tubuh serta
penurunan aktifitas fisik (sedentary life style) yang menyebabkan penumpukan lemak di
sejumlah bagian tubuh (Rosen,2008). Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa
pengontrolan nafsu makan dan tingkat kekenyangan seseorang diatur oleh mekanisme neural dan
humoral (neurohumoral) yang dipengaruhi oleh genetik, nutrisi,lingkungan, dan sinyal
psikologis. Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses

ii
fisiologis, yaitu pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi
dan regulasi sekresi hormon. Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui
sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari
perifer (jaringan adiposa, usus dan jaringan otot).
Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta menurunkan
pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik(anoreksia, meningkatkan pengeluaran
energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek
mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor distensi
lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai
stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormon
leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi (Sherwood, 2012).
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat
disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Kemudian, leptin merangsang
anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptida Y (NPY) sehingga
terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari
asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di
hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita
obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan
nafsu makan (Jeffrey, 2009).

iii
woc
Faktor resiko: Herediter, Lingkungan, gaya hidup, sosiokultural, dan psikologias

Intake kalori (+) : Nafsu makan (+), Asupan nutrisi (+), & Metabolisme Kalori lebih cepat
Output kalori (-): Kurang aktivitas

Intake > Output


Gangguan
Ansietas pola tidur
Penyimpanan kalori dalam bentuk lemak di jaringan adiposa (+)

Kurang kontrol tidur


OBESITAS MRS Stres hospitalisasi
B1 B2 B3 B4 B5 B6

Penimbunan lemak RR (+) RR (+) RR (+) Stresor


berlebihan dibawah Cepat lelah
diafragma dan di dalam saat latihan
Dispnea Dispnea Dispnea
dinding dada Presipitasi
Suplai O2 ke Suplai O2 ke Suplai O2 ke Malas
Menekan paru - paru jaringan menurun jaringan menurun ginjal menurun beraktivitas
Harga diri rendah
Dispnea/ RR (+) Resiko perfusi Kebutuhan O2 di Hipoksia Lemah
perifer tidak jaringan tdk
Inspirasi & Ekspirasi efektif terpenuhi Resiko perfusi Intolera
tdk memberikan renal tidak nsi
Gangguan psikis
ventilasi adekuat Penumpukan asam Kompensasi efektif Aktivitas
laktat di jaringan (Reaksi anaerob)
Penggunaan otot bantu perifer tubuh
pernapasan

Pelepasan neuro Berikatan dg Impusl nyeri ke


Nyeri
Pola napas tidak efektif transmitter reseptor nyeri Thalamus

ii
2.4 Manifestasi Klien

Obesitas dapat terjadi pada semua golongan umur, akan tetapi pada anak biasanya timbul
menjelang remaja dan dalam masa remaja terutama anak wanita, selain berat badan meningkat
dengan pesat, juga pertumbuhan dan perkembangan lebih cepat (ternyata jika periksa usia
tulangnya), sehingga pada akhirnya remaja yang cepat tumbuh dan matang itu akan mempunyai
tinggi badan yang relative rendah dibandingkan dengan anak yang sebayanya.
Bentuk tubuh, penampilan dan raut muka penderita obesitas :
a. Paha tampak besar, terutama pada bagian proximal, tangan relatif kecil dengan jari – jari yang
berbentuk runcing.
b. Kelainan emosi raut muka, hidung dan mulut relatif tampak kecil dengan dagu yang berbentuk
ganda.
c. Dada dan payudara membesar, bentuk payudara mirip dengan payudara yang telah tumbuh
pada anak pria keadaan demikian menimbulkan perasaan yang kurang menyenangkan.
d. Abdomen, membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk bandul lonceng, kadang –
kadang terdapat strie putih atau ungu.
e. Lengan atas membesar, pada pembesaran lengan atas ditemukan biasanya pada biseb dan
trisebnya.
Pada penderita sering ditemukan gejala gangguan emosi yang mungkin merupakan penyebab
atau keadaan dari obesitas. Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam
dinding dada bisa menekan paru - paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas,
meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi
pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu),
sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan
memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang
sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh
yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat
dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema
(pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.

iii
2.5 Komplikasi

Mortalitas yang berkaitan dengan obesitas, terutama obesitas apple shaped, sangat erat
hubungannya dengan sindrom metabolik. Sindrom metabolik merupakan satu kelompok kelainan
metabolik selain obesitas, meliputi resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa, abnormalitas
lipid dan hemostasis, disfungsi endotel dan hipertensi yang kesemuanya secara sendiri-sendiri
atau bersama-sama merupakan faktor resiko terjadinya aterosklerosis dengan manifestasi
penyakit jantung koroner dan/atau stroke. Mekanisme dasar bagaimana komponen- komponen
sindrom metabolik ini dapat terjadi pada seseorang dengan obesitas apple shaped dan bagaimana
komponen-komponen ini dapat menyebabkan terjadi gangguan vaskular, hingga saat ini masih
dalam penelitian (Soegondo,2007).

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis OA biasanya dilakukan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik,


tetapi evaluasi radiografi juga diperlukan. Radiografi adalah sensitif dan murah sehingga dapat
dijadikan sebagai pemeriksaan rutin untuk OA (Siddiqui & Laborde, 2009).
Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang
gizi, maka antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan gizi.
Pada pemeriksaan antropometri tujuan yang hendak dicapai adalah:
1) Penapisan status gizi, yang diarahkan untuk orang dengan keperluan khusus.
2) Survei status gizi, yang ditujukan untuk memperoleh gambaran status gizi masyarakat pada
saat tertentu serta faktor yang berkaitan.
3) Pemantauan status gizi, yang digunakan untuk memberikan gambaran perubahan status
gizi dari waktu ke waktu.
Pemeriksaan antropometri dilakukan dengan mengukur ukuran fisik, seperti tinggi badan,
berat badan serta lingkar beberapa bagian tubuh tertentu.

ii
2.7 Penatalaksanaan

a. Merubah gaya hidup


Diawali dengan merubah kebiasaan makan. Mengendalikan kebiasaan ngemil dan makan
bukan karena lapar tetapi karena ingin menikmati makanan dan meningkatkan aktifitas fisik pada
kegiatan sehari-hari. Meluangkan waktu berolahraga secara teratur sehingga pengeluaran kalori
akan meningkat dan jaringan lemak akan dioksidasi (Sugondo,2008).
b. Terapi Diet
Mengatur asupan makanan agar tidak mengkonsumsi makanan dengan jumlah kalori
yang berlebih, dapat dilakukan dengan diet yang terprogram secara benar. Diet rendah kalori
dapat dilakukan dengan mengurangi nasi dan makanan berlemak, serta mengkonsumsi
makanan yang cukup memberikan rasa kenyang tetapi tidak menggemukkan karena jumlah
kalori sedikit, misalnya dengan menu yang mengandung serat tinggi seperti sayur dan buah
yang tidak terlalu manis (Sugondo, 2008).
c. Aktifitas Fisik
Peningkatan aktifitas fisik merupakan komponen penting dari program penurunan
berat badan, walaupun aktifitas fisik tidak menyebabkan penurunan berat badan lebih
banyak dalam jangka waktu enam bulan. Untuk penderita obesitas, terapi harus dimulai secara
perlahan, dan intensitas sebaiknya ditingkatkan secara bertahap. Penderita obesitas dapat
memulai aktifitas fisik dengan berjalan selama 30 menit dengan jangka waktu 3 kali seminggu
dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit dengan jangka waktu 3 kali seminggu
dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit dengan jangka waktu 5 kali seminggu
(Sugondo, 2008).
d. Terapi perilaku
Untuk mencapai penurunan berat badan dan mempertahankannya, diperlukan suatu strategi
untuk mengatasi hambatan yang muncul pada saat terapi diet dan aktifitas fisik. Strategi yang
spesifik meliputi pengawasan mandiri terhadap kebiasaan makan dan aktifitas fisik, manajemen
stress, stimulus control, pemecahan masalah, contigency management, cognitive restructuring
dan dukungan sosial (Sugondo,2008).
e. Farmakoterapi

iii
Farmakoterapi merupakan salah satu komponen penting dalam program manajemen berat
badan. Sirbutramine dan orlistat merupakan obat-obatan penurun berat badan yang telah disetujui
untuk penggunaan jangka panjang. Sirbutramine ditambah diet rendah kalori dan aktifitas fisik
efektif menurunkan berat badan dan mempertahankannya. Orlistat menghambat absorpsi lemak
sebanyak 30 persen. Dengan pemberian orlistat, dibutuhkan penggantian vitamin larut
lemak karena terjadi malabsorpsi parsial (Sugondo,2008).

2.8 Konsep Askep Obesitas

1. Pengkajian
Identitas Pasien
Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
2. Riwayat kesehatan
Riwayat Kesehatan sekarang : keluhan pasien saat ini
Riwayat Kesehatan masa lalu : kaji apakah ada keluarga dari pasien yang pernah menderita
obesitas
Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada ada di antara keluarga yang mengalami penyakit
serupa atau memicu
Riwayat psikososial,spiritual : kaji kemampuan interaksi sosial , ketaatan beribadah ,
kepercayaan.
3. Pemerikasaan fisik :
Sistem kardiovaskuler :Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi
vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.
Sistem respirasi :Untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesulitan napas
Sistem hematologi :Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan.
Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit
pinggang.
Sistem musculoskeletal :Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam pergerakkan,
sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak.

ii
Sistem kekebalan tubuh :Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah
bening.

4. Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan metabolik / endokrin dapat menyatakan tak normal, misal : hipotiroidisme,
hipopituitarisme, hipogonadisme, sindrom cushing (peningkatan kadar insulin).
Pola fungsi kesehatan
a) Aktivitas istirahat :Kelemahan dan cenderung mengantuk, ketidakmampuan /
kurang keinginan untuk beraktifitas.
b) Sirkulasi :Pola hidup mempengaruhi pilihan makan, dengan makan akan
dapat menghilangkan perasaan tidak senang.
c) Makanan / cairan : Mencerna makanan berlebihan
d) Kenyamanan :Pasien obesitas akan merasakan ketidaknyamanan berupa
nyeri dalam menopang berat badan atau tulang belakang
e) Pernafasan : Pasien obesitas biasanya mengalami dipsnea
f) Seksualitas : Pasien dengan obesitas biasanya mengalami gangguan
menstruasi dan amenouria.

2.9 Diagnosa Keperawatan yang mungkin Muncul

1. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan denganintake makanan yang
lebih.
2. Gangguan pencitraan diri yang berhubungan dengan biofisika atau psikosial pandangan px
tehadap diri.
3. Hambatan interaksi sosial yang berhubungan dengan ungkapan atau tampak tidak nyaman
dalam situasi sosial.
4. Pola napas tak efektif yang berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, nyeri, ansietas,
kelemahan dan obstruksi trakeobronkial.

iii
2.10 Perencanaan

Setelah pengumpulan data, megelompokkan dan menentukan diagnosa keoerawatan yang mungkin muncul, maka tahapan selanjutnya adalah
menentukkan prioritas, tujuan dan rencana tindakkan keperawatan.
NO. DIAGNOSA TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWAT
AN
1 Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan 1. Kecepatan biasanya meningkat, dispnea dan
efektifb.d keperawatan pola nafas dan ekspansi dada. terjadi peningkatan kerja nafas.
hambatan upaya menjadi efektif atau normal, 2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya 2. Ronchi menyertai obstruksi jalan nafas atau
napas akibat dengan kriteria hasil: bunyi nafas ronchi kegagalan pernafasan.
spasme otot-otot Menunjukkan pola nafas 3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah 3. Duduk tinggi memungkinkan pengembangan
pernapasan. efektif dan paru jelas dan posisi. paru dan memudahkan pernafasan diafragma.
bersih. 4. Bantu pasien mengatasi takut atau 4. Perasaan takut dan ansietas berat
ansietas. berhubungan dengan ketidakmampuan
5. Ajarkan keluarga tentang tekhnik bernafas atau terjadinya hipoksemia.
relaksasi pada anak. 5. Untuk mengurangi sesak.
6. Kolaborasi dalam pemberian oksigen 6. Memaksimalkan bernafas dan menurunkan
tambahan. kerja nafas.
2 Nyeri b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien 1. Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang
inflamasi. keperawatn 1 X 30 menit, 2. Berikan posisi yang nyaman, usahakan dialami pasien.
anak tidak mengalami nyeri situasi ruangan yang tenang. 2. Untuk mengurangi rasa nyeri.
dengan kriteria hasil: 3. Ajarkan tekhnik relaksasi. 3. Untuk mengurangi nyeri yang dialami pasien.
1. Nyeri berkurang atau 4. Ajarkan tekhnik distraksi. 4. Dengan melakukan aktivitas lain pasien dapat
hilang. 5. Berikan obat-obat analgetik. melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang
2. Pasien tampak rileks. dialami.
5. Analgetik dapat menekan atau mengurangi
nyeri pasien.
3 Perfusi perifer Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji TTV 1. Mengetahui status kardiorespirasi pasien.
tidak efektif b.d keperawatan selama di rumah
ii
kekurangan sakit perfusi perifer kembali 2. Kaji secara komprehensif sirkulasi 2. Sirkulasi perifer dapat menunjukan tingkat
volume cairan. efektif dengan kriteria hasil: perifer. keparahan penyakit
3. Evaluasi nadi perifer dan edema. 3. Pulsasi yang lemah menimbulkan penurunan
1. Tidak ditemukan sianosis
4. Elevasi anggota badan 200 ataulebih. kardiak output.
dan edema
2. CRT<2 detik 5. Ubah posisi pasien setiap 2 jam 4. Untuk meningkatkan venous return.
6. Dorong latihan ROM sebelum bedrest. 5. Mencegah komplikasi dekubitus.
7. Instruksikan keluarga untuk 6. Menggerakan otot dan sendi agar tidak kaku.
mengobservasi kulit jika ada laserasi. 7. Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat
8. Kolaborasi dalam pemeriksaan laserasi.
laboratorium (Hb, hmt.) 8. Nilai laboratorium dapat menunjukan
komposisi darah.
4 Intolerasi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji factor yang menyebabkan 1. Salah satu penyebabnya adalah meningkatnya
aktivitas b.d keperawatan selama dirumah
kelemahan. TIK.
kelemahan. sakit tidak terjadi intoleransi
2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi 2. Memudahkan dalam proses terapi.
aktivitas dengan kriteria hasil:
1. Berpartisipasi dalam aktivitas yang mampu dilakukan. 3. Memudahkan untuk melakukan ADL secara
aktivitas fisik tanpa disertai 3. Bantu untuk mendapatkan alat bantu mandiri.
peningkatan tekanan darah,
aktivitas. 4. Untuk meningkatkan keseimbangan pelatihan
nadi, RR.
2. Mampu melakukan ADL 4. Bantu klien untuk membuat jadwal di ADL dengan istirahat pasien.
secara mandiri. waktu luang. 5. Untuk meningkatkan semangat pasien.
3. Keseimbangan aktivitas
5. Bantu pasien mengembangkan motivasi. 6. Agar keluarga dapat membantu pasien untuk
dan istirahat
6. Ajarakan keluarga tentang aktivitas yang embantu aaktivitas yang tidak bisa dilakukan.
tidak boleh dilakukan pasien. 7. Agar pasien mendapat program terapi yang
7. Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi tepat.
medik dalam merencanakan program
terapi yang tepat.

iii
5 Ansietas b.d Setelah dialkukan tindakan 1. Identifikasi tingkat kecemasan pada 1. Mengetahui tingkat kecemasan pada anak.
kurang terpapar keperawatan selama di rumah anak. 2. Mengurangi kecemasan pada anak.
informasi. sakit, pasien tidak cemas 2. Menciptakan lingkungan yang tenang 3. Mengalihkan perhatian anak agar tidak
dengan kriteria hasil: dan nyaman. cemas.
Postur tubuh, ekspresi wajah, 3. Gunakan pendekatan melalui terapi 4. Membantu memberikan ketenangan pada
bahasa tubuh dan tingkat bermain. anak.
aktivitas menunjukkan 4. Dorong keluarga untuk menemani anak. 5. Untuk mengetahui permainan yang disukai
berkurangnya kecemasan. 5. Kolaborasi dengan keluarga dalam oleh anak.
menentukan terapi bermain.

6 Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan 1.Pantau keadaan umum pasien dan TTV 1.Mengetahui kesadaran, dan kondisi tubuh
tidur b.d kurang kep selama 2x24 jam 2.kaji pola tidur dalam ke adaan normal atau tidak .
kontrol tidur diharapkan pasien dapat 3.kaji fungsi pola RR ;bunyi nafaskecepatan 2.untuk mengetahui kemudahan dalam tidur
istirahat tidur. Dengan irama 3.untuk mengetahui tingkat kegelisahan
kriteria hasil : 4.kaji faktor yg menyebabkan gannguan 4.untuk mengedentifikasi penyebab aktual dari
1.melaporkan istirahat tidur tidur(nyeri takut gangguan tidur
yg optimal ,sters,asietas,immobilitas,gannguan 6.untuk membantu relaksasi saat tidur
2wajah tidak pucat dan eliminasi seprti sering brkemih’gannguan 7.untuk menenangkan pikiran dari kegelisahan
konjungtiva mata tidak metabolisme,gannguan trnasportasi dan mengurangi ketegangan oto
anemis karena kurang tidur lingkungan yam asing,temperature aktifitas 8.pemberian obat sesuai jadwalnya.
3.mempertahankan atau yang tidak adekuat).
membentuk pola tidur yang 5.ciptakan suasana nyaman , kurangi atau
memberikan energi yg cukup hilangkan distraksi lingkungan dan
untuk menjalani aktifitas gannguan tidur
sehari-hari. 6. gunakan alat bantu tidur misal ;air hangat
untukkompres rilaksasi otot ,bahan
bacaan,pijatan di punggung ,musik yang
lembut,dll )
7. ajarkan reklasasi distraksi
8 beri obat dengan berkolaborasi dng dokter.

ii
ASKEP KASUS
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : Melki
2. Tempat tgl lahir/usia : jakarta,28,11,2005
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. A g a m a : Islam
5. Pendidikan : SD
6. Alamat : Cikarang jawa barat
7. Tgl masuk : 13 juni (jam 16.00)
8. Tgl pengkajian : 13 juni 2014
9. Diagnosa medik : 0besitas
B. Identitas Orang tua
1. Ayah
a. N a m a : Moh.Rusdi
b. U s i a : 30 thn
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Wiraswasta
e. A g a m a : Islam
f. Alamat : Cikarang jawa barat
2. Ibu
a. N a m a : Eka
b. U s i a : 28 thn
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
e. Agama : Islam
f. Alamat : Cikarang jawa barat
C. Identitas Saudara Kandung
Klien tidak memiliki saudara kandung (anak tunggal)
II. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Keluhan Utama : BB Bertambah
Riwayat Keluhan Utama : ibu klien mengatakan pasien datang dengan keluhan BB
bertambah,sesak nafas dan susah bergerak dan pencitraan diri menurun.
Keluhan Pada Saat Pengkajian : BB bertambah,sesak nafas dan sulit bergerak

B. Riwayat Kesehatan Lalu


1. Prenatal care
a. Ibu memeriksakan kehamilannya setiap minggu di dokter kandungan
Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh ibu
Tidak ada
b. Riwayat terkena radiasi : tidak ada
c. Riwayat berat badan selama hamil : Normal
e. Riwayat Imunisasi TT : 2x
f. Golongan darah ibu A Golongan darah ayah O
2. Natal
a, Tempat melahirkan : Puskesmas
b. Jenis persalinan : Spontan/pervagina
c. Penolong persalinan : Bidan
e. Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan setelah melahirkan
: Tidak ada
3. Post natal
a. Kondisi bayi : Normal APGAR 6
b. Anak pada saat lahir tidak mengalami : Komplikasi
c. Klien pernah mengalami penyakit : tidak pernah sakit
d. Riwayat kecelakaan : tidak ada

ii
C. Riwayat Kesehatan Keluarga

Genogram

Ket :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Tinggal dalam 1 rumah


D. Riwayat Immunisasi (imunisasi lengkap)
Reaksi
Frekue
No. Jenis immunisasi Waktu pemberian Frekuensi setelah
nsi
pemberian
BCG 1 bulan 1x Demam Tidak
1.
terkaji
DPT(I,II,III) 2,3 dan 4 bulan 3x Rewel Tidak
2.
terkaji
Polio 2,3 dan 4 bulan 3x Tidak ada Tidak
3.
terkaji
Hepatitis 6 bulan 1x Tidak ada Tidak
4.
terkaji
Campak 9 bulan 1x Tidak ada Tidak
5.
terkaji
E. Riwayat Tumbuh Kembang
1. Pertumbuhan Fisik
a. Berat badan : 42 kg
b. Tinggi badan :131 cm.
c. Waktu tumbuh gigi : 8 bulan
2. Perkembangan tiap tahap usia anak saat
a. Berguling : 4 bulan
b. Duduk : 9 bulan dengan dibantu
c. Merangkak : Lupa
d. Berdiri : 1thun
e. Berjalan : 1,2 tahun
f. Senyum kepada orang lain pertama kali : 6 bulan
g. Bicara pertama kali : 1 tahun dengan menyebutkan : mama
h. Berpakaian tanpa bantuan : lupa
F. Riwayat Nutrisi
1. Pemberian ASI
a. Pertama kali disusui : Sejak dilahirkan
b. Cara Pemberian : Menetek/Disusui langsung
c. Lama pemberian : Sampai anak usia 24 bulan

2. Pemberian susu formula


a. Alasan pemberian : Tidak ada
b. Jumlah pemberian : Tidak ada
c. Cara pemberian : Tidak ada

Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
No Usia Jenis nutrisi Lama pemberian
1. 0-24 bulan ASI 4-5 kali/hari

G. Riwayat Psikososial
1. Anak tinggal bersama : Orang tua di : Rumah pribadi
2. Lingkungan berada di : Kota
3. Rumah dekat dengan : Pemukiman
4. kamar klien : 1 kamar dengan orang tua
5. Rumah ada tangga : Tidak
6. Hubungan antar anggota keluarga : Harmonis
7. Pengasuh anak : Orang tua

H. Riwayat Spiritual
1. Support sistem dalam keluarga : Orang tua
2. Kegiatan keagamaan : Diselenggarakan dirumah dan dimesjid

ii
I. Reaksi Hospitalisasi
1. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
a. Ibu membawa anaknya ke RS karena : Berat badan beertambah dan sesak
nafas
b. Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : iya
c. Perasaan orang tua saat ini : cemas
d. Orang tua selalu berkunjung ke RS : Iya
2. Yang akan tinggal dengan anak : ayah, ibu
3. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
a. Anak belum mengerti bahwa ia dibawah dirumah sakit karena sakit
b. Klien belum mengerti apa yang menyebabkan dia sakit
J. Aktivitas sehari-hari
1. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Selera makan Baik Menurun
b. Menu makan Biskuit bayi,nasik,sayur,ikan Disediakan ruma sakit
c. Frekuensi 5x perhari 4x/hari
d. Pantangan makan Tidak ada Tidak ada
e. Cara makan Di suapin Di suapin

2. Cairan

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


a. Jenis minuman Asi,air putih Asi, air putih
b. Frekuensi minum 8x/hari 6x/hari
c. Kebutuhan cairan Tidak ada Tida ada
d. Cara pemenuhan Diminum Diminum

3. Eliminasi (BAB&BAK)

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


BAB Toilet Toilet
a. Tempat pembuangan 4-5 / hari 1x / hari
b. Frekuensi (waktu) Lembek,bau khas Lembek bau khas
c. Konsistensi Tidak ada Tidak ada
d. Kesulitan Tidak ada Tidak ada
e. Obat pencahar
BAK
a.Tempat pembuangan Toilet Toilet
b.Frekuensi (waktu) 4-5 / hari 4x / hari
c.Konsistensi kekuningan Lembek bau khas
d.Kesulitan Tidak ada Tidak ada
e.Obat pencahar Tidak ada Tidak ada

4. Istirahat tidur

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


a. Jam tidur
- Siang 5 jam 4 jam
- Malam 10 jam 6-8 jam
b. Pola tidur
c. Kebiasaan sebelum tidur
d. Kesulitan tidur
Tidak ada Tidak ada

5. Olah Raga

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


a. Program olah raga Tidak ada Tidak dapat beraktifitas
b. Jenis dan frekuensi
c. Kondisi setelah olah
raga

6. Personal higine
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Mandi

ii
- Cara Mandi sendiri Di lap basah
- Frekuensi 3x /hari 2x /hari
- Alat mandi Seperti biasa Kain, air hangat
b. Cuci rambut ,baskom
- Frekuensi 3x dalam seminngu
- Cara Sendiri
c. Gunting kuku
- Frekuensi 1x seminngu
- Cara Di bantu ibu
d. Gosok gigi
- Frekuensi 2x dalam sehari pagi malam
- Cara Mandiri 1x /hari yaitu pagi
Mandiri

7. Aktifitas/Mobilitas Fisik

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


a. Kegiatan sehari-hari Beramain dan nonton TV Tidak ada
b. Pengaturan jadwal harian Tidak ada
c. Penggunaan alat Bantu Tidak ada
aktifitas Tidak ada Tidak ada
d. Kesulitan pergerakan
tubuh Tidak ada Tertahan oleh
infus

8. Rekreasi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Perasaan saat sekolah Tidak di dentifikasi Tidak di dentifikasi
b. Waktu luang Tidak di dentifikasi Tidak di dentifikasi
c. Perasaan setelah Tidak di dentifikasi Tidak di dentifikasi
rekreasi
d. Waktu senggang klg Tidak di dentifikasi Tidak di dentifikasi
e. Kegiatan hari libur Tidak di dentifikasi Tidak di dentifikasi
K. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : klien tampak lemas
2. Kesadaran : compas matis
3. Tanda – tanda vital :
a. Tekanan darah : 130/90mmHg
b. Denyut nadi : 135 x / menit
c. Suhu : 36,5o C
d. Pernapasan :35 x/ menit
4. Berat Badan : 42kg
5. Tinggi Badan : 131 cm
6. Kepala
Inspeksi
Keadaan rambut & Hygiene kepala :Baik
Warna rambut : coklat
a. Penyebaran : merah
b. Mudah rontok : tidak
c. Kebersihan rambut : halus
Palpasi
Benjolan : ada / tidak ada : tidak ada
Nyeri tekan : ada / tidak ada : tidak ada
Tekstur rambut : kasar/halus : halus
7. Muka
Inspeksi
a. Simetris / tidak : Simetris
b. Bentuk wajah : Bulat
c. Gerakan abnormal : tidak ada
d. Ekspresi wajah : sesuai yamg dirasakan pasien
Palpasi
Nyeri tekan / tidak : tidak
Data lain
8. Mata
Inspeksi
a. Pelpebra : Edema / tidak
Radang / tidak

ii
b. Sklera : Icterus / tidak
c. Conjungtiva : Radang / tidak
Anemis / tidak
d. Pupil : - Isokor / anisokor
- Myosis / midriasisnor
- Refleks pupil terhadap cahaya : normal
e. Posisi mata :
Simetris / tidak : simetris
f. Gerakan bola mata : normal
g. Penutupan kelopak mata : baik
h. Keadaan bulu mata : 1 menyebur
i. Keadaan visus : tidak di dentifikasi
j. Penglihatan : - Kabur / tidak
- Diplopia / tidak
Palpasi
Tekanan bola mata : normal
Data lain : Tidak ada
9. Hidung & Sinus
Inspeksi
a. Posisi hidung : Simetris
b. Bentuk hidung : Sedang
c. Keadaan septum : Normal
d. Secret / cairan : Tidak ada
Data lain : Tidak ada
10. Telinga
Inspeksi
a. Posisi telinga : normal
b. Ukuran / bentuk telinga : normal
c. Aurikel : tidak di dentifikasi
d. Lubang telinga : Bersih / serumen/ nanah
e. Pemakaian alat bantu : tidak ada
Palpasi
Nyeri tekan / tidak
Pemeriksaan uji pendengaran
a. Rinne : tidak didentifikasi
b. Weber : tidak didentifikasi
c. Swabach :tidak didentifikasi
d. Pemeriksaan vestibuler : tidak didentifikasi
Data lain : Tidak ada
11. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
- Keadaan gigi :baik
- Karang gigi / karies :tidak ada
- Pemakaian gigi palsu : tidak ada
b. Gusi
Merah / radang / tidak : merah
c. Lidah
Kotor / tidak : tidak
d. Bibir
- Cianosis / pucat / tidak
- Basah / kering / pecah
- Mulut berbau / tidak
- Kemampuan bicara : baik
Data lain : Tidak ada
12. Tenggorokan
a. Warna mukosa : Tidak ada
b. Nyeri tekan : Tidak ada
c.Nyeri menelan : Tidak ada
13. Leher
Inspeksi
Kelenjar thyroid : Membesar / tidak
Palpasi
a. Kelenjar thyroid : Teraba / tidak
b. Kaku kuduk / tidak : Tidak
c. Kelenjar limfe : Membesar atau tidak
Data lain : Tidak ada
14. Thorax dan pernapasan

ii
a. Bentuk dada : normochest
b. Irama pernafasan :vesikuler
c. Pengembangan di waktu bernapas : tidak ada
d. Tipe pernapasan : pernafasan dada
Data lain : Tidak ada
Palpasi
a. Vokal fremitus : tidak didentifikasi
b. Massa / nyeri : tidak ada
Auskultasi
a.Suara nafas :Vesikuler Bronchial/Bronchovesikuler
b. Suara tambahan : Ronchi / Wheezing / Rales
Perkusi
Redup / pekak / hypersonor / tympani
Data lain : Tidak ada
15. Jantung
Palpasi
Ictus cordis : Tidak didentifikasi
Perkusi
Pembesaran jantung : Tidak ada

Auskultasi
a. BJ I : BJ1 “Lup “
b. BJ II : “ DUP”
c. BJ III :tidak didentifikasi
d. Bunyi jantung tambahan : tidak didentifikasi
Data lain : Tidak ada
16. Abdomen
Inspeksi
a. Membuncit : ya
b. Ada luka / tidak : tidak
Auskultasi
Peristaltik :tidakdidentifikasi
Palpasi
a. Hepar : Tidak teraba
b. Lien : Tidak teraba
c. Nyeri tekan : Tidak
Perkusi Tidak didentifikasi
a. Tympani : Tidak
b. Redup : Tidak
Data lain : Tidak ada
17. Genitalia dan Anus : Normal tidak ada abses
18. Ekstremitas
Ekstremitas atas
a. Motorik
- Pergerakan kanan / kiri : Baik
- Pergerakan abnormal : tidak ada
- Kekuatan otot kanan / kiri : lemah
- Tonus otot kanan / kiri : lemah
- Koordinasi gerak : normal
b. Refleks
: Tidak
c. Sensori
- Nyeri : Tidak di dentifikasi
- Rangsang suhu : Tidak di dentifikasi:
- Rasa raba : Tidak di dentifikas
Ekstremitas bawah
a. Motorik
- Gaya berjalan : Buruk
- Kekuatan kanan / kiri : lemah
b. Tonus otot kanan / kiri : lemah
c. Refleks
: Tidak dudentifikasi
d. Sensori
- Nyeri :Tidak
- Rangsang suhu :Tidak
- Rasa raba :Tidak
Data lain : Tidak ada

ii
19. Status Neurologi.
Saraf – saraf cranial
a. Nervus I (Olfactorius) : penghidu : Tidak ada kelainan
b. Nervus II (Opticus) : Penglihatan : Tidak ada kelainan
c. Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)
- Konstriksi pupil : Normal
- Gerakan kelopak mata : Baik
- Pergerakan bola mata : Baik
- Pergerakan mata ke bawah & dalam ;Baik
d. Nervus V (Trigeminus)
- Sensibilitas / sensori : Klien dapat merasakan
- Refleks dagu : Baik
- Refleks cornea : Baik
e. Nervus VII (Facialis)
- Gerakan mimik : Klien dapat tersenyum, menutup mata
dengan rapat,
- Pengecapan 2 / 3 lidah bagian depan : Klien dapat merasakan rasa manis,
asin, asam, dan pahit.
-
f. Nervus VIII (Acusticus)
Fungsi pendengaran : Klien dapat mendengar
g. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)
- Refleks menelan : Baik
- Refleks muntah : Baik
- Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : Klien dapat merasakan fungsi
pengecapan pada 1/3 posterior lidah.
- Suara : Normal
h. Nervus XI (Assesorius)
- Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan : ya
- Mengangkat bahu : ya
i. Nervus XII (Hypoglossus)
- Deviasi lidah : Dadat menggerakkan lidah
Tanda – tanda peradangan selaput otak
a. Kaku kuduk : Tidak di dentifikasi
b. Kernig Sign : Tidak di dentifikasi
c. Refleks Brudzinski : Tidak di dentifikasi
d. Refleks Lasequ :Tidak di dentifikasi
Data lain : Tidak ada

XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0 – 6 Tahun )


Dengan menggunakan DDST
1. Motorik kasar : Bisa berdiri dan duduk
2. Motorik halus : Bisa mengangkat tangan
3. Bahasa : Bahasa jelas
4. Personal social : Belum bisa keluar

XII. Test Diagnostik


= Laboratorium
= Foto Rotgen, CT Scan, MRI, USG, EEG, ECG

XIII. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci)


Diet karbohidrat

ii
Analisa Data
Data Masalah Penyebab
Ds : Ibu mengatakan anaknya Resiko berat badan Nutrisi intake makanan
berat badan berlebih lebih yang lebih.
Do : BB : 42 Kg

DS.ibu mengatakan anaknya Intoleransi saat Meningkatnya TIK tidak


sakit pada saat bergerak beraktifitas adekuatnnya ADL

Ds :Ibu mengatakan anaknya Pola nafas tidak efektif Perasaan takut dan ansietas
sesak nafas berat berhubungan dengan
Do : RR : 35x/m ketidakmampuan bernafas
atau terjadinya hipoksemia
Ds. Ibu mengatakan kurang HDR Gangguan dalam
percaya diri jika bersosialiasi dengan orag
berinteraksi /bersosialisasi lain dan pandangan negatif
denagan orang lain terhadap diri
Do.ibu mengatakan kelihatan
minder saat berkomunikasi
dan bergaul gengan
temannya.

Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas.


1.Resiko berat BB berlebih b.d kebiasaan makan
2.Pola nafas tidak efektif b.d obesitas
3.Intoleransi aktifitas b,d immobilitas.
4.Gangguan pencitraan diri yang berhubungan dengan biofisika atau psikosial pandangan
px tehadap diri.
5.Gangguan rasa nyaman berhubungan dengat berat badan yang di tandai dengan
kesusahan dalam beraktifitas
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
(Nursing Care Plan)
HARI/ DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
TGL KEPERAWATAN

Dx 1 -Setelah dilakukan tindakan 2x Monitor berat badan Untuk mengetahui berat badan pasien
Obesitas b.d 24 jam berat badan berkurang -Memberitahukan keluarga tentang -Untuk mengetahui keluarga tentang
gangguan -Kriteria hasil IMT : 18,5 -23 diet pasien duet pasien
kebiasaan makan -Menginformasikan kepada keluarga -Untuk menginformasikan kepada
tentang makanan yang rendah keluarga tentang makanan yang
karbohidrat mengandung karbohidrat
-Berkolaborasi dengan keluarga -Untuk mengetahui tentang nutrisi
tentang nutrisi

Dx 2 -Setelah dilakukan tindakan 2x -Monitor RR -Untuk mengetahui RR


Pola nafas tidak 24jam pernafasan pasien normal -Posisikan pasien setengah fowler -Agar keluarga mengetahui tentang --
efektif b.d obesitas -Kriteria hasil RR 80-90x/m -Informasikan kepada keluarga pemberian O2
tentang pemberian O2 -Agar pasien bernafas dengan normal
- Berkelaborasi dengan dokter tentang -Untuk memberikan pemberian O2
pemberian O2

ii
Dx.3 -Setelah dilakukan tindakan Monitor fisik pasien -Untuk mengetahui fisik pasieN
I ntoleransi 2x24 jam anak bisa berjalan - bantu pasien menngunakan kursi -Agar pasien dapat beraktifitas
aktifitas b.d -Latihan hasil anak bisa berjalan roda -Agar keluarga mengetahui cara
imobilitas normal. -Anjurkan keluarga untuk menngunakan kursi roda
menngunakan kursi roda -Agar pasien mendapat program terapi
-Kolaborasi dengan tenaga yang tepat
rehabilitasi medik dalam merencakan
terapi yg tepat.

Dx.4 -Setelah dilakukan perawatan Diskusikan emosi kejadian - Membantu mengidentifikasi kapan
Gangguan rasa diharap mampu melaksanakan sehubungan dengan makan dan buat pasien makan unttuk memuaskan
nyaman b.d berat diet rencana makan dengan pasien. kebutuhan emosi dari pada lapar
badan yang di -menunjukkan perubahan pola -tekankan pentingnya menghindari -hilangkan kebutuhan komponen yang
tandai dengan makan dan keterlibatan individu diet berlemak dan diskusikan dapat menimbulkan ketidak
kesusahan dalam dalam program latihan. tambahan tujuan nyata untuk seimbangan metabolik ex : penurunan
beraktfitas penurunan BB karbohidrat berlebih
-Diskusikan pada pasien pandangan
menjadi gemuk dan apa artinya bagi
individu.
-kolaborasi dengan ahli gizi

35
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep
Dx.5 -Setelah dilakukan perawatan
Resiko terhadap diharap mampu melaksanakan -Borong pasien untuk mengespresikan -pandangan mental termasuk ideal kita
kerusakan interaksi diet persaan dan persepsi masalah dan biasanya tidak terbaru ,gemuk
sosial yang b.d -menunjukkan perubahan pola -Bantu dalam megidentifikasi dapat mempunyai akar dalam

ketidak mampuan makan dan keterlibatan individu tanggung jawab sendiri dan kontrol psikologo.

untuk dalam program latihan. pada situasi -Membantu mengidentifikasi dan


-berkolaborasi dengan ahli psikis memperjelas alasan untuk kesulitan
mempertahankan
dalam berinteraksi dengan orang lain
hubungan akibat
-mengidentifikasi masalah khusus dan
perasaan malu dan
menganjurkan tindakan yang dapat
respon negatif dari
diambil untuk mempengaruhi
orang lain
perubahan.

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien :Melki No. RM :


Umur : 13 Dx Medis :
Hari/Tgl Dx. Keperawatan Jam Implementasi TTD/ Evaluasi TTD/Nama
Nama

ii
Dx. 1 -Memonitor berat badan agar keluarga S : ibu mengatakan Bbmasih tidak
mengetahui tentang diet. normal
-agar keluarga mengetahui tentang O : Pasien berat badanya masih
makanan yang renda karbohidrat berlebih
-berkelaborasi dengan keluarga tentang A : masalah belom terasi
nutrisi P : intervensi di lanjutkan

Dx 2 -Memonitor RR S : ibu mengatakan sudah tidak sesak


-Memposisikan pasien setengah fowler O : RR : 30X/menit
-Menginformasikan kepada keluarga A : Masalah teratasi
tentang pemberian O2 P :Intervensi dihentikan
-berkelaborasi dengan dokter tentang
penberian O2

DX 3 -Memonitor fisik pasien S : ibu mengatakn anaknya masih sulit


-Membantu pasien menggunakan kursi berjalan
roda 0 : anak masih tidak bisa bergerak
-Menganjurkan keluarga pasien untuk A : Masalah belom terasi
menggunakan kursi roda P :Intervnsi di lanjutkan
- Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi
medik dalam merencakan terapi yg
tepat.

37
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep
DX.4 S : Pasien mengatakan menerima
tentang anjuran untuk menurunkan BB
-Memberikan nasehat kepada pasien dan berkeinginan diet secara teratur
agar melaksanakn diet teratur dan O : Pasien masih tampak ragu untuk
optimal. berkonsultasi dengan ahli diet karena
-Menganjurkan kepada pasien untuk belum yakin Bbnya bisa kembali
berkonsultasi kepada ahli diet normal.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan
DX.5 S : Pasien masih tampak ragu
O : bisa menerima dan percaya bahwa
-Memberi semangat bahwa berat badan itu adalah yang terbaik untuknya
pasien masih bisa diturukan A : Masalah belum teratasi
-Memberi dukungan bahwa itu adalah P : Intervensi di lanjutkan
anugerah dari tuhan.
-Memberi pengertian kalau hanya diri
kita yamg mampu merubah ke adaan
yang ada pada dari kita sendiri.

ii
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, R., & Sartika, D. (2011). FAKTOR RISIKO OBESITAS PADA ANAK 5-15 TAHUN DI
INDONESIA, 15(1), 37–43.
Hariyanto, D., Madiyono, B., Sjarif, D. R., & Sastroasmoro, S. (2009). Hubungan Ketebalan
Tunika Intima Media Arteri Carotis dengan Obesitas pada Remaja, 11(3).

39
Prodi Profesi Ners FIK UNIJA Sumenep

También podría gustarte