Está en la página 1de 23

C.

Teori Kuantitas Uang


Landasan pokok kaum monetariat bertumpu pada teori Kuantitas Uang. Teori
kuantitas uang dapat dinyatakan dalam bentuk:
MV = PT
di mana:
M = Suplai uang dalam perekonomian
V = Kecepatan sirkulasi uang dalam perekonomian
P = Harga rata-rata semua transaksi dalam perekonomian
T = Jumlah transaksi dalam perekonomian dalam periode khusus

Ukuran jumlah pengeluaran dalam perekonomian adalah sebesar harga rata-


rata semua transaksi dalam perekonomian dikalikan dengan jumlah transaksi
dalam perekonomian tersebut pada periode tertentu (PT), sedangkan MV
merupakan jumlah uang yang digunakan. Kedua ruas ini harus identik dalam nilai
uang. Kadang-kadang T ditulia Q yakni output perekonomian, sehingga MV = PQ
= total pengeluaran nasional dalam suatu periode, dan ini sama dengan GDP.
Kaum monetariat secara tradiaional membuat sejumlah asumsi untuk
mentransformasikan hubungan MV = PT menjadi alas peramalan kemungkinan
pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap inflasi. Secara khusus mereka membuat
dua asumsi kunci, yakni:
1. Kecepatan peredanan uang (V) diyAkani berubah sangat lambat dari waktu ke
waktu dan berubah secara bebas terhadap suplai uang, oleh karena itu ia dapat
dianggap konstan.
2. Kaum monetariat percaya bahwa perekonomian secara "built in" cenderung
mencapai pendapatan nasional yang seimbang dengan pengejaran penuh (full
employment). Diasumsikan bahwa transaksi (T) secara relatif konstan dalam
jangka pendek (dengan kata lain T dibatasi oleh kapasitas produksi dalam
perekonomian pada tingkat pengerjaan penuh).

Atas dasar dua asumsi pokok ini kaum monetariat mengadakan analiaia
perkembangan perekonomian khususnya mengenai kebijaksanaan moneter.
Mengingat V dan T konstan maka perkembangan harga (tinggi rendahnya harga)
tergantung pada jumlah uang yang beredar.

𝑉
Dari MV = PT P= .M
𝑇

Jika V konstan, dan jika suplai uang (M) bertambah 20% maka harga (P) akan
bertambah 20% (dalam praktik hubungan itu tidak selalu persia sama, sebab V
dan T tidak selalu terns tetap). Dampak peningkatan harga sebagai akibat dari
pertambahan uang diperkirakan antara satu tahun hingga 18 bulan (di Inggria).
Selain dua asumsi pokok tadi, kaum monetariat mengasumsikan lagi beberapa
asumsi, yakni:
1. Suplai uang dapat dikontrol oleh pemerintah (penguasa moneter) untuk
mengendalikan pertumbuhan nominal GDP
2. Dengan sektor ekonomi swasta yang kompetitif otomatia cenderung membawa
perekonomian ke tingkat pengangguran yang normal (tidak tinggi) dan
kalaupun ada pengangguran hanya dalam jangka pendek. Oleh karena itu,
kaum monetariat menolak teori Keynes yang menganggap pengangguran
diatasi lewat kebijaksanaan fiakal.
3. Tambahan suplai uang harus tetap sesuai dengan pertumbuhan ekonomi agar
tingkat harga stabil.

Kebenaran teori kaum monetariat ini sangat tergantung dari kebenaran


(validitas) asumsi-asumsi tersebut di atas di dalam praktik. Misalnya apakah betul
V dan T itu konstan dari periode ke periode. Ada cukup banyak bukti
menunjukkan bahwa dalam periode tertentu di negara tertentu V dan T tidak
konstan, sedangkan di beberapa negara dan dalam kurun waktu tertentu V dan T
konstan. Jadi ahli ekonomi aliran Keynes menolak ajaran monetariat atas dasar
asumsi V dan T yang selalu konstan. Kaum monetariat dipelopori oleh Friedman
guru besar ekonomi dari Universitas Chicago, Amerika Serikat.

Apa yang Dimaksud dengan Uang?


Secara prinsip, setiap barang dapat diklasifikasikan sebagai uang. Hanya saja
jika kita memutuskan bahwa barang sesuatu itu adalah uang berarti kita harus
menerima ia sebagai alat tukar (artinya baik orang maupun perusahaan harus siap
untuk menerimanya kembali sebagai alat untuk membeli barang dan jasa). Sebagai
contoh dalam tahun 1945 di Jerman rokok pernah dianggap sebagai alat tukar
untuk perdagangan barang dan jasa. Meskipun demikian, biasanya yang kita
anggap sebagai uang ialah uang kertas dan coin yang ada di dompet kita yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Jadi uang dapat dikatakan sebagai sesuatu yang
diterima sebagai media pertukaran atau alat tukar.

Pengukuran Suplai Uang


1. Uang untuk transaksi dinamakin M1,
M1 = Uang yang beredar di luar bank (currency) + demand deposit +
traveler's check + checkable deposit + yang lain.
Catatan:
Demand Deposit = check
Checkable deposit = semua jenis simpanan yang dap:u dicairkan dengan
check.
2. M2 (broad money) = MI + saving accounts + money market accounts
+ time deposit
3. M3 = M2 + sebagian besar time deposit
Catatan: M1 adalah bagian dari M2 dan M2 merupakan bagian yang terbesar
dari M3
Catatan: Uang kuasi (quasi-money) = surat-surat berharga yang dapat
diuangkan, current account.

Permintaan Akan Uang


Seberapa besar aset seseorang disimpan dalam bentuk uang..? Ekonomi klasik
di abad ke-19 percaya bahwa motivasi orang memegang uang ialah sebagai media
alat tukar. Akan tetapi Keynes, ahli ekonomi abad ke-20 menyatakan bahwa
motivasi orang memegang uang ada tiga macam yakni: (a) untuk transaksi, (b)
untuk berjaga-jaga (precautionary) dan (c) untuk spekulasi. Ketiga motivasi ini
dipengaruhi oleh empat faktor yakni:
(1) tingkat harga, (2) income, (3) tingkat bunga, dan (4) persediaan kredit.

Jumiah uang yang dipegang seseorang disebut "money balance". la terdiri


atas uang kertas, dan coin (currency) checking deposit, checklike deposit di
lembaga-lembaga keuangan dan traveler's checks. Grafik permintaan Akan uang
dinyatakan dalam hubungan antara kuantitas uang yang diminta dengan tingkat
bunga. Jadi bunga adalah harga dari uang, dan grafiknya ditunjukkan oleh
Gambar (a), (b), (c) dan (d).
Pada Gambar (d) tampak apabila bunga terlalu rendah semua orang tidak ada
yang mau meminjamkan uangnya pada orang lain, juga tidak ada yang
mendepositokannya. Dengan kata lain, menurut Keynes orang menahan uangnya
di rumah. Oleh karena itu, Gambar (d) menunjukkan pada tingkat bunga misalnya
2% setahun, maka permintaan akan uang grafiknya mendatar. Situasi ini disebut
"liquidity trap".

Bank dan Penciptaan Uang


Bank adalah suatu lembaga keuangan yang mempunyai prinsil sederhana:
meminjam uang dari masyarakat dengan bunga yang rendah, dan
meminjamkannya kembali kepada anggota masyarakat yang membutuhkan
(investor) dengan bunga tinggi. Jadi keuntungan bank didapat dari selisih bunga
(biasa disebut spread).

Penabung Bank Investor

Penciptaan Uang dan Pemusnahan Uang


Uang terdiri atas checking deposit, checklike deposits dan currency di tangan
masyarakat. Untuk menciptakan uang bank harus menambah baik currency yang
di tangan masyarakat maupun checkable deposits. Cara bank melakukan ini
dengan membuat pinjaman.
Seorang pengusaha pergi ke suatu bank katakanlah ke BNI 46 dan
mengajukan permohonan pinjaman sebesar Rp 100 juta. Kemudian dia meminta
kepada bank bahwa pinjamannya itu dijamin. Karena dia telah mempunyai
rekening di bank tersebut maka BNI hanya menambah Rp. 100 juta pada
rekeningnya. Sebaliknya pengusaha tadi menandatangani surat perjanjian bahwa
ia akan membayar kembali pinjamannya itu pada tanggal yang sudah disepakati.
Ini berarti uang sudah tercipta. Checking deposit telah bertarnbah dengan Rp 100
juta. Jika karena suatu alasan pengusaha tadi telah merninta untuk dibayar uang
tunai (cash), masyarakat akan mempunyai Rp 100 juta tadi dalam bentuk
currency. Bagairnana dengan bank? uang sebanyak Rp 100 juta yang diberikan
itu hanyalah inventori, tidak dapat dihitung sebagai suplai uang di masyarakat.
Meskipun bank agaknya punya izin untuk mencetak uang, namun izin itu amat
terbatas. Suatu bank dapat meminjamkan hanya jika ia menyediakan cadangan
(reserve). Siapa yang menentukan reserve itu? Jawabnya tentu saja Bank Sentral.
Jadi kita rnernpunyai tiga bagian yang terlibat dalam penciptaan uang: seseorang
yang ingin meminjam uang, bank yang menciptakan uang, Bank Sentral yang
mengizinkan tindakan ini untuk dilakukan.
Sebaliknya bank dapat juga memusnahkan uang. Apa yang terjadi jika,
pengusaha tadi membayar kembali pinjamannya. Dia mungkin menulis check
pada rekeningnya sebanyak Rp 100 juta ditambah bunga yang harus dibayarnya
ketika bank mengurangi rekeningnya, rnaka suplai uang berkurang. Atau jika
pengusaha tadi membayar pinjamannya dalam bentuk cash, suplai uang
berkurang. Dalam hal ini currency lepas dari tangan masyarakat dan masuk ke
inventori bank. Bank akan menstempel perjanjian pinjaman dengan "paid" dan
transaksi telah selesai. Penciptaan dan pemusnahan, uang merupakan fungsi
utama dari bank. Caranya ialah dengan melalui pinjaman (loan).

D. Kebijakan Moneter
1. Tujuan dan Instrumen Kebijakan Moneter
Kebijakan yang diambil oleh Bank Sentral untuk MENAMBAH atau
MENGURANGI jumlah uang yang beredar di masyarakat. Pengaturan jumlah
uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu:
a. Kebijakan Moneter Ekspansif/Monetary Expansive Policy. Adalah suatu
kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.
b. Kebijakan Moneter Kontraktif/Monetary Contractive Policy Adalah suatu
kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Disebut juga
dengan kebijakan uang ketat (tight money policy).

Tujuan kebijaksanaan moneter ialah: menstabilkan harga, mengusahakan full


employment, dan mengendalikan perturnbuhan ekonomi. Pada dasarnya kebijakan
moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu
antara lain:
a. Mengadakan operasi pasar terbuka.
b. Menetapkan/mengubah discount rate.
c. Menetapkan/mengubah reserve requirement. \
d. Himbauan Moral (Moral Persuasion).

a. Operasi Pasar Terbuka


Operasi pasar terbuka ialah cara mengendalikan uang yang beredar dengan
menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika
ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga
pernerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka
pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat-
surat berharga itu ialah sertifikat-sertifikat bank, surat-surat obligasi, bank
notes. Surat berharga pemerintah antara lain di antaranya adalah SBI. Bank
Indonesia menjual SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU
atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang. secara lelang kepada bank-bank
umum, bahkan akhir-akhir ini perusahaan perorangan pun boleh. Jika Bank
Sentral ingin mengurangi suplai uang beredar (kontraksi moneter) atau paling
sedikit memperlambat tingkat ekspansi, ia masuk ke dalam pasar terbuka dan
menjual surat-surat berharga. Prosesnya akan menurunkan harga obligasi dan
meningkatkan tingkat bunga. Sebaliknya apabila menambah suplai uang, Bank
Sentral dapat membeli surat-surat berharga dari bank-bank umum dan bank
umum akan meminjamkan uang yang didapat dari hasil penjualan surat-surat
berharga tadi ke anggota masyarakat yang membutuhkan (misal investor), lalu
uang di masyarakat akan bertambah.

. b. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)


Discount rate ialah tingkat bunga yang dibayar oleh bank-hank umum ketika
meminjami uang pada Bank Sentral (di Indonesia Bank Indonesia).
Alasan utama mengapa bank-bank umum itu meminjam ialah apabila
mendapatkan kesulitan mempertahankan reserve ratio. Reserve ratio
merupakan persentase uang yang wajib ditahan, dan tidak boleh dipinjamkan
ke nasabahnya. Alasan lain mengapa bank meminjam uang pada Bank Sentral
ialah menghadapi musim di mana banyak nasabah memerlukan uang misalnya
waktu lebaran, tahun baru dan sebagainya. Selain itu di antara sesama bank
umum dapat pula saling meminjam, yakni bagi yang kekurangan reserve
dengan yang kelebihan reserve, yang berjangka waktu beberapa hari.
Fasilitas Diskonto dapat menjadi instrumen pengaturan jumlah uang yang
beredar dengan memainkan tingkat bunga Bank Sentral pada bank umum. Bank
umum terkadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke
Bank Sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan
tingkat bunga Bank Sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi
membuat uang yang beredar berkurang.

c. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)


Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan
memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada
pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio
cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah
menaikkan rasio cadangan wajib. Mengubah cadangan wajib bank (reseserve
requirement) merupakan senjata terakhir Bank Sentral. Instrumen ini hanya
digunakan apabila usaha lain dalam mengendalikan jumlah uang beredar tidak
berhasil. Bank Sentral suatu negara berhak mengubah besarnya reserve ratio,
namun dalam praktik jarang dilakukan, misalnya sekali dalam beberapa tahun.
Biasanya reserve ratio antara 8-15%, meskipun demikian ini tidak mutlak,
tergantung kebutuhan untuk mendukung tujuan yang diharapkan oleh Bank
Sentral biaa 2 persen biaa juga 18% misalnya. Bila penabung memasukkan
uangnya Rp 100.000 ke suatu bank umum, maka bank umum tadi tidak boleh
meminjamkan uang tadi ke nasabah (investor) lain Rp 100.000,- tetapi harus
kurang dari itu. Seandainya reserve ratio yang ditetapkan oleh Bank Sentral 10
persen, maka bank umum tadi paling banyak dapat meminjamkan Rp 90.000,-
kepada investor.

d. Himbauan Moral (Moral Persuasion)


Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang
beredar dengan jalan memberi himbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya
seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam
mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau
agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah
uang beredar pada perekonomian.

2. Tolok Ukur Stabilitas Moneter


Setiap kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah harus memiliki target dan
ukuran keberhasilan. Hal ini penting, untuk mengukur atau sebagai acuan, apakah
kebijakan tersebut berhasil atau tidak. Dalam perekonomian beberapa indikator
yang biasanya digunakan untuk menilai kebijakan moneter adalah:

a. Jumlah Uang Beredar (JUB)

Jumlah uang beredar adalah uang yang berada di tangan masyarakat. Namun
definisi ini terus berkembang, seiring dengan perkembangan perekonornian
suatu negara. Cakupan definisi jumlah uang bercdan di negara maju umumnya
lebih luas dan kompleks dibandangkan negara sedang berkembang (NSB).
Pengertian paling sempit atau biasa dikenal dengan istilah narrow money
adalah daya beli yang langsung biaa digunakan untuk pembayaran atau dapat
diperluas mencakup alat-alat pembayaran yang mendekati “uang" (deposito
berjangka dan tabungan). Narrow money biasanya disimbolkan dengan M1
terdiri dari uang tunai/kartal (currency) dan uang giral (demand deposit). Uang
kartal merupakan uang kertas dan uang logam yang ada di tangan masyarakat
umum, sedangkan uang giral mencakup saldo rekening koran/giro milik
masyarakat umum yang disimpan di bank.

b. Laju inflasi yang cukup rendah terkendali

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga


secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar
yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat
yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau
bahkan spekulasi, sarnpai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran
distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya
nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa,
bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap
tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat
tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga
berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah
inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang
kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara
tmtuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI
dan GDP Deflator (https://id.wikipedia.org/wiki/Inflasi).

Bagi dunia perbankan laju inflasi yang tinggi akan menimbulkan kesulitan
bagi bank untuk rnengerahkan dana masyarakat, karena dengan inflasi yang
tinggi tersebut, tingkat bunga riil (bunga nominal-inflasi) akan menurun,
sehingga mengurangi keinginan masyarakat untuk menyimpan kekayaannya
dalam produk-produk perbankan. Dampak selanjutnya adalah, bunga riil yang
menurun bila dibandangkan tingkat bunga riil di luar negeri akan memicu
larinya dana masyarakat ke luar negeri, karena dirasakan masyarakat lebih
menguntungkan menyimpan dananya di luar negeri.
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan,
sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga
berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%-30% setahun;
berat antara 30%-100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali
terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.

c. Suku bunga pada tingkat yang wajar


Selain yang telah sering dijelaskan sebelumnya, bahwa dari sisi masyarakat
tingginya suku bunga memang akan menambah keinginan masyarakat untuk
menyimpan dananya di bank, namun di sisi lain, tingginya suku bunga tersebut
akan mengurangi niat dunia usaha untuk mengambil kredit bagi
pengembangan usahanya. Akibatnya dana yang sudah terlanjur masuk ke
perbankan dengan adanya bunga tinggi tersebut, tidak dapat tersalurkan dan
menimbulkan permasalahan baru bagi perbankan, yakni, ke mana dana
masyarakat tersebut akan disalurkan? Apabila masalah ini tidak segera
mendapat jalan keluar, maka perbankan terancam akan menghadapi masalah
likuiditas dan tentu saja masalah penghasilan dari bunga yang seharusnya
diperoleh.

. d. Nilai tukar rupiah yang realistis


Dengan berbagai instrumen yang dimiliki, BI akan mengarahkan agar nilai
tukar rupiah cukup bagus dan realistis. Hal yang dimaksud dengan kestabilan
nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa
yang tercermin pada inflasi. Berbagai faktor eksternal atau kondiai global
berpotensi menekan nilai tukar rupiah. Ketika terjadi gejolak pada nilai tukar
rupiah maka akan berpengaruh terhadap hal-hal yang berkaitan erat dengan
pergerakan nilai tukar, seperti penerimaan dan juga subsidi. Salah satu
indikator makro penting dalam penyusunan APBN adalah asumsi nilai tukar
rupiah terhadap US$. Asumsi besaran nilai tukar rupiah terhadap US$ sangat
berpengaruh terhadap penerimaan, pengcluaran serta pembiayaan dalam
APBN. Mengingat pentingnya asumsi nilai tukar rupiah sebagai indikator
makro dalam penyusunan APBN, diperlukan identifikasi variabel-variabel
terkait yang berpengaruh serta model yang tepat untuk memprakirakan
besarnya nilai tukar rupiah yang mendekati kenyataan.
Nilai tukar yang stabil tentu akan lebih memberi iklim kepastian hagi semua
pelaku usaha, termasuk sektor perbankan, dunia usaha dan masyarakat. Nilai
tukar rupiah yang rendah saat ini dapat dijadikan saat yang baik dunia usaha
yang berorientasi ekspor, dan ini dapat memicu peningkatan permintaan kredit
dari dunia usaha untuk melanjutkan dan meningkatkan produk ekspornya.

e. Ekspektasi/harapan masyarakat terhadap moneter


Sulitnya menetapkan nilai tukar yang realistis yang menstabilkan
perekonomian, sementara kepastian nilai tukar yang stabil sangat diharapkan
oleh semua pelaku usaha, termasuk sektor perbankan, dunia usaha dan
masyarakat. Pada akhirnya faktor yang tak dapat diabaikan menentukan nilai
tukar mata uang yang diperdagangkan secara bebas adalah kepercayaan.
Masyarakat akan menghargai nilai suatu mata uang bila masyarakat melihat
bahwa uang tersebut akan memberikan “keuntungan" yang lebih besar
daripada mata uang lain. Keuntungan penggunaan mata uang diukur dari
kemampuan mata uang tersebut mempertahankan nilainya. Mata uang yang
terus merosot nilai tukarnya, yang membuat penggunanya hanya mampu
membeli barang dalam jumlah yang makin sedikit tentu lebih lebih kurang
diminati dibandang yang terus menguat. Meskipun lebih sulit untuk diukur,
namun ekspektasi masyarakat mulai mendapat perhatian besar dalam rangka
pelaksanaan kebijakan moneter di Indonesia. Ekspektasi umumnya terjadi
melalui ekspektasi masyarakat terhadap tingkat inflasi dan ekspektasi terhadap
nilai tukar. Ekspektasi masyarakat yang berlebihan terhadap besaran inflasi
akan mendorong semakin tingginya harga-harga, sehingga akan mengurangi
tingkat konsumsi dan daya saing produk dalam negeri yang akan diekspor.
Sementara itu, ekspektasi masyarakat yang negatif terhadap nilai tukar akan
berdampak pada menurunnya kepercayaan masyarakat pada mata uang rupiah,
sehingga dapat memicu mengalirnya dana masyarakat ke luar negeri.
Dari kelima indikator tersebut, hanya JUB yang tidak dapat dimonitor dan
dirasakan langsung oleh masyarakat, sementara itu indikator nomor b sampai
dengan e, relatif dapat dilihat dan dirasakan langsung oleh masyarakat.
Dengan alasan ini, berikut ini akan dijelaskan secara ringkas dari keempat
indikator tersebut

3. Strategi Kebijakan Moneter

Untuk mendapatkan indikator moneter seperti diayaratkan sebelumnya, maka


pemerintah yang dalam hal ini otoritas moneter, memerlukan strategi yang tepat dan
sesuai dengan kondiai di Indonesia. Secara umum, strategi moneter yang dapat
dipilih antara lain adalah:
a. Strategi Kebijakan moneter longgar (Easy Monetary Policy) atau Strategi
kebijakan moneter ketat (Tight Monetary Policy). Kebijakan moneter longgar
akan ditempuh untuk menggiatkan kembali perekonomian yang sedang lesu,
dengan cara mempermudah dan menambah jumlah uang beredar, agar
permintaan konsumsi naik.
b. Countercyclical Monetary Policy atau Accomodative Monetary Policy
Countercyclical Monetary Policy: Untuk memperlunak konjungtur/naik
turunnya perekonomian, pemerintah perlu secara aktif malakukan intervensi di
pasar uang, yakni dengan melakukan ekspansi moneter di saat perekonomian
menghadapi masa resesi dan melakukan kontraksi moneter saat perekonomian
mengalami boom/laju yang terlalu cepat.
Dalam upaya memaksimalkan pertumbuhan ekonomi, perlu dipahami bahwa
perekonomian tidak selalu berkembang secara teratur dari satu periode ke
periode lainnya. la selalu mengalami masa naik dan turun. Adakalanya kegiatan
perekonomian berkembang dengan sangat pesat sehingga menimbulkan
kenaikan harga-harga. Pada periode lainnya perekonomian mengalami
perlambatan dalam perkembangannya dan adakalanya ia merosot dan berada di
tingkat yang lebih rendah dari periode sebelumnya. Pergerakan naik turun
kegiatan perusahaan-perusahaan di dalam jangka panjang dinarnakan konjungtur
atau siklus kegiatan perusahaan (business cycle).

Konjungtur adalah fenomena yang berlaku dalam perekonomian menunjukkan


bahwa kegiatan ekonomi tidak berkembang secara teratur tetapi mengalami
kenaikan atau kemunduran yang selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Gambaran atau grafik mengenai konjungtur adalah suatu grafik yang
menunjukkan perubahan pendapatan nasional dan kegiatan ekonomi dari satu
waktu ke waktu lain.
Gelombang Konjungtur dibagi menjadi 4 (empat) tahap:
1) Tahap Depresi = Kemerosotan. Yaitu kemerosotan yang disebabkan antara
lain banyak produksi berkurang, banyak pabrik tutup, banyak terjadi
pengangguran (baisse atau konjungtur rendah). Tetapi akhirnya keadaan
berubah lagi (titik balik hawah/ trough).
2) Tahap Ekspansi = Kegiatan ekonomi cepat. Yaitu tahap kegiatan ekonomi
dalam perkembangan atau pertumbuhan yang cepat sampai tercapainya
puncak kegiatan (masa "boom" atau "haiiase" = konjungtur tinggi).
3) Tahap Resesi = Kelesuan. Yaitu semula kemacetan yang timbul menyebabkan
laju pertumbuhan ekonomi terhenti (stagnasi) dan/atau mundur sedikit. Jika
berlangsung lama dan hebat, di mana semua sektor ekonomi ikut lesu maka
kelesuan menjadi kemerosotan.
4) Tahap Recovery = Pemulihan. Yaitu tahap yang mulai pulih kembali normal.

Yang menjadi pokok permasalahan timbulnya konjungtur menurut teori


moneter adalah jumlah uang yang beredar di masyarakat. Menurut John
Maynard Keynes, sistem moneter dan kredit bukanlah penyebab terbentuknya
gelombang konjungtur, tetapi merupakan akibat. Penyebab utamanya adalah
tidak stabilnya investasi. Apabila masyarakat banyak memegang uang, maka
akan timbul kecenderungan mempergunakan uangnya untuk keperluan
konsumsi dan investasi, sedangkan sebaliknya, apabila uang sulit diperoleh,
maka pengeluaran dunia bisnis dan masyarakat juga akan berkurang.
Pengurangan jumlah uang sampai pada tingkat minimum ini akan
menghalangi upaya dari perusahaan untuk melakukan ekspansi.

Kecenderungan masyarakat untuk mengurangi tingkat konsumsinya dan lebih


banyak melakukan kegiatan menabung akan menyebabkan pengeluaran total
tidak akan mencukupi untuk mempekerjakan semua angkatan kerja. Besarnya
tingkat tabungan rnasyarakat ini, walaupun biaa dijadikan sebagai sumber
investasi, dianggap kurang menguntungkan karena hal tersebut diikuti dengan
rendahnya tingkat konsumsi masyarakat. Investasi sebagai kekuatan
pendorong yang menentukan konjungtur akan berpengaruh terhadap gerakan
konjungtur.
Pengaruh dari adanya konjungtur terhadap perekonomian Indonesia sangat
terasa pada neraca perdagangan Indonesia. Hal ini dikarenakan Indonesia
merupakan salah satu negara eksportir terbesar. Selain berpengaruh terhadap
neraca perdagangan aktivitas perekonomian di dalam negeri, juga akan
berpengaruh terhadap aktivitas usaha, penyerapan tenaga kerja, tingkat
investasi, tingkat harga di dalam negeri, dan sebagainya.
Untuk menanggulangi hal tersebut, pemerintah Indonesia melakukan
kebijaksanaan fiakal dan moneter seperti deregulasi, diberlakukannya
undang-undang perpajakan yang baru, dan menjaga kestabilan nilai rupiah
terhadap mata uang asing.

1) Berbagai Jenis tentang Siklus Ekonomi


Setelah diterbitkannya karya Joseph Schumpeter mengenai permasalahan
siklus ekonomi (Business Cycle), kini lazim dibedakan antara empat jenis
siklus ekonomi. Dalam hubungan ini dikenal siklus jangka pendek, siklus
jangka menengah, siklus jangka menengah/panjang, dan siklus jangka
panjang (yang disebut juga gelombang jangka panjang ataupun gerak
kecenderungan jangka panjang). Pentahapan waktu tersebut langsung
terkait dengan faktor kekuatan paling berperan dalam gerak kegiatan
gelombang ekonomi yang bersangkutan.
a) Siklus Jangka Pendek
Menyangkut gerak gelombang kegiatan ekonomi selama 3-4 tahun (rata-
rata berkisar pada 40 bulan) dari tingkat terendah sampai tingkat
terendah berikutnya, dinamakin Siklus Kitchen.
b) Siklus Jangka Menengah
Meliputi masa waktu 7-11 tahun (rata-rata berkisar 9 tahun), disebut
Siklus Juglar.
c) Siklus Jangka Menengah/Panjang
Masa waktu 15-22 tahun (rata-rata kurang dari 20 tahun), disebut Siklus
Kuznets.
d) Gerak Kecenderungan Jangka Panjang ,
Menyangkut gelombang ekonomi selama masa waktu 4060 tahun (rata-
rata 54 tahun) dikenal sebagai Gelombang Kondratieff. Nicolai
Kondratieff pemikir besar bangsa Rusia awal abad XX murid dari
Tugan-Baranowski.
Resesi adalah penurunan aktivitas ekonomi yang meluas ke mana-mana.
Penurunan semacam ini biasanya menyebabkan banyak pekerja yang
kehilangan pekerjaannya. Suatu resesi yang serius biasanya disebut
depresi.
a) Pengangguran tinggi
b) Tingkat permintaan beli rendah atau daya beli yang rendah bila
dibandingkan dengan daya produksi yang tcrpasang/ tersedia untuk
menghasilkan barang konsumsi. Yang berakibat pada rendahnya laba
perusahaan.
c) Perusahaan bisa merugi
d) Keyakinan akan masa depan makin kecil/menipis. Bisa ditandai dengan
anjloknya indeks harga saharn gabungan.
e) Perusahaan tidak bersedia mengarnbil riaiko investasi baru.
f) Jika lembah ini cukup dalam = RESESI.

2) Pemulihan/Recovery
a) Mesin-mesin tua mulai diganti.
b) Kesempatan kerja, pendapatan serta pengeluaran konsumsi meningkat.
c) Harapan akan masa depan makin cerah (IHSG naik).
d) Penjualan dan laba meningkat.
e) Investasi yang tadinya (pada lembah/resesi) dianggap berisiko kembali
diminati karena pandangan atau keyakinan akan masa depan berbalik
dari pesimisme menjadi optimisme.
f) Karena permintaan meningkat, sedangkan pada fase slump tersedia
fasilitas produksi terpasang yang banyak maka perusahaan dengan
mudah dapat meningkatkan produksi dengan cara mempergunakan
kembali apa yang ada serta menggunakan tenaga kerja yang
menganggur.

3) Puncak/Peak
a) Penggunaan kapasitas terpasang pada kondiai tertinggi.
b) Mulai rnerasakan kurangnya tenaga kerja, terutama tenaga kerja
ahli/terampil.
c) Kekurangan bahan baku.
d) Output hanya dapat ditingkatkan dengan menambah investasi baru yang
memerlukan waktu.
e) Kenaikan permintaan diikuti dengan kenaikan harga, DEMAND >
SUPPLY.
f) Biaya cenderung meningkat (COST Meningkat) namun Price (harga
jual -i Sales) juga meningkat.
g) Kegiatan usaha umumnya masih sangat rnenguntungkan.
h) Hingga mencapai BOOM, ditandai dengan IHSG Super BULLISH.

4) Resesi/Slump Jatuhnya GNP Riel


a) Permintaan menurun.
b) Pendapatan rumah tangga menurun.
c) Laba usaha turun.
d) Investasi yang tadinya menguntungkan dengan kurangnya permintaan
akan barang menjadi tidak menguntungkan/tidak menarik/makin
berisiko.
Suatu siklus dalam kegiatarn ekonomi mencerminkan fluktuasi (gerak menaik
dan menurun) secara bergelombang pada kegiatan ekonomi dalam kehidupan
masyarakat. Fluktuasi serupa itu terjadi secara berulang dalam suatu jangka
waktu tertentu. Secara umum dapat dikatakan bahwa siklus kegiatan ekonomi
terulang secara periodik, akan tetapi tidak niutlak perlu bersifat reguler;
artinya, jangka wakru itu dalam masing-masing siklus tidak harus selalu sama
lamanya.
Pola siklus ekonomi mcncakup tahap ekspansi yang pada suatu saat berbalik
menuju tahap kemunduran yang kelak disusul oleh pemulihan ke arah ekspansi
lagi. Tahap ekspansi ditandai oleh kegiatan ekonomi yang semakin meningkat
dan meluas secara bersama-sama di berbagai ragam kehidupan. Tahap
ekspansi disusul oleh tahap kemunduran umum yang bersifat resesi. Jika
kemunduran itu berlangsung terus-menerus selama masa waktu yang lebih
panjang, maka resesi menjurus pada tahap depresi di mana dialami proses
kontraksi (kegiatan ekonomi berkurang menjadi tersendat-sendat dan
terbelakang).
Siklus ekonomi menyangkut segala segi ekonomi datarn kehidupan rnasyarakat
yang akhirnya tercermin pada produk nasional dan pendapatan nasional.
Pengertian tentang teori siklus ekonomi sangat relevan dalam rangka
pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang menyangkut
kebijaksanaan Negara untuk melakukan perubahan struktural dalam tata
susunan ekonomi masyarakat tak dapat tiada meliputi usaha jangka panjang
yang semakin masa waktu beberapa generasi serta selalu dihadapkan dengan
berbagai rupa hambatan dan rintangan.
Oleh sebab itu, sudah masuk akal bilamana kita menempatkan kembali
pelajaran vang menyangkut siklus kegiatan ekonomi sebagai jalur pemikiran
yang saling berkaitan dengan pemikiran yang saling berkaitan dengan
pemikiran dalam teori ekonomi umum, bahkan sebagai bagian integral
daripadanya.
c. Accomodatice Morretery Policy: Pendapat kedua mengatakan, bahwa sebaiknya
pemerintah menghindari intervensi untuk memperlunak konjungtur
perekonomian yang terjadi, dan membiarkannya terjadi secara alami. Pendapat
ini didasarkan pada pemikiran bahwa:
1) Ekspektasi masyarakat dapat mengalahkan dampak dari variabelvariabel
moneter lainnya. Dengan kata lain, masyarakat telah mengantisipasi setiap
kebijakan yang akan diterapkan oleh masyarakat.
2) Kebijakan pemerintah tidak dapat memberi dampak secara langsung dan
segera. Sebagai contoh; kebijakan moneter longgar yang ekspansif yang
diterapkan saat ekonomi lesu/resesi, tidak akan segera kelihatan
dampaknya saat itu juga, namun butuh waktu dan itu dapat terjadi justru
ketika perekonomian telah mencapai tahap boom.

4. Perkembangan Moneter di Indonesia (1998-1999) dan Cara Penghitungan


Inflasi
Kerusuhan sosial yang terjadi pada tanggal 13-14 Mei 1998 telah
menyebabkan berbagai kerusuhan dan semakin berkurangnya kepercayaan
masyarakat baik di dalam maupun di luar negeri terhadap kemampuan
perekonomian Indonesia untuk keluar dari krisis yang dialaminya. Penggantian
pimpinan nasional pada tanggal 21 Mei 1998 yang diikuti dengan perubahan
susunan kabinet, tidak mampu secara cepat mengernbalikan stabilitas ekonomi,
politik maupun sosial.
Dalam triwulan II/1998 perekonomian Indonesia ditandai oleh kegiatan
produksi yang semakin terganggu, jumlah pengangguran meningkat, jaringan
distribusi tidak sepenuhnya berfungsi, harga barang makanan meningkat,
kegiatan perbankan nyaris lumpuh, kepercayaan dunia bisnis guncang, sehingga
nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing makin terdepresiasi.
Sehubungan dengan itu permintaan domestik turun dengan tajam serta
penawaran juga turun drastis. Meskipun demikian, kinerja sektor eksternal agak
membaik, yang ditunjukkan oleh neraca pembayaran yang kembali surplus
setelah mengalami defisit pada dua triwulan sebelumnya. Permintaan domestik
yang turun tajam baik disebabkan oleh investasi maupun konsumsi yang terus
melemah sehubungan dengan timbulnya keragu-raguan mengenai jaminan
keamanan dan kepastian hukum serta terus melemahnya daya beli masyarakat.
Sejalan dengan itu kredit investasi dan kredit konsumsi menunjukkan penurunan
yang tajam.
Dari sisi penawaran, dunia usaha semakin lemah di seluruh sektor
ekonomi. Sektor ekonomi yang mengalami penurunan kegiatan terbesar dalam
triwulan II/1998 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran serta diikuti oleh
sektor industri pengolahan. Hal ini disebabkan oleh derasnya arus balik modal
ke luar negeri. Biaya produksi meningkat tinggi akibat kenaikan harga yang
tajam, nilai tukar US$ yang terus meningkat dan bunga bank yang semakin
berat. Kedua hal ini menyulitkan dunia usaha sehingga produksi berkurang,
penawaran barang dan jasa berkurang, pengangguran bertambah dan jurnlah
kredit macet meningkat.
Di sektor perbankan, besarnya jumlah kredit macet dan masih terjadi
penarikan dana masyarakat telah mengakibatkan perbankan mengalami kesulitan
likuiditas. Hal ini menunjukkan kepercayaan masyarakat kepada perbankan
belum pulih, meskipun telah ada jaminan pemerintah atas dana nasabah dan
kreditor. Dalam triwulan II/1998 kesulitan perbankan nasional di bidang
likuiditas dan solvabilitas telah memaksa Bank Indonesia untuk memberikan
bantuan likuiditas. Tingkat suku bunga yang tinggi scjalan dengan kebijakan
moneter ketat yang diterapkan oleh otoritas moneter telah menyulitkan
rentabilitas perbankan yang cenderung menurun drastis. Seiring dengan itu pasar
modal mengalami perkembangan yang memburuk, terlihat dari penurunan
Indeks Harga Saham Gabungan maupun nilai pcrdagangan saham.
Kebijaksanaan moneter tetap ketat yang berimplikasi pada tingkat bunga yang
tinggi untuk menahan laju inflasi yang tinggi serta merosotnya nilai tukar
rupiah.
Kegiatan usaha terus menurun dan harga-harga terus meningkat sehingga
daya beli masyarakat menurun. Cara perhitungan laju inflasi sejak April 1998
telah mengalarni penyesuaian, yang antara lain mencakup hal-hal sebagai
berikut:

Metode Lama:
a. Laju inflasi dihitung berdasarkan perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK)
(April 1988 - Maret 1989 = 100) gabungan 27 ibu kota provinsi.
b. Jumlah kornoditas yang digunakan untuk penghitungan IHK mencakup
sekitar 200 - 224 jenis barang/jasa dan bobot masing-masing jenis
barang/jasa tersebut dipcroleh dari hasil survci biaya hidup 1988/1989 di 27
ibu kota provinsi.
c. Dalam penyajian IHK jenis barang/jasa dikelompokkan menjadi 4, yaitu:
makanan, perumahan, sandang aneka barang dan jasa.
d. Laju inflasi menurut tahun kalender dihitung berdasarkan metode kumulatif,
yaitu dengan menjumlahkan laju inflasi bulanan.

Metode Baru:
a. Laju inflasi dihitung berdasarkan perubahan IHK (1996 = 100) gabung 44
kota, yaitu 27 ibu kota provinsi ditambah 17 ibu kota kabupaten/ kotamadya.
b. Jumlah komoditas yang digunakan untuk penghitungan IHK berkisar antara
249 - 353 jenis barang/jasa dengan bobot didasarkan pada hasil survei biaya
hidup 1996 di 44 kota.
c. Dalam penyajian IHK, jenis barang/jasa dikelompokkan menjadi 7, yaitu:
bahan makanan; makanan jadi-minuman rokok dan tembakau; perumahan;
sandang; kesehatan; pendidikan-rekreasi dan olah raga; transportasi dan
komunikasi.
d. Laju inflasi menurut tahun kalender dan tahun anggaran dihitung
berdasarkan metode point topoint. Laju inflasi menurut tahun kalender,
dihitung berdasarkan IHK bulan Desember tahun sebelumnya. Sedangkan,
menurut tahun anggaran, dihitung berdasarkan IHK bulan Maret tahun
anggaran sebelumnya.
Pada umumnya situasi moneter selama tahun 1998 diwarnai oleh tingginya
tingkat suku bunga serta terus melemahnya nilai tukar rupiah sebagai akibat
tekanan yang dipicu oleh faktor non-ekonomi berupa ketidakstabilan politik di
dalam negeri serta faktor eksternal berupa melemahnya mata uang regional.
Kebijaksanaan moneter yang ditempuh oleh Bank Indonesia tetap ketat sebagai
upaya penanggulangan tekanan terhadap tingkat harga dan nilai tukar rupiah.
Pengetatan juga ditujukan untuk meredam pengaruh moneter dari besarnya defisit
anggaran dan ekspansi kredit likuiditas Bank Indonesia. Sehubungan dengan ini
Bank Indonesia tclah meningkatkan suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia)
berkali-kali pernah sampai 58% per bulan untuk memberikan pengaruh kontraksi
pada likuiditas perckonumian dan menstabilkan nilai tukar. Rupiah yang ditarik
melalui SBI akan membuat rupiah sulit diperoleh di pasar sehingga kekuatan untuk
membeli US$ turun sehingga rupiah menguat. Di satu sisi kenaikan suku bunga
SBI tersebut telah menyebabkan suku bunga deposito naik sehingga meningkatkan
penghimpunan dana masyarakat oleh perbankan.

Kebijaksanaan Uang Ketat Mengganggu Kegiatan Usaha


Besaran-besaran moneter selama tahun 1998 terus-menerus meningkat. Uang
primer, khususnya uang kartal dalam masyarakat meningkat, sebagai kompensasi
laju inflasi karena sttplai barang berkurang akibat gangguan distribusi yang
disebabkan oleh kerusuhan sosial. Peningkatan yang pesat dari uang kartal tersebut
telah mendorong pertumbuhan M 1. Sementara itu, M2 juga mengalami
peningkatan, terutama disebabkan oleh peningkatan yang tajam dari aktiva luar
negeri bersih sebagai dampak depresiasi rupiah yang tinggi.

Dalam tahun 1998 nilai tukar terendah pernah mencapai Rp 14.850,per US$.
Kebijaksanaan suku bunga tinggi SBI ternyata tidak efektif memperkuat nilai
rupiah. Menjelang akhir 1998 faktor non-ekonomi yang terjadi telah membentuk
sentimen negatif pasar.

Dalam rangka kebijaksanaan uang ketat Bank Indonesia mcnitikhcnrkan


pelaksanaan pengendalian moneter melalui Operasi Pasar Terbuka (OPT).
Dampak kontraktif OPT telah dirasakan dan OPT yang besar terutama disebabkan
oleh peningkatan posisi SBI. Selain itu peningkatan kebijaksanaan uang ketat
telah meningkatkan pula suku bunga pasar uang antar bank (PUAB) mencapai
59% dengan kiasran 50% - 641%.

5. Transmiai Kebijakan Moneter


Sebagaimana kita ketahui bahwa tugas pokok Bank Indonesia ialah
mengendalikan gerakan moneter yang bersifat inflatoir dan deflatoir sehingga dapat
mendukung pertumbuhan ekonorni yang tinggi, memperluas kesempatan kerja,
memelihara nilai tukar rupiah yang stabil terhadap mata uang asing, menyediakan
fasilitas diskonto bagi surat-surat berharga komersial. Bank Indonesia berusaha
memengaruhi pasar kredit di Indonesia melalui empat jalur, yakni:
a. jalur operasi diskonto;
b. jalur operasi pasar terbuka;
c. jalur pengendalian persentase likuiditas wajib perbankan (reserve requirement);
d. kebijaksanaan perkreditan.

Mekanisme bekerjanya perubahan BI Rate sampai memengaruhi inflasi lazirn


disebut sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter. Mekanisme ini
menggambarkan tindakan Bank Indonesia melalui perubahan-perubahan instrumen
moneter dan target operasionalnya memengaruhi berbagai variabel ekonorni dan
keuangan sebelurn akhirnya bcrpengaruh ke tujuan akhir inflasi. Mekanisme
tersebut terjadi melalui interaksi antara Bank Sentral, perbankan dan sektor
keuangan, serta sektor riil. Perubahan BI Rate memengaruhi inflasi melalui
berbagai jalur, di antaranya jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur
harga aset, dan jalur ekspektasi.

Gambar 6.2 Mekanisme Bekerja BI-Rate Memengaruhi PDB dan Inflasi

Jalur (a) dan (b) yakni jalur Diskonto dan opcrasi pasar terbuka umumnya
lebih fleksibel dan lebih dapat menyesuaikan dalam perubahan moneter sehari-hari,
sedangkan jalur ketiga bersifat agak kaku dan kurang dapat menyesuaikan dalam
kondisi moneter yang bergolak. Meskipun demikian pengetahuan mengenai kondisi
dan kapan menggunakan jalur yang tepat agar bisa efektif adalah penting.
Operasi diskonto ialah apabila suatu Bank Pembangunan atau Suatu Bank
Tabungan atau bank komersial mendapat dana-dana tambahan sebagai pinjaman
dari Bank Indonesia. Cara mendapatkan dana itu ialah dengan cara menjual,
merediscount surat-surat berharga jangka pendek yang diterbitkan oleh nasabah-
nasabah mereka ya`ng setelah diterima oleh bank bersangkutan dapat dijual atau di
rediscount pada suatu lembaga keuangan yang khusus ditunjuk untuk tugas ini oleh
Bank Indonesia. Pada saat ini lembaga-lembaga keuangan tersebut adalah PT Ficor
Invest. Instrumen yang dipergunakan itu kini dikenal dengan nama SBPU (Surat
Berharga Pasar Uang). Cara lain yang juga dapat digolongkan ke dalam operasi
Diskonto ini adalah pembcrian pinjaman langsung oleh Bank Indonesia kepada
bank yang bersangkutan.

También podría gustarte