Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Atas dasar dua asumsi pokok ini kaum monetariat mengadakan analiaia
perkembangan perekonomian khususnya mengenai kebijaksanaan moneter.
Mengingat V dan T konstan maka perkembangan harga (tinggi rendahnya harga)
tergantung pada jumlah uang yang beredar.
𝑉
Dari MV = PT P= .M
𝑇
Jika V konstan, dan jika suplai uang (M) bertambah 20% maka harga (P) akan
bertambah 20% (dalam praktik hubungan itu tidak selalu persia sama, sebab V
dan T tidak selalu terns tetap). Dampak peningkatan harga sebagai akibat dari
pertambahan uang diperkirakan antara satu tahun hingga 18 bulan (di Inggria).
Selain dua asumsi pokok tadi, kaum monetariat mengasumsikan lagi beberapa
asumsi, yakni:
1. Suplai uang dapat dikontrol oleh pemerintah (penguasa moneter) untuk
mengendalikan pertumbuhan nominal GDP
2. Dengan sektor ekonomi swasta yang kompetitif otomatia cenderung membawa
perekonomian ke tingkat pengangguran yang normal (tidak tinggi) dan
kalaupun ada pengangguran hanya dalam jangka pendek. Oleh karena itu,
kaum monetariat menolak teori Keynes yang menganggap pengangguran
diatasi lewat kebijaksanaan fiakal.
3. Tambahan suplai uang harus tetap sesuai dengan pertumbuhan ekonomi agar
tingkat harga stabil.
D. Kebijakan Moneter
1. Tujuan dan Instrumen Kebijakan Moneter
Kebijakan yang diambil oleh Bank Sentral untuk MENAMBAH atau
MENGURANGI jumlah uang yang beredar di masyarakat. Pengaturan jumlah
uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu:
a. Kebijakan Moneter Ekspansif/Monetary Expansive Policy. Adalah suatu
kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.
b. Kebijakan Moneter Kontraktif/Monetary Contractive Policy Adalah suatu
kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Disebut juga
dengan kebijakan uang ketat (tight money policy).
Jumlah uang beredar adalah uang yang berada di tangan masyarakat. Namun
definisi ini terus berkembang, seiring dengan perkembangan perekonornian
suatu negara. Cakupan definisi jumlah uang bercdan di negara maju umumnya
lebih luas dan kompleks dibandangkan negara sedang berkembang (NSB).
Pengertian paling sempit atau biasa dikenal dengan istilah narrow money
adalah daya beli yang langsung biaa digunakan untuk pembayaran atau dapat
diperluas mencakup alat-alat pembayaran yang mendekati “uang" (deposito
berjangka dan tabungan). Narrow money biasanya disimbolkan dengan M1
terdiri dari uang tunai/kartal (currency) dan uang giral (demand deposit). Uang
kartal merupakan uang kertas dan uang logam yang ada di tangan masyarakat
umum, sedangkan uang giral mencakup saldo rekening koran/giro milik
masyarakat umum yang disimpan di bank.
Bagi dunia perbankan laju inflasi yang tinggi akan menimbulkan kesulitan
bagi bank untuk rnengerahkan dana masyarakat, karena dengan inflasi yang
tinggi tersebut, tingkat bunga riil (bunga nominal-inflasi) akan menurun,
sehingga mengurangi keinginan masyarakat untuk menyimpan kekayaannya
dalam produk-produk perbankan. Dampak selanjutnya adalah, bunga riil yang
menurun bila dibandangkan tingkat bunga riil di luar negeri akan memicu
larinya dana masyarakat ke luar negeri, karena dirasakan masyarakat lebih
menguntungkan menyimpan dananya di luar negeri.
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan,
sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga
berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%-30% setahun;
berat antara 30%-100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali
terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.
2) Pemulihan/Recovery
a) Mesin-mesin tua mulai diganti.
b) Kesempatan kerja, pendapatan serta pengeluaran konsumsi meningkat.
c) Harapan akan masa depan makin cerah (IHSG naik).
d) Penjualan dan laba meningkat.
e) Investasi yang tadinya (pada lembah/resesi) dianggap berisiko kembali
diminati karena pandangan atau keyakinan akan masa depan berbalik
dari pesimisme menjadi optimisme.
f) Karena permintaan meningkat, sedangkan pada fase slump tersedia
fasilitas produksi terpasang yang banyak maka perusahaan dengan
mudah dapat meningkatkan produksi dengan cara mempergunakan
kembali apa yang ada serta menggunakan tenaga kerja yang
menganggur.
3) Puncak/Peak
a) Penggunaan kapasitas terpasang pada kondiai tertinggi.
b) Mulai rnerasakan kurangnya tenaga kerja, terutama tenaga kerja
ahli/terampil.
c) Kekurangan bahan baku.
d) Output hanya dapat ditingkatkan dengan menambah investasi baru yang
memerlukan waktu.
e) Kenaikan permintaan diikuti dengan kenaikan harga, DEMAND >
SUPPLY.
f) Biaya cenderung meningkat (COST Meningkat) namun Price (harga
jual -i Sales) juga meningkat.
g) Kegiatan usaha umumnya masih sangat rnenguntungkan.
h) Hingga mencapai BOOM, ditandai dengan IHSG Super BULLISH.
Metode Lama:
a. Laju inflasi dihitung berdasarkan perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK)
(April 1988 - Maret 1989 = 100) gabungan 27 ibu kota provinsi.
b. Jumlah kornoditas yang digunakan untuk penghitungan IHK mencakup
sekitar 200 - 224 jenis barang/jasa dan bobot masing-masing jenis
barang/jasa tersebut dipcroleh dari hasil survci biaya hidup 1988/1989 di 27
ibu kota provinsi.
c. Dalam penyajian IHK jenis barang/jasa dikelompokkan menjadi 4, yaitu:
makanan, perumahan, sandang aneka barang dan jasa.
d. Laju inflasi menurut tahun kalender dihitung berdasarkan metode kumulatif,
yaitu dengan menjumlahkan laju inflasi bulanan.
Metode Baru:
a. Laju inflasi dihitung berdasarkan perubahan IHK (1996 = 100) gabung 44
kota, yaitu 27 ibu kota provinsi ditambah 17 ibu kota kabupaten/ kotamadya.
b. Jumlah komoditas yang digunakan untuk penghitungan IHK berkisar antara
249 - 353 jenis barang/jasa dengan bobot didasarkan pada hasil survei biaya
hidup 1996 di 44 kota.
c. Dalam penyajian IHK, jenis barang/jasa dikelompokkan menjadi 7, yaitu:
bahan makanan; makanan jadi-minuman rokok dan tembakau; perumahan;
sandang; kesehatan; pendidikan-rekreasi dan olah raga; transportasi dan
komunikasi.
d. Laju inflasi menurut tahun kalender dan tahun anggaran dihitung
berdasarkan metode point topoint. Laju inflasi menurut tahun kalender,
dihitung berdasarkan IHK bulan Desember tahun sebelumnya. Sedangkan,
menurut tahun anggaran, dihitung berdasarkan IHK bulan Maret tahun
anggaran sebelumnya.
Pada umumnya situasi moneter selama tahun 1998 diwarnai oleh tingginya
tingkat suku bunga serta terus melemahnya nilai tukar rupiah sebagai akibat
tekanan yang dipicu oleh faktor non-ekonomi berupa ketidakstabilan politik di
dalam negeri serta faktor eksternal berupa melemahnya mata uang regional.
Kebijaksanaan moneter yang ditempuh oleh Bank Indonesia tetap ketat sebagai
upaya penanggulangan tekanan terhadap tingkat harga dan nilai tukar rupiah.
Pengetatan juga ditujukan untuk meredam pengaruh moneter dari besarnya defisit
anggaran dan ekspansi kredit likuiditas Bank Indonesia. Sehubungan dengan ini
Bank Indonesia tclah meningkatkan suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia)
berkali-kali pernah sampai 58% per bulan untuk memberikan pengaruh kontraksi
pada likuiditas perckonumian dan menstabilkan nilai tukar. Rupiah yang ditarik
melalui SBI akan membuat rupiah sulit diperoleh di pasar sehingga kekuatan untuk
membeli US$ turun sehingga rupiah menguat. Di satu sisi kenaikan suku bunga
SBI tersebut telah menyebabkan suku bunga deposito naik sehingga meningkatkan
penghimpunan dana masyarakat oleh perbankan.
Dalam tahun 1998 nilai tukar terendah pernah mencapai Rp 14.850,per US$.
Kebijaksanaan suku bunga tinggi SBI ternyata tidak efektif memperkuat nilai
rupiah. Menjelang akhir 1998 faktor non-ekonomi yang terjadi telah membentuk
sentimen negatif pasar.
Jalur (a) dan (b) yakni jalur Diskonto dan opcrasi pasar terbuka umumnya
lebih fleksibel dan lebih dapat menyesuaikan dalam perubahan moneter sehari-hari,
sedangkan jalur ketiga bersifat agak kaku dan kurang dapat menyesuaikan dalam
kondisi moneter yang bergolak. Meskipun demikian pengetahuan mengenai kondisi
dan kapan menggunakan jalur yang tepat agar bisa efektif adalah penting.
Operasi diskonto ialah apabila suatu Bank Pembangunan atau Suatu Bank
Tabungan atau bank komersial mendapat dana-dana tambahan sebagai pinjaman
dari Bank Indonesia. Cara mendapatkan dana itu ialah dengan cara menjual,
merediscount surat-surat berharga jangka pendek yang diterbitkan oleh nasabah-
nasabah mereka ya`ng setelah diterima oleh bank bersangkutan dapat dijual atau di
rediscount pada suatu lembaga keuangan yang khusus ditunjuk untuk tugas ini oleh
Bank Indonesia. Pada saat ini lembaga-lembaga keuangan tersebut adalah PT Ficor
Invest. Instrumen yang dipergunakan itu kini dikenal dengan nama SBPU (Surat
Berharga Pasar Uang). Cara lain yang juga dapat digolongkan ke dalam operasi
Diskonto ini adalah pembcrian pinjaman langsung oleh Bank Indonesia kepada
bank yang bersangkutan.