Está en la página 1de 24

BAB l

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata adalah alat indera kompleks yang berevolusi dari bintik – bintik peka
sinar primitif pada permukaan golongan intervertebrata. Dalam bungkus
pelindungnya mata memiliki lapisan reseptor, sistem lensa yang membiaskan cahaya
ke reseptor tersebut, dan sistem saraf yang menghantarkan impuls dari reseptor ke
otak.
Iris adalah cincin sentral berwarna darimana secara normal berbentuk normal
sempurna, sangat responsif terhadap cahaya baik secara langasung maupun tidak
langsung, dan tepi perifernya sangat teratur. Setiap variasi dari kriteria normal ini
dianggap patologik. Satu – satunya keadaan dimana ketidakteraturan tepi iris dapat
dihilangkan secara diagnostik adalah setelah pembedahan katarak yang telah
menggeser sebagian dari iris secara mekanis. Iris yang berbentuk seperti lubang kunci
dapat terjadi pada kejadian yang jarang, kedua iris akan berbeda warnanya jika
diperhatikan. Ketidaksimetrisan dalam warna iris yang normla adalah kongenital
(heterokromia) dan terjadi sejak masa kecil.
Struktur – struktur utama pada mata yaitu lapisan pelindung luar bola mata,
sklera, dimodifikasi dibagian anterior untuk membentuk kornea yang tembus pandang
dan akan dilalui berkas sinar yang masuk ke mata. Di bagian sklera terdapat koroid,
lapisan yang mengandung banyak pembuluh darah yang memberi makan struktur –
struktur dalam bola mata. Lapisan di dua perposterior koroid adalah retina, jaringan
saraf yang mengandung sel – sel reseptor.

B. Tujuan
1. Mahasiswa memahami apa itu glaukoma.
2. Mahasiswa mengetahui penyebab glaukoma.
3. Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala glaukoma.
4. Mahasiswa mampu memberikan pencegahan dan penatalaksanaan glaukoma.
5. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien glaukoma

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. KONSEP MEDIS
A. Definisi

Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua diantara orang dewasa di Amerika


Serikat. Sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala sampai kerusakan yang
ekstensif dan irefesibel terjadi. Glaukoma mempengaruhi individu disegala usia,
tetapi lebih menonjol terjadi pada usia lanjut (diatas 40 tahun). Pasien lain yang
beresiko adalah pasien diabetes, Afro-Amerika, individu dengan riwayat keluarga
glauk oma, dan individu sebelumnya pernah mengalami trauma atau pembedahan
mata atau yang mendapat terapi steroid jangka panjang. Tidak ada penyembuhan
untuk glaucoma, tetapi penyakit dapat dikontrol (Susan Smeltzer, 2013).

Pada glaukoma akan terdapat kelemahan fungsi mata dengan terjadinya cacat
lapang pandangan dan kerusakan anatomi berupa ekskavasi serta degenerasi papil
saraf optic, yang dapat berakhir dengan kebutaan. Glaukoma dapat disebabkan
bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar atau karena berkurangnya
pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil
(IlyasdanYulianti, 2014).

B. Etiologi
1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan cilliar.
2. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah
pupil.
3. Dapat disebabkan karena korstikoteroid jangka panjang, miopi tinggi, progresif.
4. Disebabkan penyakit mata lain, seperti ; katarak, perubahan lensa kelainan
uvea(Bahtiar, 2009).

C. Manifestasi klinik
1. Sebagian besar pasien tidak menyadari bahwa mereka mengalami penyakit sampai
meraka mengalami perubahan visual dan penurunan pandangan

2
2. Gejala dapat mencakup pandangan kabur atau “balo” di sekitar cahaya, kesulitan
memfokuskan penglihatan, kesulitan menyesuaikan mata dalam cahaya redup,
kehingan penglihatan perifer, rasa sakit atau ketidaknyamanan di sekitar mata, dan
sakit mata
3. Pucat dan cekungnya lempeng/diskussaraf ; ketika kerusakan saraf optic bertambah
parah, persepsi visual di daerah tersebut menghilang (Susan Smeltzer, 2013).

D. Patofisiologi
Rongga anterior mata berada di depan dan sedikit kesamping dari lensa,
terdapat/bermuara aqueous humor merupakan cairan bening yang menunjukkan
lympah. Aqueous humor diproduksi secara terus-menerus dalam badansilianis yang
terdapat dibagian posterior iris dan mengalir melewati pupil kedalam kamera okuli
anterior. Aqueous humor disalurkan melalui canal Schlemm disekitar mata dan berada
pada bagian sudut kamera okuli anterordimana terjadi pertemuan iris perifer dan
kornea dalam keadaan normal terjadi keseimbangan antara produksi dan penyerapan
aqueous humor, akan menyebabkan atau menjadikan tekanan intraokuli relative
konsta. TIO berkisar 10-20 mmHg dan rata-rata 16mmHg. Tekanan intraokuler
bervariasi dan naik sampai 5mmHg. Glaukoma terjadi dimana adanya peningkatan
TIO yang dapat menimbulkan kerusakan dari saraf-saraf optik. Peningkatan tekanan
disebabkan abstruksi/sumbatan dari penyerapan aqueous humor (Purbo S, 2010).

E. Klasifikasi glaukoma
1. Glaukoma Primer
a. Glaukoma Sudut Terbuka Primer
Glaukoma sudut terbuka primer terdapat kecenderungan familial yang kuat.
Gambaran patologi utama berupa proses degeneratif trabekular meshwork
sehingga dapat mengakibatkan penurunan drainase humor aquos yang
menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler. Pada 99% penderita glaukoma
primer sudut terbuka terdapat hambatan pengeluaran humor aquos pada system
trabekulum dan kanalis schlemm.
b. Glaukoma Sudut Tertutup Primer
Glaucoma sudut tertutup primer terjadi pada mata dengan predisposisi anatomis
tanpa ada kelainan lainnya. Adanya peningkatan tekanan intraokuler karena

3
sumbatan aliran keluar humos aquos akibat oklusi trabekular meshwork oleh
iris perifer.
2. Glaukoma Sekunder
Peningkatan tekanan intraokuler pada glaukoma sekunder merupakan
manifestasi dari penyakit lain dapat berupa peradangan, trauma bola mata dan
paling sering disebabkan oleh uveitis.
3. Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital biasanya sudah ada sejak lahir dan terjadi akibat
gangguan perkembangan pada saluran humor aquos. Glaukoma kongenital
seringkali diturunkan. Pada glaukoma kongenital sering dijumpai adanya epifora
dapat juga berupa fotofobia serta peningkatan tekanan intraokuler. Glaukoma
kongenital terbagi atas glaukoma kongenital primer (kelainan pada sudut kamera
okuli anterior), anomali perkembangan segmen anterior, dan kelainan lain (dapat
berupa aniridia, sindrom Lowe, sindrom Sturge-Weber dan rubella kongenital)
(Bahtiar, 2009).
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Tujuan dari semua terapi glaukoma adalah pencegahan kerusakan saraf optic.
Terapi seumur hidup hamper selalu diperlukan karena glaukoma tidak dapat
disembuhkan. Terapi terfokus pada terapi farmakologis, prosedur laser,
pembedahan, atau kombinasi dari pendekatan-pendekatan ini, semuanya
berpotensi menyebabkan komplikasi dan efek samping. Sasarannya adalah untuk
mencapai manfaat terbesar dengan resiko terkecil, biaya, ketidaknyamanan
terkecil bagi pasien. Meskipun terapi tidak dapat mengembalikan fungsi saraf
optic yang telah rusak, kerusakan lebih lanjut dapat dikontrol. Tujuannya adalah
mempertahankan IOP tetap berada di dalam kisaran yang tidak mungkin
menyebabkan kerusakan lebih lanjut (Susan Smeltzer, 2013).
2. Terapi Farmakologis
Penatalaksanaan medis glaukoma bergantung pada medikasi ocular sistemik
dan topical yang mengurangi IOP, penampilan saraf optikus, lapang pandang, dan
efek samping obat.terapi memperhitungkan pula kesehatan pasien dan stadium
glaukoma pasien.

4
a. Pasien biasanya memulai terapi pada dosis medikasi topical terendah
kemudian berlanjut ke konsentrasi yang lebih tinggi sampai kadar IOP yang di
inginkan tercapai dan dipertahankan.
b. Satu mata ditangani terlebih dahulu, dan mata yang lain berfungsi sebagai
control dalam menentukan efektivitas medikasi.
c. Beberapa tipe medikasi ocular digunakan untuk mengatasi glaukoma,
termasuk miotik (medikasi yang menyebabkan kontraksi pupil), aginis
adrenergic (yi, agens simpatomimetik), penyekat beta, agonis alfa, (yi, agens
adrenergic), inhibitor anhidrase karbinat, dan prostaglandin (Susan Smeltzer,
2013).
3. Penatalaksanaan Bedah
a. Trabekulopasti laser atau iridotomi diindikasikan ketika IOP tidak dapat
dikontrol secara adekuat oleh medikasi.
b. Prosedur penyaringan; lubang atau fistula di jejaraing trabekuler
trabekulektomi adalah teknik standard.
c. Implan drainase atau bedah pintas mungkin dilakukan.
d. Bedah trabektomi dilakukan hanya untuk pasien yang telah menjalani terapi
farmakologi dan/atau trabekuloplati laser, tetapi adekuat dalam mengontrol
IOP (Susan Smeltzer, 2013).
4. Penataalaksanaan Keperawatan
a. Buat rencana pendiddikan kesehatan mengenai sifat penyakit dan pentingnya
memenuhi regimen medikasi yang ketat untuk membantu mematikan
keparahan.
b. Tinjau program medikkasi pasien, terutama interaksi medikasi pengontrolan
glaukoma dengan obat lain.
c. Jelaskan efek medikasi pengontrol glaukoma pada penglihatan (mis, miotik
dan simpatomimetik menghasilkan perubahan focus, oleh sebab itu, pasien
perlu berhati-hati ketika menelusuri lingkungan sekitar mereka)
d. Rujuk pasienke layanan yang akan membantu pelaksanaan aktivitas hidup
sehari-hari, jika diperlukan.
e. Rujuk pasien dengan gangguan mobilitas untuk mendapatkan layanan bagi
penderita gangguan penglihatan dan rehabilitasi, pasien yang memenuhi
kriteria untuk kebutaan legal harus dirujuk ke lembaga yang dapat membantu
mereka mendapatkan bantuan dari Negara bagian.

5
f. Tenangkan pasien dan berikan dukungan emosional.
g. Libatkan keluarga pasien dalam rencana asuhan, dan karena penyakit memiliki
kecenderungan farnilial, dorong anggota keluarga untuk menjalani
pemeriksaan minimal setiap 2 tahun untuk mendeteksi glaukoma sejak dini
(Susan Smeltzer, 2013).
G. Komplikasi
Komplikasi glaukoma pada umumnya adalah kebutaan total akibat tekanan
bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutaan, yaitu
kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, pupil atropi dengan ekskavasi
(penggaungan) glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Mata
dengan kebutaan mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga
menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris yang dapat menyebabkan
rasa sakit yang hebat. Pengobatan kebutaan ini dapat dilakukan dengan memberikan
sinar beta pada pada badan siliar untuk menekan fungsi badan siliar, alcohol
retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata sudah tidak bisa
berfungsi dan memberikan rasa sakit (Hilman, 2011).

6
H. Pathway

Trauma, DM, Arteroklerosis dan pembedahan

Kebocoran pembuluh darah

Aliran aquos humor terganggu

Bilik anterior dan posterior mata terisi cairan

Peningkatan tekanan
intraokular
Merangsang
nosiseptor nyeri
Dihantarkan ke
Menekan saraf optik (bradikinin,
medula spinalis
histamine &
prostaglandin
Mengganggu saraf Atrofi saraf
Ke korteks
nervus vagus serebri
Bintik buta pada
lapang pandang
Menstimulasi medulla NYERI AKUT Persepsi nyeri
vomitting mata & kepala
Perubahan
penglihatan perifer
Mual muntah

GANGGUAN PERSEPSI
Sulit melihat
SENSORI PENGLIHATAN
(pandangan kabur)

Rasa takut, cemas RISIKO JATUH

ANSIETAS

7
2. Kosep Keperawatan
A. Pengkajian
a. Data subjek

Kategori Pertanyaan untuk riwayat Rasional


kesehatan
Data - Berapa umur klien ? Karena glaukosa sudut
Demografi terbuka lebih sering terjadi pada
klien diatas umur 40 tahun.
Banyak penelitian
menemukan hubungan positif antara
tekanan intra- okuli dan umur.
Tetapi sebenarnya efek peningkatan
tekanan intra-okuli ini disebabkan
oleh bertambahnya usia,
meningkatnya denyut nadi dan
obesitas.
- Apa ras klien ? Karena glaukma sudut
terbuka lebih sering terjadi pada ras
kulit hitam.
Riwayat - Riwayat Kesehatan Orang orang yang memiliki
kesehatan Sekarang penyakit kronis seperti diabetes,
hipertensi dan jantung beresiko
mengalami gloukoma.
Pada penyakit diabetes yang
gula darahnya tidak terkontrol akan
mengalami kerusakan pada
pembuluh darah kecilnya.
Pada penderita hipertensi,
jika tekanan darah naik akan
menyebabkan tekana pada bola
mata.
Kemudian pada penyakit
jantung kondisi ini bisa menurunkan

8
suplai darah di mata sehingga bisa
menyebabkan rusaknya saraf mata.
- Riwayat kesehtan Salah satu faktor
kelurga ? penyebab glaukoma adalah faktor
genetik. Dikenal dengan adanya
gen myocilin.
- Riwayat penyakit Pernah mengalami trauma
terdahulu ? atau kecelakaan pada daerah mata
dan penggunaan obat steroid secara
b. D berlebihan juga akan meningkatkan
a tekanan bola mata dan beresiko
t mengalami glaukoma.
a
b. Data objektif
Kategori Temuan Pada Pengkajian Temuan Abnormal
Kepala 1. Mata 1. mata
 Mata Kedudukan bola mata lurus bola mata tampak
dan simetris serta tidak tampak tidak simetris serta
bengkak tampak bengkak dan
tampak menonjol

2. Kornea 2. Kornea
Kornea normal tidak udem dan Edema (bengkak)
tidak adanya pengeluaran pada kornea, keluar
cairan cairan

9
3. Pupil 3. pupil
Bentuk pupil normal, bereaksi Ukuran pupil melebar
terhadap cahaya yaitu dengan serta tidak bereaksi
membesar dan mengecil pada cahaya

4. lensa 4. lensa
lensa mata normal, tidak ada lensa mata tampak
bagian putih yang tampak kabur atau tampak
seperti embun berembun, fungsi
penglihatan menurun

5. iris
5. iris

Iris mata normal, kerja pupil


Iris mata mengalami
normal
atrofi (pengecilan)
mengakibatkan kerja
pupil terganggu

6. Bilik mata depan


6. Bilik mata
depan

Bilik depan mata normal, tida


ada tanda kemerahan atau
10
pendarahan. Terkumpulnya darah
di bilik depan mata di
antara kornea

c. Pengkajian laboratorium
No Tes Definisi/Nilai normal Kelainan yang ditentukan
1. Pemeriksa Tonometer adalah alat nilai mencurigakan apabila berkisar
an yang mengeksploitasi antara 21-25 mmhg dan dianggap
tonometri sifat fisik mata untuk patologi bila melebihi 25 mmhg.
mendapatkan tekanan intra
Tekanan mata yang normal berbeda
okular tanpa perlu
untuk setiap orang dan biasanya
mengkanulasi mata.
lebih tinggi setelah Anda bangun.
Tonometer berguna untuk
Perubahan TIO lebih pada orang
mengukur tekanan intra
yang memiliki glaukoma. Wanita
okuli. Tekanan intra okuli
biasanya memiliki IOP lebih tinggi
tergantung dari kecepatan
dibandingkan laki-laki, dan TIO
produksi aquos humor,
biasanya semakin tinggi seiring
tahanan terhadap aliran
bertambahnya usia.
keluarnya dari mata dan
tekanan vena episklera.
Abnormal: lebih tinggi dari 21 mm
Nilai normal tekanan intra
Hg
okuli 11- 21 mmHg ( rata-
rata 16 ± 2,5 mmHg ) Skor IOP tinggi: IOP yang tinggi
(Lubis 2016). dapat berarti bahwa Anda memiliki
glaukoma atau bahwa Anda berada
pada risiko tinggi untuk mengidap
glaukoma. Orang yang memiliki
tekanan terus menerus di atas 27
mm Hg biasanya mengidap
glaukoma kecuali tekanan
diturunkan dengan obat-obatan.
2. Pemeriksa Gonioskopi adalah Sudut drainase terlihat sempit,

11
an suatu cara untuk terbelah sedikit, atau tertutup. Ini
gonioskop memeriksa sudut bilik artinya sudut tertutup sebagian atau
i mata depan dengan seluruhnya, atau ada risiko sudut
menggunakan lensa akan tertutup nantinya. Sudut
kontak khusus. Dalam hal drainase yang tertutup dapat berarti
ini glaukoma gonioskopi Anda memiliki glaukoma sudut
diperlukan untuk menilai tertutup. Ada banyak alasan
lebar sempitnya sudut mengapa sudut drainase tersumbat.
bilik mata depan. Ini termasuk karena luka, pembuluh
Gonioskopi dapat darah yang tidak normal, cedera
membedakan sudut atau infeksi, dan pigmen warna
terbuka dan sudut tertutup. ekstra pada iris.
Sudut drainase
terlihat normal, terbuka
lebar dan tidak tertutup

12
no Diagnosa keperawatan Tujuan dan Intervensi keperawatan Rasional
criteria hasil
1. Gangguan persepsi sensori OBSERVASI:
(D. 0085 ) 1. Penggunaan 1. Pastikan derajat/tipe 1. Sememtara intervensi
Kategori : psikologis penglihatan kehilangan penglihatan dini mencegah kebutaan.
Sub kategori : integritas ego yang optimal Pasien menghadapi
kemungkinan/mengalami
Definisi : perubahan persepsi pengalaman kehilangan
terhadap stimulus baik internal Tujuan: penglihatan sebagian
maupun eksternal yang disertai Setelah dilakukan atau lokal
dengan respon yang berkurang, tindakan keperawatan
2. MANDIRI:
berlebihan atau terdistorsi. selama ….x24jam 1. Dorong mengekspresikan 1. Bisa mempengaruhi
diharapkan gangguan perasaan tentang harapan masa depan
persepsi sensori kehilangan/kemungkinanan pasien dan pilihan
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif dapat teratasi. kehilangan penglihatan. intervensi
1. Mendengar suara bisikan atau Kriteria 2. Tunjukan pemberian tetes 2. Mengontrol TIO,
bayangan Hasil: mata, contoh menghitung mencegah penglihatan
2. Merasakan sesuatu melalui 1. Pasien akan tetesan mengikuti jadwal, lebih lanjut
indra perabaan, penciuman, berpartisipasi tidak salah dosis
atau pengecapan. dalam program
Objektif pengobatan
1. Distorsi sensori 2. Pasien akan
2. Respons tidak sesuai mempertahank 3. HEALTH EDUCATION
3. Bersikap seolah melihat, an lapang 1. Lakukan tindakan untuk 1. Menurunkan bahaya
mengecap, meraba, atau ketajaman membantu pasien keamanan b/d perubahan
mencium sesuatu. penglihatan menangani keterbatasan lapang pandang atau
tanpa penglihatan, contoh kurangi

13
ketajaman kekacauan, atur perabot, kehilangan penglihatan
Gejala dan tanda minor : lebih lanjut ingatkan memutar kepala dan akomodasi pupil
Subjektif : kesubjek yang terlihat. terhadap sinar
1. Menyatakan kesal 1. Perbaiki sinar suram dan lingkungan.
Objektif : penglihatan malam.
1. Menyendiri
2. Melamun 4. KOLABORASI
3. Konsentrasi buruk 1. Kolaborasi obat sesuai
4. Disorientasi waktu, tempat, dengan indikasi 1. Memisahkan badan siliar
orang atau situasi dari sclera untuk
5. Curiga memudahkan aliran
6. Melihat kesatu arah keluar akueus humor
7. Mondar mandir
8. Bicara sendiri
2. NYERI AKUT NOC: NIC:
No diagnosa : 0077 1. kontrol nyeri Manajemen Nyeri
Kategori : psikologis 2. tingkat nyeri Observasi
Subkategori : nyeri dan 1. Observasi TTV 1. Dalam melakukan
kenyamanan Tujuan: pengkajian terhadap pasien,
Setelah di pengukuran tanda vital
Definisi : lakukan tindakan merupakan aspek yang
pengalaman sensorik atau keperawatan sangat penting. Untuk
emosional yang berkaitan selama... X 24 jam, mengetahui keadaan klien
dengan kerusakan jaringan di harapkan pasien dan menentukan intervensi
aktual fungsional,dengan onset memenuhi kriteria apa yang akan dilakukan
mendadak atau lambat dan hasil sebagai berikut selanjutnya Perubahan tanda

14
berinsitas ringan hingga berat : vital dapat menunjukkan
yang berlangsung kurang dari 1. pasien mampu perubahan pada kondisi
3 bulan. mengenali kesehatan pasien.
kapan nyeri
Penyebab: terjadi 2. Lakukan pengkajian nyeri 2. Agar dapat memberikan
1. Agen pencedera fisiologis 2. pasien mampu komperhensif yang meliputi tindakan keperawatan yang
(mis. Inflamasi, iskemia, menggambark lokasi,karakteristik,onset tepat sesuai dengan
neoplasma) an faktor atau menajement nyeri
penyebab durasi,frekwensi,kualitas,int
Gejala dan tanda mayor: pasien mampu ensitas,atau beratnya
Subjektif: melaporkan nyeri,dan faktor pencetus
2. Mengeluh nyeri nyeri yang
dirasakan
Objektif:
1. Gelisah
Mandiri
Gejala dan tanda minor: 3. Gunakan tindakan terapi 3. Terapi ini diharapkan
Subjektif: humor untuk membantu mampu mereduksi efek
(tidak ada) penurunan nyeri ketergantungan analgetik,
serta dengan terapi humor
Objektif: akan dikeluarkan
1. Nafsu makan berubah endorphin dan enkhapalin
2. Proses berpikir terganggu yang mampu menurunkan
nyeri
Kondisi klinis terkait:
Glaucoma 4. Menurunkan faktor-faktor

15
4. Kendalikan faktor yang dapat mempengaruhi
lingkungan yang dapat nyeri. Ketika seseorang
mempengaruhi respon pasien mengalami nyeri dan
terhadap nyeri (misalnya, suhu, menjalani perawatan di
ruangan, pencahayaan, suarang rumah sakit adalah hal
bising) yang sangat tak
tertahankan, karena nyeri
adalah perasaan tidak
nyaman. Secara terus-
menerus klien kehilangan
kontrol dan tidak mampu
untuk mengontrol
lingkungan yang dapat
memicu nyeri

Kolaborasi
5. Kolaborasikan dengan
Dokter dan Tim Kesehatan 5. Kolaborasi tim kesehatan
lain memberikan terapi adalah hubungan kerja yang
farmakolgi untuk memiliki tanggung jawab
mengurangi rasa nyeri bersama dengan penyedia
layanan kesehatan lain
dalam pemberian
(penyediaan) asuhan pasien.
dengan hal ini akan
mempermudah dalam

16
memberikan terapi
farmakologi .terapi
farmakologi adalah
pemberian obat-obatan yang
dapat mengontrol nyeri.

Health Education
6. Jelaskan pada pasien 6. pemahaman pasien tentang
tentang sebab-sebab penyebab nyeri yang terjadi
timbulnya nyeri akan mengurangi
ketegangan pasien dan
memudahkan pasien untuk
diajak bekerjasama dalam
melakukan tindakan
3. Risiko jatuh (D.0143) NOC : NIC
Kategori : lingkungan 1. Fungsi Pencegahan lingkungan: Pencegahan
Subkategori : keamanan dan proteksi Sensori : keselamatan lingkungan:
Penglihatan : Observasi keselamatan
Definisi : beresiko mengalami Kemampuan 1. Monitor lingkungan terhadap
kerusakan fisik dan gangguan untuk terjadinya perubahan status 1. Untuk Mencegah adanya
kesehatan akibat terjatuh mengindera keselamatan bahaya yang ada pada
Faktor Risiko : dengan tepat Mandiri lingkungan klien
1. Usia lebih dari 65 tahun (pada gambaran 1. Bantu pasien saat melakukan
dewasa) atau kurang dari 2 [secara] visual perpindahan ke lingkungan yang
tahun (pada anak) 2. Perilaku lebih aman 1. Mencegah terjadinya bahaya
2. Lingkungan tidak aman (mis. Kompensasi Kolaborasi lingkungan yang dapat

17
Licin, gelap, lingkungan asing) Penglihatan : 1. Kolaborasikan dengan lembaga membahayakan kondisi
3. Gangguan penglihatan Tindakan lain untuk meningkatkan klien
pribadi untuk keselamatan lingkungan
Kondisi klinis terkait : mengkompens 1. agar lebih meningkatkan
Katarak asi gangguan Health education informasi dan menjauhkan
penglihatan 1. Edukasi individu dan kelompok klien dari bahaya lingkungan
Tujuan : yang beresiko tinggi terhadap
Setelah bahan berbahaya yang ada
dilakukan dilingkungan 1. agar klien dan anggota
tindakan keluarga dapat mencegah
keperawatan terjadinya dampak yang
… x 24 jam. Pencegahan jatuh diakibatkan oleh bahan
Ansietas dapat Observasi berbahaya
diatasi dengan 1. Monitor gaya berjalan
: (terutama kecepatan), Pencegahan Jatuh
Kriteria Hasil keseimbangan dan tingkat
: kelelahan 1. agar klien dapat mengetahui
1. Respom 2. Monitor kemampuan berpindah tatacara berjalan yang benar
terhadap dari tempat tidur kekursi dan
stimulus sebaliknya
pandangan Mandiri 2. untuk mengurangi resiko
2. Pandangan 1. Ajarkan pasien untuk berdaptasi jatuh dan cedera
tidak kabur terhadap modifikasi gaya
3. Penglihatan berjalan yang telah disarankan
tidak terutama kecepatan 1. untuk menghindari terjadinya
terganggu 2. Ajarkan pasien bagaimana jika cedera fisik pada saat berjalan

18
4. Tidak merasa jatuh, untuk meminimalkan
pusing cedera 2. agar klien mampu
5. Tidak gejala Kolaborasi meminimalkan cedera jika
gangguan 1. Berkolaborasi dengan tim jatuh terjadi
penglihatan kesehatan lain untuk
6. Dapat melihat meminimalkan efek 1. agar mendapatkan
dengan baik samping dari pengobatan pengobatan yang tepat
yang berkontribusi pada dengan efek samping yang
kejadian jatuh sudah di minimalkan
4. Ansietas (0080) NOC: NIC: Pengurangan
Kategori : Psikologis 1. Kontrol Pengurangan Kecemasan Kecemasan
Subkategori : Integritas Ego Kecemasan Diri : Observasi
Tindakan personal 1. Kaji untuk tanda verbal dan
Definisi : Kondisi emosi dan untuk mengurangi non verbal kecemasan 1. Untuk mengetahui
pengalaman subjektif individu perasaan takut, respon pasien terhadap
terhadap objek yang tidak jelas dan tegang, atau kecemasannya
spesifik akibat antisipasi bahaya yang gelisah dari Tindakan Mandiri
memungkinkan individu melakukan sumber – sumber 1. Gunakan pendekatan yang
tindakan untuk menghadapi ancaman. yang tidak dapat tenang dan meyakinkan
diidentifikasi 1. Bertujuan untuk
Gejala dan Tanda Mayor 2. Koping : mengurangi tingkat
Subjektif Tindakan pribadi 2. Berada di sisi klien untuk kecemasan pasien
1. Merasa khawatir dengan akibat untuk mengelola meningkatkan rasa aman
dari kondisi yang dihadapi stres yang dan mengurangi ketakutan 2. Berada di sisi klien saat
2. Sulit berkonsentrasi membebani klien merasa cemas akan
Objektif kemampuan membuat klien merasa

19
1. Tampak gelisah individu Peningkatan Koping lebih nyaman dan
2. Sulit tidur Tindakan Mandiri menghilangkan
Tujuan : 1. Berikan penilaian mengenai kecemasan
Gejala dan Tanda Minor Setelah dampak dari situasi
Subjektif dilakukan kehidupan pasien terhadap
1. Mengeluh pusing tindakan peran dan hubungan [yang Peningkatan Koping
2. Merasa tidak berdaya keperawatan ada] Tindakan Mandiri
Objektif … x 24 jam. 1. Untuk membantu
1. Kontak mata buruk Ansietas dapat perawat dalam
2. Muka tampak pucat diatasi dengan mengetahui
: 2. Gunakan pendekatan yang perkembangan
Kriteria Hasil tenang dan memberikan psikososial klien maupun
: jaminan dapat melihat peran
1. Tidak khawatir apakah berjalan dengan
lagi dengan baik
kondisi yang
dihadapi 2. Pendekatan yang tenang
2. Dapat dan memberikan jaminan
berkonsentrasi 3. Dukung sikap pasien terkait akan membuat klien
3. Tidak gelisah dengan harapan yang merasa nyaman dan
4. Bisa tidur realistis sebagai upaya untuk percaya sehingga
5. Tidak merasa mengatasi perasaan kecemasan klien
pusing lagi ketidakberdayaan berkurang dan
6. Merasa mempercepat proses
berdaya penyembuhan klien
7. Kontak mata

20
tidak terlalu 3. Dukungan yang
buruk 4. Dukung verbalisasi diberikan kepada klien
8. Muka tidak perasaan, persepsi dan rasa bertujuan
terlihat pucat takut untukmengatasi perasaan
ketidakberdayaan dirinya
danmemberikansemangat
untuk proses
penyembuhannya

4. Stimulus yang berlebihan


hanya akan menambah
tingkat kecemasan klien
sehingga menambah
tingkat stress klien

21
22
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak
langsung dan secara bertahap hal ini akan menyebabkan penglihatan dari mata
semakin lama akan semakin berkurang dan bahkan sampai mengalami kebutaan. Hal
ini disebabkan karena saluran cairan dari bola mata terhambat sehingga bola mata
akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada dibelakang bola
mata yang akhirnya menyebabkan saraf mata tidak mendapatkan aliran darah
sehingga saraf mataa bisa rusak.
Glaukoma diklasifikasikan berdasarkan etiologi dan berdasarkan peningkatan
tekanan intra okuler. Etiologi tergantung dari klasifikasi glaukoma itu sendiri namum
pada umumnya hal ini terjadi disebabkan karena aliran aquos humor terhambat yang
bisa meningkatkan TIO. Tanda dan gejala dari Glaukoma seperti kornea suram, sakit
kepala, nyeri lapang pandang menurun. Komplikasi dari glaucoma adalah kebutaan.

B. Saran
Dengan adanya makalah Asuhan keperawatan pada penyakit glaucoma dapat
menambah wawasan mahasiswa tentang penyakit glaucoma dan dapat memberikan
asuhan keperawatan dengan tepat.

23
DAFTAR PUSTAKA

John, Thomas. 2013. Mata dan kedaruratan Mata. Jakarta. EGC

Smeltzer, Susan. 2013. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta. EGC

Sidarta, Ilyas. 2013. Dasar Teknik Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. Fakultas
kedokteran Universitas Indonesia

Ilyas, sidarta. 2008. Ilmu Keperawatan Mata. Jakarta : CV SAGUNG SETO.

24

También podría gustarte