Está en la página 1de 27

PERANCANGAN PROYEK DISTRIBUSI

DAN GARDU DISTRIBUSI

Oleh :
Amal Ma’ruf : 321 16 055
Alexander William S : 321 16 056

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR 2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Salah satu bagian dari sistem tenaga listrik yang menyalurkan energi listrik
dari pusat pembangkit sampai ke konsumen atau pelanggan adalah sistem
distribusi. Distribusi energi listrik yang berawal dari pembangkit dan diakhiri
dengan penggunaan oleh konsumen haruslah bersifat efektif, efisien dan dapat
diandalkan. Melihat dari kriteria tersebut maka dalam pembangkitan energi listrik
serta distribusi energy listrik haruslah dilakukan secara rasional dan ekonomis.
Sistem distribusi tegangan rendah adalah bagian dari sistem distribusi
tenaga listrikyang terletak diantara gardu distribusi dan konsumen.Dalam sistem
distribusi diperlukan sistem penurun tegangan dan mendistribusikan energi listrik
kepada konsumen. Untuk itulah digunakan transformator yang pada umumnya
trafo terdiri dari satu inti dan dua kumparan. Peran trafo pada sistem distribusi
sangat pada penggunaan beban, semakin besar beban yang digunakan maka
semakin besar pula kapasitas trafo yang diperlukan. Melihat dari permasalahan
yang terjadi maka penulis akan membuat perencanaan jaringan tegangan
menengah, jaringan rendah hingga ke konsumen.

1.2.Tujuan

a. Mempelajari sistem distribusi.

b. Studi perencanaan proyek distribusi dan gardu distribusi.

c. Menghitung pembagian daya pada tiap-tiap rumah dalam suatu


perumahan.
BAB II

TEORI DASAR

2.1 Komponen Utama Konstruksi Gardu Distribusi

2.1.1 Penghantar

a. Penghantar telanjang (BC: Bare Conductor)

Konduktor dengan bahan utama tembaga (Cu) atau aluminium

(Al) yang dipilin bulat padat sesuai SPLN 42-10: 1986 dan SPLN 74:

1987. Pilihan konduktor penghantar telanjang yang memenuhi pada

decade ini adalah AAC atau AAAC. Sebagai akibat tingginya harga

tembaga dunia, saat ini belum memungkinkan penggunaan penghantar

berbahan tembaga sebagai pilihan yang baik.

Gambar 1 Bare Conductor

b. Penghantar berisolasi setengah AAAC-S (Half insulated single core)

Konduktor dengan bahan utama alluminium ini diisolasi dengan

material XLPE (crosslink polyetilene langsung), dengan batas

tegangan 6 kV dan harus memenuhi SPLN No. 43-5-6 tahun 1995.


Gambar 2 AAAC-S

c. Penghantar berisolasi penuh (Three single core)

Konduktor berisolasi dengan material XLPE dan berselubung

PVC berpenggantung penghantar baja dengan tegangan pengenal

12/20 (24) kV. Oenghantar jenis ini khusus digunakan untuk SKUTM

dan berisolasi penuh sesuai SPLN 43-5-2: 1995-Kabel.

Gambar 3 Three single core


2.1.2 Isolator

Fungsi utamanya adalah sebagai penyekat listrik pada penghantar

terhadap penghantar lainnya dan penghantar terhadap tanah. Tetapi karena

penghantar yang disekatkan tersebut mempunyai gaya mekanis berupa

berat dan gaya tarik yang berasal dari berat penghantar itu sendiri, dari

tarikan dan karena perubahan akibat temperatur dan angin, maka isolator

harus mempunyai kemampuan untuk menahan beban mekanis yang harus

dipikulnya. Untuk penyekatan terhadap tanah berarti mengandalkan

kemampuan isolasi antara kawat dan batang besi pengikat isolator ke

travers, sedangkan untuk penyekatan antar fasa maka jarak antara

penghantar satu dengan yang dilakukan adalah memberi jarak antara

isolator satu dengn lainnya dimana pada kondisi suhu panas sampai batas

maksimum dan angin yang meniup sekencang apapun dua penghantar

tidak akan saling bersentuhan.

Bahan isolator untuk SUTM adalah porselin / keramik yang dilapisi

glazur dan gelas, tetapi yang paling banyak adalah dari porselin ketimbang

dari gelas, dikarenakan udara yang mempunyai kelembaban tinggi pada

umumnya di Indonesia isolator dari bahan gelas permukaannya mudah

ditempeli embun. Warna isolator pada umumnya coklat untuk bahan

porselin dan hijau-bening untuk bahan gelas.

Konstruksi isolator pada umumnya dibuat dengan bentuk lekukan-

lekukan yang bertujuan untuk memperjauh jarak rambatan, sehingga pada

kondisi hujan maka ada bagian permukaan isolator yang tidak ditempeli air
hujan. Berdasarkan beban yang dipikulnya isolator dibagi menjadi 2 jenis,

yaitu :

a. Isolator tumpu

Beban yang dipikul oleh isolator berupa beban berat penghantar,

jika penghantar dipasang di bagian atas isolator ( top side ) untuk

tarikan dengan sudut maksimal 2 ° dan beban tarik ringan jika

penghantar dipasang di bagian sisi ( leher ) isolator untuk tarikan

dengan sudut maksimal 18 ° . Isolator dipasang tegak-lurus dii atas

travers.

Gambar 4 Isolator Tumpu

b. Isolator Tarik

Beban yang dipikul oleh isolator berupa beban berat penghantar

ditambah dengan beban akibat pengencangan (tarikan) penghantar,

seperti pada konstruksi tiang awal/akhir, tiang sudut , tiang

percabangan dan tiang penegang. Isolator dipasang di bagian sisi

Travers atau searah dengan tarikan penghantar. Penghantar diikat

dengan Strain Clamp dengan pengencangan mur - bautnya. Isolator

jenis ini pada sebagian konstruksi SUTM di Jawa Barat dipakai juga

untuk tarikan lurus atau sudut kecil yang dipasang menggantung di


bawah travers dan sebagai pengikat penghantarnya digunakan

suspension clamp seperti pada konstruksi SUTT

Gambar 5 Isolator Tarik

2.1.3 Peralatan Hubung (Switching)

Peralatan Hubung (Switching) Pada jaringan SUTM digunakan juga

peralatan switching untuk optimasi operasi distribusi. Sesuai karakteristiknya,

peralatan hubung dapat dibedakan atas : 1. Pemisah (Disconnecting Switch =

DS) 2. Pemutus beban (Load Break Switch = LBS)

2.1.4 Peralatan Proteksi Jaringan

Beberapa peralatan proteksi jaringan adalah sebagai berikut :

a. Pemisah dengan pengaman lebur (Fused Cut-Out )

b. Pemutus Balik Otomatis (Automatic Recloser)

c. Ligthning Arrester

d. Saklar Seksi otomatis (Automatic Sectionalizer)

e. Penghantar tanah (Shield Wire)


a. Fuse Cut Out (FCO)

Pengaman lebur untuk gardu distribusi pasangan luar dipasang pada

Fuse Cut Out (FCO) dalam bentuk Fuse Link. Terdapat 3 jenis

karakteristik Fuse Link, tipe-K (cepat),tipe-T (lambat) dan tipe-H yang

tahan terhadap arus surja.

Apabila tidak terdapat petunjuk yang lengkap, nilai arus pengenal

pengaman lebur sisi primer tidak melebihi 2.5 kali arus nominal primer

transformator. Jika sadapan LightningArrester (LA) sesudah Fuse Cut Out,

dipilih fuse link tipe-H, jika sebelum Fuse Cut Out (FCO) dipilih Fuse

Link tipe-K.

Sesuai publikasi IEC 282-2 (1970/NEMA) di sisi primer berupa

pelebur jenis pembatas arus. Arus pengenal pelebur jenis letupan

(expulsion) tipe-H (tahan surja kilat) tipe-T (lambat) dan tipe-K (cepat)

menurut publikasi IEC No. 282-2 (1974)-NEMA untuk pengaman

berbagai daya pengenal transformator, dengan atau tanpa koordinasi

dengan pengaman sisi sekunder.

Gambar 6 Fuse Cut Out


b. Lightning Arrester (LA)

Lightning arrester adalah suatu alat pengaman yang melindungi

jaringan dan peralatannya terhadap tegangan lebih abnormal yang terjadi

karena sambaran petir (flash over) dan karena surja hubung(switching

surge) di suatu jaringan. Lightning arrester ini memberi kesempatan yang

lebih besar terhadap tegangan lebih abnormal untuk dilewatkan ke tanah

sebelum alat pengaman ini merusak peralatan jaringan seperti tansformator

dan isolator.

Lightning Arrester berfungsi untuk melindungi Transformator

distribusi, khususnya pada pasangan luar dari tegangan lebih akibat surja

petir. Dengan pertimbangan masalah gangguan pada SUTM, pemasangan

Arester dapat saja dipasang sebelum atau sesudah FCO.

Untuk tingkat IKL diatas 110, sebaiknya tipe 15 KA. Sedang untuk

perlindungan Transformator yang dipasang pada tengah-tengah jaringan

memakai LA 5 KA dan di ujung jaringan dipasang LA 10 KA.

Gambar 7 Lightning Arrester


1.2.5 Konektor

Konektor adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyambung

kawat penghantar. Jenis konektor yang digunakan ada beberapa macam

yaitu :

a. Joint Sleeve Connector (Sambungan Lurus)

b. Paralel Groove Connector (Sambungan Percabangan)

c. Live Line Connector (Sambungan Sementara yang bisa dibuka

pasang)

Joint sleeve adalah jenis konektor yang digunakan untuk sambungan

penghantar pada posisi lurus. Tap connector adalah jenis konektor yang

digunakan untuk sambungan penghantar pada titik pencabangan. Live

Line connector adalah jenis konektor yang digunakan untuk pekerjaan

dalam keadaan bertegangan (PDKB).

Gambar 8 Konektor

1.2.6 Transformator distribusi fasa 3

Pengertian Transformator Distribusi, Tujuan dari penggunaan

transformator distribusi adalah untuk menaikkan dan menurunkan

tegangan utama dari sistem distribusi listrik untuk tegangan pemanfaatan


penggunaan konsumen.Transformator distribusi yang umum digunakan

adalah transformator step-down 20kV/400V.

Pada sistem distribusi listrik yang ada di Indonesia, tegangan

dibangkitkan pada pembangkit listrik sebesar 13,8 KV. Lalu tegangan

dinaikkan untuk disalurkan ke jalur transmisi listrik sebesar 150 KV.

Tegangan pada jalur transmisi yaitu sebesar 150 KV ini diturunkan

kembali untuk didistribusikan ke jalur distribusi listrik sebesar 20 KV.

Tegangan 20 KV ini disalurkan ke konsumen industri dan

konsumen rumah tangga. Untuk konsumen rumah tangga tegangan 20

KV ini diturunkan kembali ke 380 V untuk pemakaian rumah tangga

yaitu 220 Volt AC yang didapat dari tegangan 1 phase to netral dari 380

VAC.

Berdasarkan standar IEC60076-1, penamaan vektor grup trafo

tidak berdasarkan lilitan primer dan sekunder, tetapi berdasarkan ratting

tegangan belitan HV-LV kemudian notasi angka jam yang menandakan

pergeseran fasa antara HV dan LV. Contoh untuk penamaan vektor grup

Dyn 11 memiliki arti bahwa belitan Hvterhubung delta dan belitan LV

terhubung bintang dengan titik star (n) dibawa keluar dan angka 11

menandakan pergeseran fasa LV leading 30o terhadap HV.

Untuk transformator fase tiga, merujuk pada SPLN, ada tiga tipe

vektor grup yang digunakan oleh PLN, yaitu Yzn5, Dyn5 dan Ynyn0.

Titik netral dihubungkan dengan tanah. Untuk konstruksi, peralatan


transformator distribusi sepenuhnya harus merujuk pada SPLN D3.002-

1: 2007.

Tabel 1 Vektor Group dan Daya Transformator

Transformator gardu pasangan luar dilengkapi bushing Tegangan

Menengah isolator keramik. Sedangkan Transformator gardu pasangan

dalam dilengkapi bushing Tegangan Menengah isolator keramik atau

menggunakan isolator plug-in premoulded.

Gambar 9 Transformator Distribusi


1.2.7 Tiang

a. Tiang kayu

SPLN 115: 1995 berisikan tentang kayu untuk jaringan distribusi,

kekuatan, ketinggian dan pengawetan kayu sehingga pada beberapa

wilayah pengusahaan PT PLN Persero bila suplai kayu

memungkinkan, dapat diguanakan sebagai tiang penopang penghantar

SUTM.

b. Tiang besi

Tiang besi yang digunakan adalah jenis tiang yang terbuat dari

pipa besi yang disambungkan hingga diperoleh kekuatan beban

tertentu sesuai kebutuhan. Walaupun lebih mahal, pilihan tiang besi

untuk area/wilayah tertentu masih diijinkan karena bobotnya lebih

ringan dibandingkan tiang beton. Pilihan utama juga dimungkinkan

bilamana total biaya material dan transportasi lebih murah

dibandingkan dengan tiang beton akibat wilayah tersebut belum ada

pabrik beton.

Tabel 2 Spesifikasi Tiang Besi


c. Tiang beton

Untuk kekuatan sama, pilihan tiang jenis ini dianjurkan di

seluruh PLN Karena lebih murah dibandingkan dengan jenis

konstruksi tiang lainnya termasuk terhadap kemungkinan penggunaan

konstruksi rangkaian besi profil.

Tabel 3 Spesifikasi Tiang Beton

2.2 Konstruksi Gardu Tiang

2.2.1 Ruang bebas hambatan (Right of Way) dan jarak aman (Safety Distance)

Ruang bebas hambatan atau right of way pada Gardu Tiang adalah

daerah bebas dimana gardu tersebut berlokasi. Pada ruang bebas tersebut

tidak ada penghalang yang menyebabkan komponen gardu beserta

kelengkapannya bersentuhan dengan pohon atau bangunan. Tersedia akses

jalan masuk-keluar gardu untuk keperluan kegiatan operasi dan

pemeliharaan/perbaikan gardu.
Jarak aman bagian Gardu Tiang di sisi 20 Kv sesuai dengan ketentuan

saluran udara tegangan menengah adalah 2,5 meter dari sisi terluar konstruksi

gardu.

Tabel 4 .Jarak aman SUTM

2.2.2 Spesifikasi Peralatan Gardu Tiang

a. Tiang

Tiang yang digunakan untuk Gardu Distribusi jenis ini dapat

berupa tiang besi ataupun tiang beton berkekuatan beban kerja

sekurang-kurangnya 500 daN, dengan panjang 11 atau 12 meter.

b. Peralatan Hubung dan Proteksi

Karakteristik listrik komponen utama instalasi Gardu Tiang yang

harus dipenuhi pada sisi Tegangan Menengah (TM), adalah :

- Tegangan pengenal : 24Kv

- Frequensi pengenal : 50 Hz

- Ketahanan isolasi terhadap tegangan impuls kering standar

(puncak) :125 Kv

- Inpulse DC test selama 1 menit : 50 kV

- Ketahanan tegangan jarak isolasi (isolation distance) di udara :


a. Tegangan impuls, kering (puncak) : 145 kV

b. Inpulse DC voltage selama 1 menit : 50 Kv

c. ketahanan terhadapa arus hubung singkat (1 detik): 12.5 Kv

d. Ams maksimum gangguan ke bumi selama 1 detik : 1 Kv

e. Tegangan uji terhadap sirkuit bantu : 2 Kv

f. Tegangan surja hubung dan pemutus tenaga hampa udara

harus cocok untuk transformator terendam minyak (tanpa

penangkap petir) dengan tingkat isolasi dasar (BIL): 125 Kv

Karakteristik listrik komponen utama instalasi Gardu Tiang

yang harus dipenuhi pada sisi Tegangan Rendah (TR) adalah :

- Tegangan pengenal : 230/400 V

- Frequensi pengenal : 50 Hz

- Tingkat isolasi dasar (puncak) : 6 Kv

 PHB 250/500/630 A : 0.5 kA

 PHB 800 A : 0.5 kA

 PHB 1200 A : 0.5 Ka

- Arus ketahanan waktu singkat selama 1 detik,

- KHA busbar : 250/400/630/800/1200 A

- Kapasitas pengaman lebur HRC : 25 kA /400 V

- Tegangan ketahanan frequensi daya selama 1 menit : 2,5 k v

2.2.3 Jenis Konstruksi Gardu Tiang

a. Gardu Portal
Gardu Portal adalah gardu listrik tipe terbuka (out-door) dengan

memakai konstruksi dua tiang atau lebih. Tempat kedudukan

transformator sekurang-kurangnya 3 meter di atas tanah dan

ditambahkan platform sebagai fasilitas kemudahan kerja teknisi

operasi dan pemeliharaan. Transformator dipasang pada bagian atas

dan lemari panel / PHB- TR pada bagian bawah.

- Gardu Portal 50 kVA – 100 kVA, 2 jurusan TR

PHB-TR gardu ini dirancang untuk 2 jurusan Jaringan Tegangan

Rendah.

- Gardu Portal 160 kVA – 400 kVA, 2 jurusan TR

PHB-TR gardu ini dirancang untuk 4 jurusan Jaringan Tegangan

Rendah.

- Gardu Portal Pelanggan khusus

Gardu Portal untuk pelanggan khusus Tegangan Rendah dan

Tegangan Menengah.

- Gardu Portal SKTM Antenna

Gardu Portal ini lazimnya dibangun pada sistim distribusi

Tegangan Mnenegah dengan kabel bawah tabah yang karena

keterbatasan lahan, catu daya TM diperoleh dari Gardu Beton

terdekat dengan SKTM bawah tanah dengan panjang tidak

melebihi 100 meter. Untuk gardu portal antenna, kubikel

pengaman transformator ditempatkan pada gardu pemberi catu

daya.
- Gardu Portal RMU/Modular

Gardu Portal ini adalah gardu listrik dengan konstruksi sama

dengan gard Portal, dengan penempatan kubikel jenis RMU/

Modular dalam lemari panel (metal clad) yang terhindar dari air

hujan dan debu, dan dipasangkan pada jaringan SKTM.

b. Gardu Cantol

Gardu Cantol adalah tipe gardu listrik dengan transformator yang

dicantolkan pada tiang listrik besarannya kekuatan tiang minimal 500

daN. Gardu Cantol (single pole mounted distribution substation),

dimana transformator dan panel tegangan rendah menjadi satu yang

dicantolakan pad tiang dan umumnya adalah transformator jenis

Completely self protected (CSP).

- Gardu Cantol Sistem 3 Kawat

Lazimnya untuk tranformator fase ganda atau fase tiga sistem

3 kawat, tabung transformator berbentuk kotak dan dilengkapi

dengan sirip radiator. Seluruh peralatan Lighting Arester (LA) dan

jarak TR harus ditambahkan dan dipasang pada tiang.

- Gardu Cantol Sistem 4 Kawat

Perbedaan konstruksi gardu cantol sistim 4 kawat dengan

sistim 3 kawat adalah pada konstruksi tranformatornya dimana

peralatan proteksi TM dan TR sudah dalam transformator,

sehingga konstruksi keseluruhan dapat disederhanakan.


BAB III

LANGKAH KERJA

3.1 Langkah Kerja

Langkah kerja yang dilakukan dalam melakukan tugas ini:

 Menentukan perumahan atau lokasi perencanaan.

 Mencari site plan dari perumahan tersebut.

 Melakukan survei lapangan.

 Menentukan letak tiang.

 Menghitung penghantar atau kabel ke setiap rumah.

 Menghitung daya total dari perumahan tersebut

 Menentukan jenis trafo dan besar daya trafo yang dibutuhkan.

 Menyusun laporan perencanan distribusi dan gardu distribusi.

 Melakukan asistensi ke dosen bersangkutan.


3.2 Denah Lokasi

Lokasi perancangan ini terletak di kota Makassar yaitu Perumahan

BTN AL

3.3 Penyelenggaraan Konstruksi

2.2.1 Alat kerja dan alat K3

a. Peralatan kerja

- Toolkit (Alat kupas kabel, kunci, obeng, tang dsb.)

- Ground Clatert

- Earth Tester

- Insulated Tester

- Tang Press
- Tangga Fiber

- Tambang Plastik 25 m

- Dokumen Gambar Kerja

- Alat Tulis

- Alat Komunikasi

b. Perlengkapan K3

- Pakaian Kerja Tangan Panjang

- Sepatu Safety

- Sarung Tangan Kulit

- Helm Pengaman

- Sabuk Pengaman

- Rambu-rambu

- Kaca Mata

2.2.2 Persiapan Konstruksi dan Proses Perizinan

Perencanaan konstruksi gardu tiang lazimnya sudah harus menjadi

satu kesatuan dengan perencanaan jaringan SUTM-nya. Pastikan terlebih

dahulu kebenaran peta rencana lokasi pendirian gardu distribusi, detail

konstruksi dan perolehan izin lokasi gardu. Bila lokasi gardu berada di

tanah sertifikat hak milik, harus diperoleh izin tertulis penggunaan tanah

untuk gardu dari pemilik tanah.


Perhatikan kekuatan tiang beton/besi untuk konstruksi gardu tiang

yang direncanakan bagi penempatan transformator distribusi, pondasinya

dan akurasi vertikalnya. Persiapan seluruh komponen utama dan

kelengkapan instalasi gardu tiang di lokasi. Termasuk yang harus

diperhatikan adalah dimensi cross-arm/dudukan dengan jarak-jarak dan

besar lubang yang dipersyaratkan.

Khusus transformator, periksa fisik trnasformator distribusi yang

meliputi :

1. Packing transformator

2. Periksa aksesoris transformator, apakah sudah sesuai dengan syarat

kontak yang disepakati, misalnya termometer, oil level, buchholz

relay, breather (silica gel)

3. Periksa volume minyak pada gelas duga (oil level) dan kebocoran

pada transformator.

4. Periksa name plate serta sertifikat transformator, apakah telah sesuai

dengan permintaan, pemeriksaan antara lain :

- Daya / Kapasitas : KVA

- Tegangan sisi Teg. Tinggi : Volt

- Tegangan sisi Teg. Rendah : Volt

5. Pengujian ketahanan isolasi antara:

- Sisi tegangan rendah (TR) dengan sisi ftegangan menengah (TM)

- Sisi tegangan rendah (TR) dengan bodi (E)

- Sisi tegangan menengah (TM) dengan bodi (E)


2.2.3 Handling Transportasi dan Penaikan Trafo Ke Tiang

Kondisi kritis adalah kondisi pada saat memindahkan suatu

transformator, dari gudang ke lokasi pemasangan misalnya juga pada saat

penaikan/penurunan transformator dari/ ke atas truck. Ketentuan

penaikan/penurunan transformator distirubusi dari truk menggunakan alat

bantu forklift, mobile-crane/lifer (truk yang sudah dilengkapi lifter) atau

minimal tripod yang dapat di rakit dilokasi

Pelaksanaan penaikan/penurunan ke atau dari truk harus diperhatikan

dengan seksama untuk memastikan tidak terjadi kerusakan pada tangki

trasnfomrator berdaya < 100 kVA dan posisi saling diletakkan di bawah

atau pada dasar dan melingkar pada transformator yang akan ditarik,

karena tumpuan beratnya berada di dasar packing transformator.

Pelaksanaan penaikan/penurunan ke atau dari truk harus diperhatikan

dengan seksama untuk memastikan tidak terjadinya kerusakan pada tangki

trsnformator (bila menggunakan forklift) atau kerusakan isolator (umunya

bila menggunakan crane atau tripod). Pengangkutan transformator dari

gudang penyimpanan ke lokasi gardu dipersyaratkan/ tidak diperbolehkan

adanya guncangan-guncangan pada saat dibawah dengan kendaraan.

2.2.4 Pemasangan Instalasi

a. Instalasi Transformator Distribusi

Untuk instalasi ke atas tiang atau platform dudukannya, siapkan

terlebih dahulu takle/lifter dengan kekuatan cukup di tiang beton pada

peggantung croos-arm sementara untuk mengangkat transformator,


naikkan transformator dengan seksama, vertikal ke atas dan setelah

duduk di atas croos-arm tiang/dudukan pada tiang beton rakit dengan

mur-baut yang erat.

b. Pemasangan Penghantar Pembumian

Bagian – bagian yang harus dibumikan pada gardu tiang adalah :

- Titik netral sisi sekunder transformator

- Bagian konduktif terbuka (BKT) instalasi gardu

- Bagian konduktif ekstra (BKE)

- Lighting arrester

Tabel 5 Instalasi Pembumian Pada Gardu Portal

Seluruh terminal pembumian tersebut disambung pada ikatan

penyama potensial pembumian dan selanjutnnya dihubungkan ke

elektrode pembumian. Nilai tahanan pembumian lightning Arrester

(LA), pembumian BKT dan BKE, pembumian titik netral

transformator dilakukan dengan memakai elektrode bumi sendiri-

sendiri, namun penghantar pembumian lightning Arrester dan BKT

dan BKE dihubungkan dengan kawat tembaga 50 mm2. Penghantar-


penghantar pembumian dilindungi dengan pipa galvanis dengan

diameter 5/8 inci sekurang-kurangnya setinggi 3 meter diatas tanah.

c. Instalasi Terminal Kabel 20kV pada RMU

Laksanakan penyimpanan kabel untuk instalasi terminal kabel

jenis terminal kabel yang lazim digunakan adalah plug in premoulded

yang sesuai dengan rancangan RMU bersangkutan. Perubahan

konsep/modifikasi terminal kabel dari yang diisyaratkan pabrikan

RMU sangat tidak diijinkan. Perhatikan ketentuan penyiapan kabel,

pengepresan sepatu kabel dan instalasi plug-in terminal kabel pada

kabel.

Untuk jenis sambungan berada material misalnya terminal

transformator cudan kawat konduktor Al menggunakan bimetalic

konektor.

d. Instalasi Kabel Tegangan Rendah

Instalsai kabel tegangan renah antara terminal TR transformator

dengan PHB TR memakai kabel sekurang-kurangnya jenis NYY.

Ukuran kabel disesuaikan dengan kapasitas transformator. Kabel

dilindungi dengan pipa galvanis dengan diameter 4 inci sekurang-

kurangya setinggi 3 meter diatas tanah. Apabila menggunakan kabel

dengan pelindung metral (NYFGbY), bagian pelindung metal harus

dibumikan.

e. Penandaan Gardu Tiang

Setiap gardu tiang harus diberi identitas yang meliputi :


- Nomor Gardu

- Tanda peringatan (antara lain lambang kilat, tulisan tanda bahaya,

dll)

- Data historis gardu meliputi tangga dibangun, No.SPK, nama

pelaksanaan seluruh bagian gardu tiang dicat dengan warna silver

bronze. Jenis cat yang digunakan untuk luar harus tahan perubahan

cuaca.

f. Penyelesaian Akhir (finishing)

Setelah tahapan konstruksi pemasangan gardu selesai, maka

dilanjutkan dengan dengan uji teknisi dan komisioning sesuai dengan

ketentuan yang berlaku, untuk kemudian diterbitkan sertifikat layak

operasi (SLO) oleh badan yang berwenang.

También podría gustarte