Está en la página 1de 13

NAMA :

NURUL CHAIRUNNISA
UTAMI PUTRI

NIM :
1620070008

MATA KULIAH :
ANALISIS MATEMATIKA
Definisi 6.1 : (definisi partisi)

Misalkan selang tertutup [a,b] → selang yang di berikan.

Partisi P dari selang [a,b] adalah sebuah himpunan berhingga dari titik-titik 𝑥0 , 𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 , dimana

a= 𝑥0 , 𝑥0 ≤ 𝑥1 ≤ ⋯ ≤ 𝑥𝑛−1 ≤ 𝑥𝑛 = b

di ilustrasikan dengan gambar.

Paling sedikit anggota partisi = 2 , yaitu a dan b. atau 𝑥0 𝑑𝑎𝑛 𝑥1

a=𝑋0 𝑋1 𝑋2 𝑋𝑛−1 b=𝑋𝑛

jarak antara dua partisi terdekat ialah : ∆𝑥𝑖 = 𝑥𝑖 − 𝑥𝑖−1 ( 𝑖 = 1,2,3, … , 𝑛)

contoh → ∆𝑥3 = 𝑥3 − 𝑥2

di ilustrasikan dalam bentuk kurva.

Dari fungsi ƒ.

Batas atas → di atas 𝑀2tak berhingga banyak. Kalau continue, berarti batas atasnya di 𝑀2 .

𝑓(𝑥𝑛 ) ƒ

𝑓(𝑥𝑛−1 )

𝑀2 = 𝑓(𝑥2 )

𝑚2 = 𝑓(𝑥1 )

𝑀2

ƒ(𝑥0 )

a=𝑋0 𝑋1 𝑋2 𝑋𝑛−1 𝑏 = 𝑋𝑛

𝑀𝑖 = sup ƒ(𝑥) 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 ( 𝑥𝑖−1 ≤ 𝑥 ≤ 𝑥𝑖 )

𝑚𝑖 = inf ƒ(𝑥) 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 (𝑥𝑖−1 ≤ 𝑥 ≤ 𝑥𝑖 )


Misalkan
𝑀2 = sup ƒ(𝑥) 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 (𝑥1 ≤ 𝑥 ≤ 𝑥2 )

𝑚2 = inf ƒ(𝑥) 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 (𝑥1 ≤ 𝑥 ≤ 𝑥2 )

Maka
n

U(p, ƒ) = ∑ Mi Δ𝑥𝑖 = M1 Δ𝑥1 + M2 Δ𝑥2 + ⋯ +Mn Δ𝑥𝑛


i=1

L(p, ƒ) = ∑ mi Δ𝑥𝑖 = m1 Δ𝑥1 + m2 Δ𝑥2 + ⋯ +mn Δ𝑥𝑛


i=1

L(p, ƒ) ≤ U(p, ƒ)

a b

P = {𝑥0 , 𝑥1 }

→U(p, ƒ) = M1 Δ𝑥1

→L(p, ƒ) = mi Δ𝑥𝑖
P = {𝑥0 , 𝑥1 } ƒ

𝑓(𝑥2 )

𝑓(𝑥2 )

𝑓(𝑥2 )

𝒂 = 𝒙𝟎 𝒙𝟏 𝒃 = 𝒙𝟐

U(p, ƒ) = M1 Δ𝑥1 +M2 Δ𝑥2 = 𝐿

L(p, ƒ) = m1 Δ𝑥1 +m2 Δ𝑥2 = 𝐿

Maka makin sedikit partisinya

L(p, ƒ) kecil , U(p, ƒ) besar.

Integral atas
−𝑏

∫ 𝑓(𝑥) dx = inf 𝑈(𝑃, ƒ)


𝑎

Integral bawah
𝑏

∫ 𝑓(𝑥) dx = sup 𝐿(𝑃, ƒ)


−𝑎

Jika
−𝑏 𝑏

∫ 𝑓(𝑥) dx = ∫ 𝑓(𝑥) dx
𝑎 −𝑎

inf 𝑈(𝑃, ƒ) = 𝑠𝑢𝑝 𝐿(𝑃, ƒ), maka sebagai ƒ terintegral Riemann, yang di tulis dengan ƒ∈ ℛ(𝛼)

Dengan ℛ = Himpunan fungsi-fungsi yang terintegral Riemann


M 𝑚 ≤ ƒ(𝑥) ≤ 𝑀 (𝑎 ≤ 𝑥 ≤ 𝑏)

ƒ(b)

ƒ(x)

ƒ(a)

𝑚(𝑏 − 𝑎)

a b

untuk setiap P

𝑚(𝑏 − 𝑎) ≤ L(p, ƒ) ≤ U(p, ƒ) ≤ 𝑀(𝑏 − 𝑎)

Definisi 6.2 :

Misalkan α menjadi a monoton naik di selang [a,b] (jika α(a) dan α(b)adalah terbatas, sehingga α
di batasi selang [a,b]). Sesuai dengan masing-masing partisi P dan [a,b], maka :

∆ αi = α(xi)-α(xi-1)

Jelas bahwa ∆ αi ≥ 0. Untuk setiap fungsi real ƒ yang dibatasi oleh selang [a,b] sehingga :

U(P,ƒ,α) = ∑𝑛𝑖=0 𝑀𝑖 ∆ αi

L(P,ƒ,α) = ∑𝑛𝑖=0 𝑚𝑖 ∆ αi

Dimana 𝑀𝑖 dan 𝑚𝑖 memiliki kesamaan seperti yang dijelaskan pada defiinisi 6.1, dan didapat
−𝑏

∫ 𝑓 dα = inf 𝑈(𝑃, ƒ, 𝛼) … (5)


𝑎

∫ 𝑓 dα = sup 𝐿(𝑃, ƒ, 𝛼) … (6)


−𝑎

Inf dan sup adalah untuk semua partisi.

Jika yang di seblah kiri (5) dan (6) bernilai Sama, maka akan kita tandakan dengan :
𝑏

∫ 𝑓 dα … (7)
𝑎

Atau dengan :
𝑏

∫ 𝑓(𝑥) dα(x) … (8)


𝑎

Ini disebut Integral Riemann Stieltjes (bentuk sederhana dari integral Steiltjes) dari ƒ dengan α di
[a,b]. jika (7) ada,. Jika (5) dan (6) bernilai Sama, dikatakan bahwa ƒ itu terintegral terhadap α,di
persamaan Riemann, dan ditulis ƒ∈ ℛ(𝛼).
−𝑏 𝑏
Jika ∫𝑎 𝑓 dα = ∫𝑎 𝑓 dα , maka ƒ terintegral Stieltjes atau Riemann-Stieltjes terhadap α. Ditulis :

ƒ∈ ℛ(𝛼).

Ket : ℛ(𝛼) = himpunan fungsi-fungsi Riemann-Stieltjes

Jika α(x) = x, maka integral Riemann-Stieltjes akan menjadi antegral Riemann. Disebutkan
dengan jelas, bahwa bentuk umum tidak continue.

Bebeapa kata mengatakan tentang notasi. Biasanya digunakan pada (7) untuk (8) karena x jika
nampak di (8) tidak meambah pengertian apapun di (7). Itu tidaklah penting Karen hanya sebuah variable
integral. Sebagai contoh pada (8) yaitu
𝑏

∫ 𝑓(𝑦) dα(y)
𝑎

Integral yang tergantung pada ƒ, α, a dan b, tapi tidak pada vaiabel integral yang boleh di
hilangkan

Peran variable integral yaitu hanya sebagai tambahan ; terdapat 2 simbol


𝑛 𝑛

∑ 𝑐𝑖 , ∑ 𝑐𝑘
𝑖=1 𝑘=1

Yaitu sama, karena 𝑐1 + 𝑐2 + … + 𝑐𝑛 .

Tentu saja tidaklah sulit memasukkan variable di integral dan dalam banyak bentuk mudah untuk
di kerjakan.

Kita akan menyelidki adanya integral pada (7) kita asumsikan ƒ nyata dan terbatas, dan α
𝑏
monoton naik di [a,b], jika kita tulis ∫,maka di tulis ∫𝑎 .
Definisi 6.3 :

Dikatakan bahwa partisi P* adalah penghalus dari P,jika P* ⊃ P (tentu saja, jika setiap titik pada
P maka itu juga titik P*). Jika terdapat dua partisi, 𝑃1 𝑑𝑎𝑛 𝑃2 , maka di katakan bahwa P* adalah
penghalus bersama jika P* = 𝑃1 ∪ 𝑃2 .

P* adalah Penghalus P jika P* ⊃ P

P* adalah Penghalus bersama dari 𝑃1 𝑑𝑎𝑛 𝑃2 jika P* = 𝑃1 ∪ 𝑃2

contoh : P = { 𝑥0 , 𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 }

P* = { 𝑥0 , 𝑥1 , 𝑥 ′ , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 } → Di tambahkan satu titik atau lebih dimana saja.

Definisi 6.4

Jika P* adalah Penghalus dari P, maka

L(P, ƒ, α) ≤ L(P*, ƒ, α) …(9)

Dan

U(P*, ƒ, α) ≤ U(P, ƒ, α) …(10)

Bukti :

Untuk membuktikan persamaan (9), di asumsikan terlebih dahulu P* memuat satu titik lebih dari
P. maka dikeahui banyak titik x* dan mengandaikan 𝑥𝑖−1 < x* < 𝑥𝑖 , dimana 𝑥𝑖−1 dan 𝑥𝑖 adalah dua titik
berurutan dari P. taruh

𝑤1 = inf ƒ(x) (𝑥𝑖−1 ≤ 𝑥𝑖 ≤ x*),

𝑤2 = inf ƒ(x) (x* ≤ x ≤ 𝑥𝑖 ).

Jelas bahwa 𝑤1 ≥ 𝑚𝑖 dan 𝑤2 ≥ 𝑚𝑖 , dimana, sebelumnya,

𝑚𝑖 = inf ƒ(x) (𝑥𝑖−1 ≤ x ≤ 𝑥𝑖 )

Karenanya

L(P*, ƒ, α) – L(P, ƒ, α)

= 𝑤1 [α(x*) – α (𝑥𝑖−1 )] + 𝑤2 [𝛼( 𝑥𝑖 ) - α(x*)] - 𝑚𝑖 [α( 𝑥𝑖 ) - α (𝑥𝑖−1 )]

= (𝑤1 − 𝑚𝑖 ) [α(x*) – α (𝑥𝑖−1 )] + (𝑤2 − 𝑚𝑖 ) [𝛼( 𝑥𝑖 ) - α(x*)] ≥ 0


Jika P* mempunyai titik k dari P, kita ulangi penyebab titik k dari (9). Buktinya itu adalah
kebalikan dari (10)

Teorema 6.5
𝑏 −𝑏

∫ 𝑓 dα ≤ ∫ 𝑓 dα
−𝑎 𝑎

Bukti :

P* penghalus bersama dari dua partisi 𝑃1 𝑑𝑎𝑛 𝑃2 . Dengan menggunakan teorema 6.4:

L(P1, ƒ, α) ≤ L(P*, ƒ, α) ≤ U(P*, ƒ, α) ≤ U(P2, ƒ, α).

Karenanya

L(P1, ƒ, α) ≤ U(P2, ƒ, α) …(11)

Jika P2 tetap dan suprimum diambil untuk semua partisi P1 , maka menghasilkan persamaan (11), menjadi:

∫ 𝑓 dα ≤ U(P2 , ƒ, α) … (12)

Teorema ini menjelaskan inf /minim ke atas untuk semua P2 di persamaan (12).
𝑏

∫ 𝑓 dα ≤ inf U(P, ƒ, α).


−𝑎

Teorema 6.6

ƒ∈ ℛ(𝛼) pada interval [a,b] jika dan hanya jika untuk setiap 𝜀 > 0 dimana sebuah partisi a dari P
sedemikian sehingga

U(P, ƒ, α) - L(P, ƒ, α) < 𝜀 …(13)

Bukti :

untuk setiap P kita misalkan

L(P, ƒ, α) ≤ ∫ 𝑓 dα ≤ ∫ 𝑓 dα ≤ U(P, ƒ, α).


Dan persamaan (13) menjadi


0 ≤ ∫ 𝑓 dα − ∫ 𝑓 dα < 𝜀

Karena , jika (13) dapat manghasilkanuntuk seiap 𝜀 > 0, maka didapat :

∫ 𝑓 dα = ∫ 𝑓 dα

Ini adalah, ƒ∈ ℛ(𝛼).

Sebaliknya, dimisalkan ƒ∈ ℛ(𝛼) dan di dapat 𝜀 > 0 , kemudian partisi 𝑃1 𝑑𝑎𝑛 𝑃2 menjadi
𝜀
U(P2, ƒ, α) – ∫ 𝑓 dα < …(14)
2
𝜀
∫ 𝑓 dα - L(P1, ƒ, α) < …(15)
2

Kita pilih P menjadi penghalus bersama dari 𝑃1 𝑑𝑎𝑛 𝑃2 . Kemudian teorema 6.4, dengan (14) dan (15),
sehingga menjadi:
𝜀
U(P, ƒ, α) ≤ U(P2, ƒ, α) < ∫ 𝑓 dα + < L(P1, ƒ, α) + 𝜀 ≤ L(P, ƒ, α) + 𝜀
2

Sehingga (13) untuk partisi P.

Teorema 6.6 telah selesai dengan criteria persaman untuk Integral. Sebelum menggunakannya,
terlebih dahulu kita menyatakan beberapa fakta yang erat.

Teorema 6.7

a) Jika U(P,ƒ,α) - L(P, ƒ, α) < 𝜀 untuk beberapa partisi P dan 𝜀 > 0, maka U(P,ƒ,α) < 𝜀 untuk semua
penghalus P.
b) Jika U(P,ƒ,α) - L(P, ƒ, α) < 𝜀 berlaku untuk P = {𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , … , 𝑥𝑛 } dan jika 𝑠𝑖 , 𝑡𝑖 adalah
sembarang titik anggota [𝑥𝑖−1 , 𝑥𝑖 ] maka

∑|f(si ) − ƒ(t i )| Δ𝛼𝑖 < 𝜀


𝑖=0
c) Jika ƒ∈ ℛ(𝛼)dan memenuhi hipotesis b), maka
𝑛 𝑏

|∑ ƒ(𝑡𝑖 ) Δ𝛼𝑖 − ∫ ƒ 𝑑𝛼 | < 𝜀


𝑖=1 𝑎

Bukti

a) Teorema 6.4 kebalikan dari a). Kita asumsikan bahwa didalam b), ƒ(si )dan ƒ(t i ) keduanya di
anggap di dalam [𝑚𝑖 , 𝑀𝑖 ], sedemikian sehingga |ƒ(si ) − ƒ(t i )| ≤ Mi − mi .
Seperti
𝑛

∑|ƒ(si ) − ƒ(t i )| Δ𝛼𝑖 < U(P, ƒ, α) − L(P, ƒ, α)


𝑖=1
P* penghalus P

L(P*, ƒ, α) ≥ L(P, ƒ, α)

U(P*, ƒ, α) ≤ U(P, ƒ, α)

{ U(P, ƒ, α) - L(P, ƒ, α) ≥ U(P*, ƒ, α) - L(P*, ƒ, α) } < 𝜀

Sehingga terbukti b).

f(s ) ≤ Mi
b) si ∈ [𝑥𝑖−1 , 𝑥𝑖 ] { i
f(si ) ≥ mi
f(t ) ≤ Mi
t i ∈ [𝑥𝑖−1 , 𝑥𝑖 ] { i
f(t i ) ≥ mi
{ ≤ Mi − m i }
𝑛

∑|ƒ(si ) − ƒ(t i )| Δ𝛼𝑖 < 𝜀


𝑖=1

c) mi ≤ ƒ(t i ) ≤ Mi
Ketidaksamaan jelas nyata.
𝑛

L(P, ƒ, α) ≤ ∑ ƒ(𝑡𝑖 ) Δ𝛼𝑖 ≤ U(P, ƒ, α)


𝑖=1

L(P, ƒ, α) ≤ ∫ ƒ 𝑑𝛼 ≤ U(P, ƒ, α)
𝑎

𝑛 𝑏

|∑ ƒ(𝑡𝑖 ) Δ𝛼𝑖 − ∫ ƒ 𝑑𝛼 | ≤ U(P, ƒ, α) − L(P, ƒ, α) < 𝜀


𝑖=1 𝑎

Teorema 6.8

Jika ƒ continue pada [a,b] maka ƒ∈ ℛ(𝛼)pada [a,b]

Bukti
ƒ∈ ℛ(𝛼) ⟺ ∀𝜀 > 0, ∃ 𝑃 𝑝𝑎𝑑𝑎 [𝑎, 𝑏] ∋ U(P, ƒ, α) − L(P, ƒ, α) < 𝜀

ambil sembarang 𝜀 > 0.

sehingga terdapat

∃𝛿 > 0 ∋ |ƒ(𝑥) − ƒ(𝑡)| < 𝜂

Untuk / jika ∈ [𝑎, 𝑏] , 𝑡 ∈ [𝑎, 𝑏] dengan |𝑥 − 𝑡| < 𝛿

Karena ƒ continue seragam, pilih

𝜂 > 0 ∋ [𝛼(𝑏) − 𝛼(𝑎)]. 𝜂 < 𝜀

Dibuat partisi P pada [a,b] ∋ ∆𝑥𝑖 < 𝛿 untuk ∀𝑖

|ƒ(xi ) − ƒ(xi−1 )| < 𝜀

Sedangkan

Mi − mi = sup ƒ(x) − inf ƒ(x) < 𝜂

Dari hubungan diatas , maka diperoleh


n

U(P, ƒ, α) − L(P, ƒ, α) = ∑(Mi − mi )Δ𝛼𝑖


i=1


n

η ∑ Δ𝛼𝑖 = 𝜂 (𝛼(𝑏) − 𝛼(𝑎)) < 𝜀


i=1

Teorema 6.9

Jika ƒ adalah fungsi monoton di [a,b] dan jika fungsi α adalah continue pada [a,b] , maka ƒ∈
ℛ(𝛼). ( kita asumsikan bahwa α adalah monoton )

Bukti

Ambil sebarang 𝜀 > 0. Untuk semua bilangan asli positif n, pilih a sebagai partisi, sedemikian sehingga

𝛼(𝑏) − 𝛼(𝑎)
Δ𝛼𝑖 = (𝑖 = 1,2,3, … , 𝑛)
𝑛
Hal ini memungkinkan karena α continue (teorema 4.23)
Kita misalkan bahwa ƒ adalah naik monoton ( dapat di buktikan pada kasus lainnya ). Maka

𝑀𝑖 = ƒ(𝑥𝑖 ), 𝑚𝑖 = ƒ(𝑥𝑖−1 ) (i=1,2,3,…,n)

Sehingga
𝑛
𝛼(𝑏) − 𝛼(𝑎)
U(P, ƒ, α) − L(P, ƒ, α) = ∑[ƒ(xi ) − ƒ(xi−1 )]
𝑛
𝑖=1

𝛼(𝑏) − 𝛼(𝑎)
= [𝑓(𝑏) − 𝑓(𝑎)] < 𝜀
𝑛

Nilai n tergantung pada 𝜀.

P = { 𝑥0 , 𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 }

Jika n di ambil cukup besar. Dari teorema 6.6 , ƒ∈ ℛ(𝛼).

Teorema 6.10

Anggap f adalah terbatas di [a,b], f hanya terbatas banyak titik yang continue di [a,b] dan
α adalah continue di setiap titik yang mana f discontinue. Maka ƒ∈ ℛ(𝛼)

Bukti

Ambil sembarang ε > 0. Ambil M = Sup | f (x) |, Ambil sembarang E menjadi titik aturan
dimana f adalah tidak continue (discontinue). Karena E terbatas dan α continue di setiap titik
pada E, kita dapat menentukan E dengan banyak interval yang tidak berhubungan yang terbatas
[uj , vj ] ⊂ [a, b] seperti penjumlahan dari perbedaan koresponden α(𝑣𝑗 ) − 𝛼(𝑢𝑗 ) lebih rendah
dari ε. Selanjutnya, kita akan meletakan interval ini seperti sebuah jalan dari setiap titik dari 𝐸 ∩
(𝑎. 𝑏) pada interior [uj , vj ].

Perubahan tahap (uj , vj ) dari [a, b]. Maksud pengaturan K adalah sisa. Karenanya ƒ
adalah keseragaman continue didalam K, dan disana selalu ada δ > 0 seperti |ƒ(s) - ƒ(t)| < ε jika
𝑠 ∈ 𝐾, 𝑡 ∈ 𝐾, |𝑠 − 𝑡| < 𝛿.

Sekarang bentuk sebuah partisi P = { 𝑥0 , 𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 } dari [a,b], sebagai berikut :

Setiap 𝑢𝑗 di P. Setiap 𝑣𝑗 di P. Tidak ada titik dari tahap (uj , vj ) di P. Jika 𝑥𝑖−1 adalah satu dari 𝑢𝑗
,maka ∆𝑥𝑖 < 𝛿.

Catatan bahwa Mi - mi ≤ 2M untuk setiap i. setelah itu Mi − mi ≤ ε tidak rendah 𝑥𝑖−1


yaitu satu dari 𝑢𝑗 . Karrenanya, seperti pada Bukti pada teorema 6.8,

U(P, ƒ, α) − L(P, ƒ, α) ≤ [α(b) − α(a)]𝜀 + 2𝑀𝜀


Karena ε itu tidak tentu, teorema 6.6 menunjukkan bahwa ƒ∈ ℛ(𝛼)

Catatan : jika f dan α mempunyai sebuah titik yang discontinue, maka f tidak berubah menjadi
ℛ(𝛼).

Teorema 6.11

Anggap ƒ∈ ℛ(𝛼) pada [a,b], m ≤ f ≤ M, 𝜑 continue pada [m,M], dan ℎ(𝑥) = 𝜑(𝑓(𝑥))
pada selang [a,b], maka ℎ ∈ ℛ(𝛼) di [a,b].

Bukti :

Pilih ε > 0, karena 𝜑 continue seragam pada [𝑚, 𝑀], dan terdapat 𝛿 > 0 seperti 𝛿 < 𝜀
dan |𝜑 (𝑠) − 𝜑 (𝑡)| < ε jika |𝑠 – 𝑡 | ≤ 𝛿 dan s, 𝑡 ∈ [𝑚, 𝑀].

Karena ƒ∈ ℛ(𝛼), partisi dari P = { 𝑥0 , 𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 } dari [ 𝑎, 𝑏] sehingga

𝑈 (𝑃, 𝑓, 𝛼)– 𝐿 (𝑃, 𝑓, 𝛼) < 𝛿 2 … (18)

Ambil sembarang 𝑀𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑖 yang mempunyai arti sama dengan definisi 6.1 dan ambil

𝑀𝑖 , 𝑚𝑖 ∗ sebagai kebalikan dari h. Untuk 1,…,n ke dalam dua bagian : 𝑖 ∈ 𝐴 jika Mi − mi ≤ δ,
𝑖 ∈ 𝐵 𝑗𝑖𝑘𝑎 Mi − mi ≥ 𝛿.

Untuk 𝑖 ∈ 𝐴, terdapat δ sehingga Mi* -mi* ≤ ε.

Untuk 𝑖 ∈ 𝐵, Mi*-mi*≤ 2𝐾, dimana 𝐾 = 𝑠𝑢𝑝 | 𝜑(𝑖)|, 𝑚 ≤ 𝑡 ≤ 𝑀. Dari


persamaan(18), kita dapat

𝛿 ∑ ∆𝛼𝑖 ≤ ∑(𝑀𝑖 − 𝑚𝑖 ) ∆𝛼𝑖 < 𝛿 2 … (19)


𝑖𝜖 𝐵 𝑖𝜖 𝐵

Sedemikian sehingga ∑𝑖𝜖𝐵 ∆𝛼𝑖 < 𝛿. Sehingga

𝑈 (𝑃, 𝑓, 𝛼) − 𝐿 (𝑃, 𝑓, 𝛼) = ∑(𝑀𝑖∗ − 𝑚𝑖∗ )∆𝛼𝑖 + ∑( 𝑀𝑖∗ − 𝑚𝑖∗ )∆𝛼𝑖


𝑖 𝜖𝐴 𝑖𝜖𝐵

𝜀[𝛼(𝑏) − 𝛼(𝑎)] + 2𝐾𝛿 < 𝜀[𝛼(𝑏) − 𝛼(𝑎) + 2𝐾]

También podría gustarte