Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Kelola
Jurnal Manajemen Pendidikan ISSN 2443-0544
Magister Manajemen Pendidikan
Volume: 2, No.2, Juli - Desember 2015
FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
jurnalkelola@gmail.com Halaman: 127-138
Ngatini
ngatini.dasiyo@yahoo.com
Alumni Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan
FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana
Bambang Ismanto
bambang.ismanto@staff.uksw.edu
Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan
FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRACT
| 127
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
128 |
Pengelolaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Kota Semarang | Ngatini & Bambang Ismanto
| 129
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
130 |
Pengelolaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Kota Semarang | Ngatini & Bambang Ismanto
kekuatan guru dengan alat instrumen penilaian belum optimal dalam menjalankan profesinya,
kinerja guru (IPKG), sehingga hasil analisis sebagai guru terutama dalam memahami lan-
catatan supervisor dapat dimanfaatkan untuk dasan kependidikan, belum melakukan pe-
mengembangkan kompetensi guru dalam ngembangan kurikulum atau silabus, belum
melaksanakan pembelajaran, meningkatkan sempurnanya membuat perencanaan pembe-
profesional guru. Dari umpan balik itu pula lajaran, belum optimal dalam melaksanakan
tercipta suasana komunikasi yang harmonis, pembelajaran, belum optimal dalam melak-
memberi kesempatan untuk mendorong guru sanakan evaluasi hasil belajar, hal ini meng-
memperbaiki kinerjanya kegiatan sebagai akibatkan mutu pendidikan belum optimal.
berikut:a). Pembinaan langsung, pembinaan ini Fenomena masih belum optimalnya mutu proses
dilakukan terhadap hal-hal yang bersifat khusus, pembelajaran di Gugus Ibu Kartini, diperoleh
yang perlu perbaikan dengan segera dari hasil melalui hasil studi pendahuluan dan diskusi yang
analisis supervisi, pembinaan dapat dilakukan dilakukan oleh penulis terhadap sesama kepala
melalui pemberian contoh, diskusi, konsultasi, sekolah dan guru-guru di Gugus Ibu Kartini.
atau pengadakan pelatihan. b) Pembinaan tidak Melihat fenomena yang terjadi sebagai-
langsung adalah hal-hal yang bersifat umum mana dijelaskan di atas, tentu dapat diprediksi
dari hasil analisis supervisi. bahwa mutu pendidikan sekolah dasar menjadi
Berdasarkan uraian di atas maka dapat terabaikan, karena salahsatu kriteria pencapaian
disimpulkan bahwa tindak lanjut supervisi mutu pendidikan adalah sumber daya kepala
akademik adalah tindakan yang dilakukan sekolah dan guru.
kepala sekolah setelah hasil dari supervisi SDN Pongangan Kecamatan Gunung-
akademik dilakukan yang tujuannya untuk pati Kota Semarang sebagai SD Inti sangat
memperbaiki kekurangan dan kelemahan guru menarik untuk dijadikan objek penelitian dalam
yang diperoleh dari proses pembelajaran yang rangka membuktikan asumsi penulis. Penulis
dilakukan. mencoba mencari pemecahan dengan me-
Dari hasil pengamatan peneliti di lakukan kajian lapangan tentang pengelolaan
lapangan bahwa supervisi akademik kepala supervisi akademik dengan melakukan
sekolah di Gugus Ibu Kartini Gunungpati penelitian di SDN Pongangan Gunungpati Kota
Semarang secara umum ditemukan beberapa Semarang
kelemahan bahwa supervisi akademik kepala
METODE PENELITIAN
sekolah di Gugus Ibu Kartini Gunungpati
Semarang belum berjalan dengan baik, Penelitian ini adalah penelitian kualitatif
diantaranya kepala sekolah belum memahami dengan menggunakan metode diskriptif. Proses
tugasnya sebagai supervisor. Dalam melakukan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif
supervisi belum melakukan tahapan yang benar bersifat fenomenologis yaitu menyelidiki suatu
yaitu dengan perencanaan program supervisi fenomena sosial atau masalah manusia. Menurut
akademik, pelaksanaan program supervisi Sugiyono (2009:1), penelitian kualitatif yaitu
akademik, dan tindak lanjut hasil supervisi suatu metode yang digunakan untuk meneliti
akademik. pada kondisi objek yang alamiah, dimana
Demikian halnya dengan guru-guru di peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
Gugus Ibu Kartini dimana banyak guru yang pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan), sifat analisis data dan hasil pene-
| 131
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
132 |
Pengelolaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Kota Semarang | Ngatini & Bambang Ismanto
| 133
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
mampu mengatasinya dengan semaksimal dibuat oleh supervisor sendiri yaitu kepala
mungkin. Tindak lanjut supervisi akademik sekolah untuk melihat apakah semua persiapan
kepala sekolah di SDN Pongangan Gunungpati guru dalam pembelajaran sudah sesuai atau
Semarang adalah dengan melakukan balikan belum seperti penyusunan Silabus, RPP, alata
kepada guru baik dalam catatan instrumen peraga pembelajaran, media pembelajaran dan
maupun pembinaan cara langsung maupun tidak lain sebagainya.
langsung kepada guru dan pembinaan melalui Berdasarkan hasil penelitian menunjuk-
rapat sekolah dan juga melakukan refleksi. kan bahwa aktivitas perencanaan supervisi
akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah
PEMBAHASAN
menekankan pada tujuan yang berorientasi
Perencanaan supervisi akademik yang pada peningkatan profesionalisme dan pening-
dilakukan kepala sekolah SDN Pongangan katan kualitas guru dalam pembelajaran. Selain
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang adalah itu sasaran supervisi akademik sudah ber-
sebagai berikut: 1) Kepala Sekolah melakukan dasarkan permasalahan dan karateristik
analisis hasil supervisi tahun lalu, 2) Menyusun permasalahan yang dihadapai guru.
program, jadwal dan instrumen, 3) melakukan Peran kepala sekolah dalam membina
sosialisasi kepada guru, 4) melaksanakan guru atau yang lebih dikenal dengan istilah
supervisi manajerial dan akademik, 5) melak- supervisi pendidikan/pengajaran, kedudukan-
sanakan tindak lanjut (refleksi, pembinaan dan nya sangat strategis dalam rangka meningkatkan
penyusunan laporan), 6) pembuatan dilakukan kemampuan profesionalisme guru khususnya
pada awal tahun pelajaran baru hal tersebut dalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini,
dimaksudkan karena awal semester pada bulan kepala sekolah diharapkan mampu membim-
ke dua supervisi akademik tersebut akan atau bing, membina, dan mendorong guru dalam
sudah harus digunakan, 7) menganalisis hasil memecahkan problematika kegiatan belajar
dari pelaksanaan tahun lalu, 8) mengadakan mengajar yang dihadapi guru. Hal ini sebagai-
pertemuan dengan guru untuk berdiskusi, 9) mana yang dijelaskan oleh Syaiful Sagala (2010:
menyusun program atau rencana, dan 10) 95) yaitu kegiatan supervisi menaruh perhatian
kepala sekolah menanyakan kepada guru utama pada bantuanyang dapat meningkatkan
aspek atau materi yang perlu disupervisi kemampuan profesional guru. Kemampuan
akademik ini meliputi aspek manajerial yaitu professional ini tercermin pada kemampuan
administrasi kelas dan pembelajaran dan aspek guru memberikan bantuan belajar kepada
akademis yaitu perencanaan, pelaksanaan dan muridnya, sehingga terjadi perubahan perilaku
penilaian pembelajaran. akademik pada siswanya.
Perencanaan supervisi akademik di Pelaksanaan merupakan kegiatan
SDN Pongangan Kecamatan Gunungpati ini untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan
selain perlu menyusun program supervisi nyata dalam rangka mencapai tujuan secara
tentunya juga perlu menyusun instrumen supervisi efektif dan efisien. Rencana yang telah disusun
yang gunanya untuk melihat bagaimana akan mempunyai nilai jika dilaksanakan dengan
kesiapan guru dalam pelaksanaan supervisi yang efektif dan efisien. Dalam pelaksanaan, setiap
akan dilaksanakan nantinya. Instrumen tersebut organisasi harus memiliki kekuatan yang mantap
biasanya berupa instrumen cek list yang akan dan meyakinkan sebab jika tidak kuat, maka
134 |
Pengelolaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Kota Semarang | Ngatini & Bambang Ismanto
| 135
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
rapat sekolah dan juga melakukan refleksi. kepala sekolah tersebut merupakan salah satu
Tindak lanjut pada pelaksanan supervisi kekuatan yang dimiliki sekolah dalam rangka
akademik kepala sekolah di SDN Pongangan meningkatkan kemampuan guru dalam hal
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang ini mengelola pembelajaran, sehingga pada
dilakukan untuk melengkapi kekurangan dari gilirannya dapat pula meningkatkan mutu proses
supervisi yang telah dilaksanakan sebelumnya. dan hasil pembelajaran.
Proses tindak lanjut yang dilakukan dalam Kepala sekolah SDN Pongangan
supervisi akademik di SDN Pongangan dalam menjalankan fungsinya sebagai
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang ini supervisor pendidikan tidak dapat dilepaskan
adalah dengan mengadakan pelatihan/ dari beberapa kendala baik secara internal
workshop pada guru yang disupervisi, kepala maupun eksternal. Secara internal kendala-
sekolah memberikan pengarahan pada guru kendala kegiatan supervisi dapat diidentifikasi
yang disupervisi pada tiap akhir semester atau menjadi dua jenis, yakni kendala yang
pada akhir bulan yang gunanya untuk mening- berhubungan dengan teknis dan kendala yang
katkan kemampuan guru dalam pelaksanaan bersifat non-teknis. Secara teknis kendala
proses kegiatan belajar mengajar. pengawas dalam mengadakan kegiatan
Kegiatan tindak lanjut adalah kegiatan supervisi yaitu kendala yang berhubungan
supervisi diarahkan pada pembimbingan dan dengan kemampuan atau keterampilan sebagai
penilaian profesional guru, dan dilakukan upaya supervisor, sedangkan kendala yang bersifat
perbaikan mutu pendidikan melalui supervisi non-teknis diantaranya adalah jika kepala
administrasi penilaian pembelajaran dengan sekolah sakit sementara guru-guru yang lain
jalan pembimbingan guru sebagai refleksi dan kurang respon, maka jadwal kegiatan supervisi
feedback hasil penilaian kinerja. menjadi terganggu.
Dilihat dari pendekatannya, pengawas Upaya yang dilakukan kepala sekolah
dalam melakukan kegiatan supervisi menerap- dalam melaksanakan supervisi akademik dapat
kan tiga model pendekatan, yakni: menggunakan berjalan dengan baik dan lancar adalah berkat
pendekatan kedinasan, pendekatan sebagai kemampuan yang dimiliki oleh kepala sekolah
mitra kerja, dan pendekatan cara kekeluar- yang selalu membina atau membangun
gaan. Sedangkan dilihat dari teknik, pengawas komunikasi yang baik dengan para guru. Hasil
menerapkan atau melaksanakan kegiatan supervisi akademik dievaluasi dan dianalisis
supervisedengan teknik-teknik yang cukup untuk kemudian didiskusikan dan diinterpretasi-
bervariasi. Teknik-teknik kegiatan supervisi kan melalui rapat. Sikap guru terhadap hasil
kepala sekolah yang dapat diidenifikasi antara supervisi merespon dengan baik bahkan untuk
lain: teknik diskusi kelompok atau rapat ke depan bisa diberikan bimbingan lebih baik.
supervisi, teknik pertemuan individual, dan Selain itu hasil dilaporkan kepada pengawas
teknik kunjungan kelas/lapangan. sebagai bukti pelaksanaan supervisi. Dengan
Keadaan ini menunjukkan bahwa demikian berdasarkan hasil penelitian dan kajian
kepala sekolah telah memiliki keterampilan teori bahwa aspek tindak lanjut supervisi
yang cukup baik dalam melakukan tugasnya akademik yag dilakukan oleh kepala sekolah
sebagai supervisor pengajaran. Dengan SDN Pongangan sangat baik.
demikian maka keterampilan yang dimiliki
136 |
Pengelolaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Kota Semarang | Ngatini & Bambang Ismanto
| 137
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
138 |
Evaluasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) | Rita Widjajanti & Bambang Suteng Sulasmono
Kelola
Jurnal Manajemen Pendidikan ISSN 2443-0544
Magister Manajemen Pendidikan
Volume: 2, No.2, Juli - Desember 2015
FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
jurnalkelola@gmail.com Halaman: 139-150
Rita Widjajanti
ritachristawijayanti@gmail.com
Alumni Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan
FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRACT
The study aimed to evaluate 1) whether the PAKEM plan carried out as a fulfillment of
the standardized goal-oriented learning plan. 2) The performance of PAKEM learning
carried out looking into whether it is in accordance with the goal-oriented plans. 3)
The outputs of PAKEM learning, measured by the achievement of the learning objectives.
The research conducted here has applied an evaluative approach using both quantitative
and qualitative methodology. This research was conducted in SMPN 2 Boja Kendal
regency. The respondents assigned to the research were principal, 20 classroom teachers
of IX grade and 30 students of class IX C. The data collection techniques used
observation, documentation study and interview. The quantitative data analysis was
conducted to gain the results of the data of observation and of studying the documents,
whereas the qualitative data analysis was carried out to examine the results of the
interviews. The research showed that (1) the PAKEM learning plan carried out had
fulfilled the standardized goal-oriented learning plan. Nevertheless, the teachers’
competence in selecting and making use of teaching media needs improving. Teachers
as individuals or with the support of school may do this either. (2) The performance of
PAKEM learning carried out has been done well in accordance with the goal-oriented
plan because all the teachers have achieved good grades of teaching performance.
However, to enhance their teaching performance, it is necessary for the teachers to
improve their competence in making use of the available learning and teaching sources,
teaching media and in assessing the students learning. (3) The outputs of PAKEM
learning have been able to measure the goal achievement of learning. This has been
proven by the fact that a lot of students have passed most of the school subjects (8
subjects) achieving grades higher than the minimum grades required to pass them.
Referring to the minimum grade required to pass the subjects, only a few students have
not passed 4 of them. Nevertheless, school needs to gradually raise the minimum passing
grade in order to be equal to the national one.
Keywords: program evaluation, school-based management, PAKEM
| 139
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
140 |
Evaluasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) | Rita Widjajanti & Bambang Suteng Sulasmono
ujian nasional yang fluktuatif dalam kurun tiga dilakukan. Pengecekan ini dilakukan secara
tahun terakhir, sebagaimana terlihat pada tabel terus menerus dan berkesinambungan sehingga
berikut. diketahui ketercapaian tujuan perencanaan
program pembelajaran PAKEM. Pada tahap
pelaksanaan, peneliti melakukan pantauan
| 141
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
penelitian ini menunjukkan bahwa proses dengan penelitian terdahulu, baik dari segi model
pembelajaran menjadi lebih bernilai dengan evaluasi yang hendak digunakan maupun lokasi
hasil optimal jika dikelola secara efektif dan penelitiannya.
efisien dengan menerapkan model manajemen Berdasarkan uraian latar belakang di atas
berbasis sekolah. Ketiga, penelitian Arifin maka peneliti tertarik untuk mengadakan
(2007) dengan judul Penerapan Model penelitian dengan judul “Evaluasi Manajemen
PAKEM Dalam Meningkatkan Mutu Berbasis Sekolah (MBS) dalam PAKEM di
Pembelajaran Gaya Gesekan Pada Siswa SMP Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal.”
Kelas V SD Laboratorium Universitas Sejalan dengan latar belakang di atas maka
Negeri Gorontalo. Hasil yang diperoleh dari rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
penelitian ini adalah model pembelajaran aktif, 1)apakah perencanaan pembelajaran PAKEM
kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) di SMPN 2 Boja Kabupaten Kendal meme-
dapat diterapkan dalam meningkatkan mutu nuhi standar RPP yang berorientasi pada
pembelajaran gaya gesekan pada peserta didik tujuan?, 2) apakah pelaksanaan pembelajaran
kelas V Sekolah Dasar Laboratorium Univer- PAKEM di SMPN 2 Boja Kabupaten Kendal
sitas Negeri Gorontalo. Keempat, Ratam sesuai dengan perencanaan yang berorientasi
(2009) dalam penelitiannya yang berjudul pada tujuan?, dan 3) apakah evaluasi pem-
Pengaruh Pola Pembelajaran Aktif, Kreatif belajaran PAKEM di SMPN 2 Boja Kabu-
dan Menyenangkan (PAKEM) dan Motivasi paten Kendal dapat mengukur ketercapaian
Belajar terhadap Ketuntasan IPS Materi tujuan pembelajaran? Tujuan dari penelitian ini
Sejarah siswa Sekolah Dasar di Kecamatan adalah untuk mengevaluasi perencanaan
Karanganyar Kabupaten Purbalingga, pembelajaran PAKEM dalam pemenuhan
menemukan bahwa pola pembelajaran standar RPP yang berorientasi pada tujuan, dan
PAKEM lebih efektif dalam menolong siswa pelaksanaan pembelajaran PAKEM dalam
mencapai ketuntasan belajar dari pada pola kesesuaiannya dengan perencanaan, serta
konvensial. Kelima, Syaikhudin (2008) dalam evaluasi pembelajaran PAKEM yang diukur
penelitiannya yang berjudul Evaluasi dengan ketercapaian tujuan pembelajaran.
Pelaksanaan Model Pembelajaran Aktif, METODE PENELITIAN
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
Jenis penelitian ini adalah penelitian
(PAKEM) di Madrasah Ibtidaiyah Negeri
evaluatif dengan pendekatan kuantitatif dan
(MIN) Jejeran Bantul Yogyakarta, menunjuk-
kualitatif. Model evaluasi yang digunakan
kan bahwa (1) 38% guru termasuk dalam
adalah model evaluasi berbasis tujuan (goal
kategori baik dan 14% sangat baik dalam hal
oriented evaluation model). Subyek dalam
pemahaman tentang pembelajaran PAKEM (2)
penelitian ini adalah kepala sekolah, 20 guru
48% guru termasuk kategori baik dan 9% Guru
mata pelajaran yang mengajar di kelas IX
masuk dalam kategori sangat baik dalam hal
SMPN 2 Boja Kabupaten Kendal. Teknik
pelaksanaan pembelajaran PAKEM. Kelima
pengumpulan data yang digunakan mencakup
penelitian di atas memiliki kesamaan yaitu
observasi, studi dokumen dan wawancara.
berupa penelitian evaluatif terhadap pem-
Analisis data menggunakan metode campuran
belajaran dalam konteks manajemen berbasis
yaitu metode kuantitatif dan kualitatif. Data
sekolah, yang di Indonesia disebut PAKEM.
kualitatif merupakan data yang dikumpulkan
Penelitian yang hendak dilakukan berbeda
142 |
Evaluasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) | Rita Widjajanti & Bambang Suteng Sulasmono
| 143
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
Jumlah 71 63.86 61.19 55.85 59.82 73.62 56.33 63.75 505.4 63.17
Nilai Komponen
(skala ratusan)
88.75 79.82 76.49 69.81 74.77 92.02 70.41 79.68 631.78 78.97
= Nilai diperoleh :
Nilai maksimal x100
Sumber: Data penelitian, diolah
Keterangan : komponen 1 adalah membuka pelajaran, komponen 2 adalah penguasaan materi, komponen 3 adalah
pendekatan dan strategi, komponen 4 adalah pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran, komponen
5 adalah peran aktif siswa, komponen 6 adalah penggunaan bahasa, komponen 7 adalah penilaian
proses dan hasil belajar, serta komponen 8 adalah menutup pelajaran.
144 |
Evaluasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) | Rita Widjajanti & Bambang Suteng Sulasmono
sumber belajar/media pembelajaran yang di bawah ini, tampak bahwa jika dibandingkan
dimiliki sekolah, dan masih rendahnya kemam- dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
puan guru dalam menggunakan media pem- untuk tiap-tiap matapelajaran yang sudah
belajaran yang ada. Sedang rendahnya nilai ditetapkan oleh sekolah, maka dari 12 mata
komponen ke-7 yaitu penilaian proses dan hasil pelajaran yang diajarkan, terdapat 8 mata
belajar siswa disebabkan antara lain : guru tidak/ pelajaran yang seluruh siswanya telah mencapai
belum melaksanakan penilaian proses dan hasil nilai KKM. Sedangkan 4 mata pelajaran yang
belajar sesuai rencana karena sebagian guru lain yaitu PKn, Bahasa Inggris, Matematika,
masih ada yang berpendapat bahwa yang IPS, terdapat sejumlah siswa yang belum
terpenting sudah menyusun perencanaan, dan mencapai KKM. Sepintas tampak bahwa
pelaksanaan nnya bolehtidak sesuai dengan berdasarkan data di atas secara umum kualitas
yang direncanakan. hasil belajar siswa pada ulangan harian yang
c. Evaluasi terhadap penilaian hasil belajar diselenggarakan oleh para Guru sudah termasuk
baik. Namun jika ditilik lebih dalam akan
Data hasil evaluasi terhadap, penilaian tampak bahwa dari dua belas mata pelajaran
hasil belajar siswa yang dilakukan oleh para yang ada, hanya dua mata pelajaran yang
guru setelah melaksanakan pembelajaran disajikan hanya ada 2 (dua) matapelajaran yaitu
tergambar dalam Tabel 5. Berdasarkan tabel IPS dan Mulok Ketrampilan yang KKM nya
Rata-rata
P Kewarganeg
Tek Informasi
Jumlah
Bahasa Jawa
Pend Agama
Seni Budaya
Matematika
Penjasorkes
B Indonesia
Peng Sosial
Induk
Peng Alam
Urut
B Inggris
KKM 73 73 73 70 70 70 75 72 72 72 72 Mulok II
75
1 5984 73 84 80 75 70 80 75 80 75 75 75 80 922 76,83
2 6015 75 72 73 70 80 80 75 80 80 75 75 80 915 76,25
3 5951 80 80 84 70 75 85 85 85 80 80 80 80 964 80,33
4 5922 75 72 80 70 75 85 85 85 80 85 80 85 957 79,75
5 6083 80 84 76 80 75 75 80 85 80 72 80 85 952 79,33
6 6050 80 78 84 85 80 90 85 80 85 75 75 80 977 81,42
7 5985 73 88 92 75 75 90 85 80 75 75 75 85 968 80,67
8 6090 75 88 88 80 75 70 65 85 75 80 80 80 941 78,42
9 5960 75 84 92 80 85 85 75 80 75 85 75 80 971 80,92
10 5990 80 92 84 75 70 70 75 90 80 75 85 80 956 79,67
11 6058 80 76 86 75 65 75 75 85 75 75 90 80 937 78,08
12 6029 73 84 88 70 65 85 70 85 75 75 75 75 920 76,67
13 6122 75 88 84 70 80 70 70 80 80 85 85 85 952 79,33
14 6030 80 84 84 70 75 75 75 80 80 90 75 85 953 79,42
15 5935 75 72 80 70 70 70 80 80 85 85 85 80 932 77,67
16 6035 75 88 88 75 80 80 80 85 85 85 85 80 986 82,17
17 5971 75 84 84 85 70 90 80 90 85 75 85 80 983 81,92
18 6127 75 80 84 75 85 80 90 85 75 75 85 85 974 81,17
19 6069 80 88 88 70 80 80 85 85 75 75 75 80 961 80,08
20 5940 75 80 84 70 75 80 75 80 75 80 75 75 924 77,00
21 6002 75 80 75 65 75 70 70 80 80 75 75 75 895 74,58
22 6003 73 80 84 80 75 80 75 80 80 75 80 75 937 78,08
23 6004 80 80 84 85 75 75 75 80 80 75 80 80 949 79,08
24 6102 80 84 84 70 80 75 75 80 85 72 75 80 940 78,33
25 5943 73 60 84 70 75 75 80 80 85 75 75 75 907 75,58
26 6106 75 88 88 85 75 75 85 85 75 72 80 85 968 80,67
27 6109 80 92 84 90 80 90 75 90 75 90 90 80 1016 84,67
28 5978 80 80 84 75 85 80 75 80 75 75 80 80 949 79,08
29 6014 80 76 80 75 85 85 75 85 75 72 80 80 948 79,00
30 5950 73 73 75 70 75 75 70 80 80 72 75 75 893 74,42
Nilai Rata-rata 77 81 84 75 76 79 77 83 79 78 80 80 948 79
Nilai Tertinggi 80 92 92 90 85 90 90 90 85 90 90 85 1016 85
Nilai Terendah 73 60 73 65 65 70 65 80 75 72 75 75 893 74
Tuntas (%) 100 87 100 97 93 100 83 100 100 100 100 100
Tidak tuntas (%) 0 13 0 3 7 0 17 0 0 0 0 0
| 145
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
sama dengan KKM Nasional yaitu sebesar 75. pada komponen 3 (tiga) tentang pemilihan
Selebihnya KKM 10 (sepuluh) mata pelajaran sumber belajar/media pembelajaran. Rendahnya
yang lain masih kurang dari 75. Hal ini kemampuan guru dalam memilih dan meng-
menunjukkan bahwa kualitas KKM di SMP 2 gunakan sumber pembelajaran/media pem-
Boja mayoritas masih di bawah KKM Nasional belajaran disebabkan karena sebagian guru
yaitu 75. Sehingga capaian atas KKM oleh para belum memiliki kompetensi yang baik dalam
siswa di atas, sebagian besar belum mencapai memilih dan menggunakan sumber pembelajar-
KKM Nasional. an/media pembelajaran. Selain itu juga dikare-
nakan masih terbatasnya sarana prasarana/
2. Pembahasan
media pembelajaran yang ada di sekolah. Hal
a. Pembahasan Hasil Perencanaan Pembelajaran ini perlu pendapatkan perhatian baik dari guru
Berdasarkan hasil penilaian perencanaan maupun kepala sekolah, agar guru meningkat-
pembelajaran yang telah dipaparkan di atas, kan kompetensinya dalam pemilihan dan
bisa dikatakan bahwa perencanaan pembe- pemanfaatan sumber/media pembelajaran.
lajaran yang dilakukan oleh guru-guru SMP Kategori nilai Baik yang diperoleh dalam
Negeri 2 Boja pada dasarnya telah mengacu perencanaan pembelajaran yang disusun oleh
model RPP pembelajaran PAKEM yang guru disebabkan karena sebagian besar guru
mencakup komponen RPP yang benar yaitu aktif dalam kegiatan Musyawarah Guru Mata
meliputi: Identitas sekolah, Standar Kompe- Pelajaran (MGMP) sekolah yang diadakan
tensi, Kompetensi Dasar, Indikator pencapaian setiap 2 (dua) minggu sekali maupun MGMP
hasil belajar, tujuan pembelajaran, materi Kabupaten yang diadakan setiap bulan sekali
pembelajaran, pendekatan dan metode pada minggu keempat. Selain itu, kemampuan
pembelajaran, langkah kegiatan pembelajaran guru dalam menyusun RPP juga dipengaruhi
(pendahuluan, inti dan penutup), alat dan dengan adanya fungsi kepala sekolah sebagai
sumber belajar serta penilaian pembelajaran. supervisor yang telah menjalankan tugasnya
Hal ini telah sesuai dengan komponen RPP dengan baik yaitu dengan memeriksa RPP guru
PAKEM yang dikemukakan oleh Usman sebelum digunakan dalam pembelajaran.
(2008) yang menyebutkan secara teknis Kualitas kemampuan guru dalam menyusun RPP
rencana pembelajaran minimal mencakup juga dipicu oleh adanya kegiatan rutin kompetisi
komponen-komponen berikut: (1) Standar guru berprestasi tingkat kabupaten yang biasa
kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator diadakan tiap semester.
pencapaian hasil belajar, (2) Tujuan
b. Pembahasan Hasil Pelaksanaan Pembe-
pembelajaran. (3) Materi pembelajaran. (4)
lajaran
Pendekatan dan metode pembelajaran. (5)
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran. (6) Pelaksanaan pembelajaran yang dilaku-
Alat dan sumber belajar. (7) Evaluasi pem- kan oleh guru-guru di SMP Negeri 2 Boja pada
belajaran. dasarnya sudah sesuai dengan model PAKEM,
Secara kualitas nilai semua komponen hal ini ditunjukkan dalam pelaksanaan
perencanaan pembelajaran menunjukkan nilai pembelajarannya sudah memenuhi kriteria aktif,
yang belum mencapai Amat Baik. Masih ada kreatif, efektif dan menyenangkan, namun
komponen yang sangat penting dalam sebuah demikian kompetensi guru tetap masih sangat
perencanaan, yang nilainya masih rendah yaitu perlu ditingkatkan terus agar kualitas pem-
146 |
Evaluasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) | Rita Widjajanti & Bambang Suteng Sulasmono
belajaran semakin baik sehingga hasilnya pun Secara keseluruhan nilai rata-rata pelak-
juga akan semakin baik. Masih dijumpai be- sanaan pembelajaran semua guru di SMP
berapa guru dalam membuka pelajaran banyak Negeri 2 Boja sudah Baik. Hal ini juga
menghabiskan waktu sehingga tidak sesuai disebabkan karena adanya program kegiatan
dengan yang direncanakannya. supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah
Pada kegiatan inti, masih ada komponen secara rutin tiap 2 kali dalam 1 semester. Selain
yang memperoleh nilai rendah yaitu pada supervisi oleh kepala sekolah, guru juga mampu
komponen pemanfaatan sumber belajar/media menciptakan interaksi dengan siswa yang baik
pembelajaran dan komponen penilaian proses sehingga pembelajaran lebih kondusif. Sedang-
dan hasil belajar. Hal ini terjadi karena kom- kan pada kegiatan inti pelajaran, ada dua
petensi guru dalam pemanfaatan sumber komponen yang nilainya masih dalam kategori
belajar/media pembelajaran masih sangat Cukup, yaitu komponen 4 (empat) yaitu pe-
kurang. Banyak guru yang belum mampu manfaatan sumber belajar dan media pem-
menggunakan komputer / LCD sebagai media. belajaran dan komponen 7 (tujuh) yaitu pe-
Untuk menyikapi hal tersebut, dalam kegiatan nilaian proses dan hasil belajar. Mengingat pen-
inti ini guru dituntut untuk lebih kreatif me- tingnya kedua komponen tersebut, maka guru
manfaatkan lingkungan yang ada sebagai media maupun kepala sekolah agar memberikan
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran tidak perhatian. Rendahnya nilai kedua komponen
harus di dalam kelas tetapi bisa juga dilakukan ini disebabkan masih terbatasnya kemampuan
di luar kelas dengan memanfaatkan lingkungan guru dalam memanfaatkan sumber belajar dan
yang ada. Hal ini perlu mendapatkan perhatian media pembelajaran, juga disebabkan masih
yang serius dari guru maupun sekolah agar terbatasnya media/alat pembelajaran yang
kompetensi dan kreativitas guru lebih ditingkat- disediakan oleh sekolah.
kan, agar siswa gembira dalam mengikuti Pada dasarnya pelaksanaan pembelajar-
pelajaran sehingga mereka akan mencintai ilmu an PAKEM di SMP 2 Boja sudah berjalan
yang dipelajarinya. Dengan suasana yang dengan baik sesuai dengan hasil penelitiannya
gembira dan mencintai ilmu yang dipelajarinya Blimpo dan Evans (2001) yang mengatakan
tentu siswa akan lebih mudah menyerap materi bahwa proses pembelajaran menjadi lebih
pelajaran sehingga tujuan yang direncanakan bernilai dengan hasil optimal jika dikelola secara
bisa tercapai. Demikian halnya dengan kegiatan efektif dan efisien dengan menerapkan model
penutup, terkadang guru lupa tidak memberikan PAKEM, namun masih perlu pembenahan dan
refleksi dan penugasan. Kegiatan refleksi sangat peningkatan.
penting untuk mengetahui seberapa besar materi Disisi lain sebagai pembanding, menurut
yang sudah diserap dan dipahami oleh siswa, hasil penelitian yang dilakukan oleh Kafit (2009)
oleh karena itu guru harus lebih disiplin dalam tentang Efektifitas Penggunaan Media
pemanfaatan waktu, agar semua kegiatan bisa Pembelajaran Komputer Untuk Meningkatkan
dilaksanakan dengan baik. hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Kelas VIII
Berdasarkan hasil penilaian pelaksana- MTs NU Hasyim Asyari Honggowongso Jekulo
an pembelajaran di atas, ternyata faktor Kudus, menyatakan bahwa: Penggunaan media
kedisiplinan guru dalam menggunakan waktu pembelajaran komputer mampu mening-
berdasarkan perencanaan yang telah disusun katkan prestasi belajar IPA, karena dengan
perlu mendapatkan perhatian yang serius. menggunakan media tersebut siswa lebih ter-
| 147
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
tarik dan lebih termotivasi. Dengan demikian yang meliputi pretest, penilaian proses dan
kompetensi guru SMP Negeri 2 Boja postest maupun bentuk penilaian lainya seperti
khususnya dalam pemanfaatan sumber belajar/ portofolio, penugasan terstruktur maupun
media pembelajaran sangat perlu ditingkatkan kegiatan mandiri terstruktur. Perencanaan
agar kualitas pembelajaran semakin baik dan evaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan
hasil/prestasi belajar siswa pun juga semakin yang meliputi kualitas butir soal, kualitas hasil
meningkat. belajar, kualitas waktu dalam perencanaan dan
Dengan demikian, sekalipun di SMP Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) diperoleh
Negeri 2 Boja sudah mengimplementasikan hasil bahwa kualitas butir soal ternyata belum
MBS dan PAKEM, namun, dengan pencapaian semua guru menyusun instrumen penilaian
prestasi belajar siswa yang belum memenuhi secara lengkap dalam RPP.
harapan, maka kompetensi guru dalam Kualitas hasil belajar siswa SMP N 2
menerapkan PAKEM masih sangat perlu Boja, secara umum sebenarnya sudah baik, hal
ditingkatkan, dan sekolah perlu memberikan ini dibuktikan dengan 8 mata pelajaran
dukungan dengan memberikan fasilitas yang menunjukkan semua anak telah mencapai
cukup bagi guru untuk melaksanakan PAKEM. KKM, sedangkan 4 mata pelajaran yang lain
c. Pembahasan Hasil Evaluasi Pembelajaran yaitu mata pelajaran PKn, Bahasa Inggris,
Matematika dan IPS hanya menunjukkan
Menurut Asmani (2013: 105) salah beberapa anak yang belum mencapai batas
satu kriteria penilaian yang sesuai dengan tuntas. Kualitas KKM di SMP 2 Boja perlu
konsep PAKEM yaitu penilaian yang sesuai adanya peningkatan menuju KKM Nasional
dengan pembelajaran model PAKEM yaitu yaitu 75, hal ini terlihat dari dari data KKM
penilaian otentik yang merupakan proses sekolah hanya dua mata pelajaran yang KKM
pengumpulan informasi oleh guru tentang nya 75, yaitu mata pelajaran IPS dan
perkembangan dan pencapaian pembelajaran Ketrampilan, sedangkan mata pelajaran yang
peserta didik melalui berbagai teknik yang lain KKM nya masih di bawah 75.
mampu mengungkapkan, membuktikan atau Pentingnya mengevaluasi pembelajaran
menunjukkan secara tepat bahwa tujuan karena guru akan mengetahui tingkat
pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan keberhasilan maupun bagian-bagian yang perlu
dicapai. Bentuk penilaian tes dapat dilakukan diperbaiki. Hal ini sebagaimana dikemukakan
secara lisan, tertulis, dan perbuatan. Sementara oleh Uno (2008: 95), bahwa Evaluasi akhir atau
itu, bentuk penilaian non-tes dilakukan dengan post test berfungsi untuk memperoleh gambar-
menggunakan skala sikap, ceklis, kuesioner, an tentang kemampuan yang dicapai siswa pada
studi kasus, dan portofolio. akhir pengajaran. Jika hasil evaluasi akhir kita
Mengacu pada hasil observasi pelak- bandingkan dengan evaluasi awal, maka dapat
sanaan pembelajaran yang salah satu kom- diketahui seberapa jauh efek atau pengaruh dari
ponennya adalah penilaian proses dan hasil pengajaran yang telah kita berikan, disamping
pembelajaran, ternyata yang dilaksanakan oleh sekaligus dapat pula diketahui bagian-bagian
guru SMP Negeri 2 Boja belum dilaksanakan mana dari bahan pengajaran yang masih belum
dengan baik. Hal ini tentunya belum sesuai dipahami oleh sebagian besar siswa.
sepenuhnya dengan karateristik evaluasi yang
seharusnya dilakukan dalam model PAKEM
148 |
Evaluasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) | Rita Widjajanti & Bambang Suteng Sulasmono
| 149
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
e) memiliki motivasi dan merasa tertantang Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19
untuk meningkatkan KKM mata pelajaran Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
menuju KKM Nasional. Pendidikan.
Ratam. 2009. Pengaruh Pola Pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA Aktif, Kreatif dan Menyenangkan
(PAKEM) dan Motivasi Belajar
Arifin, Irvin Novita. 2007. Penerapan Model
terhadap Ketuntasan IPS Materi
Pakem Dalam Meningkatkan Mutu
Sejarah Siswa Sekolah Dasar di
Pembelajaran Gaya Gesekan Pada Siswa
Kecamatan Karanganyar Kabupaten
Kelas V SD Laboratorium Universitas
Purbalingga. Yogyakarta: UIN Sunan
Negeri Gorontalo. Jurnal Penabur UNG.
Kalijaga Press.
Vol. 09, No. 2.
Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Evaluasi Program
Bandung: Mulia Mandiri Press.
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Slameto. 2009. Manajemen Pendidikan.
Asmani, Jamal Ma’mur. 2013. 7 Tips Aplikasi
Salatiga: Widya Sari Press.
PAKEM. Yogyakarta: Diva Press.
Syaikhudin, Ahmad. 2008. Evaluasi Pelak-
Blimpo dan Evans. 2011. School-Based
sanaan Model Pembelajaran Aktif,
Management and Educational Outcomes:
Kreatif, Efektif, dan Menyenang-kan
Lessons from a Randomized Field
(PAKEM) di Madrasah Ibtidaiyah
Experiment. SIEPR, Stanford University
Negeri (MIN) Jejeran Bantul Yogya-
The World Bank. Nop. Vol. 4 No.45.
karta. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga
Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Press.
Mutu Berbasis Sekolah. Buku 2:
Tri Wahyuningsih. 2010. Implementasi MBS
Panduan Penyusunan dan Pelaporan.
dalam Upaya Peningkatan Mutu
Jakarta: Depdiknas, Ditjen Dikdasmen
Sekolah di SMPN 1 Purwokerto Tahun
Direktorat SLTP.
ajaran 2010/2011. Tesis. Purwokerto:
Kafit, M. 2009. Efektifitas Media Pem- UNP Press.
belajaran Komputer Untuk Meningkat-
Uno, Hamzah.2013. Belajar dengan Pende-
kan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA
katan PAIKEM. Jakarta: Bumi Aksara.
Klas VIII MTs NU Hasyim Asyari 03
Honggowongso Jekulo Kabupaten Usman, Uzer. 2008. Menjadi Guru Profesional.
Kudus. Semarang: Walisongo Press. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2014. Manajemen Berbasis
Sekolah. Bandung: Rosda Karya.
150 |
Evaluasi Implementasi Program Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN)| Eriyani & Sutriyono
Kelola
Jurnal Manajemen Pendidikan ISSN 2443-0544
Magister Manajemen Pendidikan
Volume: 2, No.2, Juli-Desember 2015
FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
jurnalkelola@gmail.com Halaman: 151-161
E ri yan i
wheery09@gmail.com
Alumni Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan
FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana
Sutriyono
sutriyono@staff.uksw.edu
Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan
FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRACT
This study aimed to describe the design, installation, process and product implementation
SDSN program at SDN 1 Ngadirejo Temanggung. This study is evaluative, by using a
mixed methods Discrepancy models. The data collecting technique used interview,
questionnaires, study documentation, and observation. The validity of the data was
done by using triangulation. The results of the study were (a) the design stage in
accordance with the guidelines organizing school national standards, (b) the installation
phase there was a shortage of space (c) phase of the process has not been implemented
to the maximum, competency standards there was a gap in the medium category that
has not been able to achieve in the level district or higher. Content standards had gaps
with low category, the ownership of the curriculum document by 80%. Standard
processes had gaps with low category that teachers rarely did ICT-based learning.
Standard teachers and education personnel had gaps medium category that educators
were still many of internship teachers(Guru Wiyata Bhakti). Standard facilities and
infrastructure has a gap with category-less school grounds and space for PBM.
Management standards had gaps lower categories, namely activities carried out 70-
89% of new schools, school community involvement in decision making policy and
school programs of up to 70-80%. Standard finance was still a gap with the low category
for schools to implement the program required additional costs of the public. Assessment
standards had gaps with low category because of the level of student learning outcomes
documentation was only implemented by 75-90%. (d) Product implementation of
programs already met the standard mastery learning is at least 95% and 90% of
graduates go on to a higher school. The standards have not been met is the UN values
above the regional average and have achievements in regional, national and
international.
Keywords: Program Evaluation, National Standard Elementary School
| 151
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
152 |
Evaluasi Implementasi Program Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN)| Eriyani & Sutriyono
pernah dievaluasi secara akademik, oleh karena Penelitian tentang implementasi SSN
itu penulis tertarik untuk melakukan evaluasi antara lain pernah dilakukan oleh Muhawwin
terhadap implementasi SDSN. (2012) dengan judul Studi Evaluasi Imple-
Evaluasi berasal dari kata evaluation mentasi Program Sekolah Standar Nasional
(bahasa Inggris) yang kemudian kata tersebut (SSN) Pada SMP Negeri Di Kabupaten
diserap ke dalam perbendaharaan istilah bahasa Lombok Timur. Hasil dari penelitian ini
Indonesia menjadi “evaluasi” dengan tujuan menunjukkan bahwa kendala yang dihadapi
mempertahankan kata aslinya dengan sedikit dalam implementasi program SSN adalah pola
penyesuaian lafal. Arikunto dan Jabar (2008) pikir dari sebagian stakeholder yang tidak
mengemukakan bahwa evaluasi adalah kegiatan sungguh-sungguh menyikapi perubahan
untuk mengumpulkan informasi tentang kebijakan pemerintah di bidang pendidikan.
bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi Berdasarkan latar belakang masalah di
tersebut digunakan untuk menentukan alternatif atas, maka yang menjadi rumusan masalah
yang tepat dalam sebuah keputusan. Tyler dalam penelitian ini adalah bagaimana disain,
mengemukakan bahwa evaluasi ialah proses instalasi, proses dan produk implementasi
yang menentukan sampai sejauh mana tujuan program SDSN di Sekolah Dasar Negeri 1
pendidikan dapat dicapai. Sedangkan Maclcolm, Ngadirejo Kabupaten Temanggung? Tujuan
Provus mendefinisikan evaluasi sebagai per- penelitian ini adalah mendiskripsikan disain,
bedaan apa yang ada dengan suatu standar instalasi, proses dan produk implementasi
untuk mengetahui apakah ada selisih. program SDSN di Sekolah Dasar Negeri 1
(Tayibnapis, 2008). Di lain pihak Wirawan Ngadirejo Kabupaten Temanggung. Manfaat
(2011) mengemukakan bawa evaluasi sebagai teoritis adalah untuk menambah dan mengem-
riset untuk mengumpulkan, menganalisis, dan bangkan wawasan ilmu pengetahuan yang
menyajikan informasi yang bermanfaat berhubungan dengan masalah tentang pelak-
mengenai objek evaluasi, menilainya dengan sanaan program Sekolah Dasar Standar
membandingkannya dengan indikator evaluasi Nasional (SDSN). Selain itu, hasil penelitian
dan hasilnya dipergunakan untuk mengambil ini juga dapat menjadi referensi tentang
keputusan mengenai objek evaluasi. Beberapa pelaksanaan program SDSN, sehingga menjadi
pendapat di atas menunjukkan hakikat evaluasi acuan dalam pengelolaan bagi SD yang belum
adalah upaya untuk mengumpulkan data tentang berstatus SDSN. Manfaat praktis diharapkan
sesuatu obyek evaluasi sebagai bahan dalam hasil penelitian ini akan memberikan masukan
pengambilan keputusan tentang obyek evaluasi bagi pihak sekolah SDN 1 Ngadirejo dalam
itu sendiri. Dalam penelitian ini obyek evaluasi- pengambilan kebijakan untuk memperbaiki
nya adalah implementasi program SDSN di pelaksanaan program SDSN selanjutnya.
salah satu SDSN di Kabupaten Temanggung,
METODE PENELITIAN
yaitu Sekolah Dasar Negeri 1 Ngadirejo
Kabupaten Temanggung. Model evaluasi yang Penelitian ini merupakan penelitian
hendak penulis gunakan adalah Discrepancy evaluatif dengan menggabungkan jenis
Model yang dikembangkan oleh Malcom penelitian kualitatif dan kuantitatif (mixed
Provus (Wirawan 2011) atau yang dikenal pula methods). Metode analisis data dengan cara
dengan Model Kesenjangan. analisis kesenjangan (discrepancy analysis).
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri
| 153
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
Pendidikan
5. Terpenuhinya Standar Sarana dan Prasarana.
6. Terpenuhinya Standar Pengelolaan.
7. Terpenuhinya Standar Pembiayaan.
8. Terpenuhinya Standar Penilaian.
Tahap Produk
154 |
Evaluasi Implementasi Program Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN)| Eriyani & Sutriyono
| 155
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
156 |
Evaluasi Implementasi Program Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN)| Eriyani & Sutriyono
3.6. Hasil Analisis Kesenjangan Standar 3.7. Hasil Analisis Kesenjangan Standar
Pengelolaan Penilaian
Hasil evaluasi terhadap pelaksanaan Hasil analisis kesenjangan pelaksanaan
standar proses di SD Negeri 1 Ngadirejo standar penilaian di SD Negeri 1 Ngadirejo
adalah sebagai berikut. terlihat pada Gambar 8 di bawah ini.
| 157
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
rata-rata regional. SD Negeri 1 Ngadirejo baru di SD Negeri 1 Ngadirejo. Sekolah juga belum
memiliki prestasi nilai UN di atas rata-rata dapat meraih prestasi non akademik di tingkat
kecamatan. Hal ini tidak sesuai dengan indikator Kabupaten atau yang lebih tinggi sehingga
keberhasilan SDSN bahwa sekolah SDSN walaupun standar kompetensi lulusan sudah
harus memiliki nilai UN di atas rata-rata disusun dan dilaksanakan sesuai dengan
regional. peraturan namun hasilnya masih belum
4.3. Memiliki prestasi di tingkat regional, maksimal. Untuk memenuhi standar kompetensi
nasional dan internasional lulusan diperlukan adanya saling keterkaitan
antara terpenuhinya standar pendidik dan
Prestasi mencakup dua aspek yaitu
tenaga kependidikan serta standar sarana dan
prestasi akademik dan prestasi non akademik.
prasarana pendidikan.
SD Negeri 1 Ngadirejo belum dapat memenuhi
Dari segi standar isi sekolah telah
standar in karena belum memiliki prestasi -baik
membuat dan memiliki dokumen Kurikulum,
prestasi akademik maupun non akademik- di
silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran
tingkat regional. SD Negeri 1 Ngadirejo baru
(RPP), kriteria ketuntasan minimum (KKM),
mendapatkan kejuaraan lomba mapel IPA dan
program tahunan, program semester, kalender
Bahasa Indonesia dan Seni Mocopat di tingkat
pendidikan, pembagian tugas mengajar guru,
Kecamatan, kemudian mewakili kecamatan
dan pedoman penilaian untuk semua guru.
untuk maju ke tingkat Kabupaten namun di
Hanya saja kepemilikan dokumen kurikulum
Kabupaten belum memperoleh juara.
sekolah baru sebanyak 80% dan penyusunan
4.4. 90% lulusan melanjutkan ke sekolah yang dokumen kurikulum dilakukan oleh sekolah
lebih tinggi bukan oleh masing-masing guru sehingga tingkat
Kepala Sekolah menjelaskan bahwa kelengkapan dokumen masih kurang. Penerap-
seluruh lulusan dari SD Negeri 1 Ngadirejo an standarisi di SD Negeri 1 Ngadirejo masih
melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi dan terdapat kesenjangan dan belum sesuai dengan
hampir semuanya dapat diterima di sekolah ketentuan standar isi yang memuat kerangka
negeri kecuali yang memang sengaja mendaftar dasar dan struktur kurikulum, beban belajar,
di sekolah swasta. Dengan demikian berarti SD kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan
Negeri 1 Ngadirejo telah memenuhi standar kalender pendidikan/akademik (Depdiknas,
output SDSN yaitu 90% lulusan melanjutkan 2006).
ke sekolah yang lebih tinggi. Standar proses pendidikan berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
satuan pendidikan untuk mencapai standar
SD Negeri 1 Ngadirejo menggunakan komptensi lulusan. Dalam proses pembelajaran
sistem belajar tuntas yang ketentuan batas diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
tuntas dari masing-masing mata pelajaran memotivasi, menyenangkan, menantang,
ditentukan oleh sekolah sendiri dengan nama mendorong peserta didik untuk berpartisipasi
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kenaik- aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
an kelas dan kelulusan siswa dilaksanakan prakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta
berdasarkan berdasarkan Permendiknas No. didik sesuai dengan bakat, minat, dan perkem-
5 Tahun 2008. Masih terdapat kesenjangan bangan fisik serta psikologinya (Depdiknas,
dalam pelaksanaan standar kompetensi lulusan 2007). Dalam standar proses masih terdapat
158 |
Evaluasi Implementasi Program Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN)| Eriyani & Sutriyono
kesenjangan dikarenakan belum semua guru RKS di SD Negeri 1 Ngadirejo saat ini baru
yang melakukan proses pembelajaran berbasis mencapai 70-89 % terlaksana, keterlibatan atau
ICT, namun hal tersebut dirasakan tidak peran serta warga sekolah dalam pengambilan
menggangggu proses belajar mengajar karena keputusan kebijakan dan program sekolah
pemilihan media pembelajaran disesuaikan sebesar 70-89% dikarenakan pelibatan
dengan materi pembelajaran. Penggunaan disesuaikan dengan porsinya masing-masing.
media pembelajaran dapat juga memanfaatkan Pengawasan yang dilakukan di SD Negeri 1
lingkungan sekitar. Ngadirejo meliputi pemantauan proses belajar
Tenaga kependidikan pada SD Negeri mengajar, supervisi oleh kepala sekolah,
1 Ngadirejo masih belum memenuhi standar evaluasi hasil belajar, pelaporan hasil belajar,
pendidik dan ketenaga kependidikan SDSN dan tindak lanjut dari hasil pengawasan.
karena sekurang-kurangnya pendidik dan Supervisi dilakukan secara teratur oleh kepala
tenaga kependidikan SDSN terdiri atas kepala sekolah dan pengawas pendidikan. SD Negeri 1
sekolah, tenaga administrasi, tenaga perpus- Ngadirejo juga melaksanakan dan mem-
takaan, tenaga laboratorium, dan tenaga keber- berikan laporan hasil belajar yang diberikan
sihan sekolah. Persyaratan untuk menjadi kepada orang tua/wali siswa, berisi hasil ulangan
kepala SDSN meliputi: berstatus guru SD; setiap tengah dan akhir semester serta setiap
memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi nilai ulangan harian siswa.
sebagai agen pembelajaran sesuai dengan Standar pembiayaan mengatur kom-
ketentuan perundangan yang berlaku; memiliki ponen dan besarnya biaya operasional satuan
pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 pendidikan. Pembiayaan SDSN mencakup
(lima) tahun di SD; dan memiliki kemampuan biaya investasi, biaya operasi dan biaya personal
kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang satuan pendidikan. (Depdiknas, 2009). SD
pendidikan (Depdiknas, 2007) Negeri 1 Ngadirejo memiliki dukungan sumber
Dari sisi standar Sarana dan Prasarana, dana yang cukup baik yang berasal dari
SD Negeri 1 Ngadirejo hanya memiliki luas pemerintah pusat yaitu block grant SDSN,
lahan 2.494 m2 sedangkan standar sarana dan pemerintah daerah serta dari orang tua wali
prasarana yang harus dimiliki SDSN luas lahan murid melalui Komite Sekolah.
minimum adalah 10.000 m2 (Depdiknas,2007). Standar penilaian pendidikan berkaitan
Kelengkapan sarana dan prasarana meliputi dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen
ruang kelas sebanyak 11 ruang sedangkan penilaan prestasi belajar peserta didik. Penilaan
seharusnya 12 ruang kelas, ruang perpustakaan, hasil belajar peserta didik dilaksanakan sesuai
ruang guru, kamar mandi dan WC, lapangan dengan ketentuan Peraturan Menteri No. 20
sekolah. Sarana dan prasarana yang lain seperti Tahun 2007. Dari data yang diperoleh tentang
ruang ibadah dan ruang UKS belum dimiliki alat, ruang lingkup dan jenis penilaian yang
oleh SD Negeri 1 Ngadirejo sehingga dalam dilakukan oleh SD Negeri 1 Ngadirejo
hal ini sarana dan prasarana yang dimiliki belum dikatakan sudah mengacu pada standar
sesuai dengan ketentuan standar sarana dan penilaian pendidikan. Alat yang digunakan untuk
prasarana pendidikan. penilaian di SD Negeri 1 Ngadirejo meliputi
Dalam hal standar pengelolaan, pengamatan keaktifan siswa, penugasan, unjuk
pelaksanaan kegiatan sekolah dilakukan sesuai kerja dan tes hasil belajar.
dengan RKS yang telah disusun. Implementasi
| 159
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
160 |
Evaluasi Implementasi Program Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN)| Eriyani & Sutriyono
c. Untuk memenuhi standar proses kepala dengan menggunakan alat bantu ICT
sekolah hendaknya menghimbau kepada sehingga proses pembelajaran lebih ber-
guru agar lebih memanfaatkan alat bantu variatif dan dapat menambah pengetahuan
ICT guna menambah pengetahuan siswa. siswa. Guru juga sebaiknya memenuhi
d. Untuk meningkatkan standar pendidik dokumen kurikulum sesuai dengan standar
dan tenaga kependidikan, sebaiknya isi. Dalam proses belajar mengajar guru
kepala sekolah memberikan pelatihan supaya lebih memanfaatkan alat bantu ICT
kepada guru, sehingga walaupun guru untuk menambah pemahaman siswa.
belum memiliki sertifikat pendidik namun
DAFTAR PUSTAKA
pengetahuan tentang pembelajaran sudah
luas dan proses belajar mengajar menjadi Arikunto, S. & A. Jabar. 2008. Evaluasi
lebih bervariasi. Program Pendidikan. Jakarta: Bumi
e. Untuk memenuhi standar sarana dan Aksara.
prasarana, kepala sekolah perlu bekerja- Direktorat Pembinaan TK dan SD. 2007.
sama dengan masyarakat melalui komite Panduan Penyelenggaraan Sekolah
sekolah, selain itu hendaknya kepala Standar Nasional untuk Sekolah
sekolah membatasi jumlah penerimaan Dasar. Jakarta : Depdiknas.
siswa baru tiap tahunnya agar jumlah Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
siswa tidak melebihi rasio ruang kelas. Dasar dan Menengah. 2008. Istrumen
f. Kepala sekolah juga sebaiknya lebih Kinerja Sekolah Monitoring dan
melibatkan warga sekolah dalam pe- Evaluasi SSN. Jakarta : Depdiknas.
ngambilan keputusan kebijakan dan Muhawwin. 2012. Studi Evaluasi Program
program sekolah sesuai dengan kom- Sekolah Standar Nasional (SSN) pada
petensi masing-masing untuk memenuhi SMP Negeri di Kabupaten Lombok
standar pengelolaan. Timur. pasca.undiksha.ac.id/e-journal/
g. Untuk memenuhi standar pembiayaan index. php/ jurnal_ep/ article/ .../33/33
sebaiknya sekolah dalam menyusun diakses pada 20 Mei 2014.
RPS/RAKS lebih memperhitungkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005
biaya yang dibutuhkan sehingga untuk Standar Nasional Pendidikan.
melaksanakan program tidak perlu Tayibnapis, Farida Y. 2008. Evaluasi Program
penambahan biaya dari masyarakat. dan Instrumen Evaluasi. Jakarta:
h. Untuk pemenuhan standar penilaian Rineka Cipta.
kepala sekolah hendaknya memberikan Wirawan. 2011. Evaluasi Teori, Model,
tugas kepada guru untuk lebih mening- Standar, Aplikasi, dan Profesi. Depok:
katkan pendokumentasian hasil belajar Rajagrafindo Persada.
siswa. Yoni, Mia. 2012. Proses Implementasi
2. Bagi Guru Kebijakan Sekolah Standar Nasional
Untuk memenuhi delapan standar nasional pada Sekolah Dasar di Kabupaten
pendidikan guru sebaiknya mengikuti pe- Purbalingga. Purbalingga: UNSOED.
latihan pembelajaran terutama pembelajaran
| 161
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
Kelola
Jurnal Manajemen Pendidikan ISSN 2443-0544
Magister Manajemen Pendidikan
Volume: 2, No.2, Juli-Desember 2015
FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
jurnalkelola@gmail.com Halaman: 162-172
Suprih Danurwati
danur61tn@gmail.com
Alumni Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan
FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana
Slameto
slameto@staff.uksw.edu
Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan
FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRACT
162 |
Penerapan Supervisi Kunjungan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru | Suprih Danurwati & Slameto
| 163
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
diperlukan masih dalam rangka pembinaan Kondisi guru di lapangan belum seperti
guru. Dengan supervisi kunjungan kelas kepala apa yang diharapkan, pada kenyataannya masih
sekolah maupun pengawas sekolah dapat banyak guru yang kinerjanya belum memenuhi
mengukur seberapa tingkat kompetensi Standar Pelayanan Minimal (SPM), bahkan
pedagogik yang dimiliki oleh seorang guru. dapat dikatakan bekerja tanpa target, apalagi
Karena hanya dengan teknik kunjungan kelas target prestasi. Karenanya masih perlu adanya
kita dapat memperoleh data tentang kemam- motivator dan supervisor untuk mendampingi
puan guru dalam mengelola pembelajaran di guru dalam melaksanakan tugas keseharian
kelas, diantaranya penguasaan materi, diantaranya melalui supervisi.
ketrampilan menggunakan alat peraga dan Berdasarkan observasi dan studi
media pembelajaran, kemampuan memilih dokumen yang peneliti lakukan di SD Negeri
metode pembelajaran serta ketrampilan dalam 2 Kalimanggis ternyata prestasi akademik
memilih alat evaluasi yang tepat. maupun non akademik masih kurang,hal ini juga
Supervisi kunjungan kelas bertujuan terlihat dalam dokumen pencapaian prestasi
untuk mendapatkan data yang lengkap tentang kejuaraan bidang non akademik maupun lomba
guru yang disupervisi dalam hal pengelolaan yang bersifat akademik di tingkat kecamatan
pembelajaran dan selanjutnya adalah untuk masihdalam kategori cukup, berdasarkan data
menolong guru dalam mengatasi masalah dalam capaian UTS/UAS/US di UPT Dinpendik
kelas. Kunjungan kelas dilakukan dengan Kecamatan Kaloran, hasil ulangan tengah
berbagai tiga cara, yaitu dengan: (1) pem- semester gasal 2014/2015 dan akhir semester
beritahuan terlebih dahulu, (2) tanpa pem- peringkat 21 dari 27 sekolah di kecamatan,
beritahuan terlebih dahulu, (3) atas permintaan bahkan hasil ujian sekolah tahun pelajaran
atau undangan guru yang bersangkutan”.. 2013/2014 hanya meraih rata-rata 6,90
Kunjungan kelas merupakan cara yang (20,69) dan menduduki peringkat 20 dari 27
tepat untuk mendapatkan informasi yang tepat sekolah Dasar di Kecamatan Kaloran.
tentang proses belajar mengajar secara langsung, Kurangnya prestasi SD Negeri 2 Kalimanggis
baik menyangkut kelebihan, kekurangan, dan dimungkinkan karena proses pembelajaran
kelemahannya. Melalui kunjungan kelas yang tidak direncanakan dan dilaksanakan
supervisor dapat mengamati secara langsung sesuai prosedur dan tahapan-tahapan yang
kegiatan guru dalam mengelola proses pem- semestinya, dan kinerja guru yang belum
belajaran, dimana di dalamnya mencakup cara maksimal disamping faktor lainnya, sehingga
mengajar, penggunaan metode, penggunaan alat hasil dari proses pembelajaran juga tidak
peraga dan media pembelajaran, penguasaan maksimal.
materi dan semua unsur pendukungnya. Selain prestasi sekolah rendah dampak
Supervisor hendaknya mampu merubah lain adalah menurunnya tingkat kepercayaan
cara pandang guru tentang supervisi, oleh karena masyarakat Desa Kalimanggis terhadap SD
itu supervisor harus memiliki atau menemukan Negeri 2 Kalimanggis dalam dua tahun terakhir.
cara yang lebih tepat dalam melaksanakan Hal itu dibuktikan dengan jumlah siswa yang
supervisi kunjungan kelas, sehingga kehadiran semakin menurun, dikarenakan pendaftar yang
supervisor di kelas menjadi sesuatu yang masuk di SD Negeri 2 Kalimanggis sangat
dinantikan oleh guru, dengan kata lain kunjungan sedikit.
kelas oleh supervisor bukan menjadi hal yang Dari catatan dan dokumen tentang guru
menakutkan dan dihindari oleh guru. yang ada di sekolah dapat disimpulkan bahwa
164 |
Penerapan Supervisi Kunjungan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru | Suprih Danurwati & Slameto
selama ini 5 (55,6 %) dari guru yang ada di kunjungan kelas di SMA Negeri se Kota
SDN 2 Kalimanggis masuk kategori kurang Magelang berpengaruh terhadap kinerja dan
disiplin dalam hal administrasi dan waktu, hal kompetensi guru, Kinerja dan kompetensi guru
tersebut sangat mungkin menjadi salah satu akan berpengaruh terhadap prestasi siswa.
penyebab sekolah tidak dapat berprestasi Demikian juga, penelitian Tri Widodo (2014)
secara maksimal. SDN 2 Kalimanggis yang tentang Supervisi Kunjungan Kelas dalam Me-
selama ini tidak pernah diperhitungkan dalam ningkatkan Kinerja Guru IPA SMP Negeri 1
berbagai kegiatan tingkat kecamatan, kondisi Bandungan, yang menunjukkan bahwa supervisi
inipun tidak berpengaruh terhadap motivasi dan kunjungan kelas berpengaruh positif dalam
kinerja guru-gurunya, mereka merasa nyaman meningkatkan kinerja guru IPA SMP Negeri 1
dan aman dalam kondisi seperti tersebut di atas. Bandungan dalam perencanaan pembelajaran
Selama ini kegiatan supervisi yang dilakukan dan dalam pelaksanaan pembelajaran.
kepala sekolah belum terprogram dan belum NamunYuli Indrawati (2012) dalam penelitian-
ada tindak lanjutnya, sehingga belum terasa nya tentang pengaruh supervisi Kepala Sekolah
dampaknya terhadap kinerja guru. Jika masalah dan Motivasi Kerja Guru terhadap Kinerja
tersebut dibiarkan dan tidak segera ada Guru TK/RA di UPT Dinpendik Kecamatan
penanganan maka dikhawatirkan kondisi Bandungan, Kabupaten Semarang menemukan
sekolah akan semakin terpuruk sehingga secara bahwa tidak ada pengaruh positif dan signifikan
tidak langsung berpengaruh terhadap peserta antara supervisi kepala sekolah dan motivasi
didik dan kepercayaan masyarakat kepada kerja terhadap kinerja guru TK/RA. Jadi, dua
sekolah. dari tiga penelitian di atas menunjukkan bahwa
Berdasarkan permasalahan tersebut kegiatan supervisi kunjungan kelas yang
maka peneliti memandang perlu untuk dilaksanakan kepala sekolah memiliki dampak
melakukan tindakan sebagai upaya peningkatan positif terhadap peningkatan kinerja guru.
kinerja guru diantaranya dengan melakukan Dalam penelitian Edi Wahyudi, hasil supervisi
supervisi akademik kunjungan kelas secara kunjungan kelas dimanfaatkan untuk mengetahui
efektif dan berkesinambungan. Adanya pengaruhnya terhadap kinerja dan kompetensi
supervisi kunjungan kelas diharapkan guru guru dalam pembelajaran, sedangkan Tri
mendapatkan bimbingan dan pembinaan serta Widodo dalam simpulannya menyatakan
pendampingan untuk menjalankan tugas pokok bahwa supervisi kunjungan kelas berdampak
dan fungsinya utamanya dalam pengelolaan positif dalam peningkatan kinerja guru IPA baik
proses pembelajaran. Dengan kunjungan kelas secara administratif maupun pengelolaan
dapat diketahui kekurangan dan kesulitan yang pembelajaran dalam kelas.
dialami guru ketika melaksanakan proses Berbeda dengan penelitian-penelitian
pembelajaran di kelas. terdahulu, cara yang akan dilakukan oleh
Pemilihan tindakan dengan supervisi peneliti dalam supervisi kunjungan kelas dalam
akademik kunjungan kelas juga didasari oleh penelitian ini pada tahap akhir kunjungan, akan
penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dilakukan evaluasi diri dari pihak guru yang
dengan penelitian yang akan penulis lakukan disupervisi, sehingga dapat dikatakan bahwa
sebagai berikut. Penelitian Edi Wahjanto supervisi kunjungan kelas yang akan dilakukan
(2007) tentang supervisi akademik kunjungan adalah berbasis evaluasi diri guru. Dimana pada
kelas di SMA Negeri se Kota Magelang, tahap akhir kunjungan guru bersama supervisor
menunjukkan bahwa kegiatan supervisi mengamati rekaman pelaksanaan pembelajaran
| 165
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
yang dilaksanakan guru, kemudian guru bentuk kualitatif. Begitupun hasil dari penelitian
mengevaluasi sendiri apa yang dilaksanakan ini juga berupa uraian atau deskripsi yang
menggunakan instrumen yang ada. Hasil mendalam tentang hasil dari supervisi kunjungan
evaluasi diri guru dicocokkan dengan hasil kelas.
pengamatan supervisor, jika terdapat kesamaan Penelitian ini terdiri rangkaian tiga
persepsi maka langkah selanjutnya adalah kegiatan pokok yang dilakukan dalam siklus
menentukan tindak lanjut berdasarkan berulang. Tiga kegiatan utama yang ada pada
kekurangan yang dilakukan guru dalam setiap tindakan adalah (a) perencanaan, (b)
pengelolaan pembelajaran. tindakan dengan pengamatan, dan (c) refleksi,
Mempertimbangkan latar belakang dengan disertai evaluasi diri guru. Rangkaian
yang telah dipaparkan pada bagian di atas, maka kegiatan design intervensi penelitian tindakan
rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah sekolah tampak pada gambar 2 berikut ini.
penerapan supervisi kunjungan kelas dapat
meningkatkan kinerja guru SD Negeri 2 Perencanaan
166 |
Penerapan Supervisi Kunjungan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru | Suprih Danurwati & Slameto
kunjungan kelas dimana guru dan supervisor mengecek data yang sama namun diperoleh
duduk bersama setelah kegiatan pembelajaran dari sumber yang berbeda, dan dengan teknik
selesai untuk bersama-sama melihat rekaman yang berbeda. Dalam penelitian ini data kinerja
proses pembelajaran dan kemudian mengevaluasi guru dalam pengelolaan pembelajaran diperoleh
kegiatan tersebut, dilanjutkan adanya melalui dokumen hasil PKG guru, hasil supervisi
kesepakatan untuk tindak lanjutnya. kunjungan kelas sebelum tindakan, dan hasil
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 wawancara. Triangulasi waktu, diakukan
Kalimanggis, UPT Dinpendik Kecamatan dengan mengecek hasil wawancara dengan
Kaloran, Kabupaten Temanggung. Penelitian sumber yang sama namun dalam waktu yang
ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 berbeda.
sampai dengan Mei 2015. Berdasarkan hipotesis kinerja yang
Dalam penelitian ini pengumpulan data berbunyi “Penerapan supervisi kunjungan kelas
dilakukan dengan empat cara yaitu 1) Studi diduga dapat meningkatkan kinerja guru SD
Dokumentasi, 2) Observasi, 3) Angket dan 4) Negeri 2 Kalimanggis dalam pengelolaan
Wawancara. Studi dokumentasi dilakukan pembelajaran” maka penelitian ini dinyatakan
terhadapdokumen hasil ujian nasional, data berhasil apabila: 1) Lima dari enam orang guru
hasil supervisi yang dilakukan kepala sekolah, yang mendapat supervisi kunjungan kelas
dan hasil penilaian kinerja guru. Observasi yang memperoleh nilai kategori Baik (71- 85) pada
dimaksudkan disini adalah kegiatan pengamatan aspek persiapan pembelajaran, dan 2) Lima
dalam tindakan kunjungan kelas. Metode ini dari enam orang guru yang mendapat supervisi
merupakan bagian yang sangat penting dalam kunjungan kelas memperoleh nilai kategori
penelitian tindakan kelas. Observasi dilakukan Baik (71 - 85) pada aspek pelaksanaan pem-
dengan teknik observasi partisipatif pasif. belajaran.
Angket, peneliti gunakan sebagai alat evaluasi
HASIL PENELITIAN DAN
diri guru setelah kegiatan pembelajaran ber-
PEMBAHASAN
langsung, sekaligus sebagai alat kroscek ter-
hadap hasil pengamatan yang dilakukan Deskripsi Kondisi Awal
supervisor dalam hal ini peneliti, selain itu juga Kepala SD Negeri 2 Kalimanggis
angket untuk mengetahui respon guru terhadap sudah menyusun program supervisi setiap
pelaksanaan supervisi kunjungan kelas. Sedang tahunnya. Namun dalam pelaksanaannya
wawancara dilakukan terhadap guru pada tahap kadang tidak sesuai dengan rencana yang sudah
refleksi, yaitu setiap sehabis kegiatan supervisi disusun, hal itu dikarenakan berbagai tugas yang
berakhir dan pada saat kegiatan evaluasi. harus dikerjakan oleh kepala sekolah yang
Dalam penelitian ini data yang diperoleh, sifatnya insidentil dan bersifat urgen. Hal itu
dianalisis dengan menggunakan tiga langkah dibuktikan dengan dokumen supervisi terhadap
yaitu: reduksi data, paparan data, dan penarikan perangkat pembelajaran dilaksanakan terhadap
simpulan. Hasil reduksi data dalam penelitian lima orang guru pada semester genap tahun
ini berupa data pokok yang diantaranya berupa pelajaran 2014/2015 sedangkan supervisi
data hasil pengamatan supervisor, hasil evaluasi kunjungan kelas belum terlaksana.
diri guru, hasil wawancara dengan kepala Tentang kinerja Guru dokumen yang
sekolah. Sedang keabsahan data dilakukan ada di UPT Dinpendik Kecamatan Kaloran
melalui triangulasi, baik triangulasi sumber, dan menunjukkan bahwa jika dibandingkan dengan
waktu. Triangulasi sumber adalah cara untuk prestasi sekolah di seluruh wilayah UPT Dinpen-
| 167
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
dik Kecamatan Kaloran, maka prestasi siswa adegan (handycam) dan kamera, hal tersebut
di SD Negeri 2 Kalimanggis berada pada kate- dilakukan sebagai pelengkap pengumpulan
gori cukup. Kurangnya prestasi tersebut dise- data yang diperoleh dengan instrumen serta
babkan kinerja guru yang kurang maksimal bukti pelaksanaan supervisi kunjungan kelas.
disamping faktor-faktor lainnya. Hal tersebut c.Tahap Refleksi
diperkuat dengan hasil wawancara dengan Refleksi dilakukan bersama antara guru
Kepala sekolah serta dokumen-dokumen sekolah dan supervisor dengan cara mengamati rekaman
yang berhubungan dengan kinerja guru, dian- adegan proses pembelajaran, setelah mengamati
taranya adalah dokumen RPP yang digunakan rekaman adegan guru mengisi angket evaluasi
guru, hasil supervisi yang dilakukan kepala diri tentang pelaksanaan KBM yang dilakukan,
sekolah, administrasi kelengkapan pembelajar- hasil evaluasi diri di kros cek dengan hasil
an, hasil PKG, SKP Guru, presensi guru, dan pengamatan supervisor dalam hal ini meng-
buku pembinaan karyawan. gunakan instrumen pengamatan. Hasil refleksi
Pelaksanaan Penelitian tindakan pertama didapatkan beberapa ke-
kurangan baik pada penyusunan rencana pem-
Tindakan I, II, dan III
belajaran maupun pada pelaksanaan proses
Prosedur pelaksanaan penelitian pada pembelajaran, diantaranya adalah penggunaan
tindakan satu, dua, dan tiga merupakan tahapan metode pembelajaran, pemanfaatan alat peraga
dalam siklus yang berulang, yaitu meliputi dan penggunaan instrumen penilaian, pelaksana-
tahapan persiapan, pengamatan dan tahap an penilaian, dan tindak lanjut penilaian, serta
refleksi. kegiatan penutup pembelajaran.
a.Tahap persiapan Hasil Penelitian
Pada tahap persiapan dalam tindakan
pertama peneliti menentukan sasaran kunjungan 1. Hasil Perencanaan
yaitu guru yang akan mendapat supervisi Perencanaan adalah awal dari sebuah
kunjungan kelas, jadwal kunjungan, dan juga proses, berhasil tidaknya suatu kegiatan atau
mengadakan sosialisasi kepada guru-guru proses banyak bergantung pada perencanaan-
tentang kegiatan supervisi kunjungan kelas yang nya, begitupun dengan kegiatan penelitian yang
akan dilaksanakan dalam dua bulan yang akan akan peneliti lakukan. Dalam kegiatan peren-
datang dan tujuannya. canaan ini antara lain dihasilkan Kisi-kisi
penelitian, instrumen yang digunakan pengamat-
b.Tahap Pengamatan
an proses pelaksanaan pembelajaran, instrumen
Dalam tahap ini peneliti selaku super-
evaluasi diri guru, angket respon guru pasca
visor melakukan kunjungan kelas sesuai jadwal
supervisi, panduan wawancara dengan kepala
mingguan yang sudah disepakati. Peneliti
sekolah, program supervisi kunjungan kelas,
melakukan pengamatan pelaksanaan kegiatan
dan data pendukung awal berupa dokumen hasil
pembelajaran dari awal kegiatan dimulai sampai
supervisi sebelumnya dari kepala sekolah.
kegiatan berakhir dalam satu pertemuan.
Selama pengamatan supervisor menggunakan 2. Hasil tindakan
instrumen pengamatan KBM untuk mencatat a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
segala sesuatu yang dilakukan oleh guru dalam Penilaian terhadap dokumen RPP dan
pelaksanaan pembelajaran. Selain itu super- perencanaan pembelajaran lainnya dilaksanakan
visor juga menggunakan alat bantu perekam bersamaan dengan pelaksanaan pengamatan
168 |
Penerapan Supervisi Kunjungan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru | Suprih Danurwati & Slameto
| 169
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
170 |
Penerapan Supervisi Kunjungan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru | Suprih Danurwati & Slameto
| 171
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
172 |
Hubungan Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi dengan Kinerja... | Abdul Rahmat
Kelola
Jurnal Manajemen Pendidikan ISSN 2443-0544
Magister Manajemen Pendidikan
Volume: 2, No.2, Juli-Desember 2015
FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
jurnalkelola@gmail.com Halaman: 173-184
Abdul Rahmat
abdulrahmat@ac.id
Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRACT
This study aimed to examine the alleged causality between the dependent and
independent variables. This study is a descriptive research using survey method. Data
collected by using questionnaire and analyzed using path analysis to test the hypothesis.
Engineering analysis will be determined by SPSS data analysis program. The result of
the study were; 1) Leadership style has a significant relationship with the performance
of officials local government in Gorontalo city. It is seen in the calculation of the
product r correlation counted is 0.811 at the significance level (0.05), r table at 0,239
then count r > r of the table so that we can conclude the existence of a significant
relationship, while the relationship is based on arithmetic interval coefficient criteria r
is 0.811, which means relatively strong relationship with the leadership style of
performance in local government apparatus city Gorontalo relatively strong. While t is
0.957 and compared t table with a significance level of 0.044 (0.05) turns out t count
> t table with the sense of the hypothesis is accepted which stated the existence of a
significant relationship. 2) Organizational Culture has a significant relationship
performance in local government apparatus city Gorontalo, it can be seen that the
calculation of the product correlation r counted is 0.922 at the significance level (0.05)
r price table is 0.098 then the count r > r table. It conclude the existence of a significant
relationship, while the relationship is based on interval arithmetic coefficient criteria r
is 0.922, which means has relatively strong relationship with the organizational culture
apparatus as very strong performance. While t is 0.957 and compared t table with a
significance level of 0.044 (0.05) turns out t > t table. It means the hypothesis is accepted
which states the existence of a very significant. 3) Relationship between Leadership
Style and organizational culture have significant performance relationship in local
government of Gorontalo apparatus city. It is seen in the strength of mastery skills and
cultural organization along with the performance of the apparatus, comparing the r
counting with r table it is known that 0.811 > 0.239, the correlation both have strong
significant relationship.
| 173
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
174 |
Hubungan Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi dengan Kinerja... | Abdul Rahmat
dengan pekerjaannya, situasi kerja, kerjasama dilakukan oleh suatu organisasi. Sedangkan
antara pimpinan dengan karyawan, dan antar kualitas layanan dapat dilihat dari penilaian
sesama karyawan. Dalam pengertian ini dapat pengguna jasa atau masyarakat yaitu bagaimana
diketahui bahwa kinerja sebagai hasil interaksi tingkat kepuasan mereka dengan layanan yang
manusia dengan lingkungan kerja. Berkaitan diberikan oleh organisasi. Untuk mengukur kinerja
dengan hal ini Prawirosentono (1999:2) dari pegawai atau aparatur, Mondy dan Noe
mengartikan kinerja atau performance adalah (1990:99) menggunakan pendekatan yang me-
hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang atau ngarah pada Management by Objective (MBO).
sekelompok orang dalam suatu organisasi, Metode MBO melihat perilaku pegawai atau
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab aparatur (personal attributes) dalam melaksana-
masing-masing dalam rangka upaya mencapai kan pekerjaan. Indikator yang digunakan adalah
tujuan organsasi bersangkutan secara legal, quantity of work, quality of work, dependa-
tidak melanggar hukum dan sesuai dengan bility, initiative, adaptability, dan cooperati-
moral maupun etika. on. Selain itu, juga diberikan kebebasan kepada
Untuk mengukur kinerja organisasi atau pegawai untuk memberikan pendapatnya
kinerja aparatur, Lenvine sebagaimana yang mengenai kinerjanya selama ini, juga pendapatnya
dikutip oleh Dwiyanto (1995) menawarkan tiga dengan kinerjanya masa depan.
konsep yaitu: responsiveness, responsibility Kegiatan manusia secara bersama-
dan accauntability. Responsiveness atau sama membutuhkan pemimpin. Keberhasilan
responsivitas yaitu kemampuan organisasi untuk dan kegagalan sebuah organisasi dalam men-
dapat mengenali kebutuhan masyarakat, jalankan misinya sangat tergantung kepada
menyusun agenda dan prioritas pelayanan, tanggung-jawab dari seorang pemimpin. Untuk
mengembangkan program-program pelayanan itu kepemimpinan dapat diartikan sebagai
publik yang sesuai dengan kebutuhan dan sebuah aktivitas untuk memimpin orang-orang
aspirasi masyarakat. Dengan kata lain responsi- agar diarahkan mencapai suatu tujuan organisasi
vitas adalah kesesuaian antara program dan Terry (dalam Thoha, 2001:227). Seorang
kegiatan yang dijalankan dengan yang dibutuhkan pemimpin apapun wujudnya, dimanapun
oleh masyarakat. Responsibility atau respon- letaknya akan selalu mempunyai beban untuk
sibilitas yaitu menjelaskan apakah pelaksanaan mempertanggung jawabkan kepemimpinannya.
kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai Mengingat besarnya arti kepemimpinan dalam
dengan prinsip administrasi yang benar atau organisasi, maka seorang pemimpin harus
sesuai dengan kebijakan organisasi baik yang mampu dan dapat memainkan peranannya, pe-
implisit maupun ekplisit. Accuntability atau mimpin harus mampu menggali potensi-potensi
akuntabilitas yaitu menunjuk pada seberapa yang ada pada dirinya dan memanfaatkannya
besar kebijakan dan kegiatan organisasi tunduk didalam unit organisasi. Ada tiga peran utama
pada para pejabat politik yang dipilih oleh yang dimainkan oleh setiap manajer dimanapun
rakyat (elected officials). letak hirarkinya, peran tersebut meliputi: Peran
Namun untuk mengukur kinerja Hubungan Antar Pribadi (Interpersonal Rale),
organisasi publik ada dua konsep lagi yaitu Peran yang Berhubungan dengan Informasi
produktifitas dan kualitas layanan. Produktivitas (Informational Role), dan Peran Pembuat
adalah output yang dihasilkan oleh organisasi Keputusan (Decisional Role) (Thoha, 2001:
yaitu jenis layanan apa yang dihasilkan atau yang 232-240).
| 175
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
Dalam arti klasik, budaya organisasi Dari apa yang telah dikemukakan di
adalah persepsi yang sama dikalangan para atas penulis mencoba melihat lebih jauh
anggota organisasi tentang makna kehidupan bagaimana faktor kepemimpinan dan faktor
bersama dalam organisasi tersebut (Siagian, budaya organisasi dapat memberikan kontribusi
2002:64). Kultur atau budaya organisasi ialah atau hubungan dengan kinerja yang telah dicapai
suatu sistem nilai dan keyakinan bersama yang oleh aparatur didalam organisasi adalah dengan
dianut oleh semua pihak yang harus berinteraksi judul: “Hubungan Gaya Kepemimpinan dan
dalam rangka mencapaian tujuan. Jadi dapat Budaya Organisasi dengan Kinerja Aparatur
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan Nonformal di Dinas Pendidikan
kultur organisasi adalah kesepakatan bersama Kota Gorontalo”.
trntang nilai yang dianut bersama dalam METODE PENELITIAN
kehidupan organisasi dan mengikat semua orang
dalam organisasi yang bersangkutan. Robbins Penelitian ini dilaksanakan tahun 2014
(1992: 247) memberikan definisi tentang di dinas pendidikan kota Gorontalo. Penelitian
pengertian budaya organisasi yaitu suatu ini adalah penelitian deskriptif dengan
persepsi bersama yang dianut oleh anggota- menggunakan metode survei yakni suatu
anggota organisasi dan merupakan suatu sistem penelitian yang mengambil sampel dari suatu
dari makna bersama. Budaya (culture) populasi dengan menggunakan kuesioner
merupakan pola asumsi dasar bersama yang sebagai alat pengumpulan data yang pokok
dipelajari oleh kelompok dalam suatu organiassi (Arikunto, 1998:3). Teknik pengumpulan data
sebagai alat untuk memecahkan masalah yang digunakan adalah angket dan observasi.
dengan penyesuaian faktor ekternal dan integrasi Analisis data yang digunakan untuk menguji
faktor internal, dan telah terbukti sahih, oleh hipotesis penelitian ini adalah path analysis
karenanya diajarkan kepada anggota organisasi (analisis jalur). Analisis ini dipilih karena
yang baru sebagai cara yang benar untuk mem- penelitian ini bertujuan untuk menguji dugaan
persepsikan pemikiran dan merasakan dala sebab akibat antara variabel dependen dengan
kaitan masalah-masalah yang dihadapi itu. variabel independen. Teknik analisisnya akan
Kuatnya budaya dalam organisasi ditandai ditentukan melalui komputasi analisis data
dengan ditanamnya nilai-nilai budaya secara luas program SPSS.
dan menyebar kepada seluruh anggota. Hal ini Hasil penelitian yang valid adalah
ditandai dengan semakin kuatnya anggota apabila terdapat kesmaan antara data yang
organisasi menerima nilai-nilai dan komitmen terkumpul dengan data yang sesungguhnya
dengan nilai-nilai tersebut sehingga mampu terjadi pada objek yang diteliti. Valid berarti
membangun iklim yang kondusif serta loyalitas instrument yang dipilih dapat digunakan untuk
dengan organisasi. Disamping itu budaya lemah mengukur apa yang seharusnya diukur (Singgih
(weak culture) ditandai dengan lamanya Santoso, 2000: 109). Uji validitas pada
komitmen dengan tujuan organisasi, prilaku penelitian ini dilakukan dengan analisis butir
yang tidak konsisten dan kurangnya loyalitas menggunakan rumus korelasi Product
dan kebanggaan dengan organisasi, serta Moment.
tingginya turnover karyawan.
rxy =
176 |
Hubungan Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi dengan Kinerja... | Abdul Rahmat
n X i2 ( X i ) 2 nY i2 (Y i ) 2
xy
| 177
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
yang digunakan untuk menghitung reliabilitas normal atau berdistribusi tidak normal. Per-
adalah instrumen yang valid saja. Nilai samaan regresi dikatakan baik jika mempunyai
Reliabilitas dapat dihitung dengan menggunakan data variabel bebas dan data variabel terikat
Rumus sebagai berikut: berdistribusi normal atau tidak sama sekali.
Dengan persamaan regresi statistik
k S i
2 pada uji normalitas maka harus diketahui
r 1
k 1 S t terlebih dahulu melalui nilai kemiringan kurva
tt 2
2
(bebas atau terikat) berdistribusi normal jika
S = Varians Total
t Z hitung (Za3 atau Za4) < Z tabel. b) Variabel
Adapun hasil pengolahan data dengan berdistribusi tidak normal jika Z hitung (Za3
program exel (dengan bantuan program SPSS atau Za4) > Z tabel. Untuk mengetahui apakah
versi 17) semua variabel realibel hasil per- dengan menggunakan uji statistik pada distribusi
hitungan dapat dilihat pada lampiran untuk normalitas sebagaimana hasil olah data yang
rekapitulasi hasil perhitungan di bawah: disajikan berikut (lihat lampiran uji normalitas):
Nilai uji pada variabel Gaya Kepemim-
Tabel 1 Reliabilitas Variabel Gaya Kepemimpinan (X1) pinan diketahui Z hitung (Za3 atau Za4) <
Cronbach's Z tabel yaitu - 0,757 < 0,495, maka variabel X1
N of Items
Alpha berdistribusi normal. Kemudian, variabel
0,924 28 Budaya Organisasi diketaui Z hitung (Za3 atau
Za4) < Z tabel yakni memiliki perbandingan 0,018
Tabel 2 Reliabilitas Variabel Budaya Organisasi (X2)
< 0,495, maka dinyatakan berdistribusi normal.
Cronbach's
N of Items Dan, varibel terikat (Y) Kinerja Aparatur
Alpha
0,923 26
memiliki perbandingan Z hitung (Za3 atau Za4)
< Z tabel, yakni 0,052 < 0,495, maka dinyatakan
Tabel 3 Reliabilitas Variabel Kinerja Aparatur (Y) berdistribusi normal.
Cronbach's Maka dari itu hasil analisis data pada
N of Items
Alpha uji normalitas ini telah memenuhi analisis
0,948 40 prasyarat yang diajukan untuk kemudian
dilanjutkan pada pengujian hipotesis dan uji
Pengujian Persyaratan Analisis dengan Uji lainnya.
Asumsi Klasik
2. Uji Multikolinieritas
1. Uji Normalitas
Uji ini dimaksudkan untuk mendeteksi
Pengujian asumsi klasik dengan gejala korelasi antara variabel independen yang
menggunakan regresi berganda uji normalitas satu dengan variabel independen yang lain.
dimaksudkan untuk menguji variabel bebas (X) Pada model regresi yang baik seharusnya tidak
dan data variabel terikat (Y) pada persamaan terdapat korelasi di antara variabel independen.
regresi yang dihasilkan apakah berdistribusi Uji Multikolinieritas dapat dilakukan dengan 2
178 |
Hubungan Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi dengan Kinerja... | Abdul Rahmat
Dari data tabel tersebut dapat diketahui Berdasarkan grafik hasil Gambar 1,
bahwa syarat untuk lolos dari uji multikolinieritas dapat dilihat bahwa distribusi data tidak teratur
sudah terpenuhi oleh seluruh variabel dan tidak membentuk pola tertentu, serta
independen yang ada, yaitu nilai tolerence yang tersebar di atas dan bawah angka 0 pada sumbu
tidak kurang dari 0,10 dan nilai VIF yang tidak Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
lebih dari 10. Maka dari itu dapat disimpulkan model regresi ini tidak terjadi masalah
bahwa seluruh variabel independen yang heteroskedasitas.
digunakan dalam penelitian ini tidak berkorelasi 2. Uji Autokorelasi
antara variabel independen satu dengan variabel
Persamaan regresi yang baik adalah
independen yang lain. Sehingga dapat
yang tidak memiliki masalah autokorelasi. Jika
disimpulkan tidak terjadi multikolenieritas.
terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut
2. Uji Heteroskedastisitas menjadi tidak baik atau tidak layak dipakai
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk prediksi. Masalah autokorelasi baru timbul jika
menguji apakah dalam model regresi terjadi ada korelasi secara linier antara kesalahan
ketidaksamaan variance dari residual satu pengganggu periode (berada) dan kesalahan
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, atau pengganggu periode t-1 (sebelumnya).
disebut homoskedastisitas. Model regresi yang
Tabel 5 Hasil Uji Durbin-Watson (DW)
baik adalah yang homoskedastisitas, tidak
Model Summaryb
heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas
ditandai dengan adanya pola tertentu pada Model Durbin-Watson
grafik scatterplot. Jika titik-titik yang ada 1 1,815
membentuk suatu pola tertentu yang teratur a. Predictors: (Constant), Budaya Organisasi,
(bergelombang), maka terjadi heterokedas- Gaya Kepemimpinan
tisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, titik-titik b. Dependent Variable: Kinerja Aparatur
menyebar di atas dan di bawah angka nol pada
Berdasarkan hasil tersebut, salah satu
sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
ukuran dalam menentukan ada tidaknya
Maka untuk lebih jelas hasil olah data
masalah autokorelasi dengan uji Durbin-
sebagaimana berikut ini:
Watson (DW), dengan ketentuan hasil data di
atas, ditemukan Durbin-Watson (DW) test =
| 179
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
1,815 dan DW < 2. Maka dapat disimpulkan Aparatur mempunyai kemampuan dalam
bahwa data di atas tidak terjadi autokorelasi. menerangkan dan memprediksi variabel kinerja
Karena angka angkat DW test berada di antara sangat terbatas
-2 dan +2 atau -2 d” DW d” +2. 3. Uji Simultan (Uji F)
Pengujian Hipotesis Uji F digunakan untuk mengetahui ada
1. Uji Determinasi (Uji R2) tidaknya hubungan simultan variabel-variabel
independen dengan variabel dependen. Kriteria
Uji determinasi digunakan untuk
pengujian yang digunakan adalah jika
mengukur seberapa jauh kemampuan model
probability value (p value) < 0,05, maka Ha
menjelaskan variasi dependen. Apabila nilai
diterima dan jika p value > 0,05, maka Ha
koefisien determinasi dalam model regresi
ditolak. Uji F dapat pula dilakukan dengan
semakin kecil (mendekati nol) berarti semakin
membandingkan nilai Fhitung dan Ftabel. Jika Fhitung
kecil hubungan semua variabel independen
> Ftabel, maka Ha diterima. Artinya, secara
dengan variabel dependen. Dengan kata lain
statistik daya yang ada dapat membuktikan
nilai R2 yang nilai kecil berarti kemampuan
bahwa semua variabel independen (X1, X2)
semua variabel dalam menjelaskan variabel
berhubungan dengan variabel dependen (Y).
dependen sangat terbatas. Sebaliknya apabila
Jika Fhitung < Ftabel, maka ditolak. Artinya, secara
nilai R2 semakin mendekati 100% berarti semua
statistik daya yang ada dapat membuktikan
variabel independen dalam model memberikan
bahwa semua variabel independen (X1, X2) tidak
hampir semua imformasi yang diperlukan untuk
berhubungan dengan variabel dependen (Y).
memprediksi variabel dependennya atau
semakin besar hubungan semua variabel Tabel 7 Hasil Uji Simultan (Uji F)
N F (hitung) F (tabel) Kesimpulan
independen dengan variabel dependennya.
Hasil koefisien determinasi (R 2) Gaya 93 0,044 0,957 Positif
Kepemimpinan dan Budaya Organisasi dengan Sumber: Data primer diolah, 2014
Kinerja Aparatur dapat dilihat pada Tabel 6 Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa
berikut ini, berdasarkan hasil uji simultan (Uji F)
menunjukan bahwa Fhitung < Ftabel = 0,042 <
Tabel 6 Koefisien Determinasi Gaya Kepemimpinan dan
Budaya Organisasi dengan Kinerja Aparatur 0,957 maka hasil data tersebut dapat
Gaya Kepemimpinan dan Budaya
Organisasi dengan Kinerja
Koefisien Determinasi
(R2)
Keterangan dinyatakan Ha ditolak. Artinya, secara statistik
Aparatur Guru
X-Y 0,031
Persamaan X daya yang ada dapat membuktikan bahwa
100%
Sumber: Data Primer yang diolah, 2014 semua variabel yakni variabel (X) Gaya
Kepemimpinan dan Budaya Organisasi tidak
Berdasarkan hasil pengujian yang ada
mempunyai hubungan signifikan pada variabel
pada Tabel 6, diketahui bahwa Adjusted
(Y) yakni kinerja aparatur.
Determination Coefficient (R2) sebesar 0,031
yaitu lebih dari nol dan kurang dari satu yang 4. Uji Parsial (Uji t)
berarti variabilitas Gaya Kepemimpinandan
Uji parsial (Uji t) digunakan untuk
Budaya Organisasi yang dapat dijelaskan oleh
mengetahui hubungan masing-masing variabel
variabilitas variabel kinerja aparatur sebesar
independen dengan variabel dependen. Kriteria
0,4%, sehingga variabel Gaya Kepemimpinan
pengujian yang digunakan adalah jika p value
dan Budaya Organisasi dengan Kinerja
180 |
Hubungan Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi dengan Kinerja... | Abdul Rahmat
< 0,05, maka Ha diterima dan jika p value 22,519 yang artinya jika variabel Gaya
> 0,05, maka Ha ditolak. Kemudian, hasil olah Kepemimpinan meningkat satu point maka
data SPSS uji parsial (uji t) berikut ini: variabel kinerja aparatur akan meningkat
Tabel 8 Hasil Uji Parsial (Uji t)
22,619 point.
Dari hasil perhitungan dapat disimpul-
Variabel t (hitung) t (tabel)
kan bahwa koefisien diterminasi 0,031 yang
Gaya Kepemimpinan 0,239 0,811
Budaya Organisasi 0,098 0,922 artinya kinerja aparatur disumbang oleh Gaya
Sumber: Data primer diolah, 2014. Kepemimpinan sebesar 3,1%, melalui model
persamaan regresinya. Kekuatan hubungan
Berdasarkan Tabel 8, dapat disimpul-
Gaya Kepemimpinan dengan kinerja aparatur,
kan bahwa nilai t (hitung) pada variabel Gaya
berdasarkan analisis perhitungan korelasi
Kepemimpinan 0,239 dengan nilai probabilitas
product moment bahwa r hitungnya adalah
(disamakan dengan nilai t (tabel)) adalah 0,811
0,811 pada taraf signifikansi (0.05) harga r tabel
atau 81,1% (persamaan koefisiensi determinasi)
sebesar 0,239 maka r hitung > r tabel sehingga
di atas 5%. Dan, nilai t (hitung) pada variabel
dapat disimpulkan adanya hubungan yang
Budaya Organisasi adalah 0,098 dengan nilai
sangat signifikan, adapun kekuatan hubungan
probabilitas 0,922 atau 92,2% di atas 5%. Hal
berdasarkan kriteria interval koefisien r hitung
ini dapat disimpulkan bahwa variabel Gaya
0,811 tergolong kuat yang artinya hubungan
Kepemimpinan memiliki nilai t (hitung) = 0,239
Gaya Kepemimpinan dengan kinerja aparatur
> 0,05 atau 5% (persamaan nilai probabilitas),
tergolong kuat. Sedangkan t hitung sebesar 0,957
maka Ho ditolak. Sedangkan, variabel Budaya
dan dibandingkan t tabel sebesar (0,044) dengan
Organisasi memiliki nilai t (hitung) = 0,098 >
taraf signifikansi (0.05) ternyata t hitung > dari
0,05 atau 5%, maka Ho ditolak.
t tabel dengan arti hipotesis diterima yang
PEMBAHASAN menyatakan adanya hubungan yang signifikan.
Berdasarkan hasil olah data dan analisa
di atas maka selanjutnya menafsirkan dari Tabel 9 Hasil Perhitungan Uji Korelasi Product
Moment dan t Hitung
berbagai hasil data statistik tersebut. Dalam hal
ini dibagi menjadi dua bagian sebagaimana Signifikansi 0.05
N r (hitung) t (Hitung)
tercantum dalam rumusan masalah pada r tabel t tabel
penelitian ini.. 93 0,811 0,957 0,239 0,044
Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Sumber: Data primer yang diolah, 2014
| 181
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
Hubungan Antara Budaya Organisasi Tabel 10 Hasil Perhitungan Uji Korelasi Product
Moment dan t hitung
dengan Kinerja Aparatur
Signifikansi 0.05
Hipotesis kedua yang diujikan adalah N r (hitung) t (Hitung)
r tabel t tabel
terdapatnya hubungan Budaya Organisasi
dengan Kinerja Aparatur. Pengujian 93 0,922 0,957 0,098 0,044
dimaksudkan untuk mengetahui apakah Sumber: Data primer yang diolah, 2014
182 |
Hubungan Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi dengan Kinerja... | Abdul Rahmat
| 183
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
Siagian, Sondang P. 2002. Manajemen Abad Yulk, GA. 1998. Ledership In Organisation
21. Jakarta: Bumi Jakarta Aksara. (secon edition). Englewood Clips, New
Jersey: Prencice Hull, Inc.
184 |
Penguasaan Kompetensi Pedagogik Guru Tersupervisi Klinis dan Guru Tanpa Supervisi | Leinora Juliana Kaipatty dkk.
Kelola
Jurnal Manajemen Pendidikan ISSN 2443-0544
Magister Manajemen Pendidikan
Volume: 2, No.2, Juli-Desember 2015
FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
jurnalkelola@gmail.com Halaman: 185-195
Lobby Loekmono
loekmono@yahoo.com
Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan
FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana
Slameto
slameto@staff.uksw.edu
Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan
FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRACT
This study is an experimental research with using pretest and posttest control group
design. The aimed of the study were: 1). To know the differences significant of teacher’s
mastery of pedagogical competences between teachers clinical supervised in SMA
Kristen YPKPM Ammbon and non-supervised teachers in SMA Kartika XIII-I Ambon,
2). To determine how the the clinical supervision influenced the teachers’ mastery of
pedagogical competences. The data was collected by using observation toward
teaching profile competence from Wasserman and Egert. Data analyzed using t test
comparative and linear regression analysis. The result of the study was the coefficient
t test was 4,184 with significant 0,001 < 0,05. It proved that there was a difference
between supervision and non-supervision teachers significantly. The clinical
supervision has influence about 41,9% on teachers pedagogical competences.
| 185
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
186 |
Penguasaan Kompetensi Pedagogik Guru Tersupervisi Klinis dan Guru Tanpa Supervisi | Leinora Juliana Kaipatty dkk.
itu guru perlu diberikan bantuan sesuai dengan penelitian ini dirumuskan sebagai a) untuk
kebutuhannya untuk mengatasi kelemahan atau mengetahui perbedaan penguasaan kompetensi
kekurangan dalam proses pembelajaran sehing- pedagogik (kompetensi mengajar) guru antara
ga dapat meningkatkan penguasaan kompetensi guru yang tersupervisi klinis di SMA Kristen
pedagogik guru. Salah satu upaya yang dapat YPKPM Ambon dengan guru tanpa supervisi
dilakukan untuk meningkatkan penguasaan di SMA Kartika XIII-I Ambon, dan b) untuk
kompetensi pedagogik guru adalah pelaksana- mengetahui berapa besar pengaruh pelaksana-
an supervisi klinis. Supervisi Klinis menurut an supervisi klinis kepala sekolah terhadap
Acheson dan Gall (2003) “Supervision as the penguasaan kompetensi pedagogik guru.
process of helping the teacher reduce the Secara teoritik manfaat yang dapat
discrepancy” (suatu proses membantu guru diambil dari penelitian ini adalah bahwa hasil
memperkecil kesenjangan antara perilaku penelitian ini dimanfaatkan sebagai bahan
mengajar yang nyata dengan perilaku mengajar referensi/kajian tentang peningkatan pengua-
yang ideal). Defenisi ini memberi indikasi bahwa saan kompetensi pedagogik melalui supervisi
supervisi klinis merupakan suatu proses klinis. Sedang secara praktis hasil penelitian ini
membantu guru mengatasi kesulitannya dalam dapat menjadi masukan bagi guru, dalam
mengajar. Proses membantu pada supervisi mendorong guru untuk meningkatkan pengua-
klinis dalam arti memberi pertolongan secara saan kompetensi pedagogik melalui supervisi
langsung yang diberikan supervisor kepada klinis sehingga dapat meningkatkan kualitas
guru-guru dengan cara melakukan tindakan pembelajaran di sekolah. Hasil penelitian ini
observasi untuk membantu memecahkan diharapkan juga dapat memberi masukan juga
masalah-masalah yang terjadi dalam proses pada sekolah, dan dinas pendidikan dalam
pembelajaran. mengambil kebijakan akan pentingnya supervisi
SMA Kristen YPKPM Ambon, dan untuk peningkatan penguasaan kompetensi
SMA Kartika XIII-I Ambon, adalah sekolah pedagogik guru.
menengah atas yang terdapat di kota Ambon,
yang memiliki kesamaan, antara lain, memiliki METODE PENELITIAN
jumlah guru 45 guru, memiliki akreditasi B dan Jenis penelitian yang digunakan dalam
berstatus sekolah swasta. Dalam penelitian ini, penelitian ini adalah penelitian eksperimen
penulis ingin mengetahui perbedaan penguasaan dengan jenis desain Pretest-Postest Control
kompetensi pedagogik guru yang tersupervisi Group Design (Sugiyono, 2006). Desain ini
klinis dengan guru tanpa supervisi. terdapat dua kelompok yang dipilih secara
Berdasarkan latar belakang masalah di random, kemudian diberi pretest untuk
atas maka masalah dalam penelitian ini mengetahui keadaan awal adakah perbedaan
dirumuskan sebagai: a) Adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok
signifikan penguasaan kompetensi pedagogik kontrol, dan diberi posttest setelah dilakukan
guru yang tersupervisi klinis di SMA Kristen treatmen untuk mengetahui adakah perbedaan
YPKPM Ambon dengan guru tanpa supervisi setelah di beri treatmen pada kelompok
di SMA Kartika XIII-I Ambon?, dan b) kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok
seberapa besar pengaruh pelaksanaan supervisi yang diberi perlakuan atau treatmen disebut
klinis terhadap penguasaan kompetensi kelompok eksperimen sedangkan kelompok
pedagogik guru?. Oleh karena itu tujuan yang tidak diberi treatment disebut kelompok
| 187
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
kontrol. Lokasi penelitian dilaksanakan di dua mengajar guru) di kelas dengan tujuan untuk
tempat, yaitu SMA Kristen YPKPM Ambon mengetahui kemampuan akhir dari kelompok
dan SMA Kartika XIII-I Ambon. Subyek eksperimen dan kelompok kontrol setelah
penelitian adalah guru-guru di SMA Kristen dilakukan treatment. Langkah Keempat
YPKPM Ambon dan SMA Kartika XIII-I Analisis Data. Setelah posttest diberikan,
Ambon yang masing-masing sampel guru yang dilakukan analisis untuk membandingkan hasil
diteliti berjumlah 32 guru yaitu 16 guru dari posttest antara kelompok eksperimen dan
SMA Kristen YPKPM, dan 16 Guru SMA kelompok kontrol.
Kartika XIII-I Ambon, alasan mendasar Teknik pengumpulan data dalam
memilih 16 guru dari masing-masing sekolah penelitian ini adalah pengumpulan data berupa
karena peneliti harus mengambil subyek yang penguasaan kompetensi pedagogik pada saat
memiliki kesamaan-kesamaannya pada tingkat posttest yang berupa lembar observasi yang
pendidikan, golongan, dan masa kerja. Variabel digunakan untuk mengumpulkan data tentang
dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu variabel penguasaan kompetensi pedagogik guru
bebas (X) dan variabel terikat (Y). Di dalam (kompetensi mengajar guru) di kelas. Pada
penelitian ini yang bertindak sebagai variabel observasi penguasaan kompetensi pedagogik
bebas (X) adalah tersupervisi klinis (X1) dan berupa kegiatan belajar mengajar di dalam
tanpa supervisi klinis (X2). Sedangkan untuk kelas yang telah teruji validitas dan realibilitasnya
variabel terikatnya (Y) adalah penguasaan kepada sampel guru. Teknik analisis data yang
kompetensi pedagogik (kompetensi mengajar) digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
guru. deskriptif dan analisis komparatif t yaitu dengan
Langkah-langkah dalam melakukan melihat perbedaan nilai kelompok eksperimen
pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu dan kelompok kontrol (posttest) pada
pertama melakukan Uji kesetaraan terhadap penguasaan kompetensi pedagogik guru dan
seluruh guru dengan signifikansi 5%. Jika angka regresi linear untuk mengetahui berapa besar
Signifikansi hitung kurang dari 0,05 maka pengaruh supervisi klinis terhadap penguasaan
sekolah tersebut tidak setara. Sedangkan jika kompetensi pedagogik.
angka signifikansi hitung lebih besar dari 0,05
HASIL PENELITIAN
maka sekolah tersebut setara. Menghitung uji
kesetaraan diperoleh dari skor penguasaan Pada hasil penelitian ini pelaksanaan
kompetensi pedagogik guru; langkah kedua supervisi klinis dilakukan sebanyak tiga kali
melakukan treatment, dalam penelitian ini kelas pada kelompok eksperimen yaitu SMA Kristen
eksperiment diberi treatment kepada guru- YPKPM Ambon dan pada kelompok kontrol
guru dalam pembelajaran di kelas yang yaitu SMA Kartika XIII-I Ambon tidak
tersupervisi klinis sedangkan pada kelompok dilakukan supervisi atau tanpa ada peran
kontrol pada guru-guru dalam pembelajaran di supervisor dalam supervisi.
kelas tanpa ada peran supervisor dalam Pelaksanaan supervisi:
melaksanakan supervisi klinis pada proses a. Pertemuan pertama
pembelajaran; Langkah ketiga melakukan Dilakukan pada 12-17 Januari 2015.
Posttest. Posttest berupa hasil Observasi di Adapun prosedur pelaksanaan supervisi klinis
kelas berdasarkan instrumen observasi dilakukan,
penguasaan kompetensi pedagogik (kompetensi 1. Tahap Perencanaan
188 |
Penguasaan Kompetensi Pedagogik Guru Tersupervisi Klinis dan Guru Tanpa Supervisi | Leinora Juliana Kaipatty dkk.
Pada tahap awal perencanaan, yang dilaku- untuk mengatasi kekurangan yang dihadapi
kan adalah supervisor, guru senior dan guru oleh guru, yang berdasarkan hasil data
yang diteliti, bersama-sama secara bertatap observasi yang telah dianalisis oleh super-
muka langsung, menciptakan suasana akrab, visor, maka selanjutkan dilakukan wawan-
untuk mereview, mendiskusikan, meng- cara dengan guru-guru yang bersangkutan
analisis, terkait dengan Pemetaan Standar untuk mendapatkan sebuah data yang
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi obyektif dengan membandingkan hasil
Dasar (KD), Penyusunan RPP, dan Silabus observasi dengan wawancara dan studi
yang sesuai dengan Permendiknas No.41 dokumentasi. Dari hasil observasi yang telah
tahun 2007 tentang Standar Proses, serta dianalisis oleh supervisor, wawancara
penyiapan materi ajar bagi guru yang diteliti. dengan guru yang diteliti dan dokumentasi
Kemudian dari guru yang belum paham kemudian dikumpulkan, dicatat sehingga
dalam menyusun RPP dengan baik, mulai mendapatkan kemantapan kebenarannya
secara individu dapat menyusun kembali data yang valid. Data yang telah dianalisis,
RPP dengan bimbingan dari guru senior yang memperoleh sebuah data dari kekurangan
memiliki basik pengetahuan yang sama. yang dilakukan oleh guru pada proses
2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran pembelajaran yaitu: 1) kurang mengaitkan
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran yang materi pengajaran dengan pengetahuan yang
dilakukan oleh supervisor untuk melakukan relevan, 2) kurang dalam penguasaan Kelas,
observasi di kelas. Adapun tahap observasi 3) kurang melibatkan siswa dalam peman-
ini dilakukan dengan dibantu instrument faatan media, 4) melakukan penilai akhir
observasi supervisi klinis yang menggunakan belum sesuai dengan kompetensi (tujuan)
kemampuan melaksanan pembelajaran yaitu pembelajaran, Belum terlihat pada penyam-
pelaksanaan pembelajaran mengajar guru paian pesan materi pada proses pembelajar-
(IPKG2). IPKG 2 seperti yang telah dibaku- an dengan gaya yang sesuai dalam menyam-
kan oleh Depdiknas serta Pedoman paikan pesan materi tersebut, 5) kurang
Penilaian Kinerja Guru dari Direktorat memberikan rangkuman akhir, dan tidak
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan ada keterlibatkan siswa secara bersama-
Tenaga Kependidikan Departemen sama dalam membuat rangkuman dari akhir
Pendidikan Nasional tahun 2008. Adapun materi pembelajaran, dan 6) Guru belum
hasil pengamatan atau observasi berdasar- optimal memanfaatkan hasil penilaian
kan kegiatan-kegiatan pada instrumen pencapaian pembelajaran untuk melakukan
dengan memiliki indikator dalam penilaian umpan balik kepada siswa belum dilaksana-
pada tabel 1. Kemudian hasil observasi yang kan karena kekurangan waktu.
tersaji dalam tabel 1 itu dianalisis oleh Dari hasil data kekurangan yang
supervisor. Hasil pada pertemuan pertama diperoleh, kemudian supervisor dapat melaku-
masih terlihat ada kekurangan yang kan beberapa langkah-langkah supervisi klinis
dilakukan guru dalam proses pembelajaran dalam mengatasi kekurangan yang dihadapi
di kelas yang belum menunjuk keberhasilan oleh guru pada proses pembelajaran di kelas.
karena baru mencapai nilai rata-rata 2,91. Penyelesaian masalah ini dilakukan bersama
3. Tahap Umpan Balik atau Refleksi dengan guru yang bersangkutan. Pengem-
Pada tahap balikan atau refleksi kegiatan ini, bangan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
| 189
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
190 |
Penguasaan Kompetensi Pedagogik Guru Tersupervisi Klinis dan Guru Tanpa Supervisi | Leinora Juliana Kaipatty dkk.
| 191
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
guru yang tersupervisi klinis dengan tanpa regresi 0,224, dengan nilai F sebesar 10,086
supervisi menghasilkan koefisien signifikansi dengan signifikansi 0,007<0,05 dan mem-
0,001<0,05 menyimpulkan H1 diterima Ho berikan sumbangan sebesar 41,9% terhadap
ditolak. Terlihat pada tabel 2. penguasaan kompetensi pedagogik yang
Sedangkan hasil dari pengaruh ditunjukkan oleh nilai RSguare Sebesar 0,419,
pelaksanaan supervisi klinis terhadap dengan penyimpangan estimasi yang mungkin
penguasaan kompetensi pedagogik mengguna- terjadi sebesar 5.729. Terlihat pada tabel 3.
kan regresi linear memperoleh nilai koefisien
Tabel 2 Hasil Uji Beda Postest Penguasaan Kompetensi Pedagogik antara Guru yang
Tersupervisi Klinis dengan Guru Tanpa Supervisi
Paired Samples Test
Paired Differences
95%
Confidence
Interval of the
Std. Std. Difference
Devia Error Sig. (2-
Lower Upper
Mean tion Mean T Df tailed)
Pair 1 Postest Eksperi
ment – Postest 8.250 7.887 1.972 4.047 12.453 4.184 15 .001
Kontrol
ANOVAb
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model T Sig.
Std. Beta
B
Error
1 (Constant) .448 19.493 .023 .982
SupervisiKlinis .224 .071 .647 3.176 .007
a. Dependent Variable:
Kompetensi Pedagogik
192 |
Penguasaan Kompetensi Pedagogik Guru Tersupervisi Klinis dan Guru Tanpa Supervisi | Leinora Juliana Kaipatty dkk.
| 193
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
klinis tidak diterapkan atau dilaksanakan secara 2. Besar pengaruh pelaksanaan supervisi klinis
baik. Chui Mi (2012) dalam hasil penelitiannya terhadap penguasaan kompetensi pedagogik
menyatakan bahwa supervisi klinis hanya guru sebesar 41,9%, sedangkan sisanya
dilaksanakan pada pemeriksaan administrasi 58,1% yang dipengaruhi oleh faktor/variabel
pembelajaran guru berupa RPP dan Silabus. lain. Artinya semakin tinggi skor supervisi
Sehingga, guru beranggapan bahwa mereka klinis maka semakin tinggi pula skor
mampu melaksanakan pembelajaran di kelas kompetensi pedagogik demikian pula
dengan baik. Maka dari hasil penelitiannya sebaliknya
bahwa supervisi klinis tidak effektif dilaksanakan Berdasarkan simpulan penelitian yang
dalam meningkatkan penguasaan kompetensi telah dipaparkan, maka dapat diajukan bebe-
pedagogik guru. rapa saran. Kepala Sekolah dapat meningkat-
Sedangkan hasil penelitian Hernadi kan penguasaan kompetensi pedagogik guru
(2010) bahwa pelaksanaan supervisi klinis, yang masih rendah, maka perlu dengan me-
guru-guru tidak dilibatkan pada tahap peren- nyelenggarakan dan meningkatkan supervisi
canaan pelaksanaan supervisi klinis sehingga klinis di sekolah yang dipimpinnya. Pengawas,
membuat guru tidak dapat memahami manfaat untuk meningkatkan penguasaan kompetensi
dari supervisi klinis tersebut, kemudian pada pedagogik guru di Kota Ambon yang masih
tahap umpan balik/pembinaan lanjutan tidak rendah, maka pengawas diharapkan mengawasi
dilakukan oleh supervisor dalam memperbaiki dan meningkatkan pengawasan ke seluruh satuan
kekurangan-kekurangan guru pada pelaksana- pendidikan termasuk satuan pendidikan SMA
an pembelajaran sehingga membuat hasil dari dengan cara memberikan supervisi klinis
supervisi klinis tidak meningkatkan kompetensi langsung kepada guru-guru dalam peningkatan
pedagogik. penguasaan kompetensi pedagogik. Untuk
Sesuai yang diajukan pada penelitian penyempurnaan penelitian disarankan kepada
ini bahwa terdapat perbedaan yang signifikan penelitian lanjutan untuk mengadakan penelitian
antara guru yang tersupervisi dengan guru tanpa dengan mengkaji lebih dalam pada setiap tahap
supervisi sehingga pelaksanaan supervisi klinis pelaksanaan supervisi klinis yaitu pada tahap
yang dilaksanakan memberikan pengaruh perencanaan, pelaksanaan dan umpan balik
dalam peningkatan penguasaan kompetensi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari
pedagogik (kompetensi mengajar) guru. tiap-tiap tahap supervisi tersebut, sehingga
dalam penelitian lanjutan ini peneliti dapat
SIMPULAN DAN SARAN
memakai (multiple regresion).
Kesimpulan penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut: DAFTAR PUSTAKA
1. Ada perbedaan penguasaan kompetensi Achelson, K. dan Gall, M. 1992. Techniques
pedagogik antara guru yang tersupervisi In The Clinical Supervision of Teachers
klinis di SMA Kristen YPKPM Ambon (Preservice and Inservice Application).
dengan tanpa supervisi di SMA Kartika New York: Longman.
XIII-I Ambon. Artinya bahwa supervisi ———2003. Using Clinical Supervision in
klinis yang dilakukan dapat meningkatkan Teacher Evaluation. In Clinical
penguasaan kompetensi pedagogik guru. Supervision and Teacher Development
194 |
Penguasaan Kompetensi Pedagogik Guru Tersupervisi Klinis dan Guru Tanpa Supervisi | Leinora Juliana Kaipatty dkk.
| 195
Efektifitas Penerapan Project Based Learning Berbantuan Web 2.0 Tools dan Deming Cycle | Nohel Yemima
Kelola
Jurnal Manajemen Pendidikan ISSN 2443-0544
Magister Manajemen Pendidikan
Volume: 2, No.2, Juli-Desember 2015
FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
jurnalkelola@gmail.com Halaman: 196-202
Nohel Yemima
nohelyemima@gmail.com
Alumni Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan
FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRACT
| 195
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
oleh Arikunto & Yuliana (2012:5) bahwa & Mostert (2014) dalam penelitiannya tentang
manajemen kelas merupakan “suatu kegiatan potensi Moodle dengan blended learning
terkecil dalam usaha pendidikan yang justru management system bagi guru matematika di
merupakan “dapur inti” dari seluruh jenis Afrika Selatan membuktikan bahwa interaksi
manajemen pendidikan”. Oleh karena itu, antara dosen dan siswa meningkat ketika
peningkatan kualitas pendidikan harus dimulai menggunakanMoodle sehingga dapat dikatakan
dari peningkatan kualitas pembelajaran. Di bahwa penggunaan LMS dapat meningkatkan
dalam pembelajaran tentunya peran manajemen efisiensi dan keaktifan dalam pembelajaran.
menjadi sangat penting untuk meningkatkan Namun demikian pernyataan Noam Chomsky
efisiensi dan efektifitas pembelajaran yang pada yang dikutip oleh George Veletsianos (2014)
akhirnya bermuara pada peningkatan mutu terkait peran teknologi dalam dunia pendidikan
pendidikan secara kongkrit, efektifitas dan adalah sebagai berikut.
efisiensi kerjasama antara guru dengan siswa “As far as technology itself and
education is concerned, technology is
dan antar siswa dengan siswa menjadi penentu
basically neutral. It’s like a hammer. The
dalam keberhasilan sebuah pembelajaran. hammer doesn’t care whether you use it
Untuk meningkatkan kualitas pem- to build a house or whether on torture,
belajaran dibutuhkan sarana pendidikan yang using it to crush somebody’s skull, the
menunjang dengan manajemen yang efektif dan hammer can do either.”
efisien. Oleh karena itu, peran dari manajemen Pernyataan Chomsky ini menunjukan
sarana pendidikan sangatlah penting. Arikunto bahwa berhasil atau tidaknya penggunaan
dan Yuliana (2012:187) menjelaskan bahwa teknologi sangat tergantung pada penggunanya.
“sarana pendidikan adalah semua fasilitas Oleh karena itu, jika LMS digunakan dalam
yang diperlukan dalam proses belajar pembelajaran maka selain aspek familiarity
mengajar baik yang bergerak maupun tidak
terhadap teknologi, aspek manajemen peng-
bergerak agar pencapaian tujuan pendidik-
an dapat berjalan dengan lancar, teratur, gunaan teknologi juga menjadi sangat penting
efektif, dan efisien” untuk keberhasilan sebuah pembelajaran.
Faktor utama berikutnya selain faktor
Dari penjelasan tersebut, media pembe-
manajemen, faktor pendidik memiliki peranan
lajaran berupa media audio, visual dan media
yang sangat penting juga dalam dunia pen-
audio visual merupakan sarana manjemen yang
didikan. Keberhasilan sebuah Negara dalam
tidak bergerak yang penting untuk peningkatan
dunia pendidikan tidak bergantung pada system
kualitas pembelajaran jika digunakan dengan
yang kuat tetapi kualitas pendidik yang pro-
tepat. Selain itu, peran multimedia seperti
fessional. McKinsey mengatakan bahwa
software pembelajaran ataupun Learning
“kualitas sistem pendidikan tidak dapat melebihi
Management System (LMS) seperti Moodle,
kualitas guru” (Barber & Mourshed, 2007.
Blackboard, Joomla dan lain-lain sebagainya
p.13). Selanjutnya dijelaskan bahwa keyakinan
juga merupakan sarana peranti lunak yang
bahwa perubahan organisasi bisa memicu
dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi
prestasi yang lebih baik merupakan hal yang
dan efektifitas pembelajaran di kelas. Beberapa
naif. Dengan demikian tentunya peran guru
penelitian telah menunjukan bahwa penggunaan
dalam menghasilkan siswa yang berprestasi
LMS dengan manajemen yang baik dapat
sangatlah besar.
meningkatkan kualitas pembelajaran. Ndlovu
196 |
Efektifitas Penerapan Project Based Learning Berbantuan Web 2.0 Tools dan Deming Cycle | Nohel Yemima
| 197
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
Beberapa contoh Web 2.0 adalah facebook, posttest pada kedua kelompok tersebut. Quasi
twitter, skype, learning management system eksperimen atau eksperimen semu dipilih
(LMS) seperti Moodle, Blackboard, Joomla, karena peneliti sulit mendapatkan kelompok
Schoology, dan lain sebagainya. kontrol selain itu dalam penentuan kelompok
Oleh karena itu, dalam penelitian ini eksperimen dan kontrol tidak dilakukan secara
peneliti mencoba membandingkan efektifitas random.
penerapan PBL yang selama ini dilaksanakan Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian
dengan PBL berbantuan Web 2.0 dengan siklus
manajemen Deming. Dengan demikian judul Penelitian ini dilakukan di Program
penelitian eksperimen ini adalah “Efektifitas Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas
Penerapan Project Based Learning berbantuan Kristen Satya Wacana.Dilaksanakan mulai bulan
Web 2.0 tools dan Mangement cycle Deming Mei 2014 hingga Agustus 2014. Subjek dalam
pada Matakuliah Pemecahan Masalah penelitian ini adalah siswa PGSD angkatan
Matematika bagi siswa PGSD UKSW. 2011 sebanyak dua kelas dengan jumlah siswa
Berdasarkan latar belakang masalah sebanyak 52 siswa yang mana 26 siswa akan
maka dapat dirumuskan masalah dalam dijadikan sebagai kelompok eksperimen dan
penelitiam yaitu: Apakah ada perbedaan 26 siswa sebagai kelompok kontrol.
efektifitas antara penerapan Project Based Variabel Penelitian
Learning (PBL) berbantuan Web 2.0 tools dan
a. Variabel Bebas (X)
Deming cycle dengan PBL tanpa berbantuan
Variabel bebas adalah variabel yang mem-
Web 2.0 dan tanpa bantuan Deming Cycle
pengaruhi variabel terikat (Priyatno 2010:3).
terhadap prestasi belajar siswa PGSD UKSW
Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah
dalam matakuliah Pemecahan Masalah
penggunaan Project Based Learning berbantuan
Matematika SD?
Web 2.0 tools dan Deming Cycle
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui seberapa besar efektifitas b. Variabel Terikat (Y)
penerapan Project Based Learning berbantuan Variabel terikat adalah variabel yang nilainya
Web 2.0 tools dan Deming Cycle (PDCA) dipengaruhi oleh variabel lain (Priyatno 2010:3).
terhadap hasil belajar Matematika pada Dalam penelitian ini yang menjadi variable
matakuliah Pemecahan Masalah Matematika terikat adalah hasil belajar siswa pada
mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar, matakuliah Pemecahan Masalah Matematika.
Universitas Kristen Satya Wacana semester
antara tahun 2013-2014. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam
METODE PENELITIAN
penelitian eksperimen untuk mengetahui
Jenis dan Lokasi Penelitian efektifitas pada kelas eksperimen setelah meng-
Jenis penelitian yang digunakan dalam gunakan PBL berbantuan Web 2.0 tools dan
penelitian ini adalah quasi eksperimen dimana Deming Cycle adalah melalui observasi dan
akan terdapat dua kelompok yang diteliti yaitu tes. Dalam penelitian ini digunakan dua kelas
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. dengan mata kuliah yang sama. Salah satu kelas
Dalam penelitian ini dilakukan pretest dan menjadi kelompok kontrol dengan Project
198 |
Efektifitas Penerapan Project Based Learning Berbantuan Web 2.0 Tools dan Deming Cycle | Nohel Yemima
Matematika Xi
i 1
n
| 199
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
200 |
Efektifitas Penerapan Project Based Learning Berbantuan Web 2.0 Tools dan Deming Cycle | Nohel Yemima
mereka cenderung aktif memberikan komentar signifikan antara hasil belajar mahasiswa pada
terhadap pekerjaan teman mereka melalui mata kuliah pemecahan masalah matematika di
Schoology. Selain itu juga dosen memberikan kelompok eksperimen dengan kelompok
feedback terhadap pekerjaan mahasiswa. kontrol. Penerapan PBL berbantuan Web 2.0
Perbaikan yang dilakukan membuat produk tools dan Deming Cycle di kelompok
yang dihasilkan semakin lebih baik. Kedua, dari eksperimen dapat dinyatakan efektif terhadap
segi waktu, mahasiswa dan dosen dapat saling peningkatan hasil belajar mahasiswa. Hal ini
berkomunikasi kapan saja diluar pertemuan di disebabkan oleh lima faktor utama. Pertama,
kelas. Oleh karena tidak adanya batasan waktu mahasiswa aktif melakukan diskusi dan
dan ruang, memungkinkan mahasiswa untuk perbaikan terkait proyek yang dikerjakan.
aktif berdiskusi online diluar tatap muka. Ketiga, Kedua, akftifitas diskusi tidak dibatasi oleh
dengan terlaksananya siklus PDSA mahasiswa waktu dan ruang. Ketiga, siklus Deming Cycle
memiliki kebiasaan untuk memperbaiki menolong mahasiswa untuk dapat melakukan
produknya secara terus menerus lewat komen- perbaikan terus menerus terhadap produk yang
tar dan masukan dari dosen maupun teman dihasilkan. Keempat, mahasiswa dapat saling
mereka. Proses perencanaan, pelaksanaan, belajar dari pekerjaan teman dari kelompok
analisa, dan tindakan dapat dimonitor dan lain sehingga setiap mahasiswa dapat
didokumentasikan oleh dosen lewat LMS mempelajari seluruh materi yang diberikan
sehingga proses PDSA dapat berjalan dengan dosen melalui masing-masing kelompok.
baik. Keempat, dengan menganalisa dan Kelima, mahasiswa memiliki rasa kepemilikan
memberikan komentar terhadap pekerjaan terhadap proyek yang dikerjakan. Hal ini
kelompok lain. Dengan demikian setiap menyebabkan motivasi mereka meningkat
mahasiswa secara tidak langsung mempelajari karena mereka diberikan kebebasan untuk
dan menganalisa pekerjaan mereka sendiri dan secara kreatif membuat dan mempresentasikan
temannya. Dengan demikian setiap mahasiswa hasil karya mereka menggunakan Web 2.0
dapat memahami semua materi yang diberikan tools.
dosen kepada setiap kelompok. Kelima, Bedasarkan data statistika, ditemukan
motivasi mahasiswa meningkat karena adanya bahwa terdapat perbedaan yang cukup
rasa kepemilikan mereka akan produk yang signifikan antara rata-rata “Gain” kelompok
dikerjakan. Hal itu terlihat dari meningkatnya kontrol dengan “Gain” kelompok eksperimen
intensitas komunikasi mahasiswa terkait proyek dengan selisih sebesar 15.7692. Setelah
yang dikerjakan. Mahasiswa diberikan dilakukan uji T, nilai T hitung 3.665 memiliki
kebebasan untuk secara kreatif menyajikan signifikansi sebesar 0.001 kurang dari 0.05
produknya dengan cara yang kreatif maka dapat disimpulkan bahwa kelompok
menggunakan Web 2.0. eksperimen menunjukan perubahan yang
signifikan dibandingkan kelompok kontrol.
PENUTUP Berdasarkan temuan tersebut maka dapat
Simpulan disimpulkan bahwa H 1 diterima karena
penerapan PBL dengan Web 2.0 dan Deming
Berdasarkan hasil analisis data dan
Cycle efektif meningkatkan hasil belajar
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa dari
mahasiswa PGSD, UKSW pada mata kuliah
segi efektifitas, terdapat perbedaan yang
Pemecahan Masalah Matematika.
| 201
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
202 |
Evaluasi Hidden Curriculum SMP...|Neni Lestari & Bambang S. Sulasmono
Kelola
Jurnal Manajemen Pendidikan ISSN 2443-0544
Magister Manajemen Pendidikan
Volume: 2, No.2, Juli-Desember 2015
FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
jurnalkelola@gmail.com Halaman: 203-213
Neni Lestari
nenilestri@gmail.com
Alumni Program Pasca Sarjana Manajemen Pendidikan
FKIP - Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRACT
This study aimed to evaluate the implementation and impact of Hidden Curriculum,
as well as the determinant factors of success and sustainability in SMPN 2 Boja
Kendal. This study was an evaluative research using qualitative approach. The data
collected by using observation, interviews, and documentation. Data analyzed by
collecting and selecting to be deduce. Validity used triangulation data that combined
the result of observation, interviews, and documentation. The results of the study
were: 1) The activities of hidden curriculum development at SMPN 2 Boja Kendal,
namely: flag ceremony, school environmental management, establishing and enforcing
discipline, special religious worship, smiles, greetings and courtesies, exemplary,
relationship among students and principal, teachers, and staff, school canteen
services. 2) The impact of the hidden curriculum development was the changing of
school community’s behavior being better, created clean and beautiful school
environment, the improvement of public trust to the school toward their kids’ education.
Development of the hidden curriculum could establish students good character and
an optimal achievement as well as a good school culture. 3) Internal supporting
factors including: qualified human resources, the availability of school facilities,
school environment was clean and beautiful. External supporting factors occur in
the form of endorsement of the parents, school committees and communities in
establishing good and virtuous character for the students.
Keywords: Program Evaluation, Goal Free Model, Hidden Curriculum
| 203
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
204 |
Evaluasi Hidden Curriculum SMP...|Neni Lestari & Bambang S. Sulasmono
adalah hasil dari desakan sekolah, tugas baca Mengingat pentingnya manfaat hidden
buku yang memberikan efek yang tak diinginkan curriculum bagi perkembangan karakter
begitu pula kebutuhan untuk mempengaruhi peserta didik dalam proses maupun pasca
orang lain agar menyetujui sesuatu yang pembelajaran, maka hidden curriculum perlu
diharapkan. Melalui interaksi kelas dan testing memperoleh pengelolaan yang positif dari pihak
guru-guru secara sadar dapat mengubah cita- sekolah. Dalam hal ini, tentunya mencakup
cita pendidikan yang dimintakan. Sedangkan bagaimana hidden curriculum di sekolah
H. Dakir, dikutip sebagai menyatakan bahwa maupun pengendalian dan pengevaluasinya
hidden curriculum adalah kurikulum yang untuk menghasilkan tindak lanjut yang lebih
tidak direncanakan, tidak diprogram dan tidak baik.
dirancang tetapi mempunyai pengaruh, baik Dalam rangka mewujudkan tujuan
secara langsung maupun tidak langsung pendidikan nasional yang erat kaitannya dengan
terhadap output dari proses belajar mengajar. pembentukan karakter peserta didik di SMP
Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan Negeri 2 Boja mempunyai visi “Luhur Budi
bahwa hidden curriculum adalah segala Pekerti Unggul dalam Prestasi”. Tujuan yang
pengalaman belajar yang di alami para siswa di akan dicapai dalam kurun waktu 5 tahun
luar pengalaman belajar yang bersumber dari kedepan antara lain: mengembangkan ling-
kurikulum formal. kungan pendidikan yang kondusif, bersih,
Menurut Rohinah (2012: 3) kurikulum indah, nyaman, rindang dan asri dengan
sebagai dokumen dan sebagai konsep yang ditunjang pembentukan pendidikan nilai-nilai
disebut kurikulum ideal tidak mempunyai luhur dengan berlandaskan bertaqwa dan
makna apa-apa jika tidak dilaksanakan oleh akhlak mulia, dan menumbuhkan semangat
pendidik dalam proses pengajaran dan Nasionalisme peserta didik melalui Pembinaan
pembelajaran di dalam atau di luar kelas. Proses Nasionalisme yang terintegrasi dengan mata
pelaksanaan dan penerapan kurikulum menjadi pelajaran.
salah satu materi tersendiri disebut sebagai Dari pengamatan awal nampak bebe-
kurikulum tersembunyi. Apa yang dilakukan rapa hidden curriculum di SMP Negeri 2 Boja
oleh guru di dalam dan di luar sekolah akan antara lain kegiatan bersalaman di pagi hari, guru
menjadi pengalaman belajar yang sangat mem- menyambut peserta didik dengan senyum, sapa,
pengaruhi peserta didik. Pengalaman belajar salam sekaligus mengecek ketertiban dalam
peserta didik di sekolah dalam pelaksanaan berseragam, kebersihan kuku, tagihan kosa
kurikulum ideal disebut sebagai kurikulum yang kata Bahasa Inggris dipandu peserta didik
sebenarnya (real curriculum) atau kurikulum pilihan, kegiatan sholat dhuhur berjamaah,
faktual (factual curriculum). Dengan demikian upacara bendera dan perwalian, senam dan
kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) kebersihan, pengelolaan kelas, pemasangan
adalah segala sesuatu yang terjadi pada saat tulisan dan gambar-gambar yang memotivasi
pelaksanaan kurikulum ideal menjadi kurikulum di kelas dan lokasi-lokasi yang strategis.
faktual. Sebagai contoh segala sesuatu yang Namun demikian, belum semua warga sekolah
terjadi dalam kelas, seperti kebiasaan guru, memiliki komitmen yang sama dalam kegiatan-
kepala sekolah, tenaga kependidikan atau kegiatan tersebut. Berangkat dari permasalahan
bahkan peserta didik itu sendiri. tersebut peneliti mengadakan penelitian dengan
| 205
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
judul “Evaluasi Hidden Curriculum di SMP terprogram yang diwujudkan melalui keteladanan
Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal”. guru dan pembiasaan budaya sekolah. (2)
Beberapa kajian terdahulu tentang Strategi pengembangan hidden curriculum
hidden curriculum yang relevan dengan dilakukan melalui: (a) pembiasaan peserta didik
penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, untuk menerapkan budaya 7S (salam, salim,
penelitian Khairun Nisa’ (2009) yang berjudul senyum, sapa, santun, sehat dan sabar), (b)
Hidden Curriculum: Upaya Peningkatan pelatihan kepemimpinan peserta didik, (c)
Kecerdasan Spiritual Peserta didik. Hasil penerapan jam motivasi untuk guru, (d)
kajiannya menunjukkan bahwa penerapan penciptaan lingkungan sekolah yang kondusif.
hidden curriculum dapat membantu pencapaian (3) karakteristik kepala sekolah perempuan
tujuan pendidikan nasional yang diinginkan, dalam mengembangkan hidden curriculum
peserta didik tidak hanya cerdas secara intelek- mengacu pada dua aspek yaitu: (a) berkaitan
tual, tetapi juga cerdas secara spiritual. Oleh dengan karakter kepala sekolah yang feminis
karena itu, hidden curriculum harus menjadi sebagai seorang perempuan yang dapat dilihat
kajian evaluatif dalam proses perbaikan dan pada integritas kepala sekolah, gaya kepemim-
pengembangan sekolah. Kedua, penelitian Sigit pinan kepala sekolah, kemampuan manajerial
Wahyono (2010) yang berjudul Inovasi kepala sekolah serta kompetensi kepala
Hidden Curriculum pada Pesantren Berbasis sekolah, (b) berkaitan dengan faktor penentu
Entrepreneurship (Studi Kasus di Pondok keberhasilan hidden curriculum yang meliputi
Pesantren Al Isti’anah Plangitan Pati). Hasil kewenangan kepala sekolah, peran guru dalam
dari penelitian ini adalah inovasi pendidikan mengawal pelaksanaan hidden curriculum,
entrepreneurship yang diaplikasikan dalam dukungan orang tua, serta otonomi sekolah. (4)
bidang- antara lain: 1) visi seorang kyai atau dukungan komponen sekolah dalam pelaksanaan
bahasa sederhananya, impian dan keinginan hidden curriculum menjadi langkah strategis
seorang kyai dalam membentuk tradisi dan bagi pengembangan karakter positif peserta
aktifitas keseharian dalam pondok pesantren, didik. (5) kendala pelaksanaan hidden
2) pola hubungan yang dibangun antara sesama curriculum bersumber dari dua hal yaitu (a)
santri, antara santri dengan ustadz dan santri internal sekolah berupa minimnya kesadaran
dengan pengasuh/kyai, 3) peraturan, rutinitas guru dalam menjalankan program yang telah
sehari-hari dan kebijakan yang ada dan ditetapkan yang berdampak pada pelanggaran
diterapkan dalam aktivitas keseharian pada terhadap komitmen yang telah disepakati.
Pondok Pesantren Al-Isti’anah. Ketiga, Solusinya dilakukan melalui upaya-upaya
penelitian Wijayanto (2014) dengan judul sistematis dengan mencatat setiap pelanggaran
Kepemimpinan kepala sekolah perempuan yang dilakukan oleh guru kedalam buku kasus,
dalam mengembangkan hidden curriculum mengingatkan kembali akan tanggung jawab
(studi kasus di SD Plus Al-Kautsar Malang). dan peran sebagai pendidik, pemberian teguran
Hasil penelitian sebagai berikut: (1) Hidden prosedur yang berlaku hingga pengurangan jam
curriculum yang dikembangkan difokuskan mengajar bagi guru. (b) eksternal sekolah berupa
pada dua aspek yaitu: (a) kegiatan terprogram minimnya kesadaran orang tua dalam pendidikan
yang diwujudkan melalui misi sekolah serta anaknya yang berdampak pada kepedulian
kegiatan ekstrakurikuler dan (b) kegiatan tidak orang tua untuk mendukung setiap aktifitas
206 |
Evaluasi Hidden Curriculum SMP...|Neni Lestari & Bambang S. Sulasmono
positif peserta didik. Solusinya dilakukan melalui maka rumusan permasalahan dalam penelitian
pembentukan Forum Komunikasi Kelas, ini adalah: a) bagaimana pelaksanaan Hidden
membentuk SMS Centre, dan optimalisasi Curriculum di SMP Negeri 2 Boja Kabupaten
website sekolah. (6) dampak karakter yang Kendal?, b) apa dampak dari Hidden
dibangun dari hidden curriculum yaitu: (a) Curriculum di SMP Negeri 2 Boja Kabupaten
perubahan perilaku warga sekolah ke arah yang Kendal?, dan c) apa faktor-faktor penentu
lebih baik, (b) terwujudnya suasana sekolah keberhasilan dan keberlanjutan Hidden
yang nyaman dan menyenangkan, (c) ter- Curriculum di SMP Negeri 2 Boja Kabupaten
bangunnya kesadaran peserta didik akan Kendal?. Oleh karena itu tujuan dari penelitian
batasan-batasan perilaku yang harus dijalankan, ini adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan
dan (d) tumbuhnya kepercayaan masyarakat Hidden Curriculum, dampak dari pengelolaan
pada sekolah untuk pendidikan putra-putrinya Hidden Curriculum, dan faktor-faktor penentu
Keempat, penelitian “Hidden Curri- keberhasilan dan keberlanjutan Hidden
culum Contributing to Social Production- Curriculum di SMP Negeri 2 Boja, berdasarkan
Reproduction in a Math Classroom” oleh Acar atas jawaban ketiga masalah penelitian di atas
Esin (2012), membuktikan bahwa kegiatan akan dirumuskan beberapa masukan bagi
kurikuler dan ekstrakurikuler seringkali perbaikan pengelolaan hidden curriculum di
dilingkari oleh pengaruh keputusan budaya/ SMP N 2 Boja, Kendal.
kebiasaan. Di samping itu, sebuah kelas mate- Jadi penelitian ini diharapkan bisa
matika dasar menunjukkan bahwa murid-murid memberikan manfaat baik secara teoritis dan
dibentuk dari budaya dan pola sosial yang praktis bagi para pemerhati pendidikan. Secara
memudar lebih dari yang diharapkan. Kelima, teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat
penelitian oleh Zuhal Cubukcu (2012) berjudul memberi pengetahuan kepada peneliti dan
“The Effect of Hidden Curriculum on pembaca mengenai hidden curriculum
Character Education Process of Primary terhadap terbentuknya karakter peserta didik
School Students” adalah penelitian yang meng- dan memberi sumbangan bagi pengembangan
gunakan model studi kasus dengan tujuan untuk teori tentang kurikulum khususnya kurikulum
mengetahui kegiatan yang mendukung dan tersembunyi. Secara praktis, bagi kepala sekolah
pandangan siswa yang berpartisipasi dalam dan guru hasil penelitian ini diharapkan dapat
kegiatan ini tentang pentingnya kurikulum memberikan kontribusi dalam perkembangan
tersembunyi dalam mendapatkan nilai dalam pendidikan yang berkaitan dengan pembentukan
pendidikan karakter di sekolah dasar. Hasilnya karakter peserta didik sehingga pada akhirnya
kegiatan yang mendukung kurikulum tersembunyi dapat memberikan kepuasan (satisfaction),
antara lain seperti kegiatan sosial dan budaya, kepercayaan (trust), dan pelayanan (service)
kegiatan waktu luang dan kegiatan sportif, kepada masyarakat luas dan pemakai jasa
perayaan hari-hari khusus dan minggu, karya pendidikan (stakeholders) terhadap lembaga
klub sosial. Semua kegiatan itu dianggap sebagai pendidikan khususnya di SMP Negeri 2 Boja.
sarana yang bagi siswa sekolah dasar dalam METODE PENELITIAN
memahami, menginternalisasi dan mewujud-
nyatakan nilai-nilai. Jenis penelitian ini adalah penelitian
Sejalan dengan latar belakang evaluatif dengan pendekatan kualitatif.
masalah dan kajian beberapa penelitian di atas Penelitian evaluatif dalam hal ini adalah
| 207
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
penelitian yang berupaya mengevaluasi sesuatu hidden curriculum di sekolah yang bernuansa
untuk memperoleh hasil secara maksimal. positif dan memberikan manfaat bagi sekolah.
Dalam penelitian ini jenis evaluasi yang Sebaliknya, pihak sekolah menghentikan
digunakan peneliti adalah model Goal Free berbagai program kegiatan di sekolah jika
Evaluation (Arikunto & Jabar, 2014). Subyek kegiatan tersebut bernuansa negatif. Hal ini
utama dalam penelitian ini adalah Kepala sebagai bentuk tanggungjawab pihak sekolah
Sekolah, guru dan peserta didik di SMP Negeri pada hidden curriculum sekolah.
2 Boja baik yang aktif maupun pasif dalam Hidden Curriculum di SMP Negeri 2
mengikuti proses pembelajaran. Pengumpulan Boja berlangsung dengan baik karena memiliki
data dalam penelitian ini, peneliti berfungsi tujuan yang mengarah pada tercapainya peserta
sebagai pelaku dan instrumen. Adapun untuk didik yang memiliki pengetahuan, berakhlak
mengumpulkan data digunakan beberapa mulia dan berkarakter. Pada akhirnya nanti
teknik yaitu observasi, wawancara, dan hidden curriculum di SMP Negeri 2 Boja
dokumentasi. Peneliti dalam mengambil data dapat membentuk budaya sekolah yang baik,
menggunakan beragam sumber data yang sehingga mampu menumbuhkan kepercayaan
berbeda-beda. Artinya data yang sama atau masyarakat pada sekolah untuk pendidikan
sejenis akan lebih valid kebenarannya apabila putra putrinya.
digali dari beberapa sumber data yang berbeda, Kepala sekolah sebagai manajer di
yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi sekolah memberikan dukungan dalam bentuk
untuk sebagai sumber triangulasi data yang riil dan berperan pada setiap kegiatan di sekolah
sama secara serempak. dalam bentuk keteladanan guna menumbuhkan
program hidden curriculum di SMP Negeri 2
HASIL PENELITIAN DAN
Boja.
PEMBAHASAN
Keberadaan guru sebagai tenaga
Hasil Penelitian pendidik memiliki posisi strategis dalam
Bentuk kegiatan pengembangan hidden mendampingi peserta didik. Peran guru dalam
curriculum di SMP Negeri 2 Boja antara lain: pelaksanaan hidden curriculum di SMP
budaya 3S (senyum, salam, dan sapa), Negeri 2 Boja tidak terbatas, baik pada saat
keteladanan seluruh warga sekolah, membina pembelajaran di kelas maupun di luar kelas.
hubungan baik antar warga sekolah, upacara Aktivitas peserta didik dalam pelak-
bendera, pengelolaan kelas dan lingkungan sanaan hidden curriculum di SMP Negeri 2
sekolah seperti kebersihan dan kesehatan kelas Boja berlangsung secara alamiah dengan latar
dan lingkungan sekolah, mengintegrasikan nilai- belakang yang berbeda dan pengalaman hidup
nilai dalam proses pembelajaran, ibadah khusus masing-masing. Peserta didik menjadi lebih aktif
keagamaan, dan layanan kantin sekolah dan karena adanya dukungan kepala sekolah dan
kantin kejujuran. guru sehingga terbina potensi karakter peserta
Pelaksanaan hidden curriculum di didik yang positif.
SMP Negeri 2 Boja merupakan integrasi Pelaksanaan hidden curriculum di
kerjasama antar pihak sekolah. Kepala sekolah SMP Negeri 2 Boja Kendal memunculkan
didukung oleh para guru dan peserta didik banyak manfaat sebagai dampak positif yang
berkomitmen melestarikan keberlangsungan bermuara pada terbentuknya peserta didik
berkarakter bangsa dengan prestasi yang
208 |
Evaluasi Hidden Curriculum SMP...|Neni Lestari & Bambang S. Sulasmono
Tabel 1 Gambaran umum dampak kegiatan pengembangan hidden curriculum di SMP Negeri 2 Boja
Kegiatan Hidden
Pihak yang terlibat Dampak
Curriculum
Budaya 3S (senyum, salam, Peserta didik, guru, - Peserta didik secara spontan memberi salam,
dan sapa) kepala sekolah, dan bersalaman, dan mencium tangan ketika
tenaga kependidikan dimanapun berjumpa dengan guru, KS,
maupun tenaga kependidikan
Upacara Bendera Peserta didik, guru, - Kedisiplinan peserta didik terbentuk
kepala sekolah, dan
tenaga kependidikan
Membangun kedisiplinan Peserta didik, guru, - Peserta didik menjadi lebih tertib dan santun
kepala sekolah, dan dalam berpakaian, lebih sopan dalam bersikap
tenaga kependidikan, dan berperilaku
orang tua - Orang tua mengapresiasi adanya komunikasi
yang dilakukan terkait dengan pelanggaran
peserta didik
Pengelolaan kelas dan Peserta didik, guru, - Peserta didik menjadi lebih peduli terhadap
lingkungan sekolah kepala sekolah, kebersihan dan kesehatan
(kebersihan, kesehatan, dan koordinator 7K, tenaga Lingkungan yang bersih, indah dan asri.
mengelola kelas) kependidikan dan wali Suasana ruang dan kelas yang nyaman
kelas untuk belajar
Ibadah khusus keagamaan Peserta didik, guru - Peserta didik dapat beribadah sholat duhur
agama, wali kelas, lebih tepat waktu
kepala sekolah dan
pembantu kepala sekolah
Pengintegrasian nilai-nilai Peserta didik, guru, - Pembelajaran di kelas berlangsung lebih
dalam proses pembelajaran kepala sekolah, tenaga kondusif
kependidikan - Peserta didik lebih memahami bahwa
nilai/norma tidak hanya dipelajari pada mapel
Agama dan PKn saja.
Keteladanan Warga Sekolah Semua warga sekolah - Peserta didik lebih menata perilaku, tutur kata
yang santun di sekolah.
- Kebiasaan guru datang tepat waktu ketika
mengajar di kelas berpengaruh kepada
pembentukan kepribadian peserta didik.
- Perubahan perilaku warga sekolah menjadi
lebih baik
Hubungan antar warga Peserta didik, guru, - Terbina kedekatan peserta didik dengan kepala
sekolah kepala sekolah, tenaga sekolah, guru, tenaga kependidikan sehingga
kependidikan tercipta suasana kekeluargaan yang lebih
kental.
- Tercipta hubungan yang harmonis antar warga
sekolah sehingga jarang terjadi konflik
Layanan kantin sekolah dan Peserta didik, guru, - Kondisi kantin sekolah yang kurang
kantin kejujuran kepala sekolah, tenaga representatif menimbulkan peserta didik
kependidikan pengurus kurang dalam memperhatikan kesehatan,
OSIS, pengelola kantin kebersihan, saling menghargai, dan disiplin
waktu
- Layanan kantin kejujuran belum mampu
mendidik pemahaman dan perilaku jujur
dalam lingkungan skala kecil yaitu disekolah
Sumber: Data penelitian, diolah
| 209
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
210 |
Evaluasi Hidden Curriculum SMP...|Neni Lestari & Bambang S. Sulasmono
bernapaskan nilai-nilai luhur bangsa dan agama pada mata pelajaran Agama dan PKn saja tetapi
(Anas Salahudin, 2013: 42) . pada semua mata pelajaran.
Selaras dengan penelitian Khairun Nisa’ Selain mata pelajaran Agama dan PKn,
(2009) bahwa penerapan hidden curriculum nilai-nilai juga dipelajari pada mata pelajaran
bertujuan agar peserta didik tidak hanya cerdas lainnya seperti penelitian Esin Acar (2012) bahwa
secara intelektual, tetapi juga cerdas secara dalam kelas matematika dasar peserta didik
spiritual, sehingga hidden curriculum menjadi dapat dibentuk dari budaya dan pola sosial yang
kajian evaluatif dalam proses perbaikan dan telah memudar.
pengembangan sekolah. Kegiatan ibadah khusus keagamaan
sangat didukung oleh kondisi masyarakat Kendal
Dampak Hidden Curriculum di SMP
yang agamis sehingga seharusnya tidak sulit untuk
Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal
membentuk generasi yang berakhlak mulia.
Pengembangan hidden curriculum di Berdasarkan uraian tersebut bisa
SMP Negeri 2 Boja memberikan dampak positif dikatakan bahwa pelaksanaanhidden curriculum
antara lain: 1) peningkatan kedisiplinan dan di SMP Negeri 2 Boja Kendal berdampak pada
nasionalisme pada kegiatan upacara bendera; 2) perubahan perilaku warga sekolah kearah yang
terwujudnya lingkungan sekolah menjadi bersih lebih baik, terwujudnya suasana sekolah yang
dan asri, dan peserta didik terbiasa membuang bersih dan asri, aman dan nyaman, tumbuhnya
sampah di tempatnya pada kegiatan pengelolaan kepercayaan masyarakat pada sekolah akan
lingkungan sekolah, 3) kegiatan membangun dan pendidikan putra putrinya. Disamping itu
menegakkan kedisiplinan, berdampak pada pengembangan hidden curriculum dapat
ketertiban dan kedisiplinan peserta didik di membentuk peserta didik berkarakter dengan
sekolah meningkat, 2) kegiatan ibadah khusus prestasi yang optimal dan terbentuknya kultur
keagamaan, meningkatnya peserta didik dalam sekolah yang baik sehingga terwujud pendidikan
kesadaran untuk beribadah tepat waktu, 3) yang baik.
kegiatan Senyum, Salam, dan Sapa, memberikan
dampak pada spontanitas peserta didik Faktor-faktor penentu keberhasilan dan
bersalaman, menyapa dengan sopan ketika keberlanjutan Hidden Curriculum di SMP
bertemu dengan Kepala Sekolah, guru, dan Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal
tenaga kependidikan, 4) keteladanan dari Kepala
Pelaksanaan hidden curriculum di
Sekolah, guru, dan tenaga kependidikan berupa
SMP Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal
tutur kata yang sopan dan sikap yang santun
berlangsung karena berbagai faktor pendukung
mampu membentuk pola yang baik dalam
baik internal maupun eksternal. Faktor pendukung
perilaku yang santun, tutur kata yang sopan dalam
internal dapat terlihat berupa: 1) adanya SDM
kehidupan di masyarakat. 5) kebiasaan guru
yang berkualitas (meliputi: kepala sekolah, guru,
datang tepat waktu ketika mengajar di kelas akan
peserta didik), 2) tersedianya sarpras sekolah,
berpengaruh positif pada pembentukan
3) lingkungan sekolah. Dimana ketiga faktor di
kepribadian peserta didik. 6) Pengintegrasian
atas tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
nilai-nilai dalam proses pembelajaran telah
Faktor pendukung eksternal pelaksanaan
mampu menjadikan pembelajaran di kelas
hidden curriculum di SMP Negeri 2 Boja
berjalan kondusif, dan peserta didik menjadi
muncul dari orang tua peserta didik, komite
paham bahwa nilai-nilai tidak hanya dipelajari
| 211
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
212 |
Evaluasi Hidden Curriculum SMP...|Neni Lestari & Bambang S. Sulasmono
dengan upaya menjalin kerjasama dengan Khairun Nisa. 2009. Hidden Curriculum: Upaya
Dinas Kesehatan setempat untuk menserti- Peningkatan Kecerdasan Spiritual
fikasi kantin sehat yang menjual makanan Peserta didik. Lentera Pendidikan, Vol
sehat, bebas MSG dan pengawet, d) 12 No. 1. Juni. 72-86.
berupaya menjembatani antara pihak sekolah Rohinah M.Noor. 2012. The Hidden
dengan komite untuk duduk bersama dalam Curriculum: Membangun Karakter
pengembangan karakter peserta didik. melalui Kegiatan Kurikuler. Yogyakarta.
Sehingga tidak selalu pihak sekolah mengun- Insan Madani
dang orang tua ketika berurusan dengan Sigit Waluyo.2010. Inovasi Hidden Curriculum
finansial saja. pada Pesantren Berbasis Enterpreneur-
ship (Studi Kasus di Pondok Pesantren
2. Guru hendaknya: (1) menghentikan kebia- Al-Isti’anah Plangitan Pati). Semarang
saan-kebiasaan yang berkonotasi negatif IAIN Walisongo.
yang berakibat pada rendahnya karakter dan
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi
mutu pendidikan, (2) lebih meningkatkan (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
pengetahuannya dengan banyak membaca
Undang-Undang No. 20. Tahun 2003 tentang
buku khususnya berkaitan dengan perkem-
Sistem Pendidikan Nasional.
bangan peserta didik.
Wijayanto & Nurul Ulfatin. 2014. Kepemimpinan
DAFTAR PUSTAKA Kepala Sekolah Perempuan dalam
Mengembangkan Hidden Curriculum.
Acar, Esin. 2012. Hidden Curriculum Manajemen Pendidikan: Volume 24
Contributing to Social Production- Nomor 3, Maret jal 242-250.
Reproduction in a math Classroom.
International Online Journal of Edu- Wina Sanjaya. 2008. Kurikulum dan
cational Sciences 4 (1):19-30. Pembelajaran: Teori dan Praktik
Pengembangan Kurikulum Tingkat
Anas Salahudin. 2013. Pendidikan Karakter: Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Pendidikan Berbasis Agama dan Kencana
Budaya Bangsa. Bandung: CV. Pustaka
Sedia. Zamroni. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah:
Piranti Reformasi Sistem Pendidikan.
Arikunto, Suharsimi & Abdul Jabar. 2014.
Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Zuhal Cubukcu. 2012. The Effect of Hidden
Teoretis Praktis bagi Mahapeserta didik Curriculum on Character Education
dan Praktisi Pendidikan. Edisi Kedua. Process of Primary School Student.
Jakarta: PT. Bumi Aksara. Education, Vol. 133 (1): 49-66.
| 213
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
Kelola
Jurnal Manajemen Pendidikan ISSN 2443-0544
Magister Manajemen Pendidikan
Volume: 2, No.2, Juli-Desember 2015
FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
jurnalkelola@gmail.com Halaman: 214-220
Donald Samuel
dsmuq87@gmail.com
Program Studi S1 Pendidikan Ekonomi
FKIP - Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRACT
214 |
Antusiasme Guru dalam Program Pengembangan Kompetensi Pedagogik dan Determinannya | Donald Samuel
| 215
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
216 |
Antusiasme Guru dalam Program Pengembangan Kompetensi Pedagogik dan Determinannya | Donald Samuel
berbicara menggunakan antusiasme dan sikap itu dapat dicapai dalam pembelajaran kola-
positif dan bertindak dengan kepercayaan. boratif. Untuk siswa, model ini lebih menarik
Energi dapat ditransmisikan atau sebagai dan semakin nyata, karena membawa kehidup-
antusiasme menular dengan sendirinya kepada an nyata ke dalam kompleksitas dan berbagai
orang-orang di sekitar kita. Antusiasme akan aspek. Di sebuah perspektif yang lebih luas,
mendorong seseorang ke depan dan memenang- guru dapat menerapkan model bersama-sama
kan perjuangannya (Ruly Mujahid, 2012). dan dengan pemangku kepentingan lainnya.
Antusiasme adalah pilihan dari perasaan Banyak faktor yang dapat membangkit-
yang muncul dan diseleksi kemudian dilanjutkan kan semangat/antusiasme, sebagai berikut (Ruly
dan diperkuat, karena antusiasme dapat Mujahid, 2012):
dihasilkan dari dan dalam diri kita sendiri atau 1. Niat atau Factor Purpose. Sadar atau tidak
oleh keadaan di luar diri, paling kuat adalah sadar seseorang akan sangat senang karena
ia memiliki tujuan yang jelas yang ingin
pilihan sendiri, karena ketika Anda telah
dicapai. Akibatnya seseorang mampu
memutuskan untuk memilih untuk menjadi memilih jalan dan membuat kananstrategi
antusias, maka akan dijalankan program dalam untuk membangkitkan dan memperkuat
pikiran langsung menghasilkan energi. semangat.
Guru perlu memiliki motivasi, antusias 2. Menetapkan Tujuan atau Target Peren-
dan perasaan sehingga mereka dapat terus canaan. Ini adalah bagian dari tujuan yang
jelas di atas apalagi jika seseorang memiliki
bekerja dan melakukan pekerjaan mereka
menargetkan di masa depan dalam beberapa
dengan sukacita. Antusiasme harus dibawa ke tahun atau bulan bekerja atau hidup.
guru sendiri atau siapa saja yang memiliki tujuan Penetapan tujuan sangat mem-pengaruhi
untuk dapat bekerja nyaman, bahagia dan antusiasme dalam pekerjaan, mengarahkan
gembira, untuk kemudian mendapatkan tindakan dan tetap semangat untuk tetap
tinggi.
kesuksesan.
3. Potensi dan Hambatan Pengakuan. Untuk
Dalam perannya sebagai agen-agen mewujudkan potensi dan hambatan
perubahan, guru antusias perlu memiliki kemudian seseorang harus memiliki besar
karakteristik dasar atau kemampuan maka ia gambar kemampuannya, keahlian, kekuatan
harus terus-menerus dengan itu. Kemampuan dan sumber daya apa pun. Mereka adalah
digambarkan indah oleh Fullan (1993) dengan hal-hal yang dibutuhkan untuk menjadi
ditingkatkan dan belajar, untuk meningkat-
empat dasar kapasitas untuk menjadi melekat
kan kepercayaan diri, memperkuat harga diri
dalam guru sebagai agen perubahan. Karakter dan pasti terima dengan Pencipta.
dasar dari 4 kapasitas adalah: pengembangan 4. Positivity dalam pikiran, kata-kata dan
visi pribadi, penyelidikan kebiasaan, pentingnya perasaan, sebisa mungkin dapat memancar-
penguasaan dan kolaborasi. Kemampuan untuk kan energi positif di sekitar dan itu akan
belajar bersama atau bekerja sama diperlukan. direspon oleh alam semesta maka akan
dikembalikan kembali ke dia sebagai positif
Selain itu kemampuan untuk belajar untuk lebih besar. Positif akan menyebabkan sikap
mengatasi kelemahan pribadi yang biasanya dan persepsi positif untuk menghadapi dan
datang dalam keterbatasan diri. Bekerja dalam mengatasi peristiwa datang, memfasilitasi diri
kelompok telah juga karakteristik perkem- untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
bangan modern akhir-akhir ini. Kolaborasi yang
Pendidikan dan pelatihan adalah
efektif biasanya dikompensasi oleh bertanya
seperangkat komponen atau unsur-unsur atau
keterampilan pribadi terus menerus. Namun hal
| 217
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
sub-sistem yang berinteraksi untuk meningkat- an, merancang skenario pelatihan yang efektif
kan kompetensi guru sehingga mereka bisa yang dikendalikan, dan akuntabel. Pendidikan
tampil lebih baik dalam proses belajar mengajar. dan pelatihan harus relevan dengan kebutuhan,
Pendekatan dalam sistem pendidikan dan untuk mendapatkan respon positif dari para
pelatihan terdiri dari serangkaian komponen peserta. Oleh karena itu, pendidikan dan
seperti ‘input’,‘proses’, ‘output’, dan ‘outcome’. pelatihan yang terencana melalui proses
Unsur ‘Masukan/input’ bisa dalam bentuk penilaian penting. Pelatih harus mampu
materi pendidikan dan pelatihan diajarkan oleh menyampaikan materi dengan baik, menyeleng-
dosen yang kompeten. Tentu saja, ada bebe- garakan sesi pendampingan yang teratur, tertib
rapa faktor yang perlu dipertimbangkan dan penuh makna. Intensitas pertemuan
mengenai pelatihan manajemen seperti anggar- menjadi faktor kunci keberhasilan dik-lat.
an, waktu, sarana dan prasarana. Sebuah Ada beberapa strategi pelatihan yang
proses pembelajaran adalah sebagai sub-sistem dapat meningkatkan antusiasme guru, yaitu:
dalam pendidikan dan pelatihan, evaluasi pra- 1. Kelompok belajar melalui diskusi kelompok
dan-pospelatihan pendidikan, penataan kecil
infrastruktur kelas dan sebagainya (Slameto, 2. Penggunaan konteks yang relevan ber-
dasarkan materi pelatihan disampaikan,
2013).
3. Metode evaluasi yang mendalam yang
Sebuah program pendidikan dan membutuhkan peserta untuk memiliki belajar
pelatihan dapat berhasil jika peserta mampu bermakna bukan hanya menghafal (Gokhale,
melibatkan diri dalam melakukan perubahan 1995).
tugas dan perilaku yang tercermin dalam sikap Ada beberapa faktor yang harus
mereka, disiplin dan etos kerja. Salah satu upaya dipertimbangkan dengan baik yaitu penerapan
untuk meningkatkan kompetensi pedagogik pendekatan Andragogi yang didasarkan pada
guru selain antusiasme-adalah organisasi pengalaman dan kinerja pengembangan/
pendidikan dan pelatihan kompetensi yang pemberdayaan; pengembangan pengalaman
efektif (Slameto, 2013). Struktur program peserta melalui pembelajaran aktif, dan
pendidikan dan pelatihan kompetensi guru perlu melibatkan peserta sebagai subyek kegiatan
dirancang secara komprehensif. Karena pendidikan dan pelatihan selama proses
pendidikan dan pelatihan yang komprehensif pembelajaran. Dengan mengalami dan terlibat
diharapkan secara efektif meningkatkan dalam kegiatan tertentu, pendidikan dan
kompetensi guru. Identifikasi informasi yang pelatihan akan mampu menarik dan menyenang-
berkaitan dengan kompetensi real seorang guru kan dan hati-hati dalam evaluasi. Keterlibatan
harus memiliki di lapangan. Tujuan kompetensi, peserta juga akan membuat mental, emosional,
pendidikan dan materi pelatihan, pengalaman sosial, fisik atau atmosfer yang lebih baik, selain
dikembangkan, sumber belajar, alokasi waktu lingkungan pelatihan akan lebih “hidup” dan para
untuk pendidikan dan pelatihan harus dipetakan peserta akan lebih antusias. Beberapa refleksi
ketika merancang pelatihan. Hal ini diperlukan diri yang diperlukan untuk melihat, kemudian
untuk memperhatikan strategi yang relevan mengevaluasi dan mengurangi kelemahan.
dengan karakteristik peserta. Pendidikan dan Akibatnya, beberapa sisi terintegrasi (seperti
materi pelatihan harus memfasilitasi pembelajaran FGD), harus terlibat.
aktif dan menyenangkan, berdasarkan kom- Penelitian Slameto (2013) menyatakan
petensi berbasis pengalaman dan pengembang- bahwa pelatihan yang diikuti 37 guru menunjuk-
218 |
Antusiasme Guru dalam Program Pengembangan Kompetensi Pedagogik dan Determinannya | Donald Samuel
kan adanya pengembangan model pelatihan 3,8 dan standar deviasi 1,23 sebagaimana tersaji
yang efektif dan efisien. Model yang dikem- dalam tabel 1. Selain itu intensitas pertemuan
bangkan oleh Slameto dipengaruhi 3 deter- berada pada nilai 19,5 dan standar deviasi
minan yaitu perilaku positif, kejelasan dan 2,21. Sedangkan pendekatan yang digunakan
kebermaknaan tugas, serta sikap kooperatif oleh trainer berada pada nilai 7,5 dengan
standar deviasi 1,27 sebagaimana tersaji dalam
dan antisipatif yang meningkatkan 81,6%
tabel 1.
antusiasme guru. Selanjutnya, determinan dari antusiasme,
Penelitian ini bertujuan mendeskripsi- yaitu intensitas dan pendekatan diuji, sehingga
kan antusiasme guru di SMP Negeri 2 Gedang- diperoleh persamaan regresi Y=-
sari, Kabupaten Gunungkidul dalam mengikuti 5,806+0,633X1 dan Y=-5,806+(-0,364).
program Pendidikan dan Pelatihan (Dik-lat) Nilai beta variabel intensitas adalah 0,633
pengembangan kompetensi pedagogik yang dengan nilai t 4,139 yang signifikan pada tingkat
diselenggarakan oleh Yayasan Pendidikan kesalahan 0,001 yang berarti H0 ditolak atau
Astra-Michael D. Ruslim (yang sedang men- ada pengaruh intensitas terhadap antusiasme
jalankan program Corporate Social Res- guru. Sedangkan nilai beta variabel pendekatan
ponsibility bidang pendidikan di SMP ini). adalah -0,364 dengan nilai t -1,371 yang
Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk signifikan pada 0,188 yang berarti H0 diterima
menemukan faktor yang menjadi determinan yang berarti tidak ada pengaruh pendekatan
bagi antusiasme guru. terhadap antusiasme guru.
METODE PENELITIAN Hasil pengumpulan data secara
Penelitian ini adalah penelitian campur- kualitatif mendukung temuan kuantitatif
penelitian, di mana guru berpendapat bahwa
an yang menggunakan strategi triangulasi kon-
kruen. Data kuantitatif yang dihasilkan di dengan intensitas yang sering, guru menjadi
terbiasa dan menjadi mudah dalam mengem-
triangulasi dengan data kualitatif. Pengumpulan
data kuantitatif dengan teknik angket yang bangkan kompetensi pedagogiknya. Oleh
karena itulah antusiasme guru menjadi tinggi.
disebar pada guru. Sedangkan data kualitatif
dikumpulkan dengan cara wawancara. Guru berpikir bahwa belajar yang baik adalah
belajar yang sering (walau hanya sebentar), dan
Hasil Penelitian dan Pembahasan bukan belajar yang lama namun jarang. Oleh
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karena itu, intensitas menjadi kunci dari model
antusiasme guru dalam mengikuti pelatihan ini.
mendekati kategori tinggi dengan nilai rata-rata Temuan penelitian ini sejalan dengan
temuan Slameto (2013) sekalipun beda
Statistics
Antusiasme Intensitas Pendekatan
N Valid 20 20 20
Missing 0 0 0
Mean 3.8000 19.5000 7.5500
Std. Deviation 1.23969 2.21241 1.27630
| 219
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
220 |
Analisis Akar Masalah Ketidakefektifan Manajemen Kelas di Sekolah Dasar | Hilda S.Momongan & Supramono
Kelola
Jurnal Manajemen Pendidikan ISSN 2443-0544
Magister Manajemen Pendidikan
Volume: 2, No.2, Juli-Desember 2015
FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
jurnalkelola@gmail.com Halaman: 221-231
Supramono
supramono@staff.uksw.edu
Program Pasca Sarjana Manajemen Pendidikan
FKIP - Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRACT
The aim of this study is to determine the root cause of ineffectiveness at classroom
management which is applied by teachers as well as to propose solution to overcome
ineffectiveness at elementary school’s classroom management. The data collection
technique used in this research is focused group discussions and observations in
the classrooms. The analysis technique used is Fishbone analysis or Ishikawa
diagram. The results of this study shows that there are six roots of ineffectiveness
problem at classroom management, namely: 1) teachers did not focus on students
individually but to the curriculum only; 2) the existence of dissability students
have different learning pace compared to others; 3) there was no demanding from
principal about fun learning implementation in classroom; 4) teachers luck of
knowledge about classroom management; 5) teachers lack to provide interpersonal
relationship with students; 6) teachers had low trust about students ability to
disciplined and organized themselves. The proposed solutions formulated together
are such as teachers review the lesson plans and the daily teaching journal, teachers
implement the system of reward and punishment as well as peer-teaching method to
students, and principals require fun learning and supervise teachers in the
classrooms.
Keywords: root cause, ineffectiveness at classroom management, Fishbone analysis
| 221
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
222 |
Analisis Akar Masalah Ketidakefektifan Manajemen Kelas di Sekolah Dasar | Hilda S.Momongan & Supramono
Process Approach. Schmuck dan Schmuck kelas agar siswa dapat memaksimalkan prestasi
dalam Entang dan Joni (1985) mengemukakan belajarnya secara optimal. Penelitian ini meng-
prinsip-prinsip dalam penerapan pendekatan gunakan Analisis Tulang Ikan atau Diagram
proses kelompok, adalah mutual expectations, Sebab-Akibat untuk mendapat akar masalah
leadership, attraction, norm, communication, manajemen kelas sekolah dasar. Analisis akan
cohesiveness. dilakukan terhadap kegiatan manajemen kelas
Rukmana & Suryana (2009) menjelas- yaitu kegiatan pengaturan kondisi non-fisik
kan bahwa secara garis besar kegiatan guru (emosional dan sosio-emosional), pengaturan
dalam manajemen kelas ada dua yaitu kegiatan kondisi fisik, serta pengaturan kondisi
pengaturan kondisi non-fisik meliputi pengaturan organisasional.
kondisi emosional siswa yaitu tingkah laku,
kedisiplinan, minat/perhatian, gairah belajar, METODE PENELITIAN
dinamika kelompok dan pengaturan kondisi Jenis penelitian ini adalah deskriptif
sosio-emosional yang melekat pada guru antara yang menganalisis akar masalah manajemen
lain tipe kepemimpinan, sikap, suara, pem- kelas di 2 (dua) sekolah di Kabupaten Semarang
binaan hubungan. Kedua, pengaturan fasilitas dan 3 (tiga) sekolah di Kota Salatiga serta
belajar mengajar/kondisi fisik meliputi ventilasi, merumuskan usulan solusi atas permasalahan
pencahayaan, kenyamanan, letak duduk, tersebut. Data primer didapatkan melalui FGD
penempatan siswa. Selain itu, pengaturan (Focus Group Discussion) dan untuk melengkapi
kondisi organisasional yang berkaitan dengan data tersebut dilakukan observasi.FGD dilakukan
rutinitas yang dilakukan tingkat kelas maupun di tiap sekolah dengan beberapa guru kelas
sekolah juga mempengaruhi keberhasilan untuk mengetahui akar masalah manajemen
manajemen kelas. Selain dua kegiatan mana- kelas, dan merumuskan usulan solusi bersama
jemen kelas, Good & Brophy (1991) mengata- untuk mengatasi akar masalah manajemen kelas.
kan bahwa guru juga menghadapi beberapa tipe Dalam penelitian ini observasi dilakukan oleh
siswa dalam kelas antara lain successful peneliti di dalam ruang kelas di tiap sekolah
students, social students, dependent students, saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung.
alienated students, dan phantom students. Analisis data penelitian ini menggunakan analisis
Kondisi tersebut juga dialami oleh be- tulang ikan atau diagram Fishbone (Ishikawa,
berapa sekolah dasar seperti yang terjadi di 1985). Focus Group Discussion di SDN Ujung-
sekolah dasar di Salatiga yaitu SDN Kauman Ujung 01 dan 02 dilakukan bersama-sama oleh
Kidul, SDN Ujung-Ujung 01 dan 02, SDN guru-guru dari kedua sekolah di salah satu ruang
Salatiga 02, dan SDN 10 Salatiga. Wawancara kelas SDN Ujung-Ujung 02 setelah siswa
awal dengan beberapa guru menyatakan bahwa pulang sekolah. Jumlah guru yang terlibat FGD
mereka mengalami beragam kesulitan terutama berjumlah 4 orang dari kedua sekolah. FGD
dalam menghadapi bermacam siswa yang ada yang sama juga dilakukan di tiga sekolah lainnya
dalam kelas sehingga menghambat terjadinya yaitu SDN Kauman Kidul, SDN Salatiga 10,
proses belajar mengajar. Berdasar uraian di dan SDN Salatiga 02. Jumlah peserta FGD di
atas, penulis memandang perlu diadakannya SD Kauman Kidul berjumlah 3 orang, SDN
penelitian mengenai apa yang menjadi akar Salatiga 10 berjumlah 2 orang, dan SDN
masalah manajemen kelas di lima sekolah dasar Salatiga 02 diikuti 2 orang guru.
Salatiga serta mengusulkan solusi manajemen
| 223
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
Perkembangan
Guru cenderung
teknologi monoton dalam kelas
Banyak
misbehavior Kelelahan guru
students secara fisik dan Inkonsistensi guru
emosional dalam penegakan
kedisiplinan
Keberadaan siswa
ABK membutuhkan Minat, perhatian,
penanganan khusus
gairah belajar
dalam kelas kurang Ketidakefektifan
Manajemen
Kelas di Sekolah
Tugas tambahan Dasar
dari sekolah dan
Sekolah tidak dinas
fokus pada
sarpras Overload
tugas
Inkonsistensi administrasi
sekolah dan dinas
dalam PSB
224 |
Analisis Akar Masalah Ketidakefektifan Manajemen Kelas di Sekolah Dasar | Hilda S.Momongan & Supramono
menyepakati bahwa hanya dua kegiatan homogen didapati pada SDN Ujung-Ujung 01
pengaturan yang paling berpengaruh terhadap dan 02.
efektifitas manajemen kelas yaitu pengaturan Penyebab utama ketiga adalah adanya
kondisi emosional dan kondisi sosio-emosional. inkonsistensi guru dalam penegakan disiplin
Dalam diagram fishbone di atas tampak dalam kelas dinyatakan oleh SDN Ujung-
bahwa ada tiga penyebab utama pada dua Ujung 01 dan 02 serta SDN Salatiga 10
kegiatan pengaturan dalam manajemen kelas sebagai faktor utama yang berpengaruh dalam
yang dialami guru-guru di SDN Ujung-Ujung pengaturan kondisi sosio-emosional guru.
01 dan 02 yaitu pada pengaturan kondisi Langkah selanjutnya setelah menyepakati
emosional dan sosio-emosional. Penyebab kedua permasalahan dalam kegiatan manajemen
utama timbulnya permasalahan pada kegiatan kelas, para peserta mulai mendiskusikan akar
pengaturan kondisi emosional karena ada masalah dari masalah-masalah tersebut.
banyak misbehavior students dalam kelas. Rangkuman masalah, penyebab utama, serta
Penyebab utama ini homogen didapati pada akar masalah ketidakefektifan manajemen kelas
kelima sekolah yang menyatakan bahwa di lima sekolah tersebut disajikan dalam matrik
misbehavior students dalam kelas yang sebab dan akar masalah pada Tabel 2.
sebagian besar mencari perhatian siswa lain dan Dalam Tabel 2 para guru di lima sekolah
guru mempengaruhi manajemen kelas mereka. menyepakati bahwa masalah-masalah dalam
Selain itu, penyebab kesulitan dalam pengaturan pengaturan kondisi emosional disebabkan oleh
kondisi emosional adalah minat, perhatian, tiga penyebab utama yaitu banyaknya mis-
gairah belajar siswa kurang dalam PBM di behavior students dalam kelas, keberadaan
kelas. Guru-guru di SDN Salatiga 10 menyadari siswa ABK yang membutuhkan penanganan
bahwa siswa kurang berminat karena bosan khusus, minat, perhatian, gairah belajar siswa
dengan suasana monoton yang disebabkan oleh kurang. Peneliti kemudian menanyakan
sistem teacher-centered yang diterapkan guru. mengenai akar masalah dari masing-masing
Minat, perhatian, gairah belajar siswa kurang penyebab utama dan didapati bahwa akar
juga homogen didapati di tiga sekolah lainnya masalahnya adalah guru belum fokus pada
yaitu SDN Kauman Kidul dan SDN Ujung- siswa secara individu namun pada penyelesaian
Ujung 01 dan 02. Sementara di SDN Kauman kurikulum. Kedua, keberadaan siswa ABK
Kidul penyebab utama lainnya dalam yang memiliki learning pace berbeda dengan
pengaturan kondisi emosional adalah siswa lain. Ketiga, belum ada tuntutan dari
keberadaan siswa ABK yang membutuhkan kepala sekolah mengenai fun learning dalam
penanganan khusus. Dalam pengaturan kondisi PBM. Keempat, guru kurang pengetahuan akan
sosio-emosional ditemukan bahwa dalam kelas manajemen kelas. Kelima, guru kurang
guru-guru di SDN Ujung-Ujung 01 dan 02 mengadakan pendekatan interpersonal dengan
menyatakan bahwa penyebab utama kesulitan siswa. Terakhir, guru kurang percaya bahwa
dalam pengaturan kondisi sosio-emosional siswa dapat disiplin dan teratur dalam kelas.
adalah kelelahan secara fisik maupun emosional. Dua minggu setelah diadakan FGD,
Sementara di SDN Salatiga 10 penyebab peneliti kembali ke SDN Ujung-Ujung 01 dan
utama dari permasalahan pengaturan kondisi 02 untuk melakukan observasi mengenai
sosio-emosional adalah guru cenderung manajemen kelas yang dilakukan guru dalam
monoton dalam PBM. Penyebab ini juga kelas. Hasil observasi sesuai dengan hasil FGD
| 225
226 |
Tabel 2 Matrik Sebab dan Akar Masalah Ketidakefektifan Manajemen Kelas
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
Analisis Akar Masalah Ketidakefektifan Manajemen Kelas di Sekolah Dasar | Hilda S.Momongan & Supramono
yang dilakukan sebelumnya bahwa dalam jenjang kelas yang sama. Saat siswa mulai
proses PBM dalam kelas, tindakan menganggu berbicara sendiri atau mengganggu teman, guru
dan menyimpang banyak dilakukan siswa menegur dengan suara rendah namun tegas dan
seperti bermain telepon genggam saat guru siswa pun mulai tenang walaupun beberapa saat
sedang fokus pada siswa lain, berlari keluar kemudian siswa kembali ramai saat ada celah
kelas, mengganggu teman, serta berjalan-jalan waktu kosong. Saat observasi berlangsung,
dalam kelas. Observasi di SDN Kauman Kidul tidak ada siswa yang berjalan-jalan dalam kelas,
dilakukan tiga minggu sesudah FGD berteriak, ataupun mengganggu temannya
dilaksanakan. Dalam manajemen kelas, guru sehingga suasana kelas cukup kondusif.
terlihat cukup kesulitan menghadapi tingkah laku Akar permasalahan di atas menjadi
siswa dalam kelas. Saat guru sedang mengoreksi dasar dari perumusan usulan solusi untuk
pekerjaan salah satu siswa atau fokus pada menangani ketidakefektifan manajemen kelas
siswa ABK, jeda waktu digunakan siswa lain yang diaplikasikan guru dalam kelas. Adapun
untuk bermain sendiri, mengganggu teman yang usulan solusi yang telah dirumuskan bersama
sedang mengerjakan tugas, saling memukul, dapat dilihat dalam Tabel 3
serta ada beberapa siswa yang bercakap-cakap Dalam Tabel 3, guru-guru menyepakati
dengan teman dengan suara keras. Guru bahwa alternatif solusi yang dapat dilakukan
kemudian memperingatkan siswa untuk diam pada akar permasalahan pertama adalah guru
dan tenang dengan nada tinggi, namun mereview pada RPH maupun RPP yang telah
ketenangan hanya berlangsung sebentar dibuat agar agihan waktu dapat disesuaikan
kemudian siswa mulai bermain dan bercanda agar waktu untuk pemenuhan kebutuhan
dengan teman lainnya kembali bahkan ada yang psikologi siswa juga dapat terpenuhi. Pada akar
berlari di dalam kelas. permasalahan yang kedua, guru dapat mene-
Hasil observasi yang dilakukan peneliti rapkan sistem reward and punishment pada
di SDN Salatiga 10 pada tiga minggu sesudah siswa lain yang dapat menyelesaikan tugasnya
FGD juga mendapat hasil yang sama dengan dengan disiplin selama guru mendampingi atau
paparan guru-guru saat diskusi. Dalam satu fokus pada siswa ABK dan metode peer-
kelas yang diobservasi, guru terkadang kesulitan teaching dalam kelas. Solusi yang dapat
dalam mengkondusifkan kelas karena kelas dilakukan untuk akar permasalahan ketiga
dalam situasi siswa ramai berbicara dengan adalah kepala sekolah mewajibkan guru untuk
temannya. Hal ini sering terjadi saat ada waktu menerapkan fun learning dalam PBM sehingga
kosong yang sering dimanfaatkan siswa untuk pembelajaran dalam kelas dapat lebih menarik
berbicara sendiri, menjahili teman, berkelahi, dan tidak membosankan bagi siswa.
maupun berjalan-jalan dalam kelas. Guru sering Pada akar permasalahan keempat,
berbicara menggunakan nada tinggi karena solusi yang dapat dilakukan adalah guru dapat
siswa tidak mendengarkan guru saat menegur mereview kembali urgensi manajemen kelas
dengan suara pelan. Observasi di SDN Salatiga bahwa manajemen kelas bukan hanya sekedar
02 dilakukan dua minggu setelah FGD selesai teori atau hasil penelitian namun sesuatu yang
dilakukan. Peneliti menemukan bahwa hasil wajib diaplikasikan agar tujuan manajemen
FDG dengan hasil observasi sedikit berbeda kelas dapat tercapai. Selain itu, guru dapat
yaitu siswa dalam kelas cenderung lebih mudah mendiskusikan strategi manajemen kelas
diatur dibandingkan siswa di sekolah dengan dengan kolega maupun guru senior sebagai
| 227
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
228 |
Analisis Akar Masalah Ketidakefektifan Manajemen Kelas di Sekolah Dasar | Hilda S.Momongan & Supramono
yang berbeda sehingga setiap siswa merasa PBM dalam kelas sehingga mencari kegiatan
diperhatikan dan diberi kasih sayang oleh guru yang lebih menarik bagi mereka. Guru-guru
mereka. Waktu yang ada tidak hanya digunakan tidak berminat untuk menerapkan fun learning
untuk penyelesaian kurikulum namun juga dapat karena belum ada tuntutan dari kepala sekolah,
digunakan guru untuk mempelajari karakter tiap selain itu mereka juga fokus pada penyelesaian
siswa, mencari tahu latar belakang siswa, materi.
permasalahan yang dihadapi dalam belajar Kepala sekolah dapat mewajibkan fun
maupun bersosialisasi bahkan juga minat bakat learning dalam PBM sebagai salah satu solusi
pada masing-masing siswa. sehingga guru terpacu untuk mengembangkan
Siswa ABK dalam kelas membutuhkan metode pembelajaran yang lebih menarik minat
perhatian serta waktu khusus dalam pena- siswa. Kepala sekolah juga diharapkan melaku-
nganannya padahal guru memiliki waktu kan supervisi sebagai tindak lanjut dari
terbatas untuk menyelesaikan semua tugasnya penerapan fun learning dalam kelas. Supervisi
dalam kelas. Para guru merasa kesulitan dalam diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru
menyampaikan materi kepada seluruh kelas dalam menerapkan manajemen kelas yang
maupun pada saat membimbing siswa ABK efektif. Selain itu, melalui supervisi guru dapat
secara khusus. Solusi yang telah dirumuskan terpacu untuk menerapkan fun learning dalam
adalah pemberian reward and punishment kelas. Guru juga dapat menggunakan variasi
dalam kelas selama guru fokus membimbing dalam PBM dengan penggunaan audio visual
siswa ABK. Sebagai contoh, guru akan mem- aids seperti alat peraga, video, juga games atau
berikan reward berupa hadiah kecil atau poin group discussion agar siswa lebih tertarik
yang dikumpulkan hingga akhir tahun. Para dalam mengikuti PBM dalam kelas.
siswa yang mendapat poin yang tinggi akan Guru cenderung monoton dalam PBM
mendapat hadiah akhir tahun. Punishment disebabkan oleh kurangnya keterampilan dalam
dapat diberikan untuk siswa yang tidak disiplin menganalisis kondisi kelas. Akar permasalah-
contohnya berdiri di depan kelas atau menger- annya terletak pada kurangnya pengetahuan
jakan tugas piket tambahan. Selain reward and akan manajemen kelas. Salah satu solusi yang
punishment, solusi yang dapat diaplikasikan dapat dilakukan adalah guru mereview kembali
adalah metode peer-teaching yaitu siswa dibagi akan urgensi manajemen kelas, teori maupun
dalam kelompok dengan ketua kelompok yang aplikasi agar dapat efektif dilaksanakan. Guru
dapat bertanggung-jawab atas kelompoknya juga dapat bekerjasama dengan kolega dengan
dan dengan kemampuan akademis beragam cara mendiskusikan secara terus menerus
agar siswa dapat saling membantu. Tujuan lain mengenai manajemen kelas sebagai langkah
peer-teaching adalah agar siswa tidak sibuk preventif untuk permasalahan yang sering terjadi
sendiri dalam kelas selama guru fokus pada dalam manajemen kelas.
siswa ABK. Banyaknya permasalahan dalam kelas
Minat, perhatian, gairah belajar kurang antar siswa maupun guru dengan siswa yang
dapat ditingkatkan dengan metode mengajar mengakibatkan kelelahan guru secara fisik mau-
yang menarik. Namun, pada kenyataannya guru pun emosional disebabkan oleh kurang akrab-
cenderung monoton dengan metode pembe- nya guru dengan siswa dan kurangnya pema-
lajaran teacher-centered. Akibatnya, siswa haman guru terhadap siswa secara individu.
kurang berminat dan bergairah dalam mengikuti Selain itu, disebabkan juga oleh kurangnya
| 229
Jurnal Kelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015
230 |
Analisis Akar Masalah Ketidakefektifan Manajemen Kelas di Sekolah Dasar | Hilda S.Momongan & Supramono
| 231