Está en la página 1de 8

AHAN AJAR IPA SMK X

Pembelajaran I

ILMU PENGETAHUAN DAN METODE ILMIAH

Standar Kompetensi : Memahami gejala-gejala alam melalui pengamatan


Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi obyek secara terencana dan sistematis untuk memperoleh informasi gejala alam
biotik

Tujuan Pembelajaran:
1. Setelah mempelajari materi ini siswa diharapkan dapat menjelaskan pengertian pengetahuan,
ilmu pengetahuan dan penelitian dengan benar.
2. Setelah mempelajari materi ini siswa diharapkan dapat menjelaskan langkah-langkah metode
ilmiah dengan benar.
3. Setelah mempelajari materi ini siswa diharapkan dapat menjelaskan memberikan contoh
langkah-langkah metode ilmiah dengan benar.

A. Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan.


Peristiwa alam merupakan peristiwa yang berulang setiap waktu, sehingga dengan
memperhatikan keteraturan yang ada, manusia memulai memperhatikan gejala alam, melakukan
pencatatan secara sistematis tentang apa yang telah terjadi, mengumpulkan catatan-catatan
tentang gejala kebendaan dan gejala kejadian, mengelompokkan berbagai catatan tersebut ke
dalam gejala yang sejenis, membedakan dan menghubungkan berbagai catatan peristiwa dan
kejadian. Hasilnya antara lain pengetahuan manusia semakin hari menjadi semakin pesat
perkembangannya.
Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang diketahui langsung dari pengalaman,
berdasarkan serapan panca indera, dan diolah oleh akal budi secara spontan. Dapat juga
dikatakan bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu yang dilihat, didengar, dikecap, dicium,
diraba dan hadir dalam kesadaran kita. Jadi pengetahuan bersifat spontan, subyektif dan intuitif.
Kemampuan ini merupakan milik setiap manusia sejak lahir.
Pengetahuan senantiasa mengandaikan adanya subyek yang mengetahui, dan obyek yang
diketahui hal ikhwalnya. Selain itu pengetahuan juga berkait erat dengan kebenaran, yaitu
kesesuaian antara pengetahuan yang ada pada subyek dan realitas yang ada pada obyek. Karena
itu bila terjadi ketidaksesuaian antara apa yang diketahui dengan realitas obyeknya, maka
dikatakan terjadi ketidak benaran (kesalahan).
Sains berasal dari kata Scientia (bahasa Yunani) artinya ilmu pengetahuan. Dalam sejarah
perkembangan ilmu pengetahuan, pengertian scientia ini dianggap terlalu luas cakupannya,
karena mencakup semua ilmu pengetahuan yang ada. Ilmu dapat didefinisikan sebagai hasil
proses penyelidikan yang berdisiplin. Ilmu Pengetahuan ialah pengetahuan yang telah diolah
kembali dan disusun secara metodis, sistematis dan koheren.
Sejalan dengan problema yang dihadapi manusia dan sesuai dengan karakteristik ilmu
pengetahuan yang berkembang sampai saat ini, maka sains diartikan sebagai ilmu pengetahuan
alam atau IPA. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) lahir dari olah karya budi manusia, yakni setelah
manusia memanfaatkan kemampuan indera dan akalpikirannya. Olah karya budi merupakan
aktivitas berpikir, bersikap dan pengembangan keterampilan. Aktivitas berpikir bertujuan untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar. Lewat keterampilan menggunakan alat ukur, baik
peralatan ukur yang canggih maupun tidak; manusia dapat memanfaatkan alat inderanya untuk
mengoptimalkan kesadaran berpikir dalam mengamati, mengalami, menyelidiki gejala benda dan
gejala kejadian. Seterusnya dengan menggunakan kemampuan olah pikir yang dimilikinya yakni
dengan melakukan penggabungan antara hasil pengamatan indera dan penalarannya akan didapat
pengetahuan yang mantap.
Dengan menggunakan kemampuan-kemampuan berpikir IPA, akan dapat dilakukan
ramalan tentang gejala tersebut. Proses berulang dalam alam semesta ini dapat dipelajari yang
pada akhirnya gejala dapat dijelaskan baik.
IPA (sains) mencakup beberapa pengertian mendasar yang berkaitan dengan olah karya
budi manusia dalam mengungkap alam semesta. Pendapat Sund (1975) menyatakan bahwa :
sains mencakup tiga aspek yang terpadu yakni (a) scientific attitudes (sikap ilmiah), (b).
Scientific methods (metode ilmiah) dan (c). scientific product (produk ilmiah). Obyek IPA
melibatkan konsepsi ilmiah tentang kenyataan alamiah.
Sistematika sains (IPA) ditekankan pada masalah yang pada umumnya dapat dikerjakan
oleh manusia. Dalam hal ini ilmu pengetahuan alam harus dapat diurutkan dan dipetakan
(mapping) ke dalam hal yang lebih detail (rinci). Di samping itu ilmu pengetahuan alam haruslah
bertolak dari kenyataan alamiah. Dengan demikian, peran pengamatan, pengukuran, klasifikasi
menjadi pembuka tabir bagi benda yang jauh dari tempat kita berada.
Pengamatan adalah upaya untuk memperoleh bukti empiris, dalam rangka mengumpulkan
informasi yang sifatnya faktual. Lewat pengamatan didapatlah fakta, selanjutnya dengan
menggolong-golongkan fakta sejenis, membanding-bandingkan dan menghubungkan berbagai
fakta; kegiatan ini dalam rangka menguji dugaan atau ramalan yang telah diajukan. Apabila
ternyata ramalan yang diajukan didukung oleh fakta yang dikumpulkan, artinya ramalan yan
diajukan tersebut cocok dengan realitas atau kenyataan. Hal inilah yang menjadi fokus dalam
memperoleh kebenaan ilmiah.
Sikap ilmiah dan proses ilmiah menyatu dalam terapannya, artinya antara metode ilmiah
dan sikap ilmiah tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sikap ilmiah mencakup kepercayaan,
keyakinan, nilai-nilai, objektif, hasrat ingin tahu, rendah hati, jujur, kemauan untuk
mempertimbangkan fakta baru, pendekatan positif terhadap kegagalan, terbuka, teliti dan
sebagainya. Dalam upaya menjelaskan fakta alamiah yang seringkali merupakan bentuk rahasia
alam tindakan para ilmuwan selalu dilandasi pada sikap seperti dijelaskan di depan. Selanjutnya
proses ilmiah atau seringali disebut metode ilmiah merupakan cara khusus dalam memecahkan
masalah. cara khusus ini meliputi langkah identifikasi masalah, membatasi masalah,
merumuskan masalah secara spesifik, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, analisis data,
menyimpulkan, ekstrapolasi dan membuat sintesis dan evaluasi dan sebagainya. Hasil temuan
lewat proses ilmiah dan menggunakan sikap ilmiah secara akurat ini pada akhirnya diperoleh
produk ilmiah. Produk ilmiah dalam IPA dapat berupa fakta, data, konsep, teori, hukum dan
prinsip
a. Jenis Pengetahuan
Pengetahuan dapat dibedakan menjadi pengetahuan non-ilmiah dan pengetahuan pra
ilmiah. Pengetahuan non-ilmiah adalah hasil serapan indera atau instuisi terhadap pengalaman
hidup sehari-hari yang tidak perlu dan tidak mungkin diuji kebenarannya sehingga tidak dapat
dikembangkan menjadi pengetahuan ilmiah. Misalnya pengetahuan orang tertentu tentang jin
atau makhluk halus di tempat tertentu, keampuhan pusaka, manfaat air cucian benda pusaka
untuk menyembuhkan penyakit, dll. Pengetahuan pra ilmiah adalah hasil serapan indera dan
pemikiran rasional yang terbuka terhadap pengujian lebih lanjut dengan menggunakan metode
tertentu. Misalnya pengetahuan orang tentang manfaat larutan tepung kanji untuk mengobati
gejala maag atau iritasi lambung. Pengetahuan ini selanjutnya dapat dibuktikan kebenarannya
dengan di teliti dan diuji di laboratorium.
Oleh karena hasil serapan panca indera dan cakupan pengalaman manusia itu sedemikian
luas dan beraneka ragam, maka pengetahuan manusia juga demikian. Oleh karena itu agar
pengetahuan bisa menjadi ilmu, maka pengetahuan tadi harus dipilah (menjadi suatu bidang
tertentu dari kenyataan) dan disusun secara metodis, sistematis serta konsisten. Tujuannya agar
pengalaman tadi bisa diungkapkan kembali secara lebih jelas, lebih rinci dan setepat-tepatnya.
Metodis, berarti dalam proses menemukan dan mengolah pengetahuan menggunakan
metode-metode tertentu, tidak serampangan. Sistematis, berarti dalam usaha menemukan
kebenaran dan menjabarkan pengetahuan yang diperoleh, menggunakan langkah-langkah
tertentu yang teratur dan terarah sehingga merupakan suatu keseluruhan yang terpadu. Korehen,
berarti setiap bagian dari jabaran pengetahuan itu merupakan rangkaian yang saling terkait dan
berkesesuaian (konsisten).
Ada juga yang mengungkapkan bahwa ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari
pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan dari sejumlah orang yang dipadukan
secara harmonik dalam suatu bangunan yang teratur. Sedangkan suatu usaha untuk menemukan,
mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan disebut research atau penelitian.
Usaha-usaha itu dilakukan dengan menggunakan metode tertentu, yang disebut dengan metode
ilmiah.
Ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah dapat dibedakan, antara lain atas :
1. Ilmu Pengetahuan fisis-kuantitatif, sering disebut pengetahuan empiris. Pengetahuan ini
diperoleh melalui proses observasi serta analisis atas data dan fenomena empiris. Termasuk
dalam kelompok ilmu ini adalah geologi, biologi, antropologi, sosiologi, dll.
2. Ilmu pengetahuan formal-kualitatif, sering disebut pengetahuan matematis. Ilmu ini diperoleh
dengan cara analisis refleksi dengan mencari hubungan antara konsep-konsep. Termasuk dalam
kelompok ilmu ini adalah logika formal, matematika, fisika, kimia, dll.
3. Ilmu pengetahuan metafisis-substansial, sering disebut pengetahuan filsafat. Pengetahuan
filsafat diperoleh dengan cara analisis refleksi (pemahaman, penafsiran, spekulasi, penilaian
kritis, logis/rasional) dengan mencari hakekat, prinsip yang melandasi keberadaan seluruh
kenyataan.

b. Sifat Ilmu Pengetahuan


1. Logis atau masuk akal, yaitu sesuai dengan logika atau aturan berpikir yang ditetapkan dalam
cabang ilmu pengetahuan yang bersangkutan.
2. Obyektif dalam ilmu pengetahuan berkenaan dengan sikap yang tidak tergantung pada suasana
hati, prasangka atau pertimbangan nilai pribadi. Atribut obyektif mengandung arti bahwa
kebenaran ditentukan oleh pengujian secara terbuka yang dilakukan dari pengamatan dan
penalaran fenomena.
3. Andal yaitu dapat diuji kembali secara terbuka menurut persyaratan yang ditentukan dengan
hasil yang dapat diandalkan. Oleh karena itu ilmu pengetahuan bersifat umum, terbuka dan
universal.
4. Metodis. Ilmu pengetahuan tidak berkembang dengan sendirinya. Ilmu pengetahuan
dikembangkan menurut suatu rancangan yang menerapkan metode ilmiah. Rancangan ini akan
menentukan mutu keluaran ilmu pengetahuan.
5. Sistematis, berarti dalam usaha menemukan kebenaran dan menjabarkan pengetahuan yang
diperoleh, menggunakan langkah-langkah tertentu yang teratur dan terarah sehingga merupakan
suatu keseluruhan yang terpadu.
6. Korehen, atau akumulatif berarti setiap bagian dari jabaran pengetahuan itu merupakan
rangkaian yang saling terkait dan berkesesuaian (konsisten). Ilmu pengetahuan merupakan
himpunan fakta, teori, hukum, dll. yang terkumpul sedikit demi sedikit. Kebenaran ilmu bersifat
relatif dan temporal, tidak pernah mutlak dan final, sehingga dengan demikian ilmu pengetahuan
bersifat dinamis dan terbuka.

LAKUKAN :
1. Kegiatan Individu
Berdasarkan pengalaman sehari-hari, berikan catatlah apa saja yang termasuk pengetahuan non-
ilmiah dan apasaja yang termasuk pengetahuan pra-ilmiah, dalam bentuk tabel berikut ini!
No. Pengetahuan Non-Ilmiah Pengetahuan Non-Ilmiah
2. Kegiatan Kelompok
Diskusikan dengan teman sekelasmu, apakah astrologi termasuk ilmu pengetahuan ilmiah atau
ilmu pengetahuan non-ilmiah?

B. Metode ilmiah dan Penelitian


1. Metode Ilmiah
Para ilmuwan bekerja menggunakan suatu metode yang dikenal dengan metode ilmiah.
Istilah metode, dari methodos (Yunani) berarti cara atau jalan. Metode berhubungan dengan cara
kerja, yaitu cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang
bersangkutan. Dalam arti yang luas, istilah metodologi menunjuk kepada proses, prinsip, serta
prosedur yang digunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawab atas masalah tersebut.
Jadi metode ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.

a. Sikap Ilmiah
Metode ilmiah didasari oleh sikap ilmiah. Sikap ilmiah, merupakan sikap yang
semastinya dimiliki oleh setiap peneliti dan ilmuwan agar hasil penelitiannya berkualitas dan
memiliki derajat keilmiahan yang tinggi. Adapun sikap ilmiah yang dimaksud adalah :
1. Rasa ingin tahu, yaitu rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang terdapat disekitar kita yang
diikuti dengan meneliti obyek-obyek tersebut.
2. Jujur (menerima kenyataan hasil penelitian dan tidak mengada-ada).
3. Obyektif (sesuai fakta yang ada, dan tidak dipengaruhi oleh perasaan pribadi).
4. Tekun (tidak putus asa).
5. Teliti (tidak ceroboh dan tidak melakukan kesalahan).
6. Terbuka menerima pendapat yang benar dari orang lain.
7. Rendah hati, lapang dada, toleran, sabar dsb

b. Ketrampilan Kerja Ilmiah


Berbagai kemampuan kerja ilmiah yang harus kita miliki antara lain:
1. Pengamatan (observasi). Ketrampilan mengamati merupakan salah satu cara untuk
mendapatkan permasalahan yang harus kita pecahkan maupun menjawab masalah yang akan
dipecahkan.
2. Pengelompokan (klasifikasi). Untuk mempermudah dalam mengenali obyek atau data hasil
pengamatan, kita harus memiliki ketrampilan mengelompokkan.
3. Komunikasi dan Penafsiran. Komunikasi membutuhkan kemampuan untuk menangkap
informasi dari buah pikiran orang, baik lisan maupun tulisan, dan menyampaikan kepada orang
lain dalam bentuk berbagai media.
4. Bertanya. Bertanya merupakan kegiatan untuk meminta keterangan atau penjelasan tentang
sesuatu.
5. Merencanakan. Berhasil tidaknya suatu percobaan/ penelitian sangat ditentukan oleh
perencanaan.

2. Penelitian
Penelitian adalah istilah Indonesia yang merupakan terjemahan dari kosakata research
(bhs Inggris), yang diindonesiakan dengan riset. Re bermakna kembali, sedangkan search
bermakna mencari. Research secara literal berarti mencari kembali.
Menurut kamus Webster`s New International: Penelitian adalah penyelidikan yang hati-
hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip suatu penyelidikan yang amat cerdik
untuk menetapkan sesuatu. Menurut Hillway (1956), penelitian adalah suatu metode studi yang
dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah,
sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut.
Jika menghadapi masalah (sebagai stimuli) maka kita akan melakukan suatu tindakan
tertentu (sebagai respon) melalui suatu penalaran (logika) tertentu. Stimuli akan ditangkap
melalui pancaindera dan diteruskan ke otak kemudian dinalar sesuai dengan pengetahuan yang
telah ada atau dimiliki untuk menentukan pemecahannya, selanjutnya diperintahkan ke organ
tubuh untuk melakukan respon berupa tindakan dalam rangka menjawab stimuli. Jika belum
berhasil proses ini akan berulang terus hingga mendapatkan tindakan yang sesuai. Prosedur
stimuli dan respon ini memiliki tiga ciri, yaitu; sistematis, logis, dan empiris. Prosedur atau
mekanisme ini merupakan acuan dasar dari metode ilmiah. Jika prosedur tersebut digunakan
untuk memecahkan masalah maka prosedur tersebut dinamakan penelitian ilmiah.

a. Sifat Penelitian Ilmiah


Umumnya ada empat karakteristik penelitian ilmiah yaitu:

1. Sistematik. Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan
sesuai pola dan kaidah yang benar. Dari yang mudah dan sederhana sampai yang
kompleks.
2. Logis. Suatu penelitian dikatakan benar bilamana dapat diterima akal dan berdasarkan
fakta empirik. Oleh karenanya pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur
atau kaidah bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur
induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus
individual (khusus) atau deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang
bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
3. Empirik. Artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari
(fakta aposteriori, yaitu fakta dari kesan indera) atau melalui hasil coba-coba yang
kemudian diangkat sebagai bahan penelitian. Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu:

a. Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau
perbandingan satu sama lain).
b. Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu.
c. Hal-hal empirik tidak bisa timbul secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada hubungan
sebab akibat).

4. Replikatif. Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus dapat diuji kembali
oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama, bilamana dilakukan dengan
metode, kriteria dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif maka penyusunan
definisi operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.

b. Siklus Penelitian
Untuk mencapai hasil yang diharapkan dalam memecahkan masalah, penelitian dapat
dilakukan secara sistematis dengan langkah-langkah tertentu yang teratur. Penelitian juga
merupakan suatu siklus. Setiap tahapan akan diikuti oleh tahapan lain secara terus menerus.
Tahapan-tahapan penelitian itu adalah:
1. Identifikasi masalah
Penelitian dimulai dari pertanyaan yang belum dapat dijawab oleh seorang peneliti. Untuk
ini diperlukan adanya motivasi yang berupa rasa ingin tahu untuk mengembangkan dan
menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk melihat dengan jelas tujuan dan sasaran
penelitian, perlu diadakan identifikasi masalah dan lingkungan masalah itu. Masalah penelitian
selanjutnya dipilih dengan kriteria, antara lain apakah penelitian itu dapat memecahkan
permasalahan, apakah penelitian itu dapat diteliti dari taraf kemajuan pengetahuan, waktu, biaya
maupun kemampuan peneliti sendiri, dan lain-lain. Substansi permasalahan diidentifisikasikan
dengan jelas dan konkrit. Pengertian-pengertian yang terkandung didalamnya dirumuskan secara
operasional. Sifat konkrit dan jelas ini, memungkinkan pertanyaan-pertanyaan yang diteliti dapat
dijawab secara eksplisit, yaitu apa, siapa, mengapa, bagaimana, bilamana, dan apa tujuan
penelitian. Dengan identifikasi yang jelas peneliti akan mengetahui variabel yang akan diukur
dan apakah ada alat-alat untuk mengukur variabel tersebut.
2. Perumusan masalah atau Hipotesis
Setelah menetapkan berbagai aspek masalah yang dihadapi, peneliti mulai menyusun
informasi mengenai masalah yang mau dijawab atau memadukan pengetahuannya menjadi suatu
perumusan. Perumusan masalah dapat dilakukan dengan pembuatan model. Biasanya dibuat
dengan cara membentuk kalimat tanya atau pertanyaan dari masalah yang kita hadapi. Hipotesis
juga merupakan salah satu bentuk konkrit dari perumusan masalah. Dengan adanya hipotesis,
pelaksanaan penelitian diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Pada umumnya
hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menguraikan hubungan sebab-akibat antara
variabel bebas dan tak bebas gejala yang diteliti. Hipotesis mempunyai peranan memberikan
arah dan tujuan pelaksanaan penelitian, dan memandu ke arah penyelesaiannya secara lebih
efisien. Hipotesis yang baik akan menghindarkan penelitian tanpa tujuan, dan pengumpulan data
yang tidak relevan. Dengan catatan, tidak semua penelitian memerlukan hipotesis.
3. Penelusuran pustaka
Penelitian dimulai dengan penelusuran pustaka yang berhubungan dengan subyek
penelitian tersebut. Penelusuran pustaka merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan
informasi yang relevan untuk penelitian. Penelusuran pustaka dapat menghindarkan duplikasi
pelaksanaan penelitian. Dengan penelusuran pustaka dapat diketahui penelitian yang pernah
dilakukan dan dimana hal itu dilakukan.
4. Rancangan penelitian
Rancangan penelitian mengatur sistematika yang akan dilaksanakan dalam penelitian.
Memasuki langkah ini peneliti harus memahami berbagai metode dan teknik penelitian. Metode
dan teknik penelitian disusun menjadi rancangan penelitian. Mutu keluaran penelitian ditentukan
oleh ketepatan rancangan penelitian.
5. Pengumpulan data
Data penelitian dikumpulkan sesuai dengan rancangan penelitian yang telah ditentukan.
Data tersebut diperoleh dengan jalan pengamatan, percobaan atau pengukuran gejala yang
diteliti. Data yang dikumpulkan merupakan pernyataan fakta mengenai obyek yang diteliti.
6. Pengolahan data
Data yang dikumpulkan selanjutnya diklasifikasikan dan diorganisasikan secara sistematis
serta diolah secara logis menurut rancangan penelitian yang telah ditetapkan. Pengolahan data
diarahkan untuk memberi argumentasi atau penjelasan mengenai tesis yang diajukan dalam
penelitian, berdasarkan data atau fakta yang diperoleh. Apabila ada hipotesis, pengolahan data
diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Dari data yang sudah terolah kadangkala
dapat dibentuk hipotesis baru. Apabila ini terjadi maka siklus penelitian dapat dimulai lagi untuk
membuktikan hipotesis baru.
7. Penyimpulan hasil
Setiap kesimpulan yang dibuat oleh peneliti semata-mata didasarkan pada data yang
dikumpulkan dan diolah. Hasil penelitian tergantung pada kemampuan peneliti untuk
menfasirkan secara logis data yang telah disusun secara sistematis menjadi ikatan pengertian
sebab-akibat obyek penelitian. Setiap kesimpulan dapat diuji kembali validitasnya dengan jalan
meneliti jenis dan sifat data dan model yang digunakan.
.

LAKUKAN : Kegiatan Individu


Coba lakukan kegiatan identifikasi masalah, sehingga Anda bisa mendapatkan topik atau
masalah yang layak untuk diteliti. Usahakan obyek penelitian Anda nanti khusus pada gejala
alam biotik.
No. Obyek Biotik Masalah yang mungkin
1. Hewan Pada musim penghujan tahun lalu ada tanah kosong yang
tergenang air. Setiap mulai senja hari ditempat itu ramai
dengan suara kodok. Pada musim hujan tahun ini keramaian
suara kodok tidak ada. Padahal air di tempat yang sama juga
masih menggenang. Apa penyebabnya ?
2.
Tanaman Pohon jati selalu menggugurkan daunnya pada musim
kemarau.
Rumusan masalah: (Mengapa pohon jati menggugurkan
daunnya pada musim kemarau?)
Hipotesis: pohon jati menggugurkan daunnya dimusim
kemarau untuk mengurangi penguapan.
Pembuktian hipotesis: melakukan penelitian/percobaan
Langkah 2, penelitian (Pembelajaran 3).

3. ................... ....................

También podría gustarte