Está en la página 1de 17

RUMAH SAKIT URIP SUMOHARJO

Jl. Urip Sumoharjo No 200 Sukarame Bandar Lampung 35131


Hunting : (0721) 771322, 771323, 771324, 707990,
Emergency Call : (0721) 700323, Fax. (0721) 771321

KOMITE KEPERAWATAN
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI LAMPUNG
TAHUN 2012

PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI LAMPUNG
NOMOR : / / /2012

TENTANG
NURSING STAFF BY LAWS
(PERATURAN INTERNAL STAF KEPERAWATAN)

1
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
Jl. Gedong Tataan KM 13 Telp. 0721-271170 – Fax. 271171
BANDAR LAMPUNG 35001

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA DAERAH


PROVINSI LAMPUNG
NOMOR : / / /2012

TENTANG
NURSING STAFF BY LAWS
(PERATURAN INTERNAL STAF KEPERAWATAN)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA DAERAH


PROVINSI LAMPUNG

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di


Rumah Sakit perlu adanya kompetensi internal yang menjadi
peran dan fungsi pengelolaan dan penilaian kinerja staf
keperawatan.

b. bahwa sehubungan dengan butir a tersebut diatas maka perlu


Keputusan Penetapan Peraturan Internal Staf Keperawan dari
Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung;

Mengingat : 1. Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

2. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

3. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

4. Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 1996 tentang Tenaga


Kesehatan (Lembaran Negara tahun 1996 Nomor 49,
Tambahan Lembar Negara Nomor 3637).

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


159.b/MenKes/Per/XII/1986 tentang Rumah Sakit.

6. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun


2002/MenDagri/I/2002 tentang Pedoman Susunan Organisasi
Dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah.

7. Keputusan menteri Kesehatan Nomor


1333/MenKes/SK/XII/1999 tentang standar pelayanan Rumah

2
Sakit.

9. Keputusan menteri Kesehatan Nomor


148/MenKes/SK/XII/2010 tentang Praktik Keperawatan.

10. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 10 Tahun 2007


tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Daerah Provinsi Lampung.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA


DAERAH PROVINSI LAMPUNG
TENTANG NURSING STAF BY LAWS
(PERATURAN INTERNAL STAF KEPERAWATA)

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

1) Staf perawat fungsional adalah perawat, bidan, perawat bidan, perawat spesialis
yang bekerja purna waktu maupun paruh waktu di unit pelayanan dan pendidikan
rumah sakit.
2) Unit pelayanan keperawatan antara lain adalah rawat jalan, rawat inap, rawat
gawat darurat, intensif general chek-up.
3) Pelayanan keperawatan spesialistik adalah pelayanan keperawatan spesialistik
keperawatan medical-bedah, maternitas, dan anak dengan basic pendidikan
magister keperawatan.
4) Unit kerja keperawatan adalah tempat staf keperawatan menjalankan profesinya,
unit kerja dapat berbentuk ruang rawat dan instalasi.
5) Komite keperawatan adalah wadah professional keperawatan yang
keanggotaannya berasal dari koordinator kelompok staf perawatdan atau yang
mewakili.
6) Sub komite adalah kelompok kerja di bawah komite keperawatan yang dibentuk
untuk mengatasi masalah khusus, anggota sub komite terdiri dari staf perawat dan
staf bidan.
7) Tenaga administrasi adalah orang atau sekumpulan orang yang bertugas
melaksanakan administrasi perkantoran guna menunjang pelaksanaan tugas-tugas
staf keperawatan, komite keperawatan, dan sub komite keperawatan.
8) Program pendidikan keperawatan adalah Pendidikan Spesialis, Ners, diploma III
dan IV keperawatan, dan diploma III dan IV kebidanan.

3
BAB II
NAMA, TUJUAN, DAN TANGGUNG JAWAB

Pasal 2

1) Nama kelompok perawat dan bidan yang berhak memberikan pelayanan


keperawatan di rumah sakit adalah kelompok staf perawat/bidan fungsional
(KSPF) Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung.

2) Pengelompokan anggota KSPF berdasarkan bidang Spesialis perawat yang ada


atau instalasi rawat yang ada di RSJD Provinsi lampung.

3) Nama wadah professional perawat yang keanggotaannya berasal dari Koordinator


kelompok staf perawat dan atau yang mewakili di unit kerjanya adalah komite
keperawatan RSJD Provinsi lampung.

Pasal 3

Tujuan dan pengorganisasian staf keperawatan fungsional adalah agar staf


keperawatan di RSJD Provinsi lampung dapat lebih menata dalam rangka peningkatan
mutu pelayanan, pendidikan dan penelitian hingga menghasilkan pelayanan
keperawatan yang berkualitas dan bertanggung jawab.

Pasal 4

Secara administrasi KSPF berada dibawah Direktur RSJD Provinsi lampung namun
sebagai fungsional sebagai profesi, anggota KSPF bertanggung jawab kepada komite
keperawatan melalui koordinator kelompok staf perawat.

BAB III
PENERIMAAN DAN PEMBERHENTIAN ANGGOTA SPF

Pasal 5
Persyaratan penerimaan calon anggota SPF

1) Sehat jasmani dan rohani.


2) Mempunyai kualifikasi pendidikan yang syah.
3) Bersedia melaksanakan pelayanan, pendidikan, penelitian di bidang keperawatan.

4
Pasal 6
Prosedur penerimaan calon anggota

Prosedur penerimaan anggota dilakukan sesuai dengan Standar Prosedur Operasional


penerimaan anggota SPF yang disusun oleh Komite Keperawatan melalui Sub komite
Kredensial dengan melibatkan pertimbangan dari KSPF yang bersangkutan.

Pasal 7
Syarat-syarat penerimaan

1) Mempunyai Ijazah Institusi Pendidikan Keperawatan baik Negeri maupun Swasta


yang diakui pemerintah dan memiliki Surat Tanda Registrasi dari PPNI dan Surat
izin Perawat dari Dinas Kesehatan.
2) Telah melalui proses penerimaan calon anggota SPF RSJD Provinsi lampung yang
dilaksanakan oleh Komite Keperawatan dan Direksi RSJD Provinsi lampung.
3) Memiliki surat keputusan penugasan dari Direktur RSJD Provinsi lampung.
4) Bersedia mengikuti peraturan sebagai PNS dan peraturan yang berlaku di RSJD
Provinsi lampung.

Pasal 8
Penerimaan kembali anggota SPF

Apabila seorang anggota SPF dengan alas an tertentu pindah/cuti diluar tanggungan
Negara hingga tidak bias menjalankan tugas sebagai anggota SPF dan yang
bersangkutan akan kembali menjadi anggota SPF, maka yang bersangkutan
diharuskan mendaftar ulang sesuai peraturan yang berlaku.

Pasal 9

Tenaga Perawat sebagai anggota SPF di RSJD Provinsi lampung dapat diberhentikan
keanggotaannya oleh Direktur bila ;
1) Meninggal dunia.
2) Memasuki masa pensiun.
3) Pindah tugas.
4) Hilangnya hak sebagai PNS/Non PNS akibat ketentuan hukum yang telah
berkekuatan tetap

5
BAB IV
Kategori Staf Perawat

Pasal 10

1) Perawat/Bidan tetap atau Perawat/Bidan yang direkrut melalui penerimaan PNS,


Honorer atau Magang untuk memberikan pelayanan keperawatan di RSJD
Provinsi lampung.
2) Perawat Mitra yaitu perawat yang membuat kerjasama dengan Perawat RSJD
Provinsi lampung dalam hal pemberian pelayanan keperawatan dalam keahlian
tertentu.
3) Perawat paruh waktu yaitu perawat yang memberikan pelayanan keperawatan di
rawat inap maupun rawat jalan pada waktu tertentu yang disepakati bersama oleh
perawat dan Rumah sakit.
4) Perawat konsultan yaitu perawat yang karena keahliannya direkrut oleh RSJD
Provinsi lampung untuk memberikan pelayanan konsultasi kepada staf
keperawatan lain yang memerlukannya.

Pasal 11

1) Tugas Staf Perawat Fungsional


a. Melaksanakan kegiatan profesi yang meliputi ; pengkajian, diagnostic
keperawatan, rencana keperawatan, tindakan, evaluasi, dan catatan
perkembangan serta perencanaan pasien pulang.
b. Meningkatkan kemampuan profesionalnya, melalui program pendidikan,
pelatihan, penelitian secara berkelanjutan.
c. Menjaga kualitas pelayanan sesuai dengan standar profesi; SAK, SOP, SEK,
standar pendidikan dan standar pembimbing.
d. Menyusun, mengumpulkan, menganalisa dan membuat laporan pemantauan
indicator mutu peleyanan keperawatan.
e. Memberikan pendidikn dan pelatihan kepada peserta didik.
f. Menangani penderita gawat darurat atau sebagai konsulen penderita gawat
darurat.

2) Tanggung jawab Staf Perawat Fungsional


a. Memberikan rekomendasi melalui ketua komite keperawatan/sub komite
kredensial kepada Direktur RS terhadap permohonan penempatan perawat
baru di Rumah Sakit. Penempatan berdasarkan SK Direktur RS.
b. Melakukan evalusi penampilan kinerja praktek perawat berdasarkan data yang
komprehensif.
c. Memberikan kesempatan bagi para perawat untuk mengikuti secara kontinyu
perkembangan profesi.
d. Memberikan masukan kepada Direktur Rumah Sakit melalui Ketua Komite
keparawatan yang berkaitan dengan praktek keperawatan.
e. Memberikan laporan melalui Ketua Komite Keperawatan kepada Direktur Rs
yang meliputi hasil pemantauan indicator mutu pelayanan keperawatan,
evaluasi kinerja, pengembangan staf.

6
f. Melakukan perbaikan standar prosedur operasional, SAK, SEK, standar
bimbingan/pendidikan dan dokumen yang terkait sesuai dengan
perkembangan keilmuan.
Pasal 12
KEWAJIBAN STAF PERAWAT FUNGSIONAL

1) Mentaati peraturan internal Staf Perawat Fungsional.


2) Melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab.
3) Mengindahkan Kode Etik Keperawatan Indonesia dan Etik Rumah Sakit
Indonesia.
4) Mempunyai surat ijin praktek di RSJD Provinsi lampung.
5) Memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan standar profesi.
6) KSPF wajib menyusun Standar Asuhan Keperawatan (SAK), Standar Operasional
Prosedur (SOP), Standar Etika Keperawatan (SEK), Standar
Bimbingan/Pembimbing.
7) KSPF wajib menyusun indicator mutu pelayanan keperawatan/ kinerja (indicator
output atau outcome).
8) Menyusun uraian tugas untuk masing-masing anggota.
9) Memantau kebijakan RS tentang pelaksanan asuhan keperawatan dan
pendokumentasian dengan lengkap.
10) Merujuk ke staf perawat yang mempunyai keahlian/kemampuan yang lebih baik
apabila tidak mampu melakukan tindakan keperawatan.
11) Merahasiakan segala yang diketahui tentang pasien bahkan setelah pasien itu
meninggal dunia.
12) Melakukan pertolongan darurat atas dasar kemanusiaan, kecuali bila ia yakin da
orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya.
13) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya secara terus menerus dengan ikut
serta aktif dalam program pendidikan, pelatihan dan penelitian yang
berkesinambungan dan pengembangan keperawatan lainnya.
14) Membangun dan membina kerja sama dengan sejawat dan profesi lainnya demi
kelancaran pelayanan keperawatan.
15) Bersedia ikut dalam program dan kegiatan Komite Keperawatan dan Rumah sakit.
16) Berperan aktif pada penelitian dibidang keperawatan.
17) Tidak melibatkan diri dalam kegiatan yang patut diduga dapat merugikan
penderita dan Rumah Sakit.

Pasal 13
Hak-hak anggota Staf perawat Fungsional

1) Menggunakan hak keperawatan di RSJD Provinsi lampung.


2) Mendapatkan gaji dan tunjangan lain, hak cuti serta hak lain sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
3) Mendapatkan imbalan jasa pelayanan sesuai dengan peraturan pemerintah yang
sah di RSJD Provinsi lampung.
4) Memperoleh perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas profesinya sesuai
dengan nperaturan perundang-undangan yang berlaku dan wajib diasuransikan
oleh Rumah Sakit.

7
5) Memperoleh hak pemeriksaan kesehatan secara Cuma-Cuma minimal sekali
dalam satu tahun.

6) Jika sakit yang bersangkutan beserta istri/suami dan anak (sesuai dengan peraturan
Askes) berhak mendapatkan perawatan rawat inap setingkat lebih tinggi dari
haknya sesuai peraturan yang berlaku di RSJD Provinsi lampung, dan untuk
pembelian obatyang tidak terdapat pada daftar obat Askes mendapatkan potongan
harga netto.

BAB V
KEWENANGAN KLINIS (CLINICAL PRIVILEGES)

Pasal 14

1) Kewenangan klinis adalah kewenangan yang dimiliki oleh anggota SPF sesuai
dengan profesi dan keahliannya terdiri dari kewenangan temporer, kewenangan
emergensi, dan kewenangan professional.
2) Kewenangan temporer adalah kewenangan yang diberikan /ditetapkan oleh
Direktur kepada anggota SPF dalam jangka waktu tertentu disebabkan oleh
kebutuhan atau situasi/kondisi.
3) Kewnangan emergensi, kewenangan yang dimiliki oleh anggota SPF untuk
mengatasi suatu keadaan darurat pada pasien, kecuali bila ia menganggap ada
anggoata SPF lain mempunyai kemampuan yang lebih di lingkungan RSJD
Provinsi lampung.
4) Kewenangan professional, kewenagan yang dimiliki oleh anggota SPF sesuai
dengan kemampuan standar profesi.

Pasal 15
Hak-hak Klinis

1) Hak klinis adalah kewenangan dari anggoata SPF untuk melakukan pelayanan
keperawatan sesuai denga profesi dan keahliannya. Tanpa hak klinis maka
seseorang tenaga keperawatan tidak dapat menjadi anggota SPF dan bekerja di
RSJD Provinsi lampung.
2) Hak klinis diberikan oleh Direktur Rumah sakit atas rekomendasi Komite
Keperawatan, sesuai dengan prosedur penerimaan anggota.
3) Hak klinis diberikan kepada seorang anggota SPF untuk jangka waktu 5 tahun.
Pemberian hak klinik ulang dapat diberikan setelah yang bersangkutan mendapat
resertifikasi dari organisasi profesi.

8
Pasal 16
Pembatasan Hak Klinis

1) Komite Keperawatan bila memandang perlu dapat memberikan rekomendasi


kepada Direktur Rumah Sakit agar anggota SPF yang bersangkutan dai batasi hak
klinisnya, atas dasar anggota SPF tidak melaksanakan tugasnya tidak sesuai
dengan standar profesi.
2) Sub Komite kredensial membuat rekomendasi pembatasan hak klinis anggota
setelah terlebih dahulu :
a. Koordinator Staf Perawat (KSPF) mengajukan surat untuk
mempertimbangkan pembatasan hak klinis dari anggota SPF nya kepada
Ketua Komite Keperawatan.
b. Komite Keperawatan meneruskan permohonan tersebut kepada sub komite
yang sesuai untuk meneliti kinerja klinis dan etika profesi dan anggota SPF
yang bersangkutan.
c. Komite Keperawatan berhak memanggil anggoata SPF yang bersangkutan
untuk memberikan penjelasan dan pembelaan diri setelah sebelumnya
diberikesempatan untuk membaca dan mempelajari bukti-bukti tertulis tentang
pelanggaran yang dibuat.
d. Komite Keperawatan dapat meminta pendapat dari pihak lain yang terkait.

Pasal 17
Pencabutan Pembatasan Hak Klinis

Pencabutan pembatsan hak klinis dilaksanakan oleh Direktur Rumah Sakit atas usul
Komite Keperawatan bila SPF tersebut telah melaksanakan sesuai waktu yang telah
ditentukan pada saat sanksi pembatasan.

Pasal 18
Pencabutan Hak Klinis

Pencabutan hak klinis dilaksanakan apabila ;


1) Pindah dari lingkungan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung.
2) Meninggal dunia.

9
BAB VI
PENGORGANISASIAN STAF PERAWAT

Pasal 19
Struktur Organisasi

1) Anggota SPF dikelompokan sesuai dengan profesi dan keahliannya


(Spesialis/Pelatihan) SPF yang ada di RSJD Provinsi lampung adalah ;
a. SPF Ruang Rawat Inap Akut dan intermidiet (Cenderawasih)
b. SPF Ruang Rawat Inap Akut dan tenang (Melati)
c. SPF Ruang Rawat Inap Tenang (Kutilang)
d. SPF Rawat jalan dan Kesehatan Jiwa Masyarakat.
e. SPF Unit Gawat Darurat.

2) Susunan kepengurusan SPF terdiri dari ;


a. Koordinator merangkap anggota.
b. Sekretaris merangkap anggota.
c. Koordinator Asuhan merangkap anggota.
d. Koordinator pendidikan merangkap anggota.
e. Koordinator penelitian dan pengembangan merangkap anggota.

3) Masa bakti kepengurusan SPF adalah 5 tahun.


4) Pembentukan SPF dapat dilakukan apabila terdapat minimal 2 anggota dari
disiplin ilmu yang sama.

Pasal 20
Koordinator Staf Perawat Fungsional (KSPF)

1) Pemilihan calon Koordinator SPF dilakukan dalam rapt pleno SPF denga prosedur
yang telah ditetapkan oleh Komite Keperawatan.
2) Koordinator SPF ditetapkan oleh Direktur RS dari calon terpilih yang diajukan.
3) Dalam menentukan coordinator SPF tersebut, bila dianggap perlu Direktur dapat
meminta pendapat kepada Komite Keperawatan.
4) Bila anggota SPF kurang dari 3 orang, maka penentuan kooordinator SPF
dilakukan setelah mendapat saran /masukan dari komite keperawatan.
5) Koordinator terpilih menjadi anggota komite keperawatan.
6) Tugas Koordinator SPF adalah mengkoordinasikan semua kegiatan anggota serta
menyusun uraian tugas, wewenang dan tata kelola anggota SPF dalam SPF yang
dipimpin.
7) Masa bakti Koordinator SPF selama 5 tahun kemudian dilakukan pemilihan ulang.
8) Koordinator SPF mempunyai wewenang mengatur anggota SPF yang mempunyai
jabatan rangkap di structural dan membebastugaskan dari kegiatan rutin SPF serta
akan diterima kembali setelah yang bersangkutan selesai dengan tugas jabatan
strukturalnya.

10
Pasal 21
Sekretaris

1) Sekretaris dipilih oleh Koordinator SPF dari anggota tetap SPF.


2) Sekretaris SPF bertugas membantu Koordinator SPF dalam bidang administrasi
dan manajemen.

Pasal 22

1) Koordinator Asuhan dipilih oleh Koordinator SPF terkait.


2) Koordinator Asuhan SPF bertugas membantu Koordinator SPF dalam koordinasi
pelayanan keperawatan.

Pasal 23

1) Koordinator Pendidikan dipilih oleh Koordinator SPF terkait.


2) Koordinator Pendidikan SPF bertugas membantu Koordinator SPF
dalam hal pendidikan dan pelatihan baik terhadap anggota maupun peserta didik.

Pasal 24

1) Koordinator Penelitian dan pengembangan dipilih oleh Koordinator SPF terkait.


2) Koordinator Penelitian dan pengembangan SPF bertugas membantu Koordinator
SPF dalam kegiatan penelitian dan pengembangan.

Pasal 25

SPF mempunyai tugas untuk melakukan pelayanan keperawatan, pendidikan dan


pelatihan terhadap mahasiswa keperawatan, meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan serta penelitian dan pengembangan sesuai dengan kemajuan ilmu
keperawatan.

Pasal 26

Kewenangan Staf Perawat fungsional

1) Memberikan rekomendasi tentang penempatan anggota SPF baru dan penempatan


ulang anggota SPF kepada Direktur melalui Ketua Komite Keperawatan.
2) Melakukan evaluasi kinerja anggota SPF didalam kelompoknya dan bersama-
sama dengan komite keperawatan menentukan kompetensi dari anggota tersebut.
3) Melakukan evaluasi dan revisi (bila diperlukan) terhadap peraturan internal SPF,
SAK, SOP, SEK, dan standar bimbingan/Pembimbing, serta standar
administrasi/manajerial.

11
BAB VII
Komite Keperawatan
Nama Dan Struktur Organisasi

Pasal 27

1) Nama organisasi Komite Keperawatan adalah wadah professional Perawat yang


anggotanya terdiri dari Koordinator-koordinator Kelompok SPF dan atau yang
mewakili disiplin ilmu tersebut.
2) Komite Keperawatan mempunyai otoritas tertinggi dalam pengorganisasian staf
perawat.
3) Susunan kepengurusan komite keperawatan terdiri dari ;
a. Ketua
b. Sekretaris
c. Sub Komite/anggota.
4) Masa bakti kepengurusan komite keperawatan adalah 5 tahun dan dapat dipilih
kembali maksimal 2 kali.
5) Jika jabatan yang bersangkutan sebagai Koordinator SPF berakhir, maka
jabatanya sebagai anggota komite keperawatan diganti oleh Koordinator SPF yang
baru.
6) Kepengurusan Komite Keperawatan melalui rapat pleno memilih ketua.
7) Calon ketua Komite keperawatan dipilih oleh anggota SPF di lingkungan Rumah
Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung.
8) Sekretaris dipilih oleh Ketua Komite Keperawatan terpilih.
9) Pemilihan sesuai dengan prosedur tetap yang telah diatur dalam peraturan internal
Komite Keperawatan.

Pasal 28
Tugas

1) Membantu Direktur Rumah Sakit menyusun standar profesi dan memantau


pelaksanaannya.
2) Melaksanakan pembinaan etik profesi, disiplin profesi, dan mutu profesi.
3) Mengatur kewenangan profesi antar kelompok staf perawat.
4) Membantu Direktur Rumah Sakit menyusun peraturan internal staf perawat dan
memantau pelaksanaannya.
5) Membantu Direktur Rumah Sakit menyusun kebijakan dan proseur yang terkait
dengan legal aspek dalam keperawatan.
6) Melakukan koordinasi dengan Seksi Keperawatan dalam melaksanakan
pemantauan dan pembinaan pelaksanaan tugas kelompok staf perawat.
7) Meningkatkan program pelayanan keperawatan, pendidikan, penelitian dan
pengembangan dalam bidang keperawatan.
8) Melakukan monitoring dan evaluasi mutu pelayanan keperawatan.
9) Memberikan laporan kegiatan kepada Direktur Rumah Sakit.

12
Pasal 29
Fungsi

1) Fungsi komite keperawatan adalah sebagai pengaruh dalam pemberian pelayanan


keperawatan sedangkan staf perawat adalah pelaksana pelayanan keperawatan.
2) Fungsi komite keperawatan meliputi ;
a. Memberikan saran kepada Direktur Rumah Sakit.
b. Mengkoordinasikan dan mengarahkan kegiatan pelayanan keperawatan.
c. Menangani hal-hal yang berkaitan dengan etik profesi keperawatan.
d. Menyusun kebijakan pelayanan keperawatan sebagai standar yang harus
dilaksanakan oleh semua kelompok staf perawat di Rumah Sakit.

Pasal 30
Wewenang

1) Memberikan usulan rencana kebutuhan dan peningkatann kualitas tenaga


keperawatan melalui pendidikan.
2) Memberikan pertimbangan tentang rencana pengadaan, penggunaan dan
pemeliharaan peralatan keperawatan serta pengembangan tenaga dan pelayanan
keperawatan.
3) Monitoring dan evaluasi yang terkait dengan mutu pelayanan keperawatan sesuai
dengan yang tercantum dalam tugas komite keperawatan.
4) Monitoring dan evaluasi efisiensi dan efektifitas penggunaan alat-alat
keperawatan.
5) Melaksanakan pembinaan etik profesi serta mengatur kewenangan profesi antar
kelompok staf perawat.
6) Membentuk tim klinis yang mempunyai tugas dan menangani kasus-kasus dalam
pelayanan keperawatan yang memerlukan koordinasi lintas profesi.
7) Memberikan rekomendasi tentang kerja sama antar Rumah Sakit dan Institusi
Pendidikan Keperawatan.

Pasal 31
Tanggung Jawab

1) Tanggung jawab komite keperawatan adalah terkait dalam mutu pelayanan


keparawatan, pembinaan etik profesi keperawatan dan pengembangan profesi
keperawatan.
2) Tanggung jawab komite keperawatan kepada Direktur Rumah Sakit.

Pasal 32
Kewajiban

Komite Keperawatan mempunyai kewajiban sebagai berikut ;


1) Menyusun peraturann internal staf perawat (nursing staff by laws)
2) Membuat standarisasi format untuk standar profesi.

13
3) Membuat standarisasi format pengkajian, pemantauan, dan pelaporan indicator
mutu pelayanan keperawatan.
4) Melakukan pemantauan mutu klinik, etika profesi keperawatan dan pelaksanaan
pengembangan profesi perawat.

Pasal 33
Sub Komite

1) Sub komite adalah kelompok kerja khusus yang bertugas membantu tugas klinis
bidang keperawatan.
2) Sub Komite dibentuk sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.
3) Sub Komite kepengurusannya ditetapkan oleh surat keputusan Direktur.
4) Keanggotaan Sub Komite terdiri dari anggota tetap staf perawat fungsional.
5) Susunan kepengurusan Sub Komite terdiri dari ;
a. Ketua merangkap anggota.
b. Sekretaris merangkap anggota.
c. Anggota.
6) Tata kerja Sub Komite meliputi ;
a. Sub Komite membuat kebijakan, program prosedur operasional.
b. Sub Komite membuat laporan berkala dan laporan tahunan kepada komite
keperawatan.
c. Biaya operasional dibebankan oleh anggaran Rumah Sakit.
7) Sub Komite di RSJD Provinsi Lampung terdiri dari ;
a. Sub Komite Kredensial.
b. Sub Komite Peningkatan Mutu Keperawatan.
c. Sub Komite Disiplin dan Etik Profesi.

8) Jumlah Sub Komite dapat ditambah atau dikurang sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 34
Rapat

1) Untuk kemudahan dan kelancaran tugas operasional komite keperawatan maka


melalui BPH mengadakan rapat rutin/berkala dan rapat gabungan.
2) Rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diselenggarakan sebulan sekali untuk
rapat rutin/berkala dan untuk rapat gabungan (siding pleno) diadakan sekurang-
kurangnya (3) bulan sekali.
3) Mekanisme rapat diatur dalam pedoman pelaksanaan komite keperawatan.

14
BAB VIII
KERAHASIAN DAN INFORMASI KEPERAWATAN

Pasal 35
Kerahasian Pasien

Pengungkapan kerahasian pasien dapat dimungkinkan pada keadaan ;


1) Menjalankan undang-undang ( Ps 50 KUHP).
2) Perintah Jabatan (Ps 51 KUHP)
3) Bela diri (Ps 48 KUHP).
4) Pendidikan dan penelitian (permenkes 269/08 Ps 10).

Pasal 36
Informasi Keperawatan

!) Hak-hak pasien yang dimaksud adalah hak-hak pasien sebagaimana yang terdapat
didalam Peraturan Menteri Kesehatan.
2) Informasi keperawatan yang harus diungkap dengan jujur dan benar adalah
mengenai ;
a. Keadaan Kesehatan pasien.
b. Rencana keperawatan dan alternatifnya.
c. Manfaat dan masing-masing alternative tindakan.
d. Prognosis.
e. Kemungkinan Komplikasi.

BAB IX
PENGAWASAN

Pasal 37

1) Pembinaan dan pengawasan Peraturan internal SPF dilaksaanakan bersama


Direktur RSJD Provinsi Lampung, Komite Keperawatan, Satuan pengawas
internal dan SPF.
2) Mekanisme pengawasan diatur dalam peraturan pengawasan internal RSJD
Provinsi Lampung yang meliputi ; pengawasan internal dan pengawasan
eksternal , pengawasan disiplin, etik, mutu.
3) Kewenangan SPF dilakukan oleh Komite Keperawatan melalui sub komite
dilingkungan komite keperawatan yang telah ditetapkan oleh Direktur RSJD
Provinsi Lampung.

15
BAB X
KETENTUAN PERUBAHAN

Pasal 38

1) Peraturan interna SPF dapat dirubah/disempurnakan dengan mekanisme yang


disepakati oleh Direktur RSJD Provinsi Lampung, komite keperawatan dan staf
perawat fungsional.
2) Wewenang melakukan perubahan adalah menjadi kewenangan Direktur RSJD
Provinsi Lampung , komite keperawatan dan staf perawat fungsional sesuai
kebutuhan.
3) Mekanisme perubahan/penyempurnaan dilakukan melalui pemberitahuan oleh
Direktur RSJD Provinsi Lampung, komite keperawatan dan dibahas bersama.

BAB XI
PENUTUP

Pasal 39

1) Peraturan Internal Staf Perawat Fungsional ini berlaku sejak ditetapkan.


2) Semua peraturan yang berlaku sebelumnya, tetap berlaku sepanjang materinya
tidak diatur dalam peraturan internal SPF ini.

Ditetapkan di Bandar Lampung


Pada tanggal 01 Januari 2012

Direktur RSJD Provinsi Lampung

dr. Heri Djoko Subandriyo, MKM


NIP. 19610426199603 1 001

16
17

También podría gustarte