Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang rendah.
Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40 mg/dL setelah
kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir, atau pembacaan strip reagen oxidasi
glukosa darah. Hanya 20% hipoglikemia bersifat simptomatik, yaitu hipoglikemia yang
disertai gejala neurologis dan gejala tersebut akan hilang setelah pemberian glukosa,
tetapi kerusakan otak masih mungkin terjadi dan gejala akan terlihat kemudian. Pada
hipoglikemia berat gejala menyarupai asfiksia.Pada bai baru lahir dengan kejang atau
jitteriness hendaknya dilakukan pemeriksaan Dextrostix berulang.
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar
glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan
antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom
hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas,
gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung
meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia). (Nabyl, 2009)
Nilai kadar glukosa darah/plasma atau serum untuk diagnosis hipoglekemia pada
berbaga ikelompok umur anak:
1. Untuk setiap neonatus manapun, kadar glukosa<40-45 mg/dl dianggap tidak normal
2. Menurut WHO hipoglikemi adalah bila kadar glukosa/gulan darah<47 mg/dl.
3. Gejala sering tidak jelas/asimptomatik, semua tenaga kesehatan perlu mewaspadai
kemungkinan adanya hipoglikemi.
4. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dapat mencegah konsekuensi yang serius.
B. Etiologi
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda
suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak
dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang
disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila
menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat pemeriksa gula
darah sendiri.
b. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua
kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan.Kadar insulin dalam
darah harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi.Jika makanan yang anda
konsumsi kurang maka keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
c. Aktifitas terlalu berat.
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat
anda berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga
kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik
untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.
d. Minum alkohol tanpa disertai makan.
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan
menurun.
e. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi obat
diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah
mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari
maka saat bangun pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.
f. Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi
suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang
sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan
penyerapan insulin menjadi lambat.
g. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda
harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau
diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang.
h. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh
usus.Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan dengan
glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah
menurun sebelum glukosa yang baru menggantikannya.
i. Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon. Hormon
ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka
pengendalian kadar gula darah menjadi terganggu.
j. Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.
k. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam
beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum menjamin
tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.
D. Patofisiologi
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada
glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar.Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat
memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam
beberapa menit saja.Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung
pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam
system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan
mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang
telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM).
Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar
neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah
insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat,
protein, lemak, ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis.
§ dehidrasi
§ kehilangan elektrolit
§ asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang
pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua factor ini
akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang
berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan
elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh urinaria
berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita
ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400
hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi asam-asam
lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan keton oleh hati,
pada keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat
dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut,
badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan
menimbulkan asidosis metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik
akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti
perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak
tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan
fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit
kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara
pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional,
penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping
gejala adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat
berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia
yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi,
serangan kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran
(Smeltzer. 2001).
PathWay Hipoglikemia
E. Manifestasi klinis
a. Jitteriness
b. Sianosis
c. Kejang atau tremor
d. Letargi dan menyusui yang buruk
e. Apnea
f. Tangisan yang lemah atau bernada tinggi
g. Hipotermia
h. RDS
i. Refleks hisap bayi kurang
j. Gerakan mata berputar/nistagmus
k. Keringat dingin
l. Pucat
m. Muntah
n. Apatis
F. Klasifikasi Hipoglikemia
c. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian glukosa dengan
konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit sampai pasien sadar
disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.
I. Pencegahan Hipoglikemi
Menghindari factor resiko yang dapat dicegah, contohnya hipotermi
Pemberian makan enteral merupakan tindakan preventif tunggal paling penting.
Jika bayi tidak mungkin menyusu, mulailah pemberian minum dengan
menggunakan sonde dalam waktu 1-3 jam setelah lahir.
Neonats yang beresiko tinggi harus dipantau nilai glikosanya sampai asupannya
penuh dari 3x pengukuran normal sebelum pemberian minum berada diatas
45mg/dl
Jika ini gagal, terapi intravena dengan glukosa 10% harus dimulai dan kadar
glukosa dipantau.
J. Perawatan Hipoglikemi
Kebutuhan glukosa>12mg/kg/menit menunjukkan adanya hiperinsulinisme. Keadaan ini
dapat diperbaiki dengan
Hidrokortison 5 mg/kg IV atau IM setiap 12 jam
Glucagon 200 mg IV (segera atau infus berkesinambungan 10 mg/kg/jam)
Diazoxide 10mg/kg/hari setiap 8 jam menghambat sekresi insulin pancreas.
b) Breathing
Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :
Beri oksigen
Posisikan semi Flower
c) Circulation
Menilai sirkulasi / peredaran darah
Cek capillary refill
Auskultasi adanya suara nafas tambahan
Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik.
Cek Frekuensi Pernafasan
Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan
Cek tekanan darah
Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil
d) Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon
terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat mobilisasi
pasien.Posisikan pasien posisi semi fowler, esktensikan kepala, untuk
memaksimalkan ventilasi.Segera berikan Oksigen sesuai dengan kebutuhan, atau
instruksi dokter.
N. Asuhan Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN KASUS
Keluarga mengatakan bayi baru lahir usia2 hari dengan keluhan bayinya gemetar,
tangisannya lemah, pucat, timbul keringat dingin, dan bayi malas menyusu.
III. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a. Prenatal
Klien adalah anak ke 3 dari 3 bersaudara.Ibu klien mengatakan kehamilannya
tidak direncanakan.Keluhan selama kehamilan tidak ada.Ibu klien juga
mengatakan tidak mengkonsumsi obat-obatan selama hamil.Kontrol
kehamilan ada yaitu sebanyak 3 kali.Ibu klien mengatakan tidak pernah
mendapat imunisasi TT, hanya mendapat kapsul vitamin A sebanyak 1 kali.
b. Intranatal
Klien lahir melalui persalinan spontan. Persalinan ditolong oleh bidan
setempat dengan usia kehamilan cukup bulan (± 38 minggu) atau aterm. Ibu
klien mengatakan tidak dapat mengingat berapa lama proses persalinan.
Penggunaan alat khusus seperti vacum, dan forcep untuk membantu proses
persalinan tidak ada, komplikasi persalinan tidak ada.
c. Neonatal
BB klien waktu lahir 4000 gram, bayi termasuk SMK, Panjang badan (ibu
lupa). ASI diberikan 48 jam setelah kelahiran. Sebagai pengganti ASI, klien
mendapat 8x30 cc susu formula.
d. Postnatal
Klien dirawat di rumah bidan selama 2 hari.Perubahan berat badan tidak
diketahui.
IV. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien masuk RSU Kasih Bunda Padang pada tanggal 28Januari 2017 pukul 08:00
WIB dengan keluhan bayinya malas menyusu disertai gemetar, tangisannya
lemah, pucat, timbul keringat dingin.
V. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan memiliki riwayat penyakit diabetes atau penyakit gula yang
diderita oleh ibu sebelum hamil hingga saat hamil. Dan ibu mengatakan tidak
mempunyai penyakit kelamin, darah tinggi, hepatitis, TBC, asma dan HIV/AIDS
begitu pula dengan keluarganya.
VI. Riwayat Laktasi
Ibu mengatakan bayinya kesulitan minum ketika di beri ASI sejak lahir, daya
hisapnya pun lemah. Ketika disusui bayi terlihat malas dan tertidur.
VII. Riwayat Eliminasi
Bayi BAB 2 kali sehari. Dan BAK 7 kali dalam sehari.
VIII. Riwayat Imunisasi
Ibu mengatakan bayinya telah mendapat imunisasi Hb0 pada umur 1 hari.
IX. Data Objektif
1. Keadaan umum Keadaan Umum : Bayi terlihat lemas dan mengantuk
Tanda-tanda vital :
Nadi : 134 x/menit
Pernapasan : 65 x/menit
Suhu : 36 °C
2. Ukuran antropometri
BB : 4000 gram
LK : 35 cm
LILA : 10 cm
PB : 52 cm
LD : 34 cm
X. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Tidak ada moulase , tidak ada caput succadenum, tidak ada
cephalhematom, ubun-ubun lunak, tidak cekung/cembung, tampak verniks
di kulit kepala.
b. Telinga : Simetris, letak sejajar dengan ujung mata.
c. Mata : Mata tidak kering, konjungtiva merah muda, sklera putih, gerakan
mata berputar.
d. Hidung : Tidak ada napas cuping hidung, tidak ada ronchi dan wheezing,
pernapasan belum teratur.
e. Mulut : Tidak ada labiopalatoskizis, reflek hisap lemah
f. Leher : Pergerakan leher tampak ekstensi bila badan diangkat, tidak ada
fraktur klavikula, tidak ada pembesaran abnormal.
g. Dada : Normal, payudara dan puting susu simetris, bunyi nafas dada
vaskuler, tidak terdengan bunyi jantung ke tiga.
h. Abdomen : Bentuk normal. Tidak ada pembesaran hepar, keadaan tali pusat
masih basah dan tidak ada tanda infeksi.
i. Punggung : Tidak ada spina bifida.
j. Genital : Jenis kelamin perempuan, labia mayora menutupi labia minora
k. Anus : Berlubang dan sudah mengeluarkan mekonium.
l. Kulit : Terdapat verniks kaseosa sedikit, warna kulit merah tidak keriput,
turgor kulit jelek, tidak ada pembengkakan dan tidak ada tanda lahir.
m. Ekstremitas
· Atas : Gerakan tangan lemah, jari-jari tangan lengkap, dan tidak ada
kelainan.
· Bawah : Gerakan kaki lemah, jari-jari lengkap, dan tidak ada kelainan.
n. Reflek
- Reflek moro : ada
- Reflek rooting : lemah
- Reflek sucking : lemah
- Reflek swallowing : ada
- Reflek tonik neck : ada
- Reflek babinsky : ada
XI. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium, GDS bayi : 39 mg/dl
( <180 mg/dl )
Hb: 11,2
Leukosit: 20.300
Ht: 45
Tromosit: 230 ribu
XII. Data Tambahan
GDS ibu : 250 mg/dl
B. Analisa Data
Nutrition monitoring
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan berat
badan
Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
Monitor lingkungan selama
makan
Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam makan
Monitor kulit kering dn
perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut
kusam dan mudah patah
Monitor mual muntah
Monitor kadar albumin, total
protein,Hb, dan dkadar Ht
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat, kemerahan dn
kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan intake nutrisi
Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papilla lidh dan
cavitas oral
Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
Berikan informasi tentang
heamolitik desaese of the
newborn. Diskusikan kenyataan
bahwa terapi tergantung pada
tipe dan beratnya penyakit.
Kaji tingkat pengetahuan
keluarga pasien tentang penyakit
yang diderita
Beri penjelasan pada keluarga
klien tentang penyakit dan
kondisi bayi sekarang
Minta keluarga klien mengulangi
kembali tentang materi yang
telah diberikan
4. Resiko terjadi NOC NIC
infeksi Immune status Infection control (control infeksi)
berhubungan Knowledge: infection Bersihkan lingkungan setelah
dengan penurunan control dipakai pasien lain
daya tahan tubuh. Risk control Pertahankan teknik isolasi
Kriteria hasil: Batasi pengunjung bila perlu
Penularan Klien bebas Intruksikan pada pengnjung
dari tanda dan gejala untuk mencuci tangan saat
infeksi berkunjung dan setelah
Mendeskripsikan berkunjung meninggalkan pasien
proses penularan Gunakan sabun antimikroba ntuk
penyakit, factor yang mencuci tangan
mempengaruhi Cuci tangan setiap sebelum dan
penularan serta sesudah tindakan keperawatan
penatalaksanaannya
Gunakan baju, sarung tangan
Menunjukkan
sebagai pelindung
kemampuan untuk
Pertahankan lingkungan aseptic
mencegah timbulnya
selama pemasangan alat
infeksi
Jumlah leukosit dalam Ganti letak IV perifer dan line
batas normal central dan dressing sesuai
Menunjukkan perilaku dengan petunjuk umum
hidup sehat Gunakan kateter intermiten
untuk menrunkan infeksi
kandung kemih
Tingkatkan inatake nutrisi
Berikan terapi antibiotic bila
perlu
Infection protection
Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan local
Monitor hitung granulosit, WBC
Monitor kerentanan terhadap
infeksi
Batasi pengunjung
Sering pengunjung terhadap
penyakit menular
Pertahankan teknik asepsis pada
pasien yang beresiko
Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kulit pada
area epidema
Infeksi kulit dan membrane
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainaase
Inpeksi kondisi luka/insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
Dorongan masukkan cairan
Dorong istirahat
Intruksikan pasien untuk minum
antibiotic sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari
infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kltur positif
2.
14.