Está en la página 1de 19

LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN INVESTIGASI WABAH

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PENYELIDIKAN KLB KASUS KERACUNA PADA SD X SLEMAN

PENYUSUN :

NAMA : Andika Wisnu Ramadhan

NIM : 150029197

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktek lapangan
investigasi wabah yang berjudul “penyelidika kasus kejadian luar biasa
keracunan makanan di SD X Kabupaten sleman Jawa Tengah “.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Laporan Praktek investigasi wabah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah praktek investigasi wabah.

Dimana, kami menyadari bahwa pada laporan yang telah kami buat dapat
ditemukan banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kemudian dapat kami revisi dan kami tulis di masa yang selanjutnya, sebab
sekali lagi kami menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
disertai saran yang konstruktif.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


DAFTAR ISI

LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN INVESTIGASI WABAH ........................................................1


KATA PENGANTAR ...................................................................................................................2
DAFTAR ISI ................................................................................................................................3
I. PENDAHULUAN ..................................................................................................................4
A. Latar Belakang .................................................................................................................4
B. Tujuan Penyelidikan .........................................................................................................6
II. ANALISIS SITUASI DAN TELAAH PUSTAKA .....................................................................7
A. Analisis Situasi .................................................................................................................7
B. Telaah Pustaka ................................................................................................................7
III. BAHAN DAN CARA..........................................................................................................9
IV. HASIL PENYELIDIKAN ..................................................................................................11
A. Pemastian diagnosis ......................................................................................................11
B. Penetapan KLB ..............................................................................................................11
C. Deskripsi KLB .................................................................................................................11
D. Identifikasi sumber dan cara penularan ..........................................................................13
V. PEMBAHASAN ..................................................................................................................16
VI. KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................................18
VII. DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................19
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit yang disebabkan oleh pangan masih merupakan salah satu

penyebab utama kematian dan kesakitan di Indonesia. Pangan merupakan jalur

utama penyebaran patogen dan toksin yang diproduksi oleh mikroba patogen.

Pangan juga dapat menimbulkan masalah serius jika mengandung racun akibat

cemaran kimia, bahan berbahaya maupun racun alami yang terkandung dalam

pangan, yang sebagian diantaranya menimbulkan KLB keracunan

pangan.(Kemenkes RI. 2012)

Penyakit yang disebabkan oleh pangan masih merupakan salah satu

penyebab utama kematian dan kesakitan di Indonesia. Pangan merupakan jalur

utama penyebaran patogen dan toksin yang diproduksi oleh mikroba patogen.

Pangan juga dapat menimbulkan masalah serius jika mengandung racun akibat

cemaran kimia, bahan berbahaya maupun racun alami yang terkandung dalam

pangan, yang sebagian diantaranya menimbulkan KLB keracunan pangan.

(Kemenkes RI. 2012)

Peristiwa tentang keracunan makanan sering terjadi terutama pada

penyelenggaraan makanan untuk orang banyak (seperti penyelenggaraan

makanan di perusahaan/hotel/catering maupun pesta ataupun perhelatan

lainnya). Peristiwa keracunan makanan seringkali terjadi ketika makanan

tersebut dimasak dalam skala besar. Data peristiwa keracunan makanan dari

Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular menunjukkan bahwa


30,0% dari kasus-kasus keracunan di Indonesia disebabkan oleh makanan yang

dihasilkan oleh jasa catering .(Kurniawan. 2002)

Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan Pangan adalah suatu kejadian

dimana terdapat dua orang atau lebih yang menderita sakit dengan gejala yang

sama atau hampir sama setelah mengkonsumsi pangan, dan berdasarkan

analisis epidemiologi, pangan tersebut terbukti sebagai sumber penularan. KLB

keracunan pangan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di

perkotaan, pemukiman dan perindustrian..

Gejala dan tanda-tanda klinik keracunan pangan bervariasi tergantung

pada jenis etiologinya. Secara umum gejala keracunan pangan dapat

digolongkan kedalam 6 kelompok, yaitu :

a) Gejala utama yang terjadi pertama-tama pada saluran gastrointestinal

atas (mual, muntah).

b) Gejala sakit tenggorokan dan pernafasan.

c) Gejala utama terjadi pada saluran gastrointestinal bawah (kejang

perut, diare).

d) Gejala neurologik (gangguan penglihatan, perasaam melayang,

paralisis).

e) Gejala infeksi umum (demam, menggigil, rasa tidak enak, letih,

pembengkakan kelenjar limfe).

f) Gejala alergik (wajah memerah, dan gatal-gatal)


Untuk mengidentifikasi etiologi KLB keracunan pangan dapat dilakukan

dengan mermeriksa spesimen tinja, air kencing, darah atau jaringan tubuh

lainnya, pemeriksaan muntahan serta pemeriksaan sumber makanan yang

dimakan. Dengan memperhatikan gejala dan didukung dengan hasil

pemeriksaan laboratorium ini dapat diketahui penyebab KLB keracunan

pangan.(Handayani. 2013)

Pada tanggal 19 September 2014 di SD X Sleman Yogyakarta beberapa

orang siswa dilaporkan mengalami pusing, mual, muntuh, nyeri perut, maupun

diare setelah mengkonsumsi makanan yang dibeli dari kantin sekolah. Apakah

kejadian diatas merupakan KLB. Apa faktor penyebab dan bagaimana pola

penularannya. Penyelidikan ini bertujuan untuk memastikan bahwa peristiwa

tersebut merupakan KLB, mengetahui besaran masalah dan faktor risiko

penularan.

B. Tujuan Penyelidikan
1. Tujuan umum

Melakukan Penyelidikan dan Penanggulangan KLB keracunan makanan

2. Tujuan khusus

a. Memastikan KLB keracunan pangan

b. Mengetahui distribusi kasus secara epidemiologi


II. ANALISIS SITUASI DAN TELAAH PUSTAKA
A. Analisis Situasi
Pada tanggal 19 September 2014 Bagian Surveilans Dinas Kesehatan

provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menerima laporan kasus tersangka

KLB keracunan makanan dengan gejala lemas, sakit kepala mual, muntah,

sakit perut dan pusing, serta diare yang dialami oleh beberapa siswa SD X

sleman Yogyakarta. Peristiwa tersebut terjadi setelah beberapa siswa

mengkonsumsi makanan yang dibeli dari kantin.

Berdasarkan laporan tersebut, dikirimlah tim kesehatan yg terdiri dari

dokter, perawat, petugas surveilans dan sanitarian langsung terjun ke

lapangan untuk melakukan penylidikan epidemilogi (PE).

Penyelidikan epidemiologi (PE) bertujuan untuk mengumpulkan informasi

tentang KLB keracunan makanan. Penyelidikan dilakukan dengan

mengumpulkan berbagai keterangan dari penderita, pedagang dikantin

sekolah, maupun penjamah makanan.

Salmonella merupakan penyebab keracunan makanan yang paling umum,

sedangkan daging, telur, dan ikan-ikanan merupakan bahan pangan yang

seringkali terkontaminasi. Kontaminasi Salmonella diakibatkan karena

kebersihan yang buruk serta pengolahan makanan yang tidak benar.

B. Telaah Pustaka
1. Patofisiologi penyakit

Lemas/malaise, Sakit Kepala, Sakit Perut, Muntah, Diare, Mual

Keracunan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu faktor

bahan kimia, mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat


mempengaruhi vaskuler sistemik shingga terjadi penurunan fungsi organ

– organ dalam tubuh.

2. Perjalanan alamiah penyakit dan factor risiko

a. Perjalanan alamiah penyakit

Masa inkubasi keracunan makanan yang terjadi di SDN Glagah

berlangsung cukup lama. Gajala keracunan makanan mulai di rasakan

1-3 hari setelah mereka mengkonsumsi makanan dari kantin sekolah.

Masa inkubasi terjadi 1-3 hari dan berdasarkan gejala klinis

menunjukkan mengarah ke bakterial/viral dan bukan karena toxin

Berdasarkan masa inkubasi 6 s.d 72 jam bakteri yang paling

memungkinkan sebagai penyebab keracunan ialah salmonella

b. Factor resiko

 Membeli makanan diluar kantin sekolah

 Tidak mencuci tangan sebelum makan

 Membeli pop ice rasa mangga

3. Hipotesis

a. Ada hubungan antara membeli makanan di luar kantin sekolah dengan

kejadian keracunan di SD X Sleman Yogyakarta

b. Ada hubungan antara tidak mencuci tangan dengan kejadian

keracunan di SD X Sleman Yogyakarta

c. Ada hubungan antara membeli popice rasa mangga dengan kejadian

keracunan di SD X Sleman Yogyakarta


III. BAHAN DAN CARA
Penyelidikan di lakukan dengan rancangan case control, yang bertujuan

untuk menelusuri sumber yang paling berpotensi sebagai penyebab

keracunan makanan. Data di kaji secara deskriptif berdasarkan variable

epidemiologi menurut orang, tempat dan waktu. Populasi dalam penyelidikan

ini adalah seluruh siswa SD X Sleman Yogyakarta yang membeli makan dari

kantin sekolah. Sampel kasus adalah siswa yang mengalami gejala

Lemas/malaise, Sakit Kepala, Sakit Perut, Muntah, Diare dan Mual.

Sedangkan sampel control adalah siswa yang ikut mengkonsumsi makanan

di kantin sekolah namun tidak sakit

Sampel kasus yang di jadikan sebagai objek penyelidikan adalah semua

penderita yang berjumlah 62 orang. Instrument pengumpulan data

menggunakan pedoman penyelidikan KLB penyakit menular dan keracunan

Dirjen P2MPL Depkes R.I dan pandun wawancara terstruktur. Data primer

juga di ambil melalui observasi terhadap lokasi pengolahan makanan

Data primer berupa

 Sampel air dari sumber air bersih

- Sumur di sekolah

- Sumur di pemukiman di RT 1 dan RT 3

 Sampel Makanan

- Sampel Mangga

- Tempura
Sebelum pengumpulan spesimen spesifik yang sesuai syarat,

penanganan dan pengiriman. Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan,

yaitu :

- Investigasi Labratorium harus dimulai sedini mungkin

- Spesimen dikumpulkan sedini mungkin, sebaiknya sebelum dilakukan

terapi antimikroba agar dapat mendapatkan hasil patogen yang

menginfeksi

- Sebelum melakukan sesuatu, jelaskan prosedurnya kepada kasus dan

kerabatnya

- Ketika mengumpulan spesimen, hindari kontaminasi

- Ambil spesimen dalam jumlah yang cukup

- Ikuti pedoman tindakan pencegahan infeksi untuk keamanan

Pada spesimen-spesimen akan diperiksa parasit harus dicampurkan

dengan 10% formalin atau polyvinyl chloride, 3 bagian feses ditambahkan 1

bagian pengawet tesebut. Pengiriman pada suhu luar didalam kontainer yang

dibungkus kantong plastik.

Untuk penyimpanan dan pengiriman selalu gunakan suhu pada 4 C,

jangan beku. Untuk mendeteksi Antigen dan PCR anda dapat menyimpan

pada suhu -15C atau gunakan dry ice selama pengiriman.


IV. HASIL PENYELIDIKAN
A. Pemastian diagnosis
Hasil pemeriksaan untuk sampel air bersih pada sumur di sekolah

dan sumur di RT 1 dan RT 3 memenuhi standar air bersih. Hasil

pemeriksaan sampel makanan negative untuk Salmonella enteric

subtype Agona. Hasil pemeriksaan sampel feses ditemukan 15 sampel

positif Salmonella enterica subtype Agona

B. Penetapan KLB
KLB Keracunan makanan pada SD X Sleman Yogyakarta di tetapkan

pada tanggal 19 September 2014

C. Deskripsi KLB
1. Daftar kasus

Table 1. jumlah kasus berdasarkan gejala klinis

Gejala-gejala Cases %
(n=62)
Diare 62 100
Lemas/malaise 39 63
Sakit kepala 35 57
Sakit Perut 27 44
Muntah 23 37
Demam (siang/sore) 23 37
Mual 19 31
Susah BAB 3 5
Gejala klinis yang paling dominan di rasakan oleh hamper semua

penderita pada KLB keracunan makanan ini adalah diare (100%),

lemas(63%), sakit kepala(57%), sakit perut(44%), muntah(37%),

demam(37%), mual(31%), susah BAB(5%).


2. Deskripsi kasus

Tabel 2. Distribusi kasus berdasarkan orang

Jenis Kelamin Jumlah Kasus Persentase%


Laki Laki 37 60
Perempuan 25 40
Total 62 100
Berdasarkan jenis kelamin jumlah kasus terbanyak dialami oleh

laki laki yaitu sebanyak 37 kasus atau 60% sedangkan perempuan

sebanyak 25 kasus atau 40%.

3. Lama pemaparan

Lama paparan bakteri salmonella penyebab keracunan makanan

yaitu 6 s.d 72 jam

4. Attack Rate

Table 3. Attack Rate berdasarkan kelas

Kelas Jumlah kasus Jumlah murid Attack Rate%


1 1 96 1
2 14 102 14
3 6 99 6
4 5 91 6
5 19 92 21
6 17 88 19
Berdasarkan angka serangan atau Attack Rate (AR) risiko terbesar

terjadinya keracunan makanan dialami oleh siswa kelas 5, 6 dan 2

dengan resiko sebesar 21%, 19% dan 2%

5. Populasi rsiko tinggi

Berdasarkan dari data yang telah di dapat, populasi tertinggi

yang paling beresiko untuk terkena kasus keracunan ialah siswa

SD kelas 5, 6 dan 2 dimana ketiga populasi tersebut letak ruang


masing masing kelas berdekatan. Sedangkan populasi

berdasarkan orang siswa dengan jenis jenis kelamin Laki Laki lebih

beresiko terkena keracunan makanan dimana mobilitas dalam

bermain anak anak usia SD lebih besar siswa laki laki lebih besar

dari siswa perempuan

D. Identifikasi sumber dan cara penularan


1. Hasil penelitian kasus control

Table 4.

Kasus Kontrol P-
Membeli Makanan OR 95%CI
n % n % value

Pedagang keliling 1.27-


10 62.5 6 37.5 7.07 0.01
diluar sekolah 56.38

Kantin
1.47-
sekolah+pedagang 39 56.5 30 43.5 6.06 <0.01
35.17
kaki lima

0.44-
Kantin sekolah 10 32.2 21 67.8 2.22 0.28
14.56

- Hasil studi kasus kontrol, menunjukkan bahwa anak-anak yang

membeli makanan dari luar sekolah memiliki risiko lebih tinggi

untuk terkena keracunan daripada peagang kaki lima dan kantin

sekolah

- Ada hubungan antara kantin dan pedagang kaki lima yang

signifikan, dapat disimpulkan makanan di luar sekolah

merupakan faktor perancu


Table 5.

Mencuci Kasus Kontrol p-


OR 95%CI
tangan n % n % value

Tidak
0.60-
Mencuci 28 54.90 23 45.10 1.5 0.39
3.63
Tangan

Mencuci
tangan 0.31-
19 38.78 30 61.22 0.8 0.57
tidak pakai 1.91
sabun

2. Sumber penularan

Tabel 6.

Type of
OR 95% CI p-value
food
Pop-ice 6.6 2.60-16.72 <0.01
Tempura 3.7 1.44-9.70 <0.01
Gorengan 3.6 1.08-12.0 0.03
Cak we 2.9 0.71-11.68 0.12
Donat 2.4 0.42-13.46 0.31
Es jeruk 2.1 0.94-4.57 0.06
Bakwan
2.1 0.80-5.43 0.13
kawi
Nasi kucing 2.0 0.45-8.68 0.35
Cilok 1.8 0.61-5.49 0.27
Mie dingin 1.4 0.40-4.88 0.58
Siomay 1.4 0.63-3.13 0.40
Batagor 1.3 0.51-3.34 0.56
Bakso kuah 1.1 0.50-2.42 0.80
Sosis 1.0 0.41-2.66 0.92
Nasi kuning 1.0 0.27-3.28 0.94
Anak-anak makan pop-ice, tempura dan gorengan dari kios diluar

sekolah berisiko tinggi sebabkan penyakit


3. Cara penularan

Salah satu cara penularan bakteri penyebab keracunan ialah

kontaminasi silang makanan Jika tidak memerhatikan

kebersihannya, aktivitas memasak tidak jarang bisa menjadi

sumber penularan penyakit akibat bakteri. Proses memasak yang

kurang bersih, seperti tidak mencuci tangan setelah menyentuh

makanan mentah, menyiapkan makanan, dan menggunakan toilet

sebelum memasak dapat menyebarkan bakteri pada orang lain


V. PEMBAHASAN
Berdasarkan dari hasil investigasi kasus yang telah di lakukan Gejala

klinis yang paling dominan di rasakan oleh hamper semua penderita pada

KLB keracunan makanan ini adalah diare, lemas, sakit kepala, sakit perut,

muntah, demam, mual, susah BAB. Sebagai diagnosis pembanding bakteri

patogen yang memungkinkan sebagai penyebab keracunan pangan dengan

gejala seperti di atas dan jenis makanan yang dicurigai antara lain: (a) E. coli

dengan gejala seperti kejang perut, pusing, mual, muntah, diare, demam, dan

nyeri otot. Pencemaran produk pangan pada makanan yang didinginkan,

keju, susu, daging sapi. (b) Salmonella sp dengan gejala kejang perut, mual,

muntah, diare, menggigil, demam dan lemah. Pencemaran produk pangan

pada hasil unggas, susu, keju dan buah. (c) Shigella sp dengan gejala kejang

perut, diare, dan demam. Pencemaran produk pangan pada bahan pangan

dan dari orang ke orang (Kemenkes RI, 2012).

Berdasarkan jenis kelamin siswa dengan jenis kelamin laki laki lebih

banyak terkena keracunan dibandingkan dengan siswa perempuan

Walaupun jumlah penderita laki laki lebih banyak daripada permpuan

keracunan makanan bukan penyakit yang menyerang salah satu organ

khusus pada laki-laki atau perempuan. Oleh karena itu, keracunan pangan

dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan dengan perbedaan yang acak dan

dapat merata (Farmashinta, 2013). Kemungkinan siswa dengan jenis jenis

kelamin Laki Laki lebih beresiko terkena keracunan makanan karena

mobilitas dalam bermain anak anak usia SD lebih besar siswa laki laki lebih

besar dari siswa perempuan


Salah satu cara penularan bakteri penyebab keracunan ialah kontaminasi

silang makanan Jika tidak memerhatikan kebersihannya, aktivitas memasak

tidak jarang bisa menjadi sumber penularan penyakit akibat bakteri. Proses

memasak yang kurang bersih, seperti tidak mencuci tangan setelah

menyentuh makanan mentah, menyiapkan makanan, dan menggunakan

toilet sebelum memasak dapat menyebarkan bakteri pada orang

lain(Magnus. 2011)
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dan saran dari kasus keracunan makanan di SD X Sleman

yogyakarta pada tanggal 19 September 2014 merupakan Kejadian Luar

Biasa (KLB), yang disebabkan karena kontaminasi bakteri pathogen, dengan

pola penularan common source. Puskesmas perlu lebih meningkatkan

pengawasan/pembinaan. Terhadap keamanan pangan termasuk personal

hygiene food handlers pada kantin sekolah dan tempat penjual makanan

sekitar lingkungan sekolah . Dan kepada masyarakat agar segera melapor

kepada pihak terkait seperti dinas kesehatan (puskesmas) apabila terjadi

kasus serupa sehingga dapat diakusan tindakan yang cepat dalam

penanggulangan dan membatasi dampak buruk yang ditimbulkan


VII. DAFTAR PUSTAKA
Farmashinta AR. 2013. Faktor Risiko Keracunan Makanan dari Analisa Kasus

yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong

Kabupaten Bogor Jawa Barat Tahun 2008-2012. [Skripsi Ilmiah].

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Handayani N. 2013. Faktor Risiko Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan di

Desa Bantargadung, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat Tahun 2013.

Jurnal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Edisi 3

Desember 2013. ISSN 2089-790X.

Kemenkes RI. 2012. Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan

Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular dan Keracunan Pangan

(Pedoman Epidemiologi Penyakit) Edisi Revisi Tahun 2011. Jakarta:

Kemenkes RI.

Kurniawan D. 2002. Gambaran Epidemiologi KLB Keracunan Makanan di

Desa Bendungan Kecamatan Jonggol Kabupaten Bogor pada

tanggal 2-3 Maret Tahun 2002. [Skripsi Ilmiah]. Depok: Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Magnus M. 2011. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: EGC.

También podría gustarte