Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Disusun Oleh :
A. Latar Belakang
A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Diabetes insipidus merupakan gangguan metabolisme air yang disebabkan
oleh defisiensi vasopresin (juga dikenal dengan hormon ADH) yang bersikulasi
atau oleh resistensi ginjal terhadap hormon ini ( William dan Wilkins, 2011).
Diabetes insipidus merupakan penyakit yang jarang terjadi, kurang lebih 3 per
100.000 orang. Pasien tampil dengan poliuri yang nyata dan polidipsi dengan
osmolalitas serum yang tinggi (lebih dari 295) dan tidak sesuai dengan
osmolalitas air kemih yang rendah.
Diabetes insipidus disebabkan adanya insufisiensi atau tidak adanya
hormone anti diuretic (ADH/AVP) atau tidak pekanya tubulus ginjal terhadap
rangsangan AVP. Biasanya pasien tidak sanggup untuk mempertahankan air bila
mebdapatkan tanbahan cairan.
Kekurangan AVP (Aginin Vasopressin) atau efek AVP dihubungkan dengan
ketidak adekuatan mengkonsentrasikan urin akan meningkatkan pengeluran urin
(Poliuria) dan biasanya akan disertai rasa haus (polidipsi) sebagai kompensasi
bila mekanisme haus mengalami gangguan maka akan terjadi kenaika osmolalitas
dengan kenaikan natrium plasma (hipernatremia). Sehingga kekurangan AVP
atau disebut diabetes insipidus akan mempunyai sindroma klinik seperti kenaikan
pengeluaran urin, yang hipotonik dan hal ini berbeda dengan diabetes mellitus
yang bersifat hipertonik.
3. Etiologi
4. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis penderita diabetes insipidus ialah sebagai berikut:
a. Poliuria : haluaran urine harian dalam jumlah yang sangat banyak dengan urine
yang sangat encer ; berat jenis urine 1,001 aampai 1,005 atau 50 - 200
mOsmol/kg berat badan, biasanya mempunyai awitan mendadak, tetapi
mungkin secara tersamar pada orang dewasa. Jumlah cairan yangdiminum
maupun produksi urin per 24 jam sangat banyak , dapat mencapai 5 - 10 liter
sehari.
b. Polidipsia : rasa sangat kehausan , 4 sampai 40 liter cairan setiap hari,
terutama sangat membutuhkan air yang dingin .
c. Dehidrasi : Bila tidak mendapat cairan yang adekuat akan terjadi dehidrasi.
Komplikasi dari dehidrasi, bayi bisa mengalami demam tinggi yang disertai
dengan muntah dan kejang-kejang. Jika tidak segera terdiagnosis dan diobati,
bisa terjadi kerusakan otak, sehingga bayi mengalami keterbelakangan mental.
Dehidrasi yang sering berulang juga akan menghambat perkembangan fisik.
d. Penderita terus berkemih dalam jumlah yang sangat banyak, terutama di
malam hari (nokturia). Tentu akan sangat merepotkan jika setiap tidur malam
harus bolak-balik ke kamar mandi hanya untuk buang air kecil. Akibatnya
kualitas tidur menjadi berkurang, dan kondisi kesehatan pun turun/kelelahan -
karena kurang tidur.
e. Pada bayi yang diberikan minum seperti biasa akan tampak kegelisahan yang
tidak berhenti, sampai timbul dehidrasi, panas tinggi, dan terkadang sampai
syok.
f. Gejala lain:
-Penurunan berat badan
-Bola mata cekung
-Hipotensi
-Tidak berkeringat atau keringat sedikit, sehingga kulit kering dan pucat
-Anoreksia
5. Penatalaksanaan
Menurut Buku Saku keperawatan medikal bedah Brunner & Suddarth,
penatalaksanaan dari Diabetes Insipidus adalah sebagai berikut:
Sasaran dari terapi adalah untuk menjamin penggantian cairan yang adekuat,
untuk menggantikan vasopresin, dan untuk mencari serta memperbaiki patologi
intrakarnial yang mendasarinya.
1. Penggantian vasopresin
Desmopressin (DDAVP) , diberikan melalui intranasal , dua kali pemberian per hari
untuk mengontrol gejala.
Pemberian ADH intramuskular ( vasopresin tannat dalam minyak ) setiap 24 jam
sampai 96 jam untuk mengurangi volume urine; rotasikan tempat suntikan untuk
mencegah lipodistrofi.
Lypressin (DIAPID) diserap melalui mukosa nasal kedalam darah; durasinya
mungkin akan singkat pada pasien dengan penyakit yang parah .
2. Konservasi cairan
3. Asal nefrogenik
Diuretik tiasid, penipisan kadar garam ringan, dan inhibitor prostaglandin ( misal :
ibuprofen, endometasin ) .
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemberian infuse larutan garam hipertonis secara cepat pada orang normal akan
menurunkan jumlah urin. Sedangkan pada diabetes insipidus urin akan menetap atau
bertambah. Pemberian pitresin akan menyebabkan turunnya jumlah urin pada pasien DIS
dan menetapnya jumlah urin pada pasien DIN.
Uji nikotin
Uji Vasopresin :
Ketidakseimbangan Elektrolit
Elektrolit adalah mineral seperti kalsium, sodium, khlor, potasium, magnesium, dan
bikarbonat. Kandungan mineral ini berfungsi menjaga keseimbangan air di dalam tubuh dan
berperan dalam fungsi-fungsi sel. Gejala yang mungkin akan terjadi akibat kondisi ini
adalah:
Dehidrasi
Dehidrasi adalah dampak yang paling umum ketika tubuh tidak bisa mempertahankan cukup
cairan di dalam tubuh akibat diabetes insipidus. Gejala yang muncul akibat dehidrasi antara
lain:
Untuk kondisi dehidrasi ringan, bisa ditangani dengan oralit. Sedangkan untuk kondisi yang
parah, Anda mungkin perlu dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan cairan melalui infus.
6. Patofisiologi
Tanpa kerja vasopresin pada nefron distal ginjal, maka akan terjadi
pengeluaran urin yang sangat encer seperti air dengan berat jenis 1,001 hingga
1,005 dalam jumlah yang sangat besar setiap harinya. Urin tersebut tidak
mengandung zat-zat yang biasanya terkandung didalamnya seperti glukosa dan
albumin. Karena rasa haus yang luar biasa pasien cenderung minum 4 hingga 40
liter perhari dengan gejala khas ingin minum air dingin (Brunner dan Suddart,
2002).
Penyakit ini tidak dapat dikendalikan dengan membatasi asupan cairan, karena
kehilangan urin dalam jumlah besar akan terus-menerus terjadi sekalipun tidak
dilakukan penggantian cairan. Upaya-upaya untuk membatasi asupan cairan akan
membuat pasien tersiksa oleh keinginan minum yang luar biasa disamping akan
menimbulkan hipernatremia dan dehidrasi berat (Brunner dan Suddart, 2002).
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan,tingkat kesadaran
kualitatif atau GCS dan respon verbal klien.
b. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
· Tekanan darah
· Pulse rate
· Respiratory rate
· Suhu
c. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Apakah sebelumnya klien pernah ada riwayattrauma kepala, pembedahan
kepala, pemakaian obat phenotoin, lithium karbamat, infeksi kranial, riwayat
keluarga menderita kerusakan tubulus ginjal atau penyakit yang sama.
d. Pengkajian Pola Gordon
1) Pola persepsi kesehatan-penatalaksanaan kesehatan
mengkaji pengetahuan klien mengenai penyakitnya, Kaji upaya klien untuk
mengatasi penyakitnya.
2) Pola nutrisi metabolic
nafsu makan klien menurun. Penurunan berat badan 20% dari berat badan
ideal.
3) Pola eliminasi
kaji frekuensi eliminasi urine klien, kaji karakteristik urine klien, klien
mengalami poliuria (sering kencing), klien mengeluh sering kencing pada
malam hari (nokturia).
4) Pola aktivitas dan latihan
kaji rasa nyeri/nafas pendek saat aktivitas/latihan, kaji keterbatasan aktivitas
sehari-hari (keluhan lemah, letih sulit bergerak), kaji penurunan kekuatan
otot
5) Pola tidur dan istirahat
kaji pola tidur klien. Klien dengan diabetes insipidus mengalami kencing
terus menerus saat malam hari sehingga mengganggu pola tidur/istirahat
klien.
6) Pola kognitif/perceptual
kaji fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya ingatan masa lalu
dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
7) Pola persepsi diri/konsep diri
kaji/tanyakan perasaan klien tentang dirinya saat sedang mengalami sakit,
Kaji dampak sakit terhadap klien, Kaji keinginan klien untuk berubah (mis :
melakukan diet sehat dan latihan).
8) Pola peran/hubungan
kaji peengaruh sakit yang diderita klien terhadap pekerjaannya, kaji
keefektifan hubungan klien dengan orang terdekatnya.
9) Pola seksualitas/reproduksi
kaji dampak sakit terhadap seksualitas.Kaji perubahan perhatian terhadap
aktivitas seksualitas.
10) Pola koping/toleransi stress
kaji metode kopping yang digunakan klien untuk menghidari stress system
pendukung dalam mengatasi stress
11) Pola nilai/kepercayaan
klien tetap melaksanakan keagamaan dengan tetap sembahyang tiap ada
kesempatan.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan cairan berhubungan dengan ketidakmampuan tubulus ginjal
mengkonsentrasikan urine karena tidak terdapat ADH
2) Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolic yang
ditandai dengan keram dan lemas
3) Kerusakan eliminasi urin berhubungan dengan penyebab multiple (gangguan
reabsorbsi air di tubulus ginjal)
4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan demam dan hal yang menyebabkan
terjaga (poliuri)
3. Intervensi
1) Kekurangan cairan berhubungan dengan ketidakmampuan tubulus ginjal
mengkonsentrasikan urine karena tidak terdapat ADH.
Tujuan: kebutuhan cairan pada pasien dapat terpenuhi.
Mandiri :
a. Kaji riwayat pasien sehubungan dengan pengeluaran urin yang banyak
b. Pantau TTV, catat adanya tekanan darah ortostatik
c. Pantau suhu, warna kulit, atau kelembabannya
d. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membrane mukosa
e. Pantau masukan, dan pengeluaran, catat berat jenis urin
f. Ukur BB setiap hari
g. Catat hal-hal yang dilaporkan seperti mual,muntah, lemas
kolaborasi :
a. Berikan terapi cairan dengan mengganti vasopressin atau dengan
penyuntikan intramuskuler ADH
b. pertahankan cairan dengan klofibrat
c. tes deprivasi cairan dilakukan dengan cara menghentikan pemberian cairan
selama 8-12 jam atau sampai terjadi penurunan BB
d. osmolalitas urin
e. osmolalitas serum
f. kadar Na serum
g. infuse larutan hipertonis
observasi :
a. observasi adanya perasaan kelelahan yang meningkat
b. observasi tanda-tanda syok
c. observasi adanya distensi vaskuler
edukasi :
a. pasien yang diduga menderita DI memerlukan dorongan dan dukungan
pada saat menjalani pemeriksaan untuk meneliti kemungkinan lesi cranial
b. pasien dan anggota keluarganya harus dijelaskan tentang perawatan tindak
lanjut dan berbagai tindakan darurat
c. pasien disarankan menyimpan obat serta informasi akuratpenggunaan
vasopressin dilakukan secara hati-hati jika terdapat penyakit arteri koroner
Brenda dan Suzanne.2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Brunner and
EGC. Jakarta.
Setiati, Siti, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Interna Publishing :
Jakarta
Sibuea, W.H. 1997. Perencanaan Makan Penderita Diabetes dengan Sistem Unit.
Infomedika : Jakarta
William dan Wilkins. 2011. Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta : PT
Indeks.